• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.5 Analisis Data

Data primer yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan jenis variabel dan diolah. Hasil pengisian tes kemampuan keaksaraan dasar digunakan untuk mengetahui kemampuan keaksaraan warga belajar yang masih ia miliki. Skoring juga digunakan pada hasil pengisian tes kemampuan keaksaraan dasar, variabel penilaian program KF oleh warga belajar, varibel teknik pembelajaran oleh tutor, tingkat pendidikan keluarga, dukungan keluarga dan penerapan kemampuan keaksaraan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan tabulasi silang yang kemudian dijelaskan secara deskriptif analitis.

Hipotesis diuji menggunakan analisis Chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel internal dan variabel eksternal terhadap kemampuan keaksaraan WB. Selain itu hubungan antara kemampuan keaksaraan terhadap dampak atau manfaat tidak langsung dari program diuji pula menggunakan metode yang sama.

BAB V

GAMBARAN UMUM LOKASI

5.1 Gambaran Umum Kelurahan Sukadamai 5.1.1 Kondisi Geografis

Kelurahan Sukadamai merupakan salah satu wilayah Pemerintahan Kota Bogor yang berada pada Kecamatan Tanah Sareal sejak September 1995. Berdasarkan data monografi Kelurahan Sukadamai, sebelumnya Kelurahan Sukadamai adalah bagian dari Desa Cilebut Kecamatan Semplak Kabupaten Bogor. Pada tahun 1983 Desa Cilebut dimekarkan/dipecah menjadi beberapa bagian yaitu Desa Cilebut Barat, Desa Cilebut Timur dan Desa Sukadamai. Pada tahun 1984 Desa Sukadamai terbagi menjadi 2 (dua) bagian wilayah yaitu Desa Sukadamai dan Desa Sukaresmi. Lalu pada tanggal 20 September 1995 wilayah Desa Sukadamai dan Sukaresmi masuk dalam wilayah Pemerintahan Kota Bogor berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 2 Tahun 1995. Kemudian pada tahun 2001 status Desa Sukadamai berubah menjadi Kelurahan Sukadamai.

Secara topografis, kelurahan ini berada pada dataran rendah dengan ketinggian tanah 700 m dari permukaan laut. Banyaknya curah hujan yang terjadi kira-kira 200-300 mm/tahun, dan suhu udara rata-rata 25 derajat celcius. Batas-batas wilayah Kelurahan ini yaitu:

1) Batas utara : Kelurahan Mekarwangi 2) Batas selatan : Kelurahan Kedung Badak 3) Batas barat : Kelurahan Cibadak

4) Batas timur : Kelurahan Sukaresmi

Pusat Pemerintahan Kecamatan berada di Kelurahan Tanah Sareal jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan sekitar 3 Km, jarak dari Pemerintahan Kota sekitar 6 Km, jarak dari Ibu Kota Provinsi sejauh 180 Km dan jarak dari Ibukota Negara sejauh 68 Km.

Luas Kelurahan Sukadamai sekitar 110 Ha. Peruntukan luas wilayah ini dimanfaatkan sebagai pemukiman 66 Ha, jalan 5,9 Ha, sawah 2 Ha, ladang 6 Ha, bangunan umum 3,5 Ha, empang 2 Ha, jalur hijau 2 Ha, pekuburan 1 Ha, dan lainnya seluas 24,6 Ha.

5.1.2 Kependudukan

Kelurahan Sukadamai terdiri dari 10 RW dan terbagi dalam dua wilayah, yaitu wilayah Komplek Perumahan Budi Agung (RW III, IV dan V) dan wilayah perkampungan (I, II, VI, VII, VIII s/d X). Jumlah RT sebanyak 37 RT yang tersebar di dalam 10 RW tersebut. Jumlah penduduk pada kelurahan ini ada 13.346 jiwa, dengan jumlah laki-laki 6.666 jiwa dan perempuan 6680 jiwa, dan jumlah kepala keluarga 2.223 KK. Berdasarkan data monografi Kelurahan Sukadamai, dapat diuraikan jumlah penduduk berdasarkan golongan umur, dimana jumlah penduduk terbesar terdapat pada usia 10-14 tahun yaitu sebesar 1.563 jiwa. Sementara untuk jumlah penduduk terkecil yaitu pada kategori 60 tahun ke atas yaitu sebesar 621 jiwa. Untuk lebih jelasnya, komposisi penduduk berdasarkan golongan umur disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di Kelurahan Sukadamai, Tahun 2007

No Golongan Umur Jumlah

1 00-14 tahun 1.242 2 05-09 tahun 1.675 3 10-14 tahun 1.563 4 15-19 tahun 1.495 5 20-29 tahun 1.399 6 30-34 tahun 1.254 7 35-39 tahun 1.220 8 40-44 tahun 1.104 9 45-49 tahun 985 10 50-54 tahun 788 11 > 60 tahun 621 Jumlah 13.346

Sumber: Data monografi Kelurahan Sukadamai, 2007

Berdasarkan pada agama atau kepercayaan yang dianut, mayoritas penduduk Kelurahan Sukadamai beragama islam. Hal ini dapat dilihat melalui komposisi penduduk menurut agama pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Sukadamai, Tahun 2007

No Agama Jumlah (orang) Distribusi Persentasi (%)

1 Islam 12.200 91,4 2 Kristen 933 6,9 3 Katholik 133 0,9 4 Hindu 9 0,07 5 Budha 26 0,2 6 Konghuchu 40 0,3 13.346 100

Sumber: Data monografi Kelurahan Sukadamai, 2007

Jumlah penduduk terbanyak yang menganut agama islam sebesar 12.200 orang atau 91,4 persen, dan jumlah penduduk terkecil yang menganut agama hindu sebanyak 9 orang atau 0,07 persen.

Mata pencaharian sebagian penduduk adalah wiraswasta atau berdagang, bergerak dalam bidang jasa, swasta dan bertani maupun buruh tani. Lebih jelas lagi bentuk mata pencaharian penduduk Kelurahan Sukadamai dapat dilihat melalui komposisi penduduk menurut mata penacaharian pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sukadamai, Tahun 2007

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 Pegawai negeri sipil 182

2 TNI 21 3 Polri 4 4 Swasta/BUMN/BUMD 799 5 Wiraswasta/pedagang 1.818 6 Tani 291 7 Pertukangan 463 8 Buru tani 181 9 Pensiunan 142 10 Jasa/lain-lain 1.884 Jumlah 5.785

Sumber: Data monografi Kelurahan Sukadamai, 2007

Sebagian penduduk yang berada di wilayah perkampungan khususnya perempuan, mereka banyak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau buruh cuci di wilayah komplek sekitar Kelurahan Sukadamai.

5.1.3 Pendidikan

Seiring dengan bertambahnya penduduk pendatang dari luar kelurahan khususnya pada wilayah komplek perumahan, membawa perubahan perkembangan Kelurahan Sukadamai yang lebih baik, seperti pada perekonomian wilayah dan pembangunan infrastruktur seperti sarana pendidikan, kesehatan dan ibadah.

Kondisi pendidikan umum di Kelurahan Sukadamai terlihat cukup berkembang dengan terdapatnya fasilitas atau sarana pendidikan yang memadai. Sarana pendidikan umum di Kelurahan Sukadamai dapat digambarkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sarana Pendidikan Umum di Kelurahan Sukadamai, Tahun 2007

Negeri Swasta No Jenis Pendidikan Gedung (buah) Guru (orang) Murid (orang) Gedung (buah) Guru (orang) Murid (orang) 1 TK 2 6 204 2 Sekolah Dasar 11 51 2040 1 16 415 3 SMP 1 22 326 4 MTs 1 20 309 Jumlah 11 51 2040 5 84 1254 Sumber: Data monografi Kelurahan Sukadamai, 2007

Selain pendidikan umum seperti yang tertera pada Tabel 4, terdapat pula sarana Pendidikan Luar Sekolah yang disediakan melalui PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang dibentuk oleh masyarakat Kelurahan Sukadamai. Sarana Pendidikan Luar Sekolah yang ada di PKBM dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana Pendidikan Luar Sekolah di Kelurahan Sukadamai, Tahun 2007 No Jenis Pendidikan Gedung (buah) Guru/pelatih) (orang) Murid (orang) 1 PAUD 1 2 100 2 Kejar Paket A 1 1 3 Kejar Paket B 1 15 4 Kejar Paket C 2 20 5 KF 6 50 6 KBU 1 7 KBO Jumlah 3 12 175 Sumber: Data monografi Kelurahan Sukadamai, 2007

Namun untuk beberapa wilayah seperti pada RW-RW yang terdapat pada wilayah perkampungan masih terdapat warga yang masih buta huruf atau buta aksara, dengan kisaran usia di atas 20 tahun. Mereka khususnya adalah penduduk asli Kelurahan Sukadamai. Hal ini telah mendapatkan perhatian dengan dibentuknya kelembagaan yang berfokus pada pengentasan buta aksara melalui Pendidikan Luar Sekolah (PLS), seperti kelembagaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang memiliki Program Keaksaraan Fungsional (KF) untuk memelekaksarakan warga Sukadamai yang masih mengalami buta aksara.

5.2 Gambaran Umum Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Damai Mekar

PKBM Damai Mekar dibentuk pada tahun 1998 oleh keluarga besar Bapak Haji Yusron. Pada saat itu program yang dilaksanakan PKBM masih terdiri dari Kejar Paket A (setara SD) dan PBA (Program Pemberantasan Buta Aksara). Barulah pada tanggal 9 Maret 1999 PKBM Damai Mekar dioperasionalkan di bawah Yayasan Majelis Ta’lim Nurrahmah. Program yang dilaksanakan saat ini tidak hanya Kejar Paket A dan PBA saja, namun juga terdapat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Kejar Paket A (setara SD), B (setara SMP) dan C (setara SMA), KF (Keaksaraan Fungsional) yang hampir sama dengan PBA, Kelompok Belajar Usaha (KBU), dan Kelompok Belajar Olahraga (KBO).

Kegiatan belajar masyarakat sendiri dilakukan di gedung Yayasan Nurrahmah untuk program Kejar Paket dan PAUD. Sedangkan kelompok belajar KF dilaksanakan di sekitar tempat tinggal warga belajar, seperti di rumah salah satu warga belajar. Hal ini dilakukan agar kegiatan belajar mudah diakses oleh warga belajar KF. Kegiatan KBU dipraktekan langsung dengan membentuk warung jajan untuk anak sekolah dasar yang berada di sekitar lingkungan PKBM.

5.3 Program Keaksaraan Fungsional PKBM Damai Mekar

Program Keaksaraan Fungsional pada PKBM Damai Mekar telah menyentuh beberapa RW di Kelurahan Sukadamai, yaitu terdiri dari RW 1, 6, 7 dan 10 pada awal tahun 2007. Dan saat ini yang sedang dilakukan penggarapan adalah RW 02, 08 dan 09 sejak bulan November 2007. Sedangkan RW 03, 04 dan 05 adalah wilayah

Komplek Perumahan Budi Agung yang tidak dijadikan target sasaran program KF. RW 01 dan 10 merupakan RW yang menjadi unggulan kelompok belajar, karena warga belajarnya lebih aktif dari kelompok belajar RW lain. Selain itu juga kelompok belajar ini diikutsertakan pada program unggulan P2WKSS (Program Pemberdayaan Wanita Keluarga Sehat Sejahtera) dari PKK Kota Bogor tahun 2007. Jumlah penduduk yang buta huruf pada RW 10 sekitar 5 kelompok atau 50 orang namun yang hanya mengikuti program KF 18 orang. Begitu pula pada warga RW 01 hanya 17 orang yang mengikuti program KF. Pada RW 01 ini akan direncanakan untuk menindaklanjuti program KF, yaitu akan dilaksanakan program KF ke tahap lanjutan. Pada beberapa RW yang menjadi target wilayah pemberantasan buta aksara, sebagian warganya ada yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) khususnya para wanita. Menjadi salah satu alasan mereka tidak dapat mengikuti program KF karena kesibukan bekerja sebagai PRT, yang bekerja mulai pagi hari sekitar jam 7:00 hingga sore sekitar jam 16:00. Selain alasan kesibukan bekerja, mereka juga enggan datang karena rasa malu mereka tidak dapat membaca dan menulis.

Kegiatan belajar di RW 01 dan 10 dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Tempat belajar di RW 01 berada di salah satu rumah warga belajar, sedangkan untuk tempat belajar di RW 10 berada di Majelis Aisyah yang berada di RW 10. Warga belajar pada RW 10 terbilang memiliki motivasi tinggi untuk belajar baca tulis hitung. Kegiatan belajar terdiri dari belajar keaksaraan dasar baca tulis hitung dengan beberapa teknik pembelajaran, seperti belajar mengenal huruf dan angka, membaca suku kata, kata, kalimat, menulis huruf dan angka, berhitung dengan melakukan

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Pembelajaran tersebut dilakukan berulang-ulang hingga WB lancar melakukannya. Teknik belajar yang paling efektif diterapkan secara individual pada WB adalah dengan menggunakan panduan pembelajaran berupa buku pedoman belajar untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK, meskipun telah diterapkan pula teknik pembelajaran berdasarkan panduan belajar untuk program KF. Selain itu juga diterapkan metode belajar aksi dengan menggunakan kartu huruf dan angka yang dapat memudahkan WB untuk menghafal huruf dan merangkai kata dari kartu-kartu huruf tersebut. Dipakai pula alat hitung berupa bij-biji tasbih yang disusun pada tali. Selain itu juga digunakan tulisan kata pada selembar karton seperti tulisan pada poster yang dilengkapi gambar-gambar pula.

Selain belajar keaksaraan dasar, WB juga diajarkan beberapa keterampilan seperti membuat baki hantaran dan membuat kue, selain untuk menambah keterampilan juga memperlancar kemampuan baca tulis dengan praktek langsung serta menarik perhatian dan menambah motivasi untuk belajar. WB tidak dikenakan biaya untuk mengikuti praktek tersebut. Mereka hanya cukup datang dan belajar keterampilan tersebut sambil mengasah kemampuan baca tulis hitung mereka.

Gambar 2. Aktivitas Praktek Keterampilan Warga Belajar KF di Majelis Tempat Belajar

Gambar 3. Warga Belajar KF Bersama Tutor PKBM Damai Mekar

Gambar 4. Ujian Warga Belajar yang Diawasi oleh Tutor di Majelis Tempat Belajar

Dana kegiatan belajar dan praktek berasal dari PKBM, mitra kerjasama PKBM seperti PKK Kota Bogor atau SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Kecamatan Tanah Sareal, dan swadaya dari tutor. Dana yang berasal dari PKBM tersebut berasal dari UPTD Pendidikan setempat. Dana tersebut dianggarkan untuk membayar honor tutor dan kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Jumlah tutor yang ada di PKBM Damai Mekar saat ini ada 14 orang dan 6 orang dari mereka adalah tutor untuk program KF. Para tutor juga pernah mengikuti pelatihan untuk mengembangkan teknik pengajaran mereka. Kegiatan KF sendiri mendapatkan perhatian dari mitra kerjasama seperti SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) dan PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga). Menurut kelembagaan ini program KF merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat khususnya dalam lingkup keluarga, dengan meningkatkan kemampuan baca tulis hitung ibu rumah tangga di Kelurahan Sukadamai.

5.4 Profil Warga Belajar Program KF PKBM Damai Mekar

Warga belajar yang mengikuti program KF PKBM Damai Mekar periode Juni-November 2007 secara keseluruhan adalah ibu rumah tangga yang berada di RW 01 dan 10 Kelurahan Sukadamai. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh cuci, pembersih benang pada pakaian garmen, pemisah benang gujir dari ban mobil, pengoret rumput pada sawah milik orang lain atau pengoret halaman rumah pada komplek perumahan, dan ada juga yang membuat warung jajanan. Warga belajar yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga harus bekerja sejak pukul 6 pagi hingga pekerjaan rumah selesai atau sekitar waktu dzuhur (jam 12 siang). Namun ada pula yang bekerja sampai sore hari hingga pukul 4 sore karena

harus menjaga anak dari majikan mereka. Kesibukan seperti inilah yang membuat kebanyakan dari mereka tidak selalu aktif mengikuti kegiatan belajar KF, selain itu mereka sering mengeluh capek untuk belajar KF karena pekerjaan mereka. Hampir keseluruhan dari mereka adalah penduduk asli setempat yang menikah dan memiliki keluarga pada wilayah tersebut.

Rata-rata pendidikan mereka sangat minim. Banyak dari mereka yang tidak pernah mengalami sekolah formal karena keterbatasan akses pada kelembagaan pendidikan dan biaya sekolah yang tinggi pada saat usia sekolah mereka. Pendidikan saat dulu hanya cocok untuk laki-laki. Perempuan dianggap lebih cocok berada di rumah saja mengurus pekerjaan rumah dibandingkan pergi sekolah. Terdapat beberapa warga belajar yang mengaku pernah mengikuti sekolah namun mereka hanya belajar agama saja seperti mengaji, atau mereka biasa menyebut sekolah madrasah. Mereka sama sekali tidak diajarkan huruf latin saat itu. Inilah salah satu penyebab kebutaaksaraan mereka saat ini.

Setelah dilakukan pengambilan data, ternyata warga belajar yang merasa pernah mengikuti program KF PKBM Damai Mekar hanya terdapat 35 warga belajar dari 43 warga yang tercatat oleh PKBM Damai Mekar sebagai warga belajar KF mereka. Hal ini terjadi karena setelah warga yang terdaftar sebagai warga belajar KF PKBM Damai Mekar, namun beberapa dari mereka tidak mengikuti kegiatan belajar program KF sama sekali. Sehingga mereka tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan pada kuesioner yang berhubungan dengan kegiatan belajar program KF, selain itu mereka juga tidak termasuk ke dalam karakteristik sebagai responden penelitian.

5.5 Ikhtisar Bab V

Gambaran secara umum Kelurahan Sukadamai merupakan wilayah bagian Kota Bogor, yang wilayahnya sebagian besar merupakan daerah perkampungan, dan sisanya merupakan wilayah komplek perumahan. PKBM Damai Mekar berada di tengah lingkungan Kelurahan Sukadamai, tepatnya daerah perkampungan. Lokasi penelitian berada di RW 01 dan 10. Semua responden yang berada di kedua RW tersebut merupakan Warga Belajar Program KF PKBM Damai Mekar. Bab selanjutnya merupakan pembahasan mengenai karakteristik yang ada pada responden penelitian.

BAB VI

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Karakteristik responden terbagi menjadi dua bentuk, yaitu karakteristik internal diri pribadi responden dan karakteristik eksternal responden.

6.1 Karakteristik Internal Diri Pribadi Responden

Karakteristik internal diri pribadi responden terdiri dari umur, status perkawinan, pekerjaan, tingkat pendidikan, jumlah anak, penilaian WB terhadap program KF dan motif WB mengikuti program KF.

Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Internal Diri Pribadi di PKBM Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Tahun 2008

No Karakteristik Internal Diri Pribadi Responden f % 1 Umur: • 16-45 tahun • di atas 45 tahun 23 12 65,7 34,3 2 Status Perkawinan: • Menikah • Janda 32 3 91,4 8,6 3 Pekerjaan: • Bekerja • Tidak Bekerja 23 12 65,7 34,4 4 Tingkat Pendidikan:

• Rendah (Tidak sekolah atau DO (Drop Out) kelas 1-3 SD)

• Tinggi (DO di atas kelas 3)

34 1

97,1 2,9 5 Jumlah Anak:

• Rendah (≤ 3 anak dan tidak memiliki balita) • Tinggi (> 3 anak dan atau memiliki balita)

15 20

42,9 57,1 6 Penilaian WB terhadap Program KF:

• Rendah (jumlah skor ≤ 18) • Tinggi (jumlah skor > 18)

2 33

5,7 94,3 7 Motif WB Mengikuti Program KF:

• Motif Internal • Motif Eksternal 25 10 71,4 28,6 n: 35

6.1.1 Umur

Umur adalah lamanya warga belajar untuk hidup sejak ia lahir hingga saat penelitian ini berlangsung. Kategori umur dikelompokan menjadi dua golongan, yakni 16-45 tahun, dan di atas 45 tahun. Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah responden pada umur 16-45 tahun sebanyak 23 orang atau 65,7 persen dan umur di atas 45 tahun sebanyak 34,3 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa responden sebagian besar berumur 16-45 tahun. Menurut pengelola program KF, warga belajar memang diprioritaskan untuk warga buta huruf berumur sekitar 16-45 tahun, namun bila terdapat warga buta huruf berumur di atas 45 tahun dan mau mengikuti program, tetap boleh diikutsertakan.

6.1.2 Status Perkawinan

Berdasarkan keseluruhan responden yang semuanya adalah perempuan, maka status perkawinan responden terbagi menjadi dua kategori, yaitu menikah dan janda. Berdasarkan Tabel 6, jumlah responden dengan status menikah ada 91,4 persen dan responden berstatus janda terdapat 8,6 persen. Hal ini membuktikan 100 persen responden adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan data yang didapatkan, seluruh responden yang berstatus janda memiliki anak dan menjadi tulang punggung keluarga.

6.1.3 Pekerjaan

Pekerjaan yaitu bentuk mata pencaharian yang dilakukan oleh responden untuk mendapatkan penghasilan, baik sebagai pekerjaan pokok atau sampingan. Responden terbagi menjadi dua kelompok, yaitu responden bekerja dan tidak bekerja. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan baik pekerjaan pokok maupun sampingan dengan persentase 65,7 persen seperti yang tertera pada Tabel 6. Pekerjaan tersebut terdiri dari pembantu rumah tangga (28,6 persen), buruh cuci (5,7 persen), buruh pabrik (2,8 persen), pemisah benang (8,6 persen) dan pembersih benang (14,3 persen).

Pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan pokok, yaitu pembantu rumah tangga, karena pekerjaan itu mereka lakukan setiap hari sejak pagi (jam 7 pagi) hingga sekitar pukul 12 siang atau pukul 4 sore. Sementara pekerjaan yang mereka anggap sebagai pekerjaan sampingan yaitu yang tertera pada Tabel 6, selain menjadi pembantu rumah tangga. Pekerjaan sampingan seperti buruh cuci, buruh pabrik, pemisah benang dan pembersih benang tidak selalu mereka dapatkan tiap hari, tergantung pada permintaan tenaga kerja. Menurut responden yang memiliki usaha berdagang, pekerjaan mereka dianggap sebagai pekerjaan sampingan pula karena tidak banyak menyita waktu, selain itu suami mereka pun memiliki pekerjaan lain.

6.1.4 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti responden. Tingkat pendidikan responden terbagi menjadi dua kategori, yaitu rendah bagi responden yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal atau drop out pada

kelas 1, 2 atau 3 SD dan kategori tinggi pada responden yang pernah mengikuti pendidikan formal sampai kelas empat SD atau lebih dari itu.

Dapat dilihat pada Tabel 6, responden dengan tingkat pendidikan rendah terdapat 97,1 persen dan yang tingkat pendidikannya tinggi hanya ada 1 orang atau 2,9 persen, yaitu responden yang pernah sekolah hingga kelas empar SD. Hal ini menunjukan bahwa keseluruhan responden tingkat pendidikannya rendah. Responden kebanyakan tidak pernah merasakan pendidikan formal karena keterbatasan akses pada pendidikan formal (jarak sekolah jauh), biaya sekolah yang mahal dan sekolah tersebut lebih diprioritaskan hanya untuk laki-laki.

6.1.5 Jumlah Anak

Jumlah anak merupakan keseluruhan anak yang dimiliki responden dan menjadi tanggungan keluarga. Kategori jumlah anak terbagi menjadi dua, yaitu tinggi dengan memiliki balita dan atau memiliki anak lebih dari tiga anak. Responden yang memiliki balita dianggap menjadi indikator jumlah anak tinggi karena, adanya balita yang menjadi tanggungan responden berarti beban kerja yang dimiliki responden lebih banyak dan dapat mempengaruhi kegiatannya dalam mengikuti program KF. Begitu pula dengan responden dengan jumlah anak lebih dari tiga anak.

Tabel 6 menunjukan responden dengan jumlah anak tinggi sebanyak 57,1 persen dan responden dengan jumlah anak rendah ada 42,9 persen. Ini menjelaskan bahwa lebih banyak responden dengan jumlah anak tinggi. Namun ini belum sepenuhnya menjelaskan bahwa jumlah anak yang tinggi menyebabkan beban kerja

semakin tinggi pula, karena ada anak mereka yang dapat mengurus diri mereka sendiri dan tidak banyak merepotkan orang tua (responden).

6.1.6 Penilaian WB terhadap Program KF

Penilaian responden terhadap program yaitu tanggapan responden terhadap program KF sebelum mereka mengikuti program maupun setelah mereka mengikutinya. Tanggapan tersebut dapat berbentuk tanggapan mengenai manfaat program bagi mereka, tanggapan saat diajak mengikuti program, dukungan mereka terhadap program, tanggapan terhadap tutor dan pengelola program, dan tanggapan selama pembelajaran.

Data pada Tabel 6 menunjukan bahwa sebanyak 94,3 persen responden menyatakan tanggapan tinggi atau baik terhadap program KF yang dilaksanakan PKBM Damai Mekar, dan responden dengan tanggapan rendah terhadap program sebanyak 2 orang atau 5,7 persen. Saat program KF ditawarkan pada responden, mereka mengetahui terlebih dahulu dari RT setempat atau ibu-ibu PKK. Menurut penuturan salah seorang ibu PKK di RW 10 mengenai penilaian warga belajar saat diajak mengikuti program menjelaskan bahwa:

”...Ibu-ibu yang saya ajak belajar KF, mereka terlebih dahulu menanyakan belajar apa saja di KF nanti. Saya menjelaskan akan diajarkan baca tulis buat yang belum bisa dan belum lancar. Saat saya mengajak mereka, saya juga membawa salah seorang tutor yang telah mereka kenal, dan mereka percaya bahwa ini merupakan program untuk baca tulis. Mereka saat itu antusias dan menanyakan langsung tempat belajar dan waktunya”. (Indi, 34 tahun).

6.1.7 Motif Responden Mengikuti Program KF

Motif adalah dorongan yang ada dalam diri responden dan melatarbelakangi untuk mengikuti program KF. Berdasarkan motif mengikuti program, responden terbagi menjadi dua kelompok, yaitu responden dengan motif internal dan motif eksternal. Motif internal yaitu segala dorongan yang berasal dari dalam diri warga belajar sendiri, tanpa paksaaan, rasa ingin tahu dan menambah kemampuan keaksaraan (membaca, menulis dan berhitung). Motif eksternal sendiri diartikan sebagai segala dorongan yang berasal dari luar diri WB, yang diintervensi pihak lain, diajak (ikut-ikutan), serta keinginan lain selain ingin dapat membaca menulis dan berhitung (berkumpul dengan teman-teman, menggosip, mengisi kekosongan waktu).

Jumlah responden yang memiliki motif internal untuk mengikuti program terdapat 71,4 persen. Lalu sisa responden sebanyak 28,6 persen bermotif eksternal dalam mengikuti program. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki dorongan langsung dari dalam diri untuk bisa membaca, menulis dan berhitung tanpa

Dokumen terkait