PENDAHULUAN A. Latar Belakang
F. Tinjauan Kepustakaan
6. Analisis Data
Terhadap suatu penelitian sangat diperlukan suatu analis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data adalah proses menafsirkan atau memaknai suatu data. Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan pekerjaan seorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan daya pikir secara optimal dan secara nyata kemampuan metodologis peneliti diuji.71 Pengolahan data adalah kegiatan merapikan hasilpengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisis.72 Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan nuntuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam skirpsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik kesimpulan serta memberikan saran seperlunya.
Penulisan skripsi ini analis data yang dilakukan adalah menggunakan metode analis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan secara lengkap kualitas dari data -data yang telah dikumpulkan dan telah diolah, selanjutnya dibuat kesimpulan. Data yang telah diperoleh melalui studi lapangan (wawancara) dan studi pustaka dikualifikasikan dan diurutkan ke dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar. Keseluruhan data akan diuraikan secara deskriptif yang kemudian akan dianalisa secara kualitatif.
Berdasarkan hal tersebut dapatlah dikatakan, bahwa apa yang dimaksudkan dengan metode kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden/informan secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, dipelajari dan diteliti sebagai sesuatu yang utuh. Metode kualitatif tidak hanya bertujuan mengungkapkan kebenaran, tetapi juga untuk memahami kebenaran tersebut dan latar belakang terjadinya suatu peristiwa.
71
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 2002, halaman 7 72
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, halaman 72
Dengan menggambarkan suatu gejala di masyarakat melalui pengamatan yang dilakukan untuk menentukan isi dan makna aturan hukum yang dijadikan pedoman dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.
i
ABSTRACT
Hotmarta Adelia Saragih* Prof. Dr.Ediwarman, S.H.,M.H **
Alwan, S.H.,M.Hum ***
In real life in the community, peace agreement between victims and offenders of the crime of traffic accidents often occur. Although there has been peace agreement between victims and offenders of the crime of traffic accidents, do not cover the possibility of the case by the police submitted and vetted in court hearing even though the parties did not want the matter proceed legally. At the court hearing, peace agreement is going completely into the authority of judges, that is, whether the judge considered the peace agreement or not in check and break things, depends on the policy of the judge because there is no rule of law which expressly regulate the existence of peace agreement between victims and offenders of the crime of traffic accidents in the judge's ruling.
Related to this, a problem that wants to canvassed is about how setting traffic accidents after the peace agreement between victim and ofender, how the existence of peace agreement in a traffic accident in Pengadilan Negeri Medan and how legal policy in the peace agreement of a traffic accident. The research method used is descriptive research i.e. research that are discover the facts therein (fact finding). In doing the steps that need to be applied, descriptive research approach to the problem so that the problems will be examined more clearly and forcefully. Approach the problem through Juridical normative and Juridical way Empirical. Data collection methods used in this research is the research studies library (library research), to obtain primary data, this data is obtained using interview techniques and using the technique of sampling (sampling).
Regulations governing traffic accidents is regulated in the Criminal Code and Act No. 22 of 2009 about traffic and Road Transport. As the implementation of the principle of lex speciales derogate lex generalis, the provisions in force at the moment is Act No. 22 of 2009 about traffic and Road Transport. In this Act, the peace agreement that has been done by the victim with the offender in a traffic accident is not dismissed criminal charges against the offenders. While in the punshment system, yet no arrangements regarding the obligation of the judge to consider the judge's verdict in peace agreement so that there is still a difference between the existence of peace agreement in the decision of the judge. State Court judge's ruling in the Field, not all peace agreement in traffic accidents as one consideration in dropping criminal. The existence of such a peace agreement cannot be used as a reason to delete, but rather a criminal as the reason for the criminal defendant. lighten. In a traffic accident, the criminal law policy more stressed to the penal policy through provision of criminal. While non-penal policy is directed at the prevention of the occurrence of traffic accidents.
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I
*** Dosen Pembimbing II
Hotmarta Adelia Saragih* Prof. Dr.Ediwarman, S.H.,M.H **
Alwan, S.H.,M.Hum ***
Dalam kenyataanya di masyarakat, perdamaian antara korban dengan pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas sering terjadi. Meskipun telah terjadi perdamaian antara korban dengan pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas, tidak menutup kemungkinan perkara tersebut oleh pihak kepolisian diajukan dan diperiksa di sidang pengadilan walaupun para pihak tidak menginginkan perkara tersebut dilanjutkan secara hukum. Di sidang pengadilan, perdamaian yang terjadi sepenuhnya menjadi kewenangan hakim, artinya apakah perdamaian tersebut dipertimbangkan hakim atau tidak dalam memeriksa dan memutus perkara, tergantung kepada kebijakan hakim sebab tidak ada peraturan hukum yang secara tegas mengatur mengenai eksistensi perdamaian antara korban dengan pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas dalam putusan hakim.
Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan yang ingin diteliti adalah mengenai bagaimana pengaturan kecelakaan lalu lintas setelah adanya perdamaian antara korban dengan pelaku, bagaimana eksistensi perdamaian dalam kecelakaan lalu lintas dalam putusan Pengadilan Negeri Medan dan bagaimana kebijakan hukum dalam perdamaian kecelakaan lalu lintas.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bersifat menemukan fakta-fakta seadanya (fact finding). Dalam melakukan langkah-langkah penelitian deskriptif tersebut perlu diterapkan pendekatan masalah sehingga masalah yang akan dikaji menjadi lebih jelas dan tegas. Pendekatan masalah tersebut dilakukan melalui cara Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kepustakaan (library research), untuk memperoleh data primer, data ini diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dan menggunakan teknik sampel (sampling).
Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kecelakaan lalu lintas diatur dalam KUHP dan juga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sebagai pelaksanaan asas lex specialis derogate lex generalis, maka ketentuan yang berlaku saat ini adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam undang-undang ini, perdamaian yang telah dilakukan oleh korban dengan pelaku dalam kecelakaan lalu lintas tidak menggugurkan tuntutan pidana terhadap pelaku. Sementara dalam sistem pemidanaan, belum ada pengaturan mengenai kewajiban hakim untuk mempertimbangkan perdamaian dalam putusan hakim sehingga masih terdapat perbedaan eksistensi perdamaian dalam putusan hakim. Dalam putusan hakim pengadilan Negeri Medan, tidak semua perdamaian dalam kecelakaan lalu lintas dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menjatuhkan pidana. Eksistensi perdamaian tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alasan menghapus pidana, melainkan sebagai alasan yang meringankan pidana bagi terdakwa.. Dalam kecelakaan lalu lintas, kebijakan hukum pidana lebih dititikberatkan kepada kebijakan penal melalui pemberian pidana. Sementara kebijakan non penal lebih diarahkan pada pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas.
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pembimbing I
i
EKSISTENSI PERDAMAIAN ANTARA KORBAN DENGAN PELAKU TINDAK