• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN PLANLET TANAMAN TIN (Ficus carica L.) PADA TAHAP AKLIMATISASI DENGAN PEMBERIAN PERLAKUAN AIR KELAPA DAN PUPUK NPK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERTUMBUHAN PLANLET TANAMAN TIN (Ficus carica L.) PADA TAHAP AKLIMATISASI DENGAN PEMBERIAN PERLAKUAN AIR KELAPA DAN PUPUK NPK SKRIPSI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN PLANLET TANAMAN TIN (Ficus carica L.) PADA TAHAP AKLIMATISASI DENGAN PEMBERIAN

PERLAKUAN AIR KELAPA DAN PUPUK NPK

SKRIPSI

YUNI SAHARA SIREGAR 160805010

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)

PERTUMBUHAN PLANLET TANAMAN TIN (Ficus carica L.) PADA TAHAP AKLIMATISASI DENGAN PEMBERIAN

PERLAKUAN AIR KELAPA DAN PUPUK NPK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

YUNI SAHARA SIREGAR 160805010

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PERTUMBUHAN PLANLET TANAMAN TIN (Ficus carica L.) PADA TAHAP AKLIMATISASI DENGAN PEMBERIAN

PERLAKUAN AIR KELAPA DAN PUPUK NPK

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2021

Yuni Sahara Siregar

160805010

(4)

i

(5)

ii PERTUMBUHAN PLANLET TANAMAN TIN (Ficus carica L.) PADA TAHAP AKLIMATISASI DENGAN PEMBERIAN PERLAKUAN AIR

KELAPA DAN PUPUK NPK

ABSTRAK

Penelitian tentang Pertumbuhan Planlet Tanaman Tin (Ficus carica L.) Pada Tahap Aklimatisasi Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK telah dilaksanakan dari Agustus 2020 sampai dengan November 2020 di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Gedung Medan Johor, Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi terbaik Air Kelapa dan Pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman tin yang diaklimatisasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dua faktor dengan empat taraf Air Kelapa (0, 23%, 45%, 68%) dan empat taraf Pupuk NPK (0, 1,0, 1,5, 2,0 g/L) pengamatan dilakukan selama 12 minggu setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dan pupuk NPK berbeda nyata terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman, luas daun, kandungan klorofil, kecuali pada jumlah daun. Persentasi hidup tanaman tin hidup dengan signifikan. Pertumbuhan tanaman terbaik pada perlakuan Air Kelapa 68% dan Pupuk NPK 2,0 g/L (A3N3) dengan rata-rata tinggi 37,03 cm, jumlah daun 12,33 helai, luas daun 240,87 cm2, dan kandungan klorofil 52,09 mg/L.

Kata kunci: Aklimatisasi, Air kelapa, Tanaman tin, Pupuk NPK

(6)

iii PLANT GROWTH OF TIN (Ficus carica L.) PLANLETS AT THE

ACCLIMATIZATION STAGE WITH TREATMENT OF COCONUT WATER AND NPK FERTILIZER

ABSTRACT

Research on the Growth of Tin Plant Plantlets (Ficus carica L.) at the Acclimatization Stage with Treatment of Coconut Water and NPK Fertilizer was carried out from August 2020 to November 2020 at the Department of Food Crop Agriculture and Horticulture, Johor Medan Building, North Sumatra. This study aims to obtain the best combination of Coconut Water and NPK Fertilizer on acclimatized tin plant growth. This study used a two-factor factorial Completely Randomized Design (CRD) with four levels of Coconut Water (0, 23%, 45%, 68%) and four levels of NPK Fertilizer (0, 1,0 1.5 2.0 g / L). for 12 weeks after planting.

The results showed that the application of coconut water and NPK fertilizer was significantly different to the parameters of the observation of plant height, leaf area, chlorophyll content, except for the number of leaves. The percentage of plant life is significant. The best plant growth was treated with 68% Coconut Water and 2.0 g / L NPK Fertilizer (A3N3) with an average height of 37.03 cm, number of leaves 12.33, leaf area 240.87 cm2, and chlorophyll content of 52, 09 mg / L.

Keyword: Acclimatization, Coconut water, Tin plants, NPK Fertilizer

(7)

iv PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul Pertumbuhan Planlet Tanaman Tin (Ficus carica L.) Pada Tahap Aklimatisasi Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa Dan Pupuk NPK.

Laporan penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, motivasi, perhatian, semangat dan pengetahuan selama penulisan hasil penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis kepada ibu Dr. Suci Rahayu, M.Si dan Dr. Saleha Hannum, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik dan saran demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Erman Munir, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan bimbingan kepada penulis selama menjalani perkuliahan. Ucapan terima kasih kepada pihak Laboratorium Kultur jaringan UPTD. Benih Induk Hortikultura Gedung Johor, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian. Kepada ibu Herawaty, S.P yang banyak membantu penulis selama penelitian serta telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang teristimewa dan tersayang untuk kedua orang tua tercinta papa (Alm) Sapran Siregar S.Sos dan Ibu tercinta Rosmawarni Dongoran S.Sos yang telah membesarkan, mendidik, menyayangi dengan sabar serta telah memberikan dukungan doa, finansial, semangat, nasehat dan kasih sayang yang sangat luar biasa kepada penulis. Kepada Kakak Efrida yanti Siregar. Am Kg. Skm. kedua adik Minta Ito Siregar, dan Muhammad Rizki Ananda

(8)

v Siregar yang turut mendoakan dan senantiasa memberikan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan seperjuangan penelitian Fanny Chairani Hrp yang sangat membantu baik doa maupun tenaga dalam proses penelitian hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada sahabat tersayang Ade Yulia Siregar, Pegi Andriani Saragih, Jiwi Wulandari, Nur Qoriah, Ayu Mustika, yang selalu mendukung dan menyemangati penulis dalam suka dan duka. Teman-teman LED 2016 yang telah membuat masa perkuliahan terasa menyenangkan dan berkesan. Terima kasih kepada senior Fisiologi Tumbuhan Abang Yudha yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2021 Yuni Sahara Siregar

(9)

vi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

ABSTRACT ii

PENGHARGAAN vi

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Hipotesis 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tin (Ficus carica L.) 4 2.2 Perbanyakan Tanaman Tin secara in vitro 6

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan 8

2.4 Zat Pengatur Tumbuh 9

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi 12

3.2 Alat dan Bahan 12

3.3 Rancangan Penelitian 12

3.4 Prosedur Penelitian 13

3.4.1 Hardening 13 3.4.2 Penyiapan Media Tanam 13 3.4.3 Penyiapan Bahan Tanam 13 3.4.4 Penanaman Planlet Tanaman Tin 14 3.4.5 Pemeliharaan Planlet Tanaman Tin 14

3.5 Parameter Penelitian 14

3.6 Analisis Data 15

(10)

vii BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Presentasi hidup pertumbuhan tanaman Tin (Ficus carica L.) pada Perlakuan Air kelapa dan

Pupuk NPK 16

4.2 Kandungan Klorofil pada daun Tin (Ficus carica L.) pada Perlakuan Air kelapa dan Pupuk NPK

pada Perlakuan Air kelapa dan pupuk NPK 19 4.3 Panjang Batang tanaman Tin (Ficus carica L.) pada

Perlakuan Air kelapa dan Pupuk NPK 20

4.4 Jumlah daun tanaman Tin (Ficus carica L.) pada

Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK 23

4.5 Luas daun tanaman Tin (Ficus carica L.)

pada Perlakuan Air kelapa dan Pupuk NPK 24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 28

5.2 Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 32

(11)

viii DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

3.3.1 Model Rancangan Penelitian 13

4.1 Presentase dan Tipe Pertumbuhan Tanaman Tin Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

17

4.2 Kandungan Klorofil Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

19

4.3 Panjang Batang Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

21

4.4 Jumlah Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

23 4.5 Luas Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan

Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

25

(12)

ix DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

2.1 Gambar Tanaman Tin a). Tanaman Tin

b). Buah Tin dan Bagian-bagiannya

5

4.1 Respon Pertumbuhan Planlet Tanaman Tin (Ficus carica L.) a). Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A0N0 b). Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A1N2

c). Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A3N1

16

4.3 Panjang Batang Tanaman Tin (Ficus carica L.) pada kombinasi air Kelapa dan Pupuk NPK pada minggu ke 12 setelah tanam

a). Panjang batang tanaman tin pada perlakuan kontrol (A0N0) b). Panjang batang tanaman tin pada perlakuan A3N3

21

(13)

x DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1. Komposisi Kimia Air Kelapa 32

2. Komposisi Pupuk NPK 33

3. Perbandingan Pertumbuhan Tanaman Tin (Ficus carica L.) Pada Kombinasi Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

34

4. Analisis Data Terhadap Panjang Batang Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

35

5. Analisis Data Terhadap Jumlah Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

37

6. Analisis Data Terhadap Luas Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

39

7. Analisisi Data Terhadap Kandungan Klorofil-A Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

41

8. Analisisi Data Terhadap Kandungan Klorofil-B Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

43

9. Analisisi Data Terhadap Kandungan Klorofil Total Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan air Kelapa dan Pupuk NPK

45

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman tin (Ficus carica L.) berasal dari negara Timur Tengah yang sedang banyak dibudidayakan di Indonesia walaupun hanya 9 dari 100 varietas. Tanaman tin memiliki banyak manfaat. Salah satunya yaitu sebagai penyembuh berbagai penyakit. Bagian-bagian tanaman tin yang dapat dimanfaatkan tidak hanya buah, tetapi daun juga akarnya. Daun tin dapat dibuat teh dan lalapan untuk mencegah penyakit asam urat, batu ginjal karena mengandung senyawa diuretik. Rebusan daun tin bermanfaat untuk kebugaran bagi tubuh. Akar tanaman tin dapat dibuat teh dengan cara dikeringkan. Obat-obatan herbal banyak berasal dari buah Tin. Buah tin mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti fenol, benzaldehida, terpenoid, flavonoid, saponin dan alkaloid seperti pada daun yang bersifat antioksidan dan mampu menghambat poliferasi sel kanker (Hasanah et al., 2019). Kandungan bahan kimia yang terdapat pada buah lebih lengkap dari pada daun dan akar.

Saat ini tanaman tin diperbanyak dengan biji, stek dan cangkok. Perbanyakan dengan biji menyebabkan ketersediaan yang bervariasi terbatas dan menunggu lama.

Sementara itu dengan semakin banyak orang yang berkebun tanaman tin diperlukan bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan tersedia dalam waktu cepat sehingga dilakukan kultur jaringan. Kultur jaringan sudah efisien dan efektif sehingga tunas yang tumbuh dari hasil perkecambahan biji tin pada botol kultur yaitu 1 botol terdiri dari 5 planlet sehingga dalam waktu 1 tahun dapat menghasilkan sepuluh ribu planlet sehingga perlu dilakukan subkultur ke media baru. Hasil dari kultur jaringan tidak dapat ditumbuhkan dilapangan secara langsung kalau tidak melalui tahap aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses penyesuaian planlet dari kondisi dalam botol kultur dipindahkan ke kondisi lingkungan luar sehingga planlet dapat beradaptasi terhadap lingkungan baru. Aklimatisasi merupakan tahapan akhir dari perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan. Pada proses aklimatisasi memerlukan kondisi lingkungan yang khusus terutama media tanam, suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya (Zulkarnain, 2009).

(15)

Salah satu yang mempengaruhi proses aklimatisasi adalah zat pengatur tumbuh tanaman. Menurut Gardner et al., (1991) penggunaan zat pengatur tumbuh air kelapa sangat tepat untuk merangsang pertumbuhan tunas baru pada stek. Air kelapa mempunyai hormon, asam amino, asam organik, gula, vitamin, dan nitrogen yang tepat dengan kebutuhan pada suatu tanaman sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan. Menurut Harjadi (2009), hormon sitokinin yang terkandung dalam air kelapa memiliki fungsi yang dapat meningkatkan pertumbuhan tunas. Peningkatan pertumbuhan tunas memberikan dampak yang baik terhadap penambahan jumlah tunas. Air kelapa berpengaruh nyata sebagai zat pengatur tumbuh tanaman, terutama pada jumlah akar dan persentase hidup. Tanaman yang diberi air kelapa konsentrasi 25% tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan pertambahan panjang tunas, jumlah tunas serta diameter tunas. Pada konsentrasi tersebut kandungan hormon auksin dan sitokinin dalam jumlah sedikit sehingga air kelapa belum dapat meningkatkan jumlah akar. Pemberian konsentrasi air kelapa 75% baik karena konsentrasi yang diberikan dapat terserap oleh tanaman, sehingga tanaman dapat memanfaatkan sitokinin pada air kelapa secara maksimal dan mampu meningkatkan jumlah daun, jumlah tunas dan panjang tunas.

Selain zat pengatur tumbuh, proses aklimatisasi juga dibantu dengan pemberian pupuk salah satunya NPK. Pemupukan sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK yaitu nitrogen (N), kalium (K), dan fosfat (P) sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman. Pemupukan tanaman tin dengan NPK sangat dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan daun, batang, akar dan buah. Pupuk NPK sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan akar dan batang serta dapat mendukung pertumbuhan daun dan buah (Firmansyah et al., 2017). Pemberian pupuk NPK terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada kandungan hara tanah dan dapat berpengaruh baik bagi tanaman karena unsur hara makro yang terdapat dalam unsur N, P, dan K diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian pupuk NPK 15-20 gram memperoleh perlakuan terbaik dan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, diameter tanaman dengan peningkatan pertumbuhan diameter dan peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman dibandingkan kontrol.

(16)

1.2 Permasalahan

Tanaman tin sudah dibudidayakan di Indonesia, karena tanaman tin memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Akan tetapi di Indonesia sangat sulit untuk mendapatkan tanaman tin tersebut. Untuk mendapatkan bibit yang seragam dan hasil kultur jaringan sudah didapatkan secara efektif dan efisien, maka tanaman dari botol belum dapat ditanam secara langsung sehingga pada penelitian ini dilakukan tahap aklimatisasi dengan menggunakan perlakuan air kelapa dan pupuk NPK.

1.3 Hipotesis

Perlakuan air kelapa dan pupuk NPK pada tahap aklimatisasi tanaman tin (Ficus carica L.) berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menghasilkan perlakuan terbaik untuk pertumbuhan tanaman tin (Ficus carica L.) yang diaklimatisasi dengan perlakuan air kelapa dan pupuk NPK.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi untuk aklimatisasi tanaman tin (Ficus carica L.) dengan perlakuan air kelapa dan pupuk NPK.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tin (Ficus carica L.)

Tanaman tin dikenal sebagai tanaman sukulen, yang memiliki nilai ekonomis di era saat ini baik dalam kondisi segar maupun kering. Tanaman tin merupakan tanaman endemik di wilayah Persia, Asia Kecil (Anatolia) dan Suriah. Selain dari wilayah tersebut tanaman tin juga berkembang secara liar di negara-negara sekitar perairan Mediterania akhir-akhir ini. Tanaman tin memiliki beberapa nama tertentu di masing-masing daerah seperti dalam bahasa Inggris (Fig), Perancis (Figue), Jerman (Feige), Italia dan Portugal (Figo), Spanyol (Higo atau Brevo) dan Indonesia (Tin atau Ara) (Flaishman, 2008). Sebutan yang berbeda itu merupakan bukti bahwa tanaman tin memiliki habitat asli di daerah panas dan kering seperti di Negara Timur Tengah ternyata mampu menyebar ke seluruh wilayah dunia melalui proses perdagangan maupun penjajahan menggunakan kapal atau unta, maka melalui cara tersebut tanaman ini bisa dibudidayakan di Spanyol, Portugal, Maroko, Turki, Yunani, Perancis dan lainnya (Stover et al., 2007). Tanaman tin diperbanyak dengan biji, stek, atau cangkok, namun masih banyak ditemukan berbagai kendala, antara lain perbanyakan biji sulit tumbuh, cangkok yang sangat lambat dan terbatas, serta kualitas bibit yang kurang baik (Dhage et al., 2012). Oleh karena itu, dibutuhkan metode perbanyakan dengan kultur jaringan. Teknik kultur jaringan tanaman dapat pula digunakan untuk memproduksi senyawa-senyawa kimia dari tumbuhan tertentu dengan menghasilkan kalus dari bagian tanaman tertentu yang nantinya diekstrak senyawanya (Sjahril et al., 2011).

Tanaman tin yang merupakan familia Moraceae yang banyak diburu kolektor, pehobi, dan pekebun. Hal ini dikarenakan tanaman tin memiliki nilai historis karena tercantum dalam kitab suci di beberapa agama, salah satunya dalam kitab suci Al- qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW juga mencatat tin sebagai pohon istimewa dalam QS At Tin (95: 1-4) diceritakan Allah SWT bersumpah atas nama buah tin sebelum berkisah tentang ganjaran atas iman dan amal bagi ciptaan terbaik-Nya yaitu manusia. Tanaman buah tin ungu adalah salah satu varian buah tin

(18)

yang sudah terkenal akan manfaat dan rasanya dimana memiliki buah berwarna ungu kehitaman (Gambar 2.1). Tanaman tin ungu merupakan jenis buah tin yang sangat disukai oleh semua masyarakat diberbagai negara. Berbeda dengan buah tin pada umumnya yang berwarna hijau atau kuning, buah jenis ini mempunyai harga jual yang lebih mahal jika dibandingkan dengan buah tin biasa. Buah tin ungu menawarkan sensasi rasa daging buah yang manis, bertekstur lembut dan beraroma harum. Bentuk buahnya sama seperti jenis buah tin kebanyakan yang berbentuk bulat, dengan bagian pangkal buah yang mengerucut. Tanaman tin ini adalah tanaman yang dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif, akan tetapi umumnya dilakukan secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif pada tanaman tin yang sering dilakukan adalah dengan stek. Perbanyakan bibit tanaman tin di Indonesia masih tergolong rendah sehingga bibit perlu didatangkan dari daerah lain (Dewi et al., 2016).

(a) (b)

Gambar 2.1: a) Tanaman Tin b) Buah Tin dengan bagian-bagian

Gambar via : pinterest[dot] com

Buah tin banyak tumbuh di wilayah Asia Barat dan menyebar luas sampai ke negara-negara mediterania. Tin tergolong tanaman yang toleran di hampir semua kondisi iklim. Temperatur yang masih ditolerir ketika musim dingin -5oC sampai -10oC. Bahkan buah tin mampu hidup dalam berbagai kondisi tanah diantaranya berupa tanah liat, lempung maupun pasir putih. Tanaman tin tumbuh subur di wilayah yang memiliki iklim dengan rentang cukup tinggi, yaitu wilayah yang memiliki musim dingin yang sedang dan musim panas yang kering (Stover et al., 2007).

Daun Buah

Batang

Receptacle

Biji

Ostiole

(19)

Morfologi atau bagian-bagian tanaman tinterdiri dari akar, tunas dan daun, batang dan buah. Tanaman tin memiliki daun yang sederhana bertekstur daun kasar dengan ukuran 6-18 cm panjang dan lebar 5-15 cm. Kuncup daun di ujung ranting terlindungi oleh sepasang daun penumpu yang cepat rontok, meninggalkan bekas berupa cincin di buku-buku ranting. Serta, tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang daun di bagian pangkal daun;

membentuk pola tiga-cabang (tri-veined ) yang khas. Getah putih dan sepasang daun penumpu yang meninggalkan bekas cincin juga merupakan ciri suku Moracea. Tunas memanjang dan meristem apikal berkembang menjadi tunas yang menghasilkan daun dan perbungaan baru. Tanaman tin dapat mencapai ketinggian 3-10 m, tumbuh dengan banyak percabangan yang lebat, serta mempunyai akar berserat yang menyebar hingga tiga kali diameter tajuk tanaman dan tipenya sangat dangkal dan berakar tunjang (Condit, 1947). Tanaman tin toleran terhadap tanah yang kurang nutrisi dan tanah salin.

2.2 Perbanyakan Tanaman Tin Secara In-Vitro

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan teknik menumbuhkan dan memperbanyak sel, jaringan dan organ pada media pertumbuhan secara aseptik dalam lingkungan yang terkontrol secara in vitro. Teknik kultur jaringan mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh ntanaman pada kondisi aseptic sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman sempurna. Prinsip utama kultur jaringan ini adalah memperbanyak tanaman dengan memakai bagian vegetative tanaman yang menggunakan media buatan dan dilakukan ditempat yang steril. Berbeda dari teknik untuk memperbanyak tanaman secara konvensional, teknik kultur jaringan merupakan teknik yang dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam sebuah botol kultur dengan medium serta dalam kondisi tertentu. Oleh sebab itu, teknik pengertian kultur jaringan dapat disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro yang merupakan kata dari bahasa latin yang berarti “didalam kaca”. Di dalam kaca berarti jaringan dibiakkan di dalam tabung kaca, botol kaca, cawan petri dari kaca, atau material tembus pandang lainnya. Teknik kultur jaringan tanaman dimanfaatkan secara luas untuk perbanyak

(20)

berbagai macam jenis tanaman, baik pada tanaman holtikultura (sayuran, buah, dan tanaman hias lainnya) serta tanaman keras (tanaman industri dan kehutanan) (Anitasari et al., 2018).

Kultur jaringan merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman in vitro secara aseptik pada media kultur yang berisi hara lengkap dan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan kondisi lingkungan terkendali untuk tujuan tertentu. Prinsip dasar kultur jaringan adalah teori totipotensi sel, yaitu setiap sel hidup tanaman yang memiliki perangkat fisiologis dan genetis yang lengkap dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh pada kondisi yang sesuai. Kultur jaringan dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cepat. Teknik perbanyakan ini dalam pelaksanaannya tidak tergantung musim, tidak memerlukan tempat yang luas, dan dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman true-to-type dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat (Hapsoro dan Yusnita, 2018).

Tahapan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro dibagi dalam 5 tahapan, yaitu: (1) seleksi tanaman induk dan penyiapannya, (2) kultur aseptik, (3) perbanyakan/penggandaan propagule (kalus/tunas/embrio), (4) pengakaran dan (5) aklimatisasi plantlet. Dari ke-5 tahapan tersebut, kultur aseptik merupakan tahapan paling kritikal dan sulit dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Selanjutnya dalam perbanyakan tanaman secara in vitro, tidak semua jenis tanaman memerlukan ke-5 tahapan tersebut. Pada tanaman tertentu (krisan, anyelir) tahap pengakaran tidak diperlukan.

Menurut Hapsoro dan Yusnita (2018), aklimatisasi adalah proses pengadaptasian tanaman yang berasal dari kultur in vitro ke lingkungan ex vitro.

Tanaman tersebut sudah terbiasa hidup dilingkungan in vitro dengan intensitas cahaya lampu rendah, kelembaban tinggi, suhu relatif rendah (26o ± 2oC), aseptik, serta selalu mendapat suplai energy berkecukupan yang akan menghadapi lingkungan ex vitro dengan intensitas cahaya lebih tinggi, septik, serta harus dapat berfotosintesis (autotrof).

(21)

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada tahap aklimatisasi

Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet hasil kultur jaringan untuk ditumbuhkan pada kondisi lingkungan terbuka (Hartmann et al., 2002). Aklimatisasi perlu dilakukan karena tanaman yang baru dihasilkan dari kultur jaringan masih sangat lemah dan tidak mampu mengimbangi perubahan lingkungan secara drastis di lapangan (Sismanto, 2010). Menurut Yusnita (2003), aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet ke media tertentu dengan intensitas cahaya rendah dan kelembaban nisbi tinggi, lalu secara berangsur-angsur kelembabannya diturunkan dan intensitas cahayanya dinaikkan. Aklimatisasi merupakan adaptasi planlet dari lingkungan yang terkendali (in vitro) ke lingkungan in vivo sebelum ditanam di lapangan (Husni et al., 2004). Diperolehnya tanaman hidup dan berkembang setelah aklimatisasi akan dapat menentukan kelangsungan pengamatan dan pengujian tahap berikutnya dalam perbaikan pertumbuhan tanaman melalui kultur in vitro. Secara umum faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan aklimatisasi tanaman adalah kondisi planlet (ukuran bibit, per-akaran), kondisi lingkungan (ketepatan media tumbuh yang digunakan dan kelembapan udara), ketepatan perlakuan pra dan pasca transplantasi dari media in vitro ke media tanah, dan sanitasi lingkungan dari infeksi penyakit.

Media tanam merupakan komponen penting dalam budidaya tanaman sebagai tempat tumbuh, berakar dan berkembang. Bahan campuran media tanam yang digunakan dalam aklimatisasi planlet harus memiliki peranan khusus. Menurut Andiani (2012), faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaanya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara yang mendukung pertumbuhan tanaman.

Keberhasilan pada tahap aklimatisasi dapat ditentukanoleh berbagai faktor . Secara umum, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan aklimatisasi pada tanaman adalah kondisi planlet (ukuran bibit, perakaran), kondisi lingkungan (ketetapan media tumbuh yang digunakan dan kelembapan udara), ketepatan

(22)

perlakuan pra- transplantasi dan pasca- transplantasi dari media in-vitro ke media tanah, dan sanitasi lingkungan dari infeksi berbagai penyakit pada tanaman (Slamet, 2011).

2.4 Zat Pengatur Tumbuh

Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh jenis pupuk. Selain unsur hara, zat pengatur tumbuh (ZPT) juga diperlukan untuk memicu pembelahan sel yang selanjutnya berdiferensiasi membentuk jaringan meristem dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik yang mengatur dan mengkoordinasi proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat perangsang tumbuh umumnya efektif pada dosis tertentu dan dapat merangsang pertumbuhan bibit, dosis yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan sebaliknya pada dosis rendah tidak efektif. Zat pengatur tumbuh sebagai pengantar, perannya dapat mempengaruhi aktivitas jaringan berbagai organ maupun sistim organ tanaman, zat pengatur tumbuh tidak memberi tambahan unsur hara karena bukan pupuk, tugasnya dalam jaringan tanaman adalah mengatur proses fisiologis seperti pembelahan sel dan memperpanjang sel, juga mengatur pertumbuhan akar, batang, daun dan buah (Lidar, 2008).

Air kelapa merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l, dan giberelin serta senyawa lain (Bey et al., 2006). Senyawa lain yang terdapat dalam air kelapa adalah protein, lemak, mineral, karbohidrat, bahkan lengkap dengan vitamin C dan B kompleks (Ningsih et al., 2010). Menurut Gardner et al., 1991 dalam Ningsih et al., 2010), protein dan karbohidrat dibutuhkan tanaman sebagai cadangan makanan, lemak dibutuhkan tanaman sebagai cadangan energi, mineral sebagai bahan penyusun tubuh tanaman, dan vitamin C dan B kompleks berperan di dalam proses metabolisme. Dengan demikian, air kelapa dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan baik pertunasan maupun perakaran pada berbagai jenis tanaman.

Air kelapa merupakan endosperm (cadangan makanan) sebagai sumber energi yang kaya akan unsur-unsur hara. Selain mengandung auksin dan sitokinin, air kelapa mengandung beberapa zat yang penting untuk pertumbuhan kultur yaitu asam amino, asam nukleat, purin, asam organik, gula, vitamin dan mineral. Penambahan

(23)

air kelapa pada tanaman memberikan respon terbaik terhadap normalitas dan morfologi daun serta tekstur batang. Hal ini karena adanya kandungan kadar gula tinggi dalam air kelapa yang bervariasi yakni glukosa, sukrosa, dan fruktosa (Kristina dan Syahid, 2010).

Air kelapa sebagai salah satu zat pengatur tumbuh alami yang lebih murah dan mudah didapatkan. Menurut Lawalata (2011), bahwa air kelapa mengandung hormon auksin dan sitokinin. Kedua hormon tersebut digunakan untuk mendukung pembelahan sel embrio kelapa. Air kelapa memiliki kandungan kalium cukup tinggi sampai mencapai 17%. Menurut Kristina dan Syahid (2012), bahwa air kelapa mengandung vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral akan mendukung pembentukan dan pengisian umbi. Auksin berfungsi untuk membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, membantu dalam proses pembelahan sel dan mempercepat pemasakan buah.

Pemupukan adalah pemberian bahan berupa pupuk atau bahan-bahan lain sepertibahan organik, bahan kapur, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah yangbertujuan untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah (Hasibuan, 2006).

Pupuk digolongkan menjadi dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Salah satu jenis pupuk anorganik yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman adalah NPK. Pupuk majemuk merupakan pupuk yang memiliki kandungan unsur hara paling lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besar butiran yang seragam dan tidak terlalu higoskopis sehingga tahan disimpan dan tidak mudah menggumpal. Variasi pupuk majemuk seperti NPK 15:15:5 dan NPK 16:16:16 menunjukan ketersediaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis tersebut antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit, sebagai pupuk pada awal penanaman, dan sebagai pupuk susulan pada saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga dan berbuah (Novizan, 2007).

Peranan pupuk NPK bagi tanaman terdiri dari nitrogen (N) bagi tanaman yaitu untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun serta berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis (Lingga, 2002). Unsur phosphat (P) dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar selain N dan K. Tanaman menyerap sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO4). Apabila tanaman

(24)

kekurangan unsur (P) akan menyebabkan tanaman tumbuh dengan lambat, tanaman menjadi kerdil, perkembangan akar terhambat, tepi daun, cabang dan batang berwarna keunguan atau merah yang kemudian mengering dan menjadi kering.

Tanaman yang cukup akan unsur kalium (K) menyebabkan tanaman lebih tegar, sehingga proses fotosintesis dan proses metabolisme berjalan dengan baik. Kalium berperan dalam proses membuka dan menutupnya stomata, menunjang proses pembentukan akar, memperkuat daun, bunga dan buah sehingga tidak mudah layu dan gugur (Endah, 2008).

(25)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2020 sampai dengan September 2020 di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Medan Johor dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Kultur Jaringan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera HP, gelas ukur, polybag ukuran 30 cm x 15 cm, sungkupan plastik, dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media tanah (tanah + sekam bakar) dengan perbandingan 1:1, planlet tanaman tin (Ficus carica L.), air kelapa muda (Komposisi pada lampiran 1, halaman 31) dengan konsentrasi 0, 23%, 45%, dan 68%

(Renvillia, et al., 2016), pupuk NPK (Komposisi pada lampiran 2, halaman 32) dengan dosis 0, 1,0 g/tanaman, 1,5 g/tanaman, dan 2,0 g/tanaman (Puspita, et al., 2017), larutan bakterisida jenis Agrept 20wp, larutan fungisida jenis Dithane M-45, akuades dan air.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu (1) Air kelapa dengan 4 taraf percobaan yang terdiri dari 0, 23%, 45%, dan 68% dengan masing-masing 4 ulangan.

Setiap satuan perlakuan pada percobaan pertama terdiri dari satu polybag media tanam perlakuan yang diisi dengan 1 (satu) planlet tanaman tin (Ficus carica L.). (2) Pupuk NPK dengan 4 taraf percobaan yang terdiri dari 0,0, 1,0 g, 1,5 g, dan 2,0 g dengan masing-masing 4 ulangan. Setiap satuan perlakuan pada percobaan kedua terdiri dari satu polybag media tanam perlakuan yang diisi dengan 1 (satu) planlet tanaman tin. Model Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3.1.

(26)

3.3.1 Tabel Model Rancangan Penelitian Air Kelapa (A)

(%) Pupuk NPK (N) (g)

0 1,0 1,5 2,0

0 A0N0 A0N1 A0N2 A0N3

23 A1N0 A1N1 A1N2 A1N3

45 A2N0 A2N1 A2N2 A2N3

68 A3N0 A3N1 A3N2 A3N3

Ulangan dari penelitian ini sesuai dengan:

Rumus Federer = (t-1) ( r-1) ≥ 15 (1963) (16-1) (r-1) ≥ 15 15 (r-1) ≥ 15

15r-15 ≥ 15 15r ≥ 30 r ≥ 2 r = Banyaknya ulangan t = Banyaknya perlakuan 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Hardening

Semua planlet tanaman tin (Ficus carica L.) dalam botol dipindahkan dari ruang kultur jaringan kerumah kaca selama 7 hari. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan teknik aklimatisasi.

3.4.2 Penyiapan Media Tanam

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan penyiapan media tanam yaitu tanah dan sekam bakar. Semua bahan media tanam dicampurkan dengan perbandingan 1:1, kemudian dimasukkan kedalam polybag dengan ukuran 30cm x 15cm.

3.4.3 Penyiapan Bahan Tanam

Bahan tanam yang digunakan adalah planlet tanaman tin yang dipastikan sudah berakar dan memiliki daun yang sama banyaknya, kemudian planlet dikeluarkan dari botol kultur dengan hati-hati agar akarnya tidak putus. Planlet dicuci

(27)

bersih dengan air yang sudah disterilkan dan dipastikan media agar sudah tidak ada lagi yang menempel pada akar. Planlet yang sudah bersih direndam dengan larutan fungisida dan bakterisida.

3.4.4 Penanaman Planlet Tanaman Tin Planlet ditanam kedalam media tanam, kemudian polybag yang sudah berisi

planlet tanaman tin disiram untuk pertama kali sampai media tanam dalam keadaan lembab lalu disungkup selama 7 hari.

3.4.5 Pemeliharaan Planlet Tanaman Tin

Setelah disungkup selama 7 hari, planlet disiram dengan menggunakan air kelapa dan pupuk NPK yang sudah dicairkan pada media tanah dengan masing- masing konsentrasinya sebanyak 6 kali tiap perlakuan tanaman yaitu 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah masa tanam.

3.5 Parameter Pengamatan

Pada penelitian ini parameter-parameter yang akan diamati adalah:

a. Panjang Batang (cm)

Panjang Batang dimulai dari batang yang ada dipermukaan media sampai ujung tanaman dan dihitung pada 12 minggu setelah masa tanam.

b. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung setiap daun yang sudah membuka sempurna pada setiap sampel tanaman dengan satuan helai pada 12 minggu setelah tanaman.

c. Luas Daun (cm2)

Luas daun diukur dengan menggunakan aplikasi image J pada computer pada daun yang sudah terbuka sempurna pada minggu ke 12 setelah tanaman.

d. Kandungan klorofil (mg/l)

Kadar klorofil daun dihitung dengan menggerus 1 g daun tin menggunakan motar Porselain dan ditambahkan larutan aseton 80% sebanyak 10 ml.

Campuran disaring menggunakan kertas Whatman nomor 1 kedalam labu takar. Campuran diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet serologi dan dituang ke dalam labu takar lalu ditambahkan aseton 80% hingga mencapai

(28)

10 ml. Larutan dimasukkan ke dalam kuvet lalu dihitung nilai absorbansinya pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm menggunakan spektrofotometer. Kadar klorofil dihitung dengan menggunakan rumus Arnon (1949) sebagai berikut:

Klorofil A = [(12,7 x A663)] - (2,69 x A645)] (mg/l) Klorofil B = [(22,9 x A645)] - (4,68 x A663)] (mg/l) Klorofil Total = [(20,2 x A645)] + (8,02 x A663)] (mg/l) e. Presentasi hidup tanaman

Penghitungan persentase ditentukan pada akhir pengamatan yaitu 12 minggu setelah tanam (MST) yang meliputi persentase hidup tanaman.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel untuk Analisis Regresi dan dianalisis dengan software SPSS mini tab ver.22 dengan ANOVA (Analysis Of Variance). Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan DNMRT (Duncan New Multiple Range Test) pada taraf 5%

terhadap faktor perlakuan.

(29)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter yang diamati pada penelitian pertumbuhan planlet tanaman tin (Ficus carica L.) pada tahap aklimatisasi dengan pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK yaitu persentasi hidup dan tipe pertumbuhan hidup tanaman tin, klorofil daun tanaman tin, panjang batang tanaman tin, jumlah daun tanaman tin, dan luas daun tanaman tin.

4.1 Persentase Hidup dan Tipe Pertumbuhan Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

Persentase hidup dan tipe pertumbuhan tanaman tin pada kombinasi perlakuan air kelapa dan pupuk NPK dalam media tanaman tanah memberikan respon yang sama tiap perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman tin (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Respon pertumbuhan planlet tanaman tin (Ficus carica L.) a. Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A0N0 b. Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A1N2

c. Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A3N1

Komposisi dari air kelapa dan pupuk NPK dari Gambar 4.1 (Lampiran 1 dan 2, halaman 31 dan 32). Hasil penelitian menunjukkan persentase hidup sebesar 100%, tanaman mati 0%, dan berdaun sebesar 100% sehingga pada parameter

A B C

(30)

persentasi hidup tanaman tin tumbuh dengan baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Persentase Hidup dan Tipe Pertumbuhan Tanaman Tin dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

Perlakuan Persentase (%)

Hidup Berdaun Mati

A0N0 100 100 0

A1N0 100 100 0

A2N0 100 100 0

A3N0 100 100 0

A0N1 100 100 0

A1N1 100 100 0

A2N1 100 100 0

A3N1 100 100 0

A0N2 100 100 0

A1N2 100 100 0

A2N2 100 100 0

A3N2 100 100 0

A0N3 100 100 0

A1N3 100 100 0

A2N3 100 100 0

A3N3 100 100 0

Rata-rata 100% 100% 0%

Pada persentase hidup tanaman tin untuk seluruh perlakuan dan tanpa perlakuan (kontrol) adalah 100%. Hal ini diduga disebabkan oleh nutrisi yang ada pada tanah sekalipun belum diberikan pupuk dan zat pengatur tumbuh serta zat pengatur endogen sudah dapat menumbuhkan 100% pada kontrol, sama halnya dengan penambahan air kelapa dan pupuk NPK juga dapat menumbuhkan tanaman sampai 100%. Pertumbuhan tanaman tin tanpa perlakuan air kelapa hidup 100%, hal ini dikarenakan nutrisi dan unsur hara yang ada pada tanah asal dan juga zat pengatur endogen yang ada pada tanaman sudah dapat menumbuhkan sampai 100%, sehingga perlakuan menggunakan aie kelapa saja juga dapat menumbuhkan tanaman.

Sehingga jika tanaman diberikan kombinasi konsentrasi perlakuan air kelapa dan pupuk NPK pada tanaman juga memberikan respon yang sama pada pertumbuhan tanaman tin tanpa mengakibatkan kematian pada tanaman. Hal ini karena adanya

(31)

kandungan air kelapa dan pupuk NPK yang mampu membantu pertumbuhan tanaman tin serta adanya faktor eksternal seperti suhu, cahaya, pH, nutrisi, dan kelembapan yang mendukung.

Tanah atau media tanam yang ideal untuk pertumbuhan tanaman adalah apabila media tanam tersebut mempunyai perbandingan antara padatan dan ruang pori dalam keadaan seimbang. Tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi aerase dan draenase yang baik pula, sehingga lebih memudahkan perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorbsi air dan unsur hara (Sarief ,1985). Pertumbuhan yang normal suatu tanaman memerlukan unsur hara. Apabila komponen tersebut dalam keadaan cukup dan seimbang maka proses pembelahan sel akan berlangsung cepat dan pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan (Rika, 2015).

Presentase planlet berdaun dengan kombinasi air kelapa dan pupuk NPK memberikan hasil yang sama dengan kontrol yaitu 100%. Hal ini disebabkan karena adanya unsur hara dalam media tanam yang dapat membantu pertumbuhan planlet berdaun, sama halnya dengan jika tanaman tin diberikan perlakuan kombinasi air kelapa dan pupuk NPK. Penambahan air kelapa berperan penting dalam proses pembentukkan dan pertumbuhan daun karena di dalam air kelapa terdapat hormon sitokinin yang mampu merangsang pembentukkan daun dengan baik (Nana dan Salamah, 2014). Unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Setiap unsur hara mempunyai fungsi masing- masing dalam pertumbuhan tanaman. Menurut Lingga (2002), bahwa unsur nitrogen berfungsi dalam petumbuhan vegetatif terutama untuk pembentukan zat hijau daun (klorofil) dan protein.

Selain itu, sebelum melakukan tahap aklimatisasi pada tanaman tin sudah terlebih dahulu melalui proses hardening. Sesuai dengan penelitian Limarni (2008), planlet yang digunakan pada tahap aklimatisasi sebelumnya telah melewati proses hardening yang dilakukan selama satu minggu. Hardening dilakukan dengan cara mengeluarkan planlet botolan dari ruang kultur ke green house dalam bentuk botolan yang bertujuan untuk penyesuaian awal bagi planlet dengan suhu lingkungan diluar ruang kultur sehingga planlet memiliki sifat hardiness yang mampu bertahan hidup atau menghindarkan dari kerusakan yang biasanya ditimbulkan oleh stress pada

(32)

tanaman yang dapat mengakibatkan kelayuan hingga kematian pada tanaman yang biasanya terjadi pada bibit hasil in vitro diaklimatisasi.

4.2 Kandungan Klorofil Daun Tanaman Tin Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

Kandungan klorofil yang dihitung pada daun tanaman tin berumur 12 minggu setelah tanam (MST) terhitung dari awal penanaman tanaman ke media tanah dengan memberikan kombinasi perlakuan air kelapa dan pupuk NPK. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kombinasi air kelapa dan pupuk NPK memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap kandungan klorofil tanaman tin (Lampiran 7, halaman 40).

Kandungan klorofil tin yang telah dianalisis dari daun tanaman tin dengan pemberian air kelapa dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel (4.2). Klorofil daun menunjukkan laju aktivitas fotosintesis yang terjadi pada tanaman.

Tabel 4.2 Rata-Rata Kandungan Klorofil Daun Tin (Ficus carica L.) Dengan Pemberian Air Kelapa dan Pupuk NPK

PUPUK NPK (N)

AIR KELAPA (A) N0 N1 N2 N3

A0 41,36b 46,56bcd 33,71a 35,03a

A1 34,35a 47,88bcd 47,62bcd 44,15bc

A2 31,61a 44,54bc 48,54bcd 49,04cd

A3 42,42bc 49,08cd 42,25bc 52,09ds

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji DNMRT 5 % (p < 0,05)

A0 = 0% A1 = 23% A2 = 45% A3 = 68%

N0 = 0,00 mg/L N1 = 1,0 g/L N2 = 1,5 g/L N3 = 2,0 g/L

Hasil analisis kandungan klorofil daun dengan pemberian perlakuan air kelapa tanpa pupuk NPK ternyata tidak bisa memberikan pengaruh yang nyata kepada kontrol, sehingga peran pupuk NPK sangat berpengaruh dalam pemberian air kelapa. Dan baru dapat memberikan pengaruh nyata pada perlakuan A3N1 dalam meningkatkan kandungan klorofil daun dibandingkan kontrol. Sementara pemberian tanpa air kelapa dengan pemberian NPK juga tidak memberikan pengaruh yang nyata, tetapi mengalami penurunan dalam kandungan klorofil daun pada A0N2, sehingga pupuk NPK ketika tidak ada zat pengatur tumbuh malah mengganggu kandungan klorofil. Peran kombinasi pupuk NPK dan air kelapa sangat berpengaruh

(33)

dalam meningkatkan kandungan klorofil pada daun.Pemberian kombinasi perlakuan pupuk NPK dan air kelapa pada perlakuan A3N1 baru dapat memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan luas daun dibandingkan dengan kontrol (A0N0). Kombinasi perlakuan dengan konsentrasi air kelapa dan pupuk NPK tertinggi yaitu pada A3N3

dengan rata-rata 52,09 mg/l. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh pemberian air kelapa dan pupuk NPK pada tanaman harus sesuai. Kadar klorofil pada tanaman dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan volume air. Unsur N, P dan K merupakan unsur hara makro yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Unsur N merupakan salah satu unsur penyusun klorofil yang berperan sebagai absorben cahaya matahari.

Semakin meningkat kandungan dan serapan N maka akan meningkatkan kandungan klorofil sehingga proses fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan serta didistribusikan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya pertumbuhan tinggi juga meningkat. Menurut Lakitan (2001), menyatakan bahwa unsur N berperan dalam pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur P dibutuhkan oleh tanaman diantaranya untuk pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP).

Pada perlakuan A3N3 menunjukkan kandungan klorofil tertinggi dengan rata- rata 52,09 mg/l. Hal ini diduga bahwa ZPT sitokinin dalam konsentrasi air kelapa 68% dengan kombinasi pupuk NPK 2,0 g/L secara sinergis mampu mencapai perimbangan yang tepat dalam memacu perbanyakan kandungan klorofil pada daun.

Mutryarny (2007), sitokinin yang ada dalam air kelapa dapat meningkatkan nisbah kandungan hormon pada jaringan tanaman. Selain itu, air kelapa juga memberikan sumbangan unsur-unsur hara terutama Nitrogen yang berperan dalam memacu proses pertumbuhan dan perkembangan daun sehinga dapat mencapai kandungan klorofil yang baik.

4.3 Panjang Batang Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan pemberian perlakuan Air kelapa Pupuk NPK

Panjang batang pada tanaman Tin berumur 12 MST pada perlakuan kontrol (tanpa perlakuan) dan pada perlakuan dengan menggunakan air kelapa dan pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 4.3.

(34)

Gambar 4.3 Panjang Batang Tin (Ficus carica L.) pada minggu ke 12 setelah tanam a. Panjang batang tanaman tin pada perlakuan kontrol (A0N0)

b. Panjang batang tanaman tin pada perlakuan A3N3

Pada panjang batang tanaman tin dengan pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK yang telah analisis statistik dapat dilihat pada Tabel (4.3).

Tabel 4.3 Rata-Rata Panjang Batang (cm2) Tanaman Tin (Ficus carica L.) Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa dan Pupuk NPK

PUPUK NPK (N)

AIR KELAPA (A) N0 N1 N2 N3

A0 18,43a 24,43e 23,23d 28,56i

A1 20,36b 27,53h 25,33f 30,83j

A2 22,46c 32,30l 31,46k 34,30n

A3 26,06g 35,26o 33,43m 37,03p

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji DNMRT 5 % (p < 0,05)

A0 = 0 A1 = 23% A2 = 45% A3 = 68%

N0 = 0,0 mg/L N1 = 1,0 g/L N2 = 1,5 g/L N3 = 2,0 g/L

Panjang batang tanaman tin pada semua kombinasi perlakuan air kelapa dan pupuk NPK yang diberikan berpengaruh nyata dalam meningkatkan rata-rata panjang batang tanaman tin dibandingkan dengan kontrol. Untuk rata-rata panjang batang dengan pemberian air kelapa sudah dapat meningkatkan rata-rata panjang batang dan berbeda nyata meningkatkan panjang batang, dan untuk pemberian pupuk NPK saja pertambahan konsentrasi sudah dapat memberikan pengaruh nyata. Tanaman tin dengan pemberian dosis pupuk NPK 1,0 g seiring dengan meningkatnya konsentrasi juga telah berbeda nyata dalam meningkatkan panjang batang. Hal ini dikarenakan unsur N, P dan K merupakan unsur hara makro yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Kombinasi air kelapa dan pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata

A B

(35)

pada semua perlakuan, dan perlakuan yang dapat meningkatkan rata-rata panjang batang tertinggi adalah kombinasi A3N3 dengan rata-rata panjang batang 37,03 cm2,

sementara pada kontrol yaitu 18,43 cm2. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dan pupuk NPK sangat berpengaruh didalam meningkatkan rata-rata panjang batang. Salah satu komponen utama penyusun tubuh tanaman.

Hal ini sejalan dengan pendapat Hardjowigeno (2003), bahwa apabila unsur hara yang dibutuhkan dalam keadaan cukup dan seimbang maka tanaman akan tumbuh dan berproduksi dengan baik Unsur Fosfor sangatlah penting di dalam pembelahan sel, juga untuk perkembangan jaringan meristem, Fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar pada tanaman muda. Peranan Fosfor dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem di ujung batang yang menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman. Pemilihan konsentrasi ZPT yang tepat perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang baik. ATP adalah energi yang dibutuhkan tanaman dalam setiap aktivasi sel yang meliputi pembelahan sel, pembesaran sel dan pemanjangan sel, sehingga ketersediaan ATP yang tinggi mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi. Gardner et al., (1991), menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman terjadi karena pembelahan sel dan peningkatan jumlah sel yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP. Selain unsur N dan P unsur K juga dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Unsur K berperan sebagai aktivator enzim diantaranya dalam reaksi fotosintesis, sehingga peningkatan unsur K akan meningkatkan laju fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan serta dimanfaatkan untuk pertumbuhan tinggi bibit. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun pengaruh perlakuan yang diterapkan. Meningkatnya tinggi tanaman terjadi melalui perpanjangan ruas-ruas akibat membesarnya sel-sel atau bertambahnya umur tanaman (Silva et al, (2007).

Pada perlakuan kontrol tanaman juga dapat meningkatkan panjang batang dan berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini karena air memiliki fungsi-fungsi pokok antara lain sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis, penyususn protoplasma yang sekaligus memelihara turgor sel, sebagai media dalam proses transpirasi, sebagai pelarut unsur hara, serta sebagai media translokasi unsur hara,

(36)

baik didalam tanah maupun didalam jaringan tubuh tanaman. Pemberian air dengan tepat akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal.

4.4 Jumlah daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan pemberian perlakuan Air kelapa dan Pupuk NPK

Pengamatan jumlah daun pada media aklimatisasi tanaman tin dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang muncul pada tanaman tin pada akhir pengamatan (12 MST). Analisis statistik dengan pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan jumlah daun (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa Dan Pupuk NPK

PUPUK NPK (N)

AIR KELAPA (A) N0 N1 N2 N3

A0 8,00a 9,66a 8,33a 9,66a

A1 9,00a 9,33a 9,00a 10,33a

A2 9,33a 9,00a 9,00a 10,33a

A3 8,66a 10,00a 10,33a 12,33a

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji DNMRT 5 % (p < 0,05)

A0 = 0% A1 = 23% A2 = 45% A3= 68 % N0 = 0,0 mg/L N1 = 1,0 mg/L N2 = 1,5 mg/L N3 = 2,0 g/L

Jumlah daun tanaman tin pada kombinasi pemberian air kelapa dan pupuk NPK tidak dapat memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah daun.

Sekalipun secara rata-rata angka tanpa statistik dapat meningkatkan tetapi pada uji DNMRT 5% tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan pupuk NPK dan air kelapa dalam hal meningkatkan jumlah daun tanaman tin tidak berbeda nyata. Dan ini juga menunjjukkan bahwa untuk jumlah daun kontrol cukup dengan zat pengatur endogen dan nutrisi yang ada didalam tanah sudah dapat menambahkan jumlah daun.

Konsentrasi yang diberikan belum cukup untuk meningkatkan jumlah daun secara nyata. Pemberian kombinasi NPK pada tingkat konsentrasi rendah A1N2 belum memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan jumlah daun, serta dengan pemberian konsentrasi air kelapa A3N2 juga tidak dapat memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan jumlah daun walaupun dibandingkan dengan kontrol

(37)

(A0N0) tidak dapat memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah daun.

Kombinasi perlakuan dengan konsentrasi pemberian air kelapa dan pupuk NPK tertinggi yaitu A3N3 tidak dapat meningkatkan jumlah daun secara nyata dengan rata- rata yaitu 12,33 helai. Menurut Poerwowidodo (1992), pertumbuhan daun tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, pada fase tertentu akan mucul nodus tempat tumbuh daun yang akan mempengaruhi jumlah daun.

Pada penelitian ini perlakuan kontrol (A0N0) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1N0 tetapi meningkatkan jumlah daun dengan penambahan konsentrasi pemberian air kelapa, sama halnya dengan perlakuan kontrol dengan A0N1 juga dapat meningkatkan jumlah daun secara nyata dengan penambahan pupuk NPK. Semakin tinggi dosis air kelapa dan pupuk NPK yang diberikan menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan pemberian dosis pada perlakuan air kelapa dan pupuk NPK telah dapat mencukupi kebutuhan unsur hara dalam meningkatkan jumlah daun. Lakitan (2001), menyatakan bahwa salah satu unsur hara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah unsur N.

Nitrogen merupakan hara esensial yang berperan dalam pertumbuhan vegetatif diantaranya dalam pembentukan daun. Nitrogen dalam jumlah yang cukup berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun.

Konsentrasi A1N2 dan A2N2 menunjukkan jumlah daun yang sama.

Konsentrasi A3N3 merupakan konsentrasi yang lebih baik dalam meningkatkan jumlah daun. Hal ini diduga karena di dalam air kelapa terdapat hormon sitokinin yang mampu merangsang pembentukan daun dengan baik. Aktifitas ZPT pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi dan kepekaan jaringan. Werner et al., (2001), menyatakan bahwa sitokinin bersama dengan auksin mempunyai peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi jaringan tertentu.

4.5 Luas Daun Tanaman Tin (Ficus carica L.) dengan pemberian perlakuan Air kelapa dan Pupuk NPK

Pengamatan luas daun pada aklimatisasi tanaman tin dilakukan dengan menggunakan aplikasi image J dengan mengambil daun pada akhir pengamatan (12

(38)

MST). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dan air kelapa berpengaruh nyata terhadap luas daun (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Rata-Rata Luas Daun (cm2) Tanaman Tin Ficus carica L.) Dengan Pemberian Perlakuan Air Kelapa Dan Pupuk NPK

PUPUK NPK (N)

AIR KELAPA (A) N0 N1 N2 N3

A0 86,20a 94,49ab 112,07abcd 188,92ef

A1 188,48ef 146,41abcde 105,84abc 129,83abcde A2 155,33abcde 129,11abcde 129,79abcde 178,35def A3 135,79abcde 164,61cde 159,53bcde 240,87f

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji DNMRT 5 % (p < 0,05)

A0 = 0% A1 = 23% A2 = 45% A3= 68 % N0 = 0,00 mg/L N1 = 1,0 mg/L N2 = 1,5 mg/L N3 = 2,0 mg/L

Luas daun dengan pemberian perlakuan air kelapa dan pupuk NPK dapat meningkatkan luas daun secara nyata. Pemberian kombinasi pupuk NPK pada tingkat konsentrasi rendah A1N1 belum memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan luas daun yaitu dengan rata-rata 146,41 cm2, dengan meningkatnya konsentrasi pemberian air kelapa pada A3N1 baru dapat memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan luas daun dibanding kontrol (A0N0). Kombinasi perlakuan dengan konsentrasi pemberian air kelapa dan pupuk NPK tertinggi yaitu pada A3N3

yang dapat meningkatkan luas daun tertinggi secara nyata dengan rata-rata 240,87 cm2. Hal ini dikarenakan sitokinin dan auksin bersama dengan unsur N yang diberikan dalam dosis yang seimbang akan mempercepat pembentukan sel dan jaringan pada bibit tanaman tin. Hardi (2008), menyatakan bahwa tanaman dapat berkembang dengan baik apabila hormon dan unsur hara yang diberikan tersedia cukup bagi tanaman, dan dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. Menurut Marlin (2005), pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diberi perlakuan ZPT dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari ZPT endogen dan eksogen. Jadi pemberian ZPT secara eksogen dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman khususnya pada luas daun.

Pemberian dosis pupuk NPK 2,0 g menunjukkan luas daun yang lebih besar dan berbeda nyata dengan pemberian dosis pupuk NPK 0 g, 1,0 g dan 1,5 g. Hal ini diduga karena pemberian dosis tersebut mampu menyediakan unsur hara yang

Gambar

Gambar via : pinterest[dot] com
Gambar 4.1 Respon pertumbuhan planlet tanaman tin (Ficus carica L.)  a.  Tanaman 12 minggu setelah tanam pada perlakuan A 0 N 0    b
Gambar 4.3 Panjang Batang Tin (Ficus carica L.) pada minggu ke 12 setelah tanam  a.  Panjang batang tanaman tin pada perlakuan kontrol (A 0 N 0 )

Referensi

Dokumen terkait

Uji Beda Data Populasi Bakteri, Air Tanah, C-organik Tanah dan N- total Tanah pada Piringan Tanaman Kelapa Sawit akibat Pemberian Pupuk NPK Komplit.. Levene's

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap selurruh parameter yang diamati tersebut , hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk feses sapi dan pupuk npk belum mampu

Uji Beda Data Populasi Bakteri, Air Tanah, C-organik Tanah dan N- total Tanah pada Piringan Tanaman Kelapa Sawit akibat Pemberian Pupuk NPK Komplit.. Levene's

Kombinasi perlakuan kompos TKKS dan pupuk NPK berbeda nyata untuk parameter laju pertumbuhan tanaman, rasio tajuk akar, berat kering tanaman, diameter

Tidak terjadi pengaruh interaksi antara pupuk organik pelepah kelapa sawit dengan pupuk majemuk NPK terhadap bobot basah akar dan bobot kering akar.. Aplikasi pupuk

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik (POC kulit pisang) bersamaan dengan pupuk anorganik (NPK) mempengaruhi beberapa parameter

Tidak terjadi pengaruh interaksi antara pupuk organik pelepah kelapa sawit dengan pupuk majemuk NPK terhadap bobot basah akar dan bobot kering akar.. Aplikasi pupuk

Pada parameter jumlah daun perlakuan pupuk NPK memberikan hasil yang berpengaruh sangat nyata, perlakuan N3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan N2 tetapi berbeda nyata dengan N1 dapat