• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Metode Penelitian

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).47

46

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal.66

47

Burhan Bungi, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.53

Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.48 Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.49

Data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (Library Research) dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan (Field Research) kemudian disusun secara urut dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan dengan mempergunakan metode berfikir induktif yaitu cara berfikir yang dimulai dari hal yang khusus untuk selanjutnya menarik ke hal-hal yang umum sebagai kesimpulan dan selanjutnya dipresentasikan dalam bentuk deskriptif.

48

Lexy J Moleong, Metodologi Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.103

49

44

PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2006

A. Gambaran Umum KPKNL Medan

1. Tugas, Fungsi dan Wewenang KPKNL Medan

Berdasarkan Pasal 30 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.02/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, tugas pokok KPKNL adalah melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, KPKNL menyelenggarakan fungsi :

a. Inventarisasi, pengadministrasian, pendayagunaan, pengamanan kekayaan negara.

b. Retribusi, verifikasi dan analisa pertimbangan permohonan pengalihan serta penghapusan kekayaan negara.

c. Registrasi penerimaan berkas, penetapan, penagihan, pengelolaan barang jaminan, eksekusi, pemeriksaan harta kekayaan milik penanggung hutang/ penjamin hutang.

d. Penyiapan bahan pertimbangan atas permohonan keringanan jangka waktu dan/atau jumlah hutang, usul pencegahan dan penyanderaan penanggung hutang dan/atau penjamin hutang, serta penyiapan data usul penghapusan piutang negara;

e. Pelaksanaan pelayanan penilaian f. Pelaksanaan pelayanan lelang

g. Penyajian informasi di bidang kekayaan negara, penilaian, piuang negara dan lelang

h. Pelaksanaan penetapan dan penagihan piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan

i. Pelaksanaan pemeriksaan barang jaminan milik penanggung hutang atau penjamin hutang serta harta kekayaan lain

j. Pelaksanaan bimbingan kepada pejabat lelang

k. Inventarisasi, pengamanan, dan pendayagunaan barang jaminan

l. Pelaksanaan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum pengurusan piutang negara dan lelang

m. Verifikasi dan pembukuan penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang

n. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Untuk mewujudkan pertanggung jawaban atas penyelenggaraan tugas dan fungsi KPKNL, sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 disusun laporan akuntabilitas kinerja KPKNL Medan untuk setiap tahun anggaran.

Dengan tersusunnya laporan akuntabilitas KPKNL Medan diharapkan para pelaksana tugas KPKNL Medan dapat semakin terdorong dan termotivasi untuk

meningkatkan kinerja dengan demikian sasaran dan tujuan sebagaimana digariskan dalam visi dan misi dapat tercapai. Selain itu, diharapkan pula berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan akan dapat dievaluasi, sehingga untuk pelaksanaan selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik lagi.

Kantor Pelayanan Keuangan dan Lelang Negara Medan mempunyai daerah wewenang sebagai berikut :

a. Medan

b. Binjai (saat ini belum dibuka) c. Pematang Siantar

d. Kisaran

e. Padang Sidempuan

KPKNL Medan adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yang bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah II DJKN Medan.

47 Sumber : Lampiran III-2

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Bagan 1. Bagan Organisasi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang

SUB BAGIAN UMUM

SEKSI PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA SEKSI PELAYANAN PENILAIAN SEKSI PIUTANG NEGARA SEKSI PELAYANAN LELANG SEKSI HUKUM DAN INFORMASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

3. Susunan Organisasi KPKNL

Susunan organisasi pada KPKNL sebagaimana diatur dalam Pasal 32 PMK.102/PMK.01/2008 adalah sebagai berikut :

a. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengkoordinasian penyelesaian temuan hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional, penyiapan bahan penyusunan rencana strategik dan laporan akuntabilitas, serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan barang milik negara di lingkungan KPKNL.

b. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan status penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, bimbingan teknis, pengawasan dan pengendalian, penatausahaan dan penyusunan daftar barang milik negara/kekayaan negara.

c. Seksi Pelayanan Penilaian

Mempunyai tugas melakukan penilaian yang meliputi identifikasi permasalahan, survei pendahuluan, pengumpulan dan analisa data, penerapan metode penilaian, rekonsiliasi nilai serta kesimpulan nilai dan laporan penilaian untuk kepentingan penilaian kekayaan negara, sumber daya alam, real properti, properti khusus dan usaha serta penilaian atas permintaan badan hukum pemerintah dan penilaian terhadap obyek-obyek penilaian yang diamanatkan oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah.

d. Seksi Piutang Negara

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan dan penagihan piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang dan/atau penjamin hutang, pemblokiran, eksekusi barang jaminan dan/atau harta kekayaan lain, pemberian pertimbangan keringanan hutang, pengusulan pencegahan keluar wilayah Republik Indonesia, pengusulan dan pelaksanaan paksa badan, penyiapan pertimbangan penyelesaian atau penghapusan piutang negara, inventarisasi piutang negara, pemeriksaan barang jaminan milik penanggungan hutang, serta inventarisasi, registrasi, pengamanan, pendayagunaan, dan pemasaran barang jaminan.

e. Seksi Pelayanan Lelang

mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dokumen persyaratan lelang dan dokumen obyek lelang, penyiapan dan pelaksanaan lelang, pembuatan salinan, petikan dan grosse risalah lelang, pelaksanaan superintendesi Pejabat Lelang serta pengawasan Balai Lelang dan pengawasan lelang pada Perum Pegadaian dan lelang kayu kecil oleh PT. Perhutani (Persero).

f. Seksi Hukum Dan Informasi

Mempunyai tugas melakukan registrasi dan penatausahaan berkas kasus piutang negaara, pencatatan surat permohonan lelang, penyajian informasi, pemberian pertimbangan dan bantuan hukum kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang negara dan lelang, serta verifikasi penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang.

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

B. Peranan Kantor Pelayanan Keuangan Negara dan Lelang (KPKNL) Dalam Penanganan Piutang Negara Macet Sebelum dan Sesudah Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006

1. Peran KPKNL Sebelum Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2006

Berdasarkan Pasal 22 Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 445/ KMK.01/2001 tugas pokok KP2LN adalah melaksanakan pelayanan pengurusan piutang negara dan lelang berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam Pasal 23 disebutkan bahwa KP2LN menyelenggarakan fungsi : Pelaksanaan penetapan dan penagihan piutang serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan.

PUPN dalam melaksanakan pengurusan piutang negara macet dapat menerbitkan Surat Paksa (SP), Pelaksanaan Surat Paksa (PSP), Surat Perintah Penyitaan (SPP), pelaksanaan penyitaan dan Surat Perintah Penyitaan (SPP), pelaksanaan penyitaan dan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan (SPPBS) dalam hal eksekusi lelang.50

50

Ibid , hlm. 69

Pasal-pasal eksekusi dalam Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 ini merupakan sumber hukum yang mengatur

kewenangan “Parate Eksekusi” (parate executie) yang dilimpahkan undang- undang kepada institusi Panitia Urusan Piutang Negara.51 Parate eksekusi adalah suatu keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap atau daya laku eksekutorial tanpa keterlibatan dan penetapan/fiat pengadilan (hakim) dalam memutus suatu perkara perdata, dalam arti PUPN dapat melakukan eksekusi secara langsung. Bahkan pengadilan pun tidak dapat membatalkannya.52

Sudikno Mertokusumo mengemukakan bahwa “untuk kepentingan agar terjamin haknya sekiranya gugatan dikabulkan nantinya, maka undang- undang menyediakan upaya untuk menjamin hak tersebut dengan “penyitaan

arrest beslag”.53

Setelah dirundingkan oleh panitia dengan nasabah debitur/penanggung hutang, dan diperoleh kata sepakat tentang jumlah hutangnya yang masih harus dibayar, termasuk perhitungan bunga dan uang, denda yang tidak bersifat pidana, serta biaya-biaya yang bersangkutan dengan piutang ini, maka

Jadi upaya yang dapat ditempuh salah satunya adalah melakukan tindakan penyitaan atas barang jaminan hutang milik nasabah debitur, bila ketentuan dalam Surat Paksa (SP) dan Pernyataan Bersama (PB) tidak dapat dipenuhi oleh nasabah debitur/penjamin hutang.

51

M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta : Gramedia, 1988), hlm. 4.

52

Soetarawao Soemowijoyo, Eksekusi oleh PUPN, Proyek Pendidikan dan Latihan BPLK Departemen Keuangan RI., Jakarta, 1996, hlm. 13.

53

oleh Ketua Panitia dan nasabah debitur/penanggung hutang dapat dibuat suatu Pernyataan Bersama (PB) yang memuat jumlah tersebut dan memuat kewajiban nasabah debitur/penanggung hutang untuk membayar dan melunasinya.

a. Pernyataan Bersama (PB) ini mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti suatu putusan hakim dalam perkara perdata yang berkekuatan pasti, untuk mana Pernyataan Bersama (PB) itu berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

b. Pelaksanaan dilakukan oleh Ketua Panitia dalam pengurusan piutang negara lebih lanjut dengan mengeluarkan surat paksa, yang dapat dijalankan secara penyitaan, pelelangan atas barang-barang harta kekayaan nasabah debitur/penanggung hutang dan secara penyanderaan terhadap nasabah debitur/penanggung hutang

Berdasarkan Pasal 197 HIR kewenangan yang dimiliki PUPN adalah berdiri sendiri dalam melaksanakan executorial verkoop, seperti halnya kewenangan yang dimiliki Pengadilan Negeri. Kewenangan executorial

verkoop yang dimiliki PUPN bersifat parate eksekusi.

PUPN dalam melaksanakan tugas dan fungsi yustisial telah diberi kewenangan oleh undang-undang yang bersifat lex specialis dalam pengurusan piutang negara dapat mengeluarkan putusan yang bersifat final

(parate eksekusi) dan tidak perlu banding, kasasi dan peninjauan kembali pada hakim atasan, sehingga lembaga lain tidak berwenang menguji dan menilai putusan PUPN tersebut.

Tindakan pemerintah (Diskresi) senantiasa dapat dijumpai pelaksanaannya dalam sistem pemerintahan modern. Perbedaan pelaksanaannya antara negara modern disebabkan perbedaan landasan ideal maupun landasan konstitusional dari negara-negara itu sendiri.54

2. Prosedur dan Pelaksanaan Penanganan Kredit Macet yang Berasal Dari Bank BUMN oleh KP2LN Medan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dalam melakukan penagihan kredit macet, bank memberikan peringatan-peringatan kepada debitur bahkan dilakukan restrukturisasi kredit agar dapat memberikan keringanan kepada debitur dalam membayar utangnya.55 Apabila bank telah melakukan berbagai usaha-usaha untuk menyelesaikan kredit macet tetapi tidak berhasil yang disebabkan karena tidak ada kesediaan debitur dan debitur nakal maka bank melakukan langkah-langkah sebagai berikut :56

54

Muhammad Abduh, Profil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI) Dikaitkan Dengan Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Peraturan), (Medan : FH-USU, 1988), hlm. 23.

55

Wawancara dengan Bapak Tri Feriandi, Kepala Sub Bagian Umum KPKNL Medan tanggal 26 Juni 2009

56

Wawancara dengan Bapak Tri Feriandi, Kepala Sub Bagian Umum KPKNL Medan tanggal 25 Mei 2009

a. Penyerahan piutang

Bank/kreditur wajib menyerahkan kredit macet kepada DJPLN dalam hal ini kepada Panitera Pengurus Piutang Negara Cabang melalui Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) di daerah masing-masing sesuai wilayah kerjanya. Penyerahan dilakukan secara tertulis disertai dengan resume yang memuat berbagai informasi dan dokumen-dokumen perjanjian kredit dan jaminan. Besarnya kredit macet yang dapat diserahkan pengurusannya kepada Panitia Cabang (KP2LN) paling sedikit Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah). Namun batas dua juta rupiah ini tidak berlaku bagi piutang Pemerintah dan Lembaga Negara baik tingkat pusat maupun daerah.

Resume berkas penyerahan kredit macet memuat informasi :57 1) Identitas kreditur/penyerah piutang

2) Identitas debitur dan atau penjamin hutang (borgtocht)

3) Bidang usaha debitur, antara lain industri manufaktur, perdagangan, pertanian, perkebunan, atau bidang usaha lainnya.

4) Keadaan usaha debitur pada saat diserahkan

5) Dasar hukum terjadinya hutang, antara lain perjanjian kredit, akta pengakuan hutang, peraturan atau dasar hukum lainnya.

6) Jenis piutang negara antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit umum, dana reboisasi, jasa pelabuhan, atau jenis piutang negara lainnya.

7) Penjamin kredit oleh pihak ketiga antara lain PT.Askrindo, PT.ASEI, Perum PKK, atau lembaga penjamin lainnya.

8) Sebab-sebab kredit/piutang dinyatakan macet seperti kesalahan manajemen, debitur nakal, bencana alam, kerusuhan sosial, atau sebab-sebab lainnya.

9) Tanggal realisasi kredit dan tanggal-tanggal kreditur/penyerah piutang mengkategorikan kredit sesuai peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam hal piutang negara berasal dari perbankan, atau tanggal debitur/penanggung hutang dinyatakan wanprestasi sesuai dengan perjanjian, peraturan, surat keputusan pejabat berwenang sebab apapun dalam hal piutang negara berasal dari non perbankan. 10)Rincian hutang yang terdiri dari saldo hutang pokok, bunga, denda dan

ongkos/beban lainnya.

11)Daftar barang jaminan, yang memuat uraian barang, pengikatan, kondisi dan nilai barang jaminan pada saat penyerahan, dalam hal penyerahan didukung oleh barang jaminan.

57

12)Daftar harta kekayaan lainnya.

13)Penjelasan singkat upaya-upaya penyelesaian hutang yang telah dilakukan oleh kreditur/penyerah piutang, dan

14)Informasi lainnya yang dianggap perlu disampaikan oleh penyerah piutang antara lain debitur/penanggung hutang dan atau penjamin hutang sudah tidak diketahui tempat tinggalnya, ada kasus gugatan di pengadilan, atau barang jaminan telah disita pengadilan negeri untuk kepentingan pihak lain.

Dokumen-dokumen yang dilampirkan dalam penyerahan pengurusan piutang negara sebagai berikut :58

a) Perjanjian kredit, akta pengakuan hutang, perubahan perjanjian dan lain-lain.

b) Rekening koran, prima nota, faktur, dokumen sejenis yang membuktikan besarnya hutang

c) Dokumen barang jaminan serta pengikatannya dan surat-surat lainnya yang mendukung barang jaminan tersebut.

d) Surat menyurat antara kreditur/penyerah piutang dengan debitur/ penanggung hutang dan atau penjamin hutang yang berkaitan dengan upaya penyelesaian hutang.

Apabila KP2LN menilai informasi yang disampaikan dalam resume masih belum lengkap dan membutuhkan penjelasan maka KP2LN dapat meminta kreditur/penyerah piutang untuk melengkapi data-data dan kalau perlu dapat memberikan penjelasan/ekspose serta melakukan penelitian lapangan.

Dalam kasus-kasus tertentu untuk menyelesaikan piutang negara/ kredit macet, ketua PUPN dapat bertindak tanpa menunggu penyerahan penyelesaian kredit macet kepada KP2LN. Hal ini dilakukan jika kredit- kredit macet dipergunakan tidak sesuai dengan permohonan, tujuan dan syarat-syarat pemberian kredit. Untuk mengetahui bahwa debitur telah

58

menyalahgunakan pemakaian kredit yang diterimanya ketua PUPN harus terlebih dahulu memiliki bukti-bukti yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan bahwa debitur menyalahgunakan penggunaan kredit sehingga pengembalian kredit menjadi macet. Untuk pembuktian lebih lanjut Ketua PUPN juga memerlukan keterangan dari kreditur/bank.59

b. Penelitian

Terhadap penyerahan pengurusan piutang dari kreditur tersebut di atas, KP2LN mengadaka penelitian dan hasil penelitian dituangkan dalam Resume Hasil Penelitian Kasus. Berdasarkan resume dan dokumen penyerahan, KP2LN menghitung besarnya piutang negara dengan memperhatikan hutang negara yang berasal dari perbankan atau non perbankan yaitu :

1) Piutang negara perbankan dihitung terdiri dari hutang pokok, bunga, denda, dan ongkos-ongkos. Besarnya bunga, denda dan ongkos- ongkos ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah kredit digolongkan macet berdasarkan peraturan kolektibilitas kredit menurut Bank Indonesia. Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 menetapkan bahwa kredit digolongkan macet jika terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari (9 bulan lebih). Jadi perhitungan 6 bulan setelah kredit digolongkan macet berarti bunga denda dan ongkos dihitung selama 15 bulan tunggakan.

2) Biaya-biaya lain yang dikeluarkan oleh bank seperti biaya asuransi, biaya pengikatan jaminan seperti hak tanggungan/hipotik, fiducia dan biaya perpanjangan hak atas tanah, biaya pengukuhan hak atas tanah dan biaya lain sebagainya tetap dihitung dan ditambahkan sebagai piutang negara yang harus ditagihkan kepada debitur. Sebaliknya pembayaran angsuran yang dilakukan debitur setelah piutang dinyatakan macet dihitung sebagai pengurangan dari piutang negara. 3) Piutang negara non perbankan dihitung berdasarkan perhitungan pada

saat piutang jatuh tempo. Jika terdapat pembebanan bunga, denda dan/atau beban lainnya, besarnya bunga, denda dan atau beban lainnya ditetapkan paling lama 6 bulan setelah jatuh tempo, kecuali ditetapkan tersendiri berdaasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

59

c. Surat Penerimaan

Bila Panitia Cabang (Ketua PUPN Cabang) menetapkan bahwa berkas penyerahan kreditur tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan dan dapat dibuktikan adanya dan besarnya piutang negara, Panitia Cabang menerima penyerahan pengurusan piutang negara dengan menerbitkan Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara (SP3N). Tetapi jika panitia cabang menyatakan penyerahan pengurusan piutang negara tidak memenuhi syarat karena tidak dapat dibuktikan adanya dan besarnya piutang negara maka Panitia Cabang menolak penyerahan pengurusan piutang negara dengan menerbitkan Surat Penolakan Pengurusan Piutang Negara. Jika yang menjadi debitur itu BUMN, BUMD, instansi Pemerintah atau lembaga negara, tidak diterbitkan SP3N tetapi Surat Tanda Terima Penyerahan yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan.

SP3N sekurang-kurangnya memuat :

1) Nomor dan tanggal surat penyerahan pengurusan piutang negara 2) Identitas kreditur/penyerah piutang dan debitur

3) Pernyataan menerima pengurusan piutang negara

4) Rincian dan jumlah piutang negara yang telah diperhitungkan sesuai dengan ketentuan perhitungan piutang negara perbankan atau non perbankan.

5) Tanda tangan panitia cabang

Dengan diterbitkannya SP3N, pengurusan piutang negara beralih dari kreditur kepada Panitia Cabang dan penyelenggaraannya dilakukan oleh KP2LN, dengan beralihnya pengurusan piutang negara ini kreditur wajib menyerahkan dokumen-dokumen asli barang jaminan.

d. Panggilan 1 dan 2

Setelah Panitia Cabang menerbitkan SP3N sebagai bukti berkas penyerahan telah memenuhi persyaratan maka KP2LN melakukan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan secara bersamaan, yaitu :

1) Melakukan pemanggilan secara tertulis kepada debitur agar datang di KP2LN untuk dimintai keterangan/penjelasan/wawancara dalam rangka penyelesaian hutang. Apabila debitur dipanggil tidak datang maka paling lambat dalam waktu 7 hari kerja setelah tanggal menghadap yang ditetapkan dalam panggilan pertama, KP2LN melakukan pemanggilan kedua yang merupakan panggilan terakhir yang disampaikan oleh kurir atau menggunakan jasa pos. apabila debitur tidak diketahui lagi tempat kediamannya maka KP2LN melakukan pengumuman panggilan melalui surat kabar harian atau media elektronik atau media massa lainnya atau melalui papan pengumuman di KP2LN. Pengumuman pemanggilan memuat identitas debitur dan keharusan debitur untuk menyelesaikan hutangnya kepada negara.

Untuk memenuhi panggilan debitur dapat mewakilkan kepada orang lain, dengan menunjukkan surat kuasa khusus yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris atau surat kuasa yang dilegalisir Notaris (legalisasi). Jika di wilayah debitur tidak ada Notaris Surat Kuasa dibuat di atas materai cukup yang diketahui oleh lurah atau kepala desa setempat.

2) Melakukan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan debitur, penjamin hutang atau pemegang saham, kemampuan debitur, harta kekayaan lain dan pemeriksaan fisik barang jaminan. Pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa (pegawai di lingkungan DJPLN) guna memperoleh informasi dan atau bukti-bukti dalam rangka penyelesaian piutang negara.

Pemeriksaan debitur untuk memastikan orang atau badan hukum yang berhutang berdasarkan perjanjian kredit atau berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasar sebab apapun mempunyai hutang kepada negara. Pemeriksaan penjamin hutang untuk memastikan orang sebagai penjamin (borgtocht/personal

guarantee) atau badan (corporate guarantee) atau avalist sebagai

penjamin pembayaran wesel. Pemeriksaan pemegang saham adalah untuk memastikan bahwa orang atau badan adalah sebagai pemegang saham sesuai undang-undang perseroan.

Pemeriksaan terhadap kemampuan debitur untuk mengetahui penghasilan debitur dan atau hasil usaha dari barang jaminan dan atau harta kekayaan lain milik debitur.

Pemeriksaan terhadap harta kekayaan lain adalah untuk mengetahui harta kekayaan debitur yang tidak dijaminkan yang meliputi harta bergerak dan tidak bergerak dan benda berwujud dan benda tidak berwujud. Contohnya tanah, bangunan, kendaraan

bermotor, perhiasan, peralatan elektronik, furniture, surat berharga seperti saham, obligasi, hak cipta, hak merek, hak paten dan uang atau harta kekayaan lainnya.

Pemeriksaan fisik barang jaminan untuk memastikan apakah ada permasalahan hukum atau ada yang hilang dan lain-lain.

3) Pemblokiran barang jaminan/harta kekayaan lain milik debitur atau milik penjamin hutang

Pemblokiran barang jaminan atau harta kekayaan lain dilakukan untuk mencegah agar debitur atau penjamin hutang tidak mengalihkan atau menghilangkan barang jaminan itu. Pemblokiran barang jaminan dan atau harta kekayaan lain dilakukan dengan menerbitkan Surat Pemblokiran yang ditandatangani Kepala KP2LN yang ditujukan kepada instansi yang berwenang. Pemblokiran terhadap harta kekayaan yang tersimpan di bank dilaksanakan setelah memperoleh izin tertulis dari Bank Indonesia. Pemblokiran terhadap surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan setelah memperoleh izin tertulis dari Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal. 4) Pencegahan terhadap debitur dan penjamin hutang

Pencegahan dilakukan agar debitur dan penjamin hutang tidak keluar dari wilayah Republik Indonesia yang bersifat sementara. Pencegahan dilakukan karena debitur beritikad tidak baik dan barang jaminan diperkirakan tidak bisa menutupi sisa hutang. Dengan kondisi ini debitur atau penjamin hutang akan menghindar dan tidak

bertanggung jawab lagi untuk menyelesaikan piutang negara. Adanya pencegahan mempermudah bagi KP2LN menghubungi debitur untuk meminta penyelesaian piutang negara.

Jangka waktu pencegahan berlaku paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing selama 6 (enam) bulan. Pencegahan berakhir demi hukum jika jangka waktu pencegahan pertama berakhir dan tidak ada perpanjangan atau jangka waktu perpanjangan pencegahan kedua berakhir.

Dokumen terkait