• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel untuk Analisis Regresi dan dianalisis dengan software SPSS mini tab ver.22 dengan ANOVA (Analysis Of Variance). Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan DNMRT (Duncan New Multiple Range Test) pada taraf 5%

terhadap faktor perlakuan.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter yang diamati pada penelitian pertumbuhan planlet tanaman tin (Ficus carica L.) pada tahap aklimatisasi dengan pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK yaitu persentasi hidup dan tipe pertumbuhan hidup tanaman tin, klorofil daun tanaman tin, panjang batang tanaman tin, jumlah daun tanaman tin, dan luas daun tanaman tin.

4.1 Persentase Hidup dan Tipe Pertumbuhan Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

Persentase hidup dan tipe pertumbuhan tanaman tin pada kombinasi perlakuan air kelapa dan pupuk NPK dalam media tanaman tanah memberikan respon yang sama tiap perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman tin (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Respon pertumbuhan planlet tanaman tin (Ficus carica L.) a. Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A0N0 b. Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A1N2

c. Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A3N1

Komposisi dari air kelapa dan pupuk NPK dari Gambar 4.1 (Lampiran 1 dan 2, halaman 31 dan 32). Hasil penelitian menunjukkan persentase hidup sebesar 100%, tanaman mati 0%, dan berdaun sebesar 100% sehingga pada parameter

A B C

persentasi hidup tanaman tin tumbuh dengan baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Persentase Hidup dan Tipe Pertumbuhan Tanaman Tin dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK pengatur endogen sudah dapat menumbuhkan 100% pada kontrol, sama halnya dengan penambahan air kelapa dan pupuk NPK juga dapat menumbuhkan tanaman sampai 100%. Pertumbuhan tanaman tin tanpa perlakuan air kelapa hidup 100%, hal ini dikarenakan nutrisi dan unsur hara yang ada pada tanah asal dan juga zat pengatur endogen yang ada pada tanaman sudah dapat menumbuhkan sampai 100%, sehingga perlakuan menggunakan aie kelapa saja juga dapat menumbuhkan tanaman.

Sehingga jika tanaman diberikan kombinasi konsentrasi perlakuan air kelapa dan pupuk NPK pada tanaman juga memberikan respon yang sama pada pertumbuhan tanaman tin tanpa mengakibatkan kematian pada tanaman. Hal ini karena adanya

kandungan air kelapa dan pupuk NPK yang mampu membantu pertumbuhan tanaman tin serta adanya faktor eksternal seperti suhu, cahaya, pH, nutrisi, dan kelembapan yang mendukung.

Tanah atau media tanam yang ideal untuk pertumbuhan tanaman adalah apabila media tanam tersebut mempunyai perbandingan antara padatan dan ruang pori dalam keadaan seimbang. Tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi aerase dan draenase yang baik pula, sehingga lebih memudahkan perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorbsi air dan unsur hara (Sarief ,1985). Pertumbuhan yang normal suatu tanaman memerlukan unsur hara. Apabila komponen tersebut dalam keadaan cukup dan seimbang maka proses pembelahan sel akan berlangsung cepat dan pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan (Rika, 2015).

Presentase planlet berdaun dengan kombinasi air kelapa dan pupuk NPK memberikan hasil yang sama dengan kontrol yaitu 100%. Hal ini disebabkan karena adanya unsur hara dalam media tanam yang dapat membantu pertumbuhan planlet berdaun, sama halnya dengan jika tanaman tin diberikan perlakuan kombinasi air kelapa dan pupuk NPK. Penambahan air kelapa berperan penting dalam proses pembentukkan dan pertumbuhan daun karena di dalam air kelapa terdapat hormon sitokinin yang mampu merangsang pembentukkan daun dengan baik (Nana dan Salamah, 2014). Unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Setiap unsur hara mempunyai fungsi masing-masing dalam pertumbuhan tanaman. Menurut Lingga (2002), bahwa unsur nitrogen berfungsi dalam petumbuhan vegetatif terutama untuk pembentukan zat hijau daun (klorofil) dan protein.

Selain itu, sebelum melakukan tahap aklimatisasi pada tanaman tin sudah terlebih dahulu melalui proses hardening. Sesuai dengan penelitian Limarni (2008), planlet yang digunakan pada tahap aklimatisasi sebelumnya telah melewati proses hardening yang dilakukan selama satu minggu. Hardening dilakukan dengan cara mengeluarkan planlet botolan dari ruang kultur ke green house dalam bentuk botolan yang bertujuan untuk penyesuaian awal bagi planlet dengan suhu lingkungan diluar ruang kultur sehingga planlet memiliki sifat hardiness yang mampu bertahan hidup atau menghindarkan dari kerusakan yang biasanya ditimbulkan oleh stress pada

tanaman yang dapat mengakibatkan kelayuan hingga kematian pada tanaman yang biasanya terjadi pada bibit hasil in vitro diaklimatisasi.

4.2 Kandungan Klorofil Daun Tanaman Tin Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

Kandungan klorofil yang dihitung pada daun tanaman tin berumur 12 minggu setelah tanam (MST) terhitung dari awal penanaman tanaman ke media tanah dengan memberikan kombinasi perlakuan air kelapa dan pupuk NPK. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kombinasi air kelapa dan pupuk NPK memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap kandungan klorofil tanaman tin (Lampiran 7, halaman 40).

Kandungan klorofil tin yang telah dianalisis dari daun tanaman tin dengan pemberian air kelapa dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel (4.2). Klorofil daun menunjukkan laju aktivitas fotosintesis yang terjadi pada tanaman.

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji DNMRT 5 % (p < 0,05)

A0 = 0% A1 = 23% A2 = 45% A3 = 68%

N0 = 0,00 mg/L N1 = 1,0 g/L N2 = 1,5 g/L N3 = 2,0 g/L

Hasil analisis kandungan klorofil daun dengan pemberian perlakuan air kelapa tanpa pupuk NPK ternyata tidak bisa memberikan pengaruh yang nyata kepada kontrol, sehingga peran pupuk NPK sangat berpengaruh dalam pemberian air kelapa. Dan baru dapat memberikan pengaruh nyata pada perlakuan A3N1 dalam meningkatkan kandungan klorofil daun dibandingkan kontrol. Sementara pemberian tanpa air kelapa dengan pemberian NPK juga tidak memberikan pengaruh yang nyata, tetapi mengalami penurunan dalam kandungan klorofil daun pada A0N2, sehingga pupuk NPK ketika tidak ada zat pengatur tumbuh malah mengganggu kandungan klorofil. Peran kombinasi pupuk NPK dan air kelapa sangat berpengaruh

dalam meningkatkan kandungan klorofil pada daun.Pemberian kombinasi perlakuan pupuk NPK dan air kelapa pada perlakuan A3N1 baru dapat memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan luas daun dibandingkan dengan kontrol (A0N0). Kombinasi perlakuan dengan konsentrasi air kelapa dan pupuk NPK tertinggi yaitu pada A3N3

dengan rata-rata 52,09 mg/l. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh pemberian air kelapa dan pupuk NPK pada tanaman harus sesuai. Kadar klorofil pada tanaman dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan volume air. Unsur N, P dan K merupakan unsur hara makro yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Unsur N merupakan salah satu unsur penyusun klorofil yang berperan sebagai absorben cahaya matahari.

Semakin meningkat kandungan dan serapan N maka akan meningkatkan kandungan klorofil sehingga proses fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan serta didistribusikan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya pertumbuhan tinggi juga meningkat. Menurut Lakitan (2001), menyatakan bahwa unsur N berperan dalam pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur P dibutuhkan oleh tanaman diantaranya untuk pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP).

Pada perlakuan A3N3 menunjukkan kandungan klorofil tertinggi dengan rata-rata 52,09 mg/l. Hal ini diduga bahwa ZPT sitokinin dalam konsentrasi air kelapa 68% dengan kombinasi pupuk NPK 2,0 g/L secara sinergis mampu mencapai perimbangan yang tepat dalam memacu perbanyakan kandungan klorofil pada daun.

Mutryarny (2007), sitokinin yang ada dalam air kelapa dapat meningkatkan nisbah kandungan hormon pada jaringan tanaman. Selain itu, air kelapa juga memberikan sumbangan unsur-unsur hara terutama Nitrogen yang berperan dalam memacu proses pertumbuhan dan perkembangan daun sehinga dapat mencapai kandungan klorofil yang baik.

4.3 Panjang Batang Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan pemberian perlakuan Air kelapa Pupuk NPK

Panjang batang pada tanaman Tin berumur 12 MST pada perlakuan kontrol (tanpa perlakuan) dan pada perlakuan dengan menggunakan air kelapa dan pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Panjang Batang Tin (Ficus carica L.) pada minggu ke 12 setelah tanam a. Panjang batang tanaman tin pada perlakuan kontrol (A0N0)

b. Panjang batang tanaman tin pada perlakuan A3N3

Pada panjang batang tanaman tin dengan pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK yang telah analisis statistik dapat dilihat pada Tabel (4.3).

Tabel 4.3 Rata-Rata Panjang Batang (cm2) Tanaman Tin (Ficus carica L.) Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

PUPUK NPK (N)

AIR KELAPA (A) N0 N1 N2 N3

A0 18,43a 24,43e 23,23d 28,56i

A1 20,36b 27,53h 25,33f 30,83j

A2 22,46c 32,30l 31,46k 34,30n

A3 26,06g 35,26o 33,43m 37,03p

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji DNMRT 5 % (p < 0,05)

A0 = 0 A1 = 23% A2 = 45% A3 = 68%

N0 = 0,0 mg/L N1 = 1,0 g/L N2 = 1,5 g/L N3 = 2,0 g/L

Panjang batang tanaman tin pada semua kombinasi perlakuan air kelapa dan pupuk NPK yang diberikan berpengaruh nyata dalam meningkatkan rata-rata panjang batang tanaman tin dibandingkan dengan kontrol. Untuk rata-rata panjang batang dengan pemberian air kelapa sudah dapat meningkatkan rata-rata panjang batang dan berbeda nyata meningkatkan panjang batang, dan untuk pemberian pupuk NPK saja pertambahan konsentrasi sudah dapat memberikan pengaruh nyata. Tanaman tin dengan pemberian dosis pupuk NPK 1,0 g seiring dengan meningkatnya konsentrasi juga telah berbeda nyata dalam meningkatkan panjang batang. Hal ini dikarenakan unsur N, P dan K merupakan unsur hara makro yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Kombinasi air kelapa dan pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata

A B

pada semua perlakuan, dan perlakuan yang dapat meningkatkan rata-rata panjang batang tertinggi adalah kombinasi A3N3 dengan rata-rata panjang batang 37,03 cm2,

sementara pada kontrol yaitu 18,43 cm2. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dan pupuk NPK sangat berpengaruh didalam meningkatkan rata-rata panjang batang. Salah satu komponen utama penyusun tubuh tanaman.

Hal ini sejalan dengan pendapat Hardjowigeno (2003), bahwa apabila unsur hara yang dibutuhkan dalam keadaan cukup dan seimbang maka tanaman akan tumbuh dan berproduksi dengan baik Unsur Fosfor sangatlah penting di dalam pembelahan sel, juga untuk perkembangan jaringan meristem, Fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar pada tanaman muda. Peranan Fosfor dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem di ujung batang yang menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman. Pemilihan konsentrasi ZPT yang tepat perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang baik. ATP adalah energi yang dibutuhkan tanaman dalam setiap aktivasi sel yang meliputi pembelahan sel, pembesaran sel dan pemanjangan sel, sehingga ketersediaan ATP yang tinggi mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi. Gardner et al., (1991), menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman terjadi karena pembelahan sel dan peningkatan jumlah sel yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP. Selain unsur N dan P unsur K juga dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Unsur K berperan sebagai aktivator enzim diantaranya dalam reaksi fotosintesis, sehingga peningkatan unsur K akan meningkatkan laju fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan serta dimanfaatkan untuk pertumbuhan tinggi bibit. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun pengaruh perlakuan yang diterapkan. Meningkatnya tinggi tanaman terjadi melalui perpanjangan ruas-ruas akibat membesarnya sel-sel atau bertambahnya umur tanaman (Silva et al, (2007).

Pada perlakuan kontrol tanaman juga dapat meningkatkan panjang batang dan berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini karena air memiliki fungsi-fungsi pokok antara lain sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis, penyususn protoplasma yang sekaligus memelihara turgor sel, sebagai media dalam proses transpirasi, sebagai pelarut unsur hara, serta sebagai media translokasi unsur hara,

baik didalam tanah maupun didalam jaringan tubuh tanaman. Pemberian air dengan tepat akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal.

4.4 Jumlah daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan pemberian perlakuan Air kelapa dan Pupuk NPK

Pengamatan jumlah daun pada media aklimatisasi tanaman tin dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang muncul pada tanaman tin pada akhir pengamatan (12 MST). Analisis statistik dengan pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan jumlah daun (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa Dan Pupuk NPK

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji DNMRT 5 % (p < 0,05)

A0 = 0% A1 = 23% A2 = 45% A3= 68 % N0 = 0,0 mg/L N1 = 1,0 mg/L N2 = 1,5 mg/L N3 = 2,0 g/L

Jumlah daun tanaman tin pada kombinasi pemberian air kelapa dan pupuk NPK tidak dapat memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah daun.

Sekalipun secara rata-rata angka tanpa statistik dapat meningkatkan tetapi pada uji DNMRT 5% tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan pupuk NPK dan air kelapa dalam hal meningkatkan jumlah daun tanaman tin tidak berbeda nyata. Dan ini juga menunjjukkan bahwa untuk jumlah daun kontrol cukup dengan zat pengatur endogen dan nutrisi yang ada didalam tanah sudah dapat menambahkan jumlah daun.

Konsentrasi yang diberikan belum cukup untuk meningkatkan jumlah daun secara nyata. Pemberian kombinasi NPK pada tingkat konsentrasi rendah A1N2 belum memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan jumlah daun, serta dengan pemberian konsentrasi air kelapa A3N2 juga tidak dapat memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan jumlah daun walaupun dibandingkan dengan kontrol

(A0N0) tidak dapat memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah daun.

Kombinasi perlakuan dengan konsentrasi pemberian air kelapa dan pupuk NPK tertinggi yaitu A3N3 tidak dapat meningkatkan jumlah daun secara nyata dengan rata-rata yaitu 12,33 helai. Menurut Poerwowidodo (1992), pertumbuhan daun tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, pada fase tertentu akan mucul nodus tempat tumbuh daun yang akan mempengaruhi jumlah daun.

Pada penelitian ini perlakuan kontrol (A0N0) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1N0 tetapi meningkatkan jumlah daun dengan penambahan konsentrasi pemberian air kelapa, sama halnya dengan perlakuan kontrol dengan A0N1 juga dapat meningkatkan jumlah daun secara nyata dengan penambahan pupuk NPK. Semakin tinggi dosis air kelapa dan pupuk NPK yang diberikan menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan pemberian dosis pada perlakuan air kelapa dan pupuk NPK telah dapat mencukupi kebutuhan unsur hara dalam meningkatkan jumlah daun. Lakitan (2001), menyatakan bahwa salah satu unsur hara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah unsur N.

Nitrogen merupakan hara esensial yang berperan dalam pertumbuhan vegetatif diantaranya dalam pembentukan daun. Nitrogen dalam jumlah yang cukup berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun.

Konsentrasi A1N2 dan A2N2 menunjukkan jumlah daun yang sama.

Konsentrasi A3N3 merupakan konsentrasi yang lebih baik dalam meningkatkan jumlah daun. Hal ini diduga karena di dalam air kelapa terdapat hormon sitokinin yang mampu merangsang pembentukan daun dengan baik. Aktifitas ZPT pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi dan kepekaan jaringan. Werner et al., (2001), menyatakan bahwa sitokinin bersama dengan auksin mempunyai peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi jaringan tertentu.

4.5 Luas Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan pemberian perlakuan Air kelapa dan Pupuk NPK

Pengamatan luas daun pada aklimatisasi tanaman tin dilakukan dengan menggunakan aplikasi image J dengan mengambil daun pada akhir pengamatan (12

MST). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dan air kelapa berpengaruh nyata terhadap luas daun (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Rata-Rata Luas Daun (cm2) Tanaman Tin Ficus carica L.) Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa Dan Pupuk NPK

PUPUK NPK (N)

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji DNMRT 5 % (p < 0,05)

A0 = 0% A1 = 23% A2 = 45% A3= 68 % N0 = 0,00 mg/L N1 = 1,0 mg/L N2 = 1,5 mg/L N3 = 2,0 mg/L

Luas daun dengan pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK dapat meningkatkan luas daun secara nyata. Pemberian kombinasi pupuk NPK pada tingkat konsentrasi rendah A1N1 belum memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan luas daun yaitu dengan rata-rata 146,41 cm2, dengan meningkatnya konsentrasi pemberian air kelapa pada A3N1 baru dapat memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan luas daun dibanding kontrol (A0N0). Kombinasi perlakuan dengan konsentrasi pemberian air kelapa dan pupuk NPK tertinggi yaitu pada A3N3

yang dapat meningkatkan luas daun tertinggi secara nyata dengan rata-rata 240,87 cm2. Hal ini dikarenakan sitokinin dan auksin bersama dengan unsur N yang diberikan dalam dosis yang seimbang akan mempercepat pembentukan sel dan jaringan pada bibit tanaman tin. Hardi (2008), menyatakan bahwa tanaman dapat berkembang dengan baik apabila hormon dan unsur hara yang diberikan tersedia cukup bagi tanaman, dan dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. Menurut Marlin (2005), pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diberi perlakuan ZPT dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari ZPT endogen dan eksogen. Jadi pemberian ZPT secara eksogen dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman khususnya pada luas daun.

Pemberian dosis pupuk NPK 2,0 g menunjukkan luas daun yang lebih besar dan berbeda nyata dengan pemberian dosis pupuk NPK 0 g, 1,0 g dan 1,5 g. Hal ini diduga karena pemberian dosis tersebut mampu menyediakan unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman sehingga laju fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan dan ditranslokasikan ke organ-organ pertumbuhan vegetatif juga meningkat diantaranya untuk pertambahan luas daun. Lukikariati et al., (1996), menyatakan bahwa luas daun yang besar meningkatkan laju fotosintesis tanaman hingga akumulasi fotosintat yang dihasilkan menjadi tinggi. Fotosintat yang dihasilkan mendukung kerja sel-sel jaringan tanaman dalam berdiferensiasi sehingga akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan bagian pembentukan tanaman seperti batang, akar dan daun.

Pemberian konsentrasi air kelapa 68% menunjukkan luas daun yang lebih luas dan berbeda nyata dengan pemberian konsentrasi air kelapa 0%, 23% dan 45%.

Pada penelitian ini pemberian konsentrasi air kelapa mampu mempengaruhi pertambahan luas daun dibandingkan dengan pertambahan jumlah daun. Hal ini diduga pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang tepat mampu berperan penting dalam proses pembentukan dan pertumbuhan daun karena di dalam air kelapa terdapat hormon yang mampu merangsang pembentukan daun dengan baik. Menurut Campbell (2003), peningkatan luas daun dikarenakan oleh hormon tumbuh di dalam air kelapa. Hormon tumbuh tidak hanya memacu pemanjangan batang tetapi juga memacu pertumbuhan seluruh bagian tumbuhan termasuk akar dan daun.

Peningkatan luas daun dipengaruhi oleh fitohormon giberelin yang ada pada air kelapa.

Interaksi pada luas daun tanaman tin dengan pemberian air kelapa dan pupuk NPK yang secara bersamaan mengalami peningkatan luas pada daun. Hal ini sejalan dengan penggunaan air kelapa dan pupuk NPK diduga merupakan salah satu alternatif yang tepat guna dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Air kelapa mengandung mineral, vitamin, gula, asam amino, sitokinin, auksin dan fitohormon yang memiliki efek signifikan terhadap pertumbuhan tanaman terkhusus dalam penelitian ini yaitu luas daun. Hal ini sesuai dengan Anggari (2008), menyatakan bahwa sitokinin berfungsi dalam memacu peningkatan produksi klorofil dan memacu terjadinya proses fotosintesis untuk pertumbuhan luas ataupun panjang daun. Selain itu, pupuk NPK juga mengandung Nitrogen (N), Phosphate (P), dan Kalium (K). Dengan adanya pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang baik terhadap tanaman sehingga membuat meningkatnya pertumbuhan luas daun.

Menurut Wijaya (2008), menyatakan bahwa, tanaman yang memiliki suplai N yang cukup akan membuat helaian daun menjadi lebih banyak, luas daun yang meningkat dan kandungan klorofil yang lebih tinggi, sehingga tanaman mampu melakukan penyerapan dalam jumlah yang cukup untuk menjaga pertumbuhan vegetatifnya.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik maka dapat disimpulkan bahwa kombinasi pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK pada tahap aklimatisasi tanaman tin (Ficus carica L.) pada parameter persentasi hidup tanaman tin yaitu hidup 100%. Pada penelitian ini parameter yang tidak berbeda nyata yaitu jumlah daun tanaman tin, sedangkan parameter yang berbeda nyata yaitu panjang batang tanaman tin, kandungan klorofil daun tanaman tin dan luas daun tanaman tin.

Perlakuan Air kelapa dengan konsentrasi 68% dan pupuk NPK 2,0 g/L (A3N3) merupakan konsentrasi terbaik dalam pertumbuhan tanaman tin. Pada konsentrasi ini pertumbuhan tanaman tin tertinggi memperoleh tinggi yaitu 37,03 cm, jumlah daun terbanyak yaitu 12,33 helai, luas daun yaitu 240,87 cm2, dan kandungan klorofil terbanyak pada daun yaitu 52,09 mg/L.

5.2 Saran

Penelitian ini dapat dilanjutkan pada tahap pertumbuhan tanaman tin (Ficus carica L.) dilapangan sampai menghasilkan buah yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Andiani N. 2012. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3 Terhadap Inisiasi dan Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifasciata Prain„Laurentii‟. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anitasari S D, Sari D N R, Astarini I A, Defiani M R. 2018. Dasar Teknik Kultur Jaringan. Deepublish Publisher. Yogyakarta.

Anggari, C. P, 2008. Pengaruh Komposisi Media dan Macam Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anthurium hookeri. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Bey Y, Wan S, & Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (GA3) dan Air Kelapa terhadap Perkecambahan Bahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis BL). Jurnal Biogenesis, 2 (2): 41–46.

Campbell, Reece dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Condit I J. 1947. The fig. Massachusetts: Chronica Botanica Waltham, MA.

Dhage, S.S., Pawar, B. D., Chimote, V. P., Jadhav, A. S., dan Kale, A. A. 2012. In Vitro Callus Induction and Plantlet Regeneration in Fig (Ficus carica L.).

India: Journal of Cell and Tissue Research, 12 (3) : 3395-3400

Dewi, N., Dewi, I.S., Roostika, I. (2016). Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro untuk Konservasi Plasma Nutfah Ubi-ubian. AgroBiogen, 10(1): 34–44.

Endah H J. 2008. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. PT Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Firmansyah I, Syakir M, dan Lukman L. 2017. Pengaruh kombinasi dosis pupuk N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum melongena L.). J. Hort, 27 (1): 69-78.

Flaishman, Mose A, Victor Radov, Ed Stofer. 20008. “The fig: botany, horticulture and breeding”. Department of Fruit Tree Sciences, Agricultural Research Organization; Israel. J: Horticultural Reviews, 3(4) : 113-198.

Gardner F P, Pearce R B dan Mitchell R I. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hakim, N., M. Y. Nyapa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha., G.

Hakim, N., M. Y. Nyapa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha., G.

Dokumen terkait