• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE KAJIAN

3. Analisis data

Hasil wawancara mendalam dengan para narasumber akan dianalisis dengan metode triangulasi atau “cross-cheking” antara informasi-informasi yang diberikan para narasumber. Sebagian hasil wawancara berbasis kuisioner dengan para responden akan dirangkum sebagai tabel, grafik maupun bagan yang kemudian diungkapkan secara deskriptif.

8

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN DALAM KESATUAN HIDROLOGI GAMBUT

Kecamatan Tebing Tinggi Timur merupakan kecamatan termuda dalam wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti. Kecamatan Tebing Tinggi Timur didirikan pada tanggal 26 Januari 2011 dan merupakan salah satu kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Tebing Tinggi. Secara geografis Kecamatan Tebing Tinggi Timur berada di daratan rendah pesisir timur P. Tebing Tinggi dan secara ekologis berada dalam suatu kawasan hidrologi gambut Pulau Tebing Tinggi. Kecamatan Tebing Tinggi Timur terdiri dari 10 desa, yaitu : Batin Suir, Lukun, Sungai Tohor Barat, Sungai Tohor, Sendanu Darul Ihsan, Nipah Sendanu, Tanjung Sari, Tanjung Gadai, Teluk Buntal, dan Kepau Baru.

Gambar 3.1. Peta KHG Tebingtinggi Timur dan Lokasi Penelitian

Ketinggian wilayah Tebingtinggi Timur antara 0-7 meter di atas permukaan laut yang hampir seluruh daratannya merupakan lahan gambut. Lahan gambut di kecamatan ini memiliki ketebalan >3m berada di

9

tengah-tengah pulau. Selain itu terdapat beberapa sungai yang membelah pulau dan terbesar bernama Sungai Suir yang berada antara Desa Batin Suir dan Desa Lukun, sedangkan lainnya sungai-sungai kecil seperti Sungai Tohor yang membagi dua desa, yakni Desa Sungai Tohor Barat dan Sungai Tohor atau Tohor Kiri (Pusat). Wilayah kecamatan ini memiliki zona iklim B yaitu selama 7-9 bulan basah berturut-turut dan <3 bulan mengalami kering berturutan dengan 3-4 bulan basah, 2-6 bulan kering (Whitten, 1999). Bulan yang paling basah adalah Oktober-Desember, sedangkan bulan yang paling kering biasanya adalah Februari, Juni, dan Juli.

Gambar 3.2. Peta Kondisi Lahan Gambut dalam KHG Pulau Tebingtinggi

Penelitian “Analisis Sumber Penghidupan dan Strategi Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pada Lahan Gambut: Studi Kasus KHG Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau” ini difokuskan pada 6 desa, yaitu, Lukun, Sungai Tohor Barat, Sungai Tohor, Sendanu Darul Ihsan, Tanjung Sari, dan Tanjung Gadai. Enam desa yang dijadikan kasus studi ini mewakili satu KHG di wilayah KHG Pulau Tebing Tinggi.

10

3.1.1. Geografi

Wilayah Desa Lukun mempunyai karakteristik ekosistem hutan rawa gambut, sedangkan ekosistem perairan memiliki satu Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni Sungai Suir. Sungai di Desa Lukun menjadi sumber kehidupan yang memberikan potensi sumberdaya alam yang sangat besar bagi masyarakat di Desa Lukun. Desa Lukun merupakan salah satu desa tua di kecamatan Tebing Tinggi Timur selain Desa Sungai Tohor. Luasnya mencapai 154,6 km2 dan secara administratif terbagi menjadi lima dusun, yaitu Dusun Mawar, Melati, Anggrek, Teratai dan Dusun Kenanga serta terdiri dari 20 RW dan 10 RT. Desa Lukun memiliki batas-batas wilayah dengan:

– Sebelah barat dengan : Batin Suir – Sebelah timur dengan : Sungai Tohor – Sebelah utara dengan : Banglas – Sebelah selatan dengan : Kepau Baru 3.1.2. Pemerintahan

Tabel 3.1. Aparatur pemerintahan Desa Lukun

No Nama Jabatan

1 Lukman Kepala Desa

2 M. Nazir Sekretaris Desa

3 Khairul Kaur Pemerintahan

4 Hendri Saputra Kaur Pembangunan

5 Rosman Kaur Umum dan

Perencanaan

6 Latipah Bendahara

7 Kamarudin Kadus Mawar

8 Sri Artati Kadus Melati

9 Marlina Kadus Anggrek

10 Zainal Kadus Teratai

11 Suyatno Kaus Kenanga

11

Secara umum perekonomian masyarakat di Desa Lukun mayoritas berasal dari pekebunan karet, perkebunan sagu, dan perikanan (nelayan). Sebagai tanaman khas masyarakat Lukun, sagu merupakan tanaman yang cukup berpotensi, dimana sejak dahulu, pati sagu telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan pokok (Staple food), seperti: mie sagu, kue hatari, sagu lempeng, sempolet, krupuk sagu, sagon serta sagu lemak. Potensi sagu sebagai sumber bahan pangan dan bahan industri ini telah disadari sejak masa penjajahan. Bagi masyarakat lokal pelestarian sagu, bukan hal yang baru. Sejak ratusan tahun leluhur mereka telah melakukan kegiatan tersebut hingga generasi saat ini dengan cara-cara bertani yang tradisional.

Selain bermata pencaharian sebagai petani karet, petani sagu, nelayan tradisional, masyarakat Desa Lukun juga bermata pencaharian sebagai pedagang dan buruh serta berprofesi sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta. Sebagian pemuda desa ada yang bekerja ke negeri seberang seperti Malaysia dengan harapan mendapatkan gaji yang lebih besar daripada dikampung halamannya. Rentang antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin tidak terlalu jauh, karena pemerintah desa menjaga keseimbangan ekonomi masyarakat. Pemerintah desa memberikan bantuan kepada masyarakat miskin berupa beras raskin dan sangat transparan tentang dana yang mengalir ke desa.

3.1.4. Kependudukan

Sesuai data sensus penduduk tahun 2016, jumlah penduduk di Desa Lukun berjumlah 1.888 jiwa dengan jumlah KK mencapai 523. Rasio antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 1:1,18. Dengan luas wilayah mencapai 154,6 Km2 maka kepadatan penduduk di Desa Lukun adalah 12 orang/Km2.

3.1.5 Pendidikan dan Kesehatan

Taman kanak-kanak 2 dengan jumlah murid 61 orang dan guru 8 orang, sedangkan Sekolah Dasar jumlahnya 1 sekolah dengan jumlah murid 258 orang dan diasuh oleh 14 orang guru. Pada tingkat sekolah

12

menengah, jumlah SMP yang ada di Desa Lukun adalah 2 sekolah ( 1 negeri dan 1 swasta) dengan jumlah murid 107 orang dan jumlah guru 10 orang. Sekolah Menengah Atas belum ada di Desa Lukun sehingga anak-anak Desa Lukun yang ingin melanjutkan sekolahnya ke SMA harus pergi ke Selat Panjang. untuk pendidikan agama di Desa Lukun terdapat satu madrasah Tsanawiyah dengan jumlah murid 53 orang dan jumlah guru 19 orang.

Fasilitas kesehatan yang ada di Desa Lukun adalah Puskesmas Pembantu, sedangkan Puskesmas belum ada sehingga untuk penanganan penyakit yang lebih intensif masyarakat harus pergi ke Selat Panjang.

3.1.6. Pertanian dan Tata Guna Lahan

Pengelolaan lahan gambut oleh masyarakat Lukun telah dilakukan semenjak zaman nenek moyang mereka. Sekitar tahun 80-an masyarakat desa Lukun telah mengelolah tanah gambut menjadi lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Aktivitas pertanian yang diandalkan oleh masyarakat Desa Lukun untuk menggerakkan roda perekonomiannya terutama dari tanaman Karet dan Sagu. Sebagian besar wilayah Desa Lukun merupakan lahan petanian yang ditanami karet seluas 280 ha dan sagu 1200 ha. Selain kedua komoditas tersebut masyarakat Desa Lukun juga menanam pinang dan kelapa di pekarangan rumah.

13

Gambar 3.3. Bentuk Karakteristik Pengelolaan Lahan untuk Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Lukun

Pemilihan dalam pengelolaan lahan pertanian/perkebunan di desa ini yang mayoritas berkebun sagu dilatarbelakangi oleh etnis yang didominasi oleh Melayu sebesar 90%, diikuti oleh etnis Jawa dan Suku Akit yang masing-masing sebanyak 5%. Suku Akit menurut sejarah merupakan Suku Laut yang dahulu menguasai daerah-daerah laut di Selat Malaka dan Semenanjung Malaka yang kemudian menetap ke darat dan bertempat tinggal di daerah pesisir timur Pulau Sumatera termasuk di wilayah Tebingtinggi Timur. Sedangkan etnis Jawa sudah menetap di kawasan ini minimal telah 3 generasi, sehingga mereka sudah beradaptasi dengan geografi dan sosial budaya masyarakat tempatan. Namun begitu, peminatan masyarakat terhadap perkenbunan sagu dilakukan oleh masyarakat beretnis Melayu, sedangkan etnis Jawa lebih berminat pada perkebunan karet. Hal ini disebabkan pengetahuan masyarakat beretnis Melayu lebih besar dibandingkan etnis lain, meskipun etnis Jawa dan orang Akit sekarang ini sudah mulai berkebun sagu sebagai usaha mereka mengelola lahannya untuk kebutuhan ekonomi disamping memiliki kegiatan ekonomi lain dari pengelolaan lahan, ekosistem, dan jasa.

3.1.7. Sosial Budaya

Masyarakat Desa Lukun merupakan suku Melayu yang masih memegang erat budaya gotong royong. Masyarakat Desa Lukun juga dikenal sebagai masyarakat yang mempunyai ataupun memiliki catatan mengenai silsilah keturunan mereka. Pada saat kenduri atau berkirim

14

doa dalam rangka wirid yasin silsilah keturunan sering kali disebutkan/dibacakan.

Kebudayaan Melayu bisa ditemui di Desa Lukun yang mayoritas penduduknya adalah suku Melayu. Suku Melayu pada umumnya beragama Islam, adat budayanya tidak lepas dari ajaran agama Islam seperti tercermin dalam ungkapan pepatah, perumpamaan, pantun, syair, dan sebagainya yang menyiratkan norma sopan-santun dan tata pergaulan orang Melayu. Budaya Melayu yang masih dipertahankan sampai saat ini di Desa Lukun antara lain adalah tradisi nikah kawin, tradisi kematian, tradisi berpakaian Melayu dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan di desa dan di hari keagamaan.

Salah satu tradisi yang dilakukan masyrakat desa Lukun secara turun temurun yang dikenal “Bele kampung”. ”Bele” dalam bahasa melayu memiliki arti memelihara sedangkan kampung memiliki arti desa jadi tradisi bele kampung memiliki arti ritual untuk memelihara kampungatau desa . Masyarakat desa Lukun menyakini tradisi ini dilakukan untuk menghindari desa mereka dari segala bencana dan hal buruk yang terjadi.

Tradisi bele kampun dilaksanakan setiap setahun sekali pada bulan-bulan yang tidak ditentukan artinya tradisi ini dilakukan ketika kondisi desa sudah tidak harmonis lagi seperti banyak timbul penyakit, hasil panen atau tangkapan berkurang maka prosesi bele kampung harus dilakukan.

3.2. Desa Sungai Tohor

3.2.1. Geografi

Desa Sungai Tohor berada di pesisir timur Pulau Tebingtinggi, berada pada ketinggian dibawah 600 mdpl dengan landscape datar. Luas wilayahnya 68 Km2, dan sebagian besar wilayahnya didominasi oleh lahan gambut.

Batas-batas wilayah Desa Sungai Tohor adalah :

– Sebelah Barat berbatasan dengan : Sungai Tohor Barat dan Lukun

15

– Sebelah Utara berbatasan dengan : Kepau Baru – Sebelah Selatan berbatasan dengan : Selat Air Hitam 3.2.2. Pemerintahan

Desa Sungai Tohor pada awalnya belum memiliki sistem pemerintahan dan masih termasuk dalam Kepenghuluan Pangkalan Subah, dengan semakin pesatnya perkembangan dibidang pertanian dan perkebunan akhirnya masyarakat yang berada di Pangkalan Subah beserta Penghulunya (kepala kampung) berpindah ke Sungai Tohor (tepatnya di Sungai Tohor kanan yang saat ini dikenal sebagai Desa Sungai Tohor Barat), sementara pusat pemerintahannya berada di Sungai Tohor Kiri atau Sungai Tohor Pusat yang saat ini menjadi desa induk dan sekaligus menjadi ibukota Kecamatan Tebing Tinggi Timur.

Sampai dengan tahun 2008 Desa Sungai Tohor berada dibawah pemerintahan Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Bengkalis. Selanjutnya, pada saat Kabupaten Kepulauan Meranti mengalami pemekaran dari Kabupaten Bengkalis pada tahun 2009, desa Sungaitohor masuk dalam wilayah Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti. Demi mempercepat pemerataan pembangunan daerah, pada tanggal 26 Januari 2011 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti No 8 Tahun 2011 yang selanjutnya diubah menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti No 15 Tahun 2012 tentang pemekaran Kecamatan Tebingtinggi, kemudian terbentuklah Kecamatan Tebingtinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti. Desa Sungai Tohor merupakan salahsatu desa yang dimasukkan dalam wilayah administrasi Kecamatan Tebingtinggi Timur. Desa Sungai Tohor dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang didampingi oleh seorang Sekretaris Desa. Selain itu terdapat beberapa aparatur pemerintahan desa yang membantu kinerja kepala desa.

Tabel 3.2. Aparatur pemerintahan Desa Sungai Tohor

No Nama Jabatan

1 Effendi Kepala Desa

16

3 Junifalzi Kaur Pemerintahan

4 Jasri Kaur Pembangunan

5 Mutaharah Kaur Umum

6 Syafrizal Bendahara

7 Yunida Kadus Parit Jip

8 Eva Sriyudi Kadus Parit Pusat

9 Hasim Kadus Sentosa

3.2.3. Ekonomi dan infrastruktur

Masyarakat Desa Sungai Tohor menggantungkan hidupnya dari sumberdaya alam yang ada disekitarnya. Secara garis besar pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan melalui beberapa cara, antara lain mengambil hasil alam, memanfaatkan lahan untuk aktivitas pertanian dan perkebunan. Beberapa mata pencaharian masyarakat desa Sungai Tohor adalah : petani (berkebun rumbia/ sagu, karet, pinang), peternak sapi, pengrajin makanan dari bahan baku sagu (Home Industri), industri pengolahan sagu basah, swasta (Karyawan Perusahaan), pegawai negeri sipil, dan pegawai honorer.

Salah satu yang menjadi penghambat dalam perkembangan ekonomi masyarakat Desa Sungai Tohor adalah kurangnya fasilitas infrastruktur yang ada di Desa Sungai Tohor terutama infrastruktur jalan. Dari ibu kota Kabupaten Meranti Desa Sungai Tohor hanya dapat dicapai menggunakan transportasi laut yang jadwalnya sangat terbatas. Kendala transportasi berdampak pada pemasaran hasil produksi masyarakat, tidak bisa menjangkau pasar dengan cepat.

3.2.4. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sungai Tohor adalah 1329 jiwa yang terdiri 347 KK. Rasio jumlah penduduk laki-laki (698 jiwa) dan penduduk perempuan (631 jiwa) relatif seimbang. Jumlah penduduk usia produktif lebih dominan dibanding non produktif sehingga dengan jumlah SDM yang cukup banyak geliat perkembangan Desa Sungai Tohor relatif pesat. Regenerasi juga cukup tinggi sehingga proses

17

pergiliran keturunan dapat dijamin dengan cukup banyaknya anak-anak yang berusia 0 – 17 tahun.

Tabel 3.2. Sebaran jumlah penduduk berdasar usia No Kelompok umur (Tahun) Jumlah penduduk

Laki-laki 1 0 – 5 72 2 5 – 10 76 3 10 – 17 115 4 17 – 36 216 5 Diatas 36 219 Perempuan 1 0 – 5 67 2 5 – 10 61 3 10 – 17 93 4 17 – 36 213 5 Diatas 36 197

3.2.5. Pendidikan dan Kesehatan

Masyarakat Desa Sungai Tohor sudah bebas dari buta huruf, tidak ditemukan penduduk yang tidak sekolah, dan memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi. Sebagian besar penduduk Desa Sungai Tohor hanya lulus pendidikan dasar (SD) dan menengah (SMP/SMA). Hanya sebagian kecil, sekitar 5%, yang lulus dari perguruan tinggi, baik diploma (D3) maupun sarjana (S1) serta pascasarjana (S2). Di Desa Sungai Tohor terdapat berbagai lembaga pendidikan dari PAUD, TK, SD, SMP, sampai SMA, sedangkan jumlah guru yang ada yaitu 42 orang.

Di Desa Sungai Tohor terdapat berbagai lembaga kesehatan, antara lain Pustu, Puskesdes, dan Puskesmas. Selain itu juga terdapat posyandu yang melayani masyarakat secara rutin pada tingkatan RT/RW. Tenaga medis yang ada diberbagai lembaga kesehatan tersebut diatas meliputi dokter umum, perawat, dan bidan. Selain itu masyarakat Desa

18

Sungai Tohor juga masih mengandalkan tenaga medis tradisional, yaitu dukun beranak untuk membantu proses persalinan.

3.2.6. Pertanian dan Tataguna Lahan

Pada umumnya masyarakat Desa Sungai Tohor bermata pencaharian sebagai petani. Seperti halnya dengan Desa Lukun, Desa Sungai Tohor mayoritas masyarakatnya beretnis Melayu sebanyak 99%, dan 1 % merupakan etnis lain seperti Jawa Lahan pertanian yang ada di Desa Sungai Tohor ditanami dengan tanaman sagu, karet, pinang, dan tanaman pertanian lainnya. Diantara berbagai macam tanaman pertanian sagu merupakan tanaman pertanian yang utama bagi masyarakat Desa Sungai Tohor, terbukti dengan luas lahan sagu sebesar 3776 ha disusul oleh karet sebagai komoditas unggulan kedua. Luas lahan yang ditanami karet mencapai 1.120 ha. Pinang dan kelapa pada umumnya ditanam di pekarangan rumah secara tumpangsari bersama tanaman lainnya dan digunakan untuk menambah pendapatan harian keluarga. Hasil-hasil tanaman pertanian dan kebun di Desa Sungai Tohor pada umumnya dikirim keluar kota dalam bentuk bahan baku (mentah)

19

Gambar 3.4. Karakter Penggunaan Lahan dan Jasa untuk Mata Pencaharian di Desa Sungai Tohor

Selain digunakan sebagai lahan pertanian, lahan di Desa Sungai Tohor juga digunakan sebagai lahan untuk pemukiman (1500 ha). 3.2.7. Sosial budaya

Masyarakat Desa Sungai Tohor yang berjumlah 1329 jiwa didominasi oleh etnis Melayu pesisir. Budaya Melayu sangat kental mewarnai keseharian masyarakat Desa Sungai Tohor. Sebagaimana halnya masyarakat Melayu pesisir masyarakat Desa Sungai Tohor merupakan masyarakat yang terbuka dan mengedepankan musyawarah untuk mencari kesepakatan. Masyarakat Desa Sungai Tohor masih mempertahankan budaya gotong royong yang dapat dilihat dalam berbagai aktivitas, misalnya gotong royong dalam rangka bersih desa, menyambut ulang tahun kemerdekaan negara Republik Indonesia dll.

3.3. Desa Sendanu Darul Ihsan

3.3.1. Geografi

Desa Sendanu Darul Ihsan berada di pesisir timur Pulau Tebing Tinggi, berada pada ketinggian dibawah 600 mdpl dengan landscape datar. Luas wilayahnya 24,33 Km2 dan berdasarkan survey 30 KM2 (PSB, 2015)1.

Batas-batas wilayah Desa Sendanu Darul Ihsan adalah :

– Sebelah Barat berbatasan dengan : Nipah Sendanu – Sebelah Timur berbatasan dengan : Tanjung Sari – Sebelah Utara berbatasan dengan : Selat Air hitam – Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Teluk Buntal 3.3.2. Pemerintahan

Desa Sendanu Darul Ihsan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang didampingi oleh seorang Sekretaris Desa. Selain itu terdapat

1 Pusat Studi Bencana Universitas Riau (PSB) pernah melakukan survey kajian sosial di Kecamatan Tebing Tinggi Timur pada tahun 2015 dengan metode wawancara dan lived in serta pemetaan partisipatoris yang melibatkan masyarakat.

20

beberapa aparatur pemerintahan desa yang membantu kinerja kepala desa, yang saat ini dijabat oleh Khaidir.

3.3.3. Ekonomi dan infrastruktur

Mata pencaharian masyarakat Desa Sendanu Darul Ihsan sebagian besar adalah bertani, mayoritas merupakan petani kelapa, sebagian lagi merupakan petani karet. Selain bertani, mata pencaharian masyarakat lainnya adalah pedagang, PNS, tukang, guru dan buruh. Adapun jenis penggunaan lahan di desa ini adalah 178 ha diperuntukkan bagi perkebunan kelapa, karet 265 ha, dan 300 ha untuk perkebunan sagu.

Infrastruktur di Sendanu Darul Ihsan seperti halnya desa-desa lain di Kec. Tebing Tinggi Timur masih tergolong kurang memadai. Akses jalan untuk menuju ke desa-desa tetangga merupakan jalan desa yang diperkeras dengan semenisasi dan lebar hanya kurang lebih 1,5 m. Kondisinya saat ini sebagian besar sudah rusak dan memerlukan perbaikan. Transportasi menuju ibukota kabupaten hanya bisa dilakukan menggunakan moda transportasi laut yang frekuensinya terbatas.

3.3.4. Kependudukan

Ada dua suku mayoritas yang bermukim di desa Sendanu Darul Ihsan, yaitu Melayu Kampar dan Melayu, kemudian beberapa orang yang berasal dari suku Jawa. Suku Melayu Kampar sendiri berasal dari daerah Pelalawan, tepatnya berasal dari Kuala Kampar. Jumlah Penduduk desa Sendanu Darul Ihsan yaitu 1024 jiwa dengan komposisi laki-laki 518 jiwa dan perempuan 506 jiwa yang mana 100% penduduknya merupakan pemeluk agam islam. Sebaran penduduk yang beretnis Melayu yakni 97 % dan sisanya beretnis Jawa.

3.3.5. Pendidikan dan Kesehatan

Lembaga pendidikan yang ada di SDI meliputi TK, sekkolah dasar, dan MTs. Sekolah Menengah Atas belum ada, sehingga untuk melanjutkan ke SMA anak-anak desa SDI harus pergi ke desa tetangga, yaitu Nipah Sendanu. Tingkat pendidikan di desa ini masih tergolong

21

rendah karena didominasi oleh lulusan sekolah dasar (SD) sebanyak 211 orang, berbanding terbalik dengan jumlah kelulusan dari tingkat Sarjana (S1/Diploma) yang hanya 18 orang.

3.3.6. Pertanian dan Tataguna Lahan

Kelapa merupakan salah satu komoditas utama yang dimiliki oleh masyarakat desa SDI. Luas lahan yang ditanami kelapa sebesar 179 ha merupakan komoditas ekonomi yang memengaruhi perekonomian keluarga, disamping sebagai masukan ekonomi per tiga bulanan, maka kelapa merupakan komoditas yang diandalkan oleh masyarakat SDI sebagai penopang perekonomian keluarga. Hasil perkebunan kelapa masyarakat ditampung oleh pengepul atau toke, yang berada di desa untuk kemudian dibawa ke Malaysia, Selat Panjang, dan Tanjung Balai Karimun. Kelapa dijual dengan harga Rp. 2000 per butirnya. Kelapa ini dibawa ke Malaysia untuk kemudian diolah menjadi produk-produk berbahan baku minyak kelapa. Namun begitu, biaya kelapa dari kebun menuju ke pelabuhan desa yang dipotong dengan biaya-biaya memetik, menggolek, dan melangsir ke pelabuhan membutuhkan nilai Rp. 500 tiap butirnya, sehingga petani memiliki pemasukan bersih sebesar Rp. 1500.

22

Gambar 3.5. Kararkteristik penggunaan lahan di Desa Sendanu Darul Ikhsan dan kegiatan ekonomi rumah tangga

Selain kelapa hasil pertanian lain adalah karet. Luas kebun karet yang ada di SDI mencapai 262 ha, namun sejak 7 tahun terakhir harga karet yang terus menerus merosot tidak bisa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat SDI karena harganya yang relatif rendah.

Komoditas lain yang ditanam oleh masyarakat SDI adalah pinang dan padi. Pinang banyak ditanam di halaman rumah yang bertumpang sari dengan pohon kelapa atau ditanam di pinggir jalan penghubung desa, sedangkan padi ditanam diluar daerahnya, yaitu di Penyalai, yang berada di wilayah Kab. Pelalawan.

Terdapat beberapa permasalahan di desa yang berhubungan dengan efektivitas penggunaan lahan pekarangannya untuk penanaman sayuran, palawijaya, dan pohon tumbuhan lainnya. Diantaranya hama monyet dan babi yang merusak bibit-bibit palawijaya dan sayuran yang sedang ditanam juga bibit sagu, pisang, dan kelapa, sehingga setiap rumah tangga memerlukan pagar yang mengelilingi pekarangan sebagai pelindung dari hama tersebut. Hal yang sama juga dirasakan oleh masyarakat di Desa Sungai Tohor, Sungai tohor Barat, dan lainnya. Biaya pagar yang mahal menjadikannya permasalahan kurang berhasilnya tingkat efektivitas penggunaan lahan sebagai penambah ekonomi keluarga.

23

3.3.7. Sosial budaya

Berbeda dengan desa-desa tetangganya, masyarakat SDI mayoritas merupakan etnis Melayu daratan yang berasal dari Kab. Kampar sehingga bahasa yang digunakan relatif mirip dengan bahasa Melayu yang digunakan di Kab. Kampar dan Pelalawan. Meskipun demikian secara umum warga SDI menunjukkan budaya Melayu sama dengan desa-desa lainnya. Perilaku musyawarah untuk mencapai sepakat, gotong royong, dan meminta pendapat pada orang yang dituakan merupakan hal-hal yang selalu dilakukan dalam keseharian masyarakat SDI.

3.4. Desa Sungai Tohor Barat

3.4.1. Geografi

Desa Sungai Tohor Barat berada di pesisir timur Pulau Tebing Tinggi. Wilayah Desa Sungai Tohor merupakan dataran rendah dengan kontur yang datar, tidak ada bukit atau gunung, dengan luas mencapai 24,33 Km2.

Batas-batas wilayah Desa Sungai Tohor Barat adalah :

– Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Banglas – Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sungai Tohor – Sebelah Utara berbatasan dengan : Selat Air hitam – Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Sungai Tohor 3.4.2. Pemerintahan

Desa Sungai Tohor Barat merupakan hasil pemekaran dari Desa

Dokumen terkait