• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.8 Analisis Micro-Macro Link (MML)

Menurut Fauzi (2006), Analisis Micro-Macro Link ini digunakan untuk memudahkan penyusunan konsep kebijakan strategis untuk trade-off ekonomi pembangunan perikanan tangkap terpadu di Kabupaten Belitung dan mengetahui sinergi/korelasinya dengan arah pengembangan ekonomi kawasan dan kebijakan pembangunan nasional. Salah satu kendala yang dihadapi dalam sektor perikanan adalah belum tersedianya informasi yang tepat dan akurat mengenai keterkaitan antara mikro dan makro sektor ini dalam perekonomian lokal, regional maupun nasional. Keterkaitan mikro makro ini sangat penting dalam perencanaan pembangunan perikanan ke depan karena dengan diketahuinya keterkaitan mikro-

N NB

57 makro tersebut, perencanaan ke depan akan lebih terarah dan tepat mengenai sasaran serta tersedianya informasi yang tepat dan relevan menyangkut kinerja sektor perikanan dan kelautan.

Berdasarkan alasan di atas, adalah sangat penting untuk melakukan

assessment menyangkut keterkaitan micro-macro link yang berisi informasi mengenai pola interaksi komponen ekonomi kegiatan yang berhubungan dengan perikanan dan kelautan di Kabupaten Belitung pada khususnya.

Micro Macro Link (MML) perikanan dan kelautan merupakan assessment

yang secara umum menyediakan informasi mengenai pola interaksi dan saling membutuhkan komponen ekonomi kegiatan yang berhubungan dengan perikanan dan kelautan di Kabupaten Belitung pada khususnya. Secara khusus informasi ini menyangkut keterkaitan antara kegiatan makro pembangunan dan mikro pembangunan lokal sektor perikanan Kabupaten Belitung.

Gambar 3 Latar belakang studi Micro-Macro Link

Untuk merujuk keterkaitan micro-macro link dengan pembangunan sektor perikanan tangkap di Kabupaten Belitung, perlu juga dilihat dari sudut teori

Sektor Perikanan

Kontributor Pembangunan Ekonomi skala

lokal/reg/nas

Sumber penyerap surplus Tenaga kerja skala

Lokal/reg/nas

Sumber penerimaan Negara dan pendapatan

skala lokal/reg/nas

Sumber penyedia pangan Bagi penduduk wilayah

pesisir

Informasi keterkaitan mikro makro sektor Skala lokal/reg/nas

Infromasi yang tepat dan relevan kinerja sector perikanan dan kelautan

Skala lokal/reg/nas

Perencanaan ke depan yang lebih terarah dan tepat mengenai sasaran

58

perubahan struktural. Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata, namun lebih dari itu, memiliki perspektif yang luas, termasuk dimensi sosial dalam proses pembangunan dengan mempertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan dengan mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik (Kuncoro, 1997). Dalam Teori Perubahan Struktural, pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang seperti Indonesia, semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian kemudian berubah menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro, 1991). Pada pembahasan teori perubahan struktural ini, akan disinggung secara garisbesar teori pembangunan yang dikemukakan oleh Arthur Lewis dengan konsep teori migrasi.

Mengawali teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua yaitu: 1) Perekonomian Tradisional dan 2) Perekonomian Industri.

Dalam perekonomian tradisional, bahwa di daerah perdesaan, dengan kondisi yang tradisonal, ketersediaan tenaga kerja boleh dikatakan melimpah karena erat kaitannya dengan basis utama perekonomian yang berada di perdesaan dengan tingkat hidup masyarakat yang berada dalam lingkungan marginal, sehingga keberadaan tenaga kerja tidaklah berpengaruh terhadap hasil pertanian yang didapatkan. Dengan demikian, nilai upah riil ditentukan oleh nilai rata-rata produk marginal, dan bukan oleh produk marginal dari tenaga kerja itu sendiri. Sedangkan dalam perekonomian industri, yang rata-rata terletak di perkotaan, dimana sektor yang berpengaruh adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini ditandai dengan tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan, dalam hal ini termasuk tenaga kerja. Hal ini menyiratkan bahwa nilai produk marginal terutama tenaga kerja, bernilai positif. Dengan demikian, perekonomian perkotaan akan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari perdesaan, karena nilai nilai produk marginal dari tenaga kerja yang positif menunjukkan bahwa fungsi produksi belum berada pada tingkat optimal yang dapat dicapai.

59 Dalam Performance ekonomi perikanan dan kelautan secara konvensional, yang kalau dikaitkan dengan teori perubahan struktural terlihat bahwa persoalan tenaga kerja yang bergerak di bidang perikanan tangkap mempunyai beberapa fariabel yang biasanya akan tercermin dari beberapa data dasar yang umum diketahui. Performance tersebut, yang seringkali menjadi bahan pertanyaan umum untuk merencanakan kembali berbagai kebijakan dalam siklus evaluasi kebijakan adalah menyangkut berbagai hal dalam sektor tersebut seperti Product Domestic

Regional Bruto (PDRB), produksi Rumah Tangga Perikanan (RTP), armada

perikanan, nilai produksi, pendapatan nelayan, konsumsi, perdagangan (trade), maupun potensi yang ada.

Dari data-data menyangkut potensi tersebut yang biasanya ditampilkan dalam bentuk tabel data statistik dalam angka pada buku saku atau lainnya. Seringkali angka-angka tersebut tidak dapat berbicara apa-apa jika kita ingin merunut permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya kinerja perikanan dan kelautan karena data tersebut tidak menggambarkan keterkaitan antar satu komponen dengan lainnya, artinya setiap data berdiri sendiri. Ada beberapa data kinerja yang hilang pada konvensional tersebut menyangkut hal-hal seperti:

- Bagaimana performance usaha perikanan menyangkut faktor produksi,

profit, productivity, pengembangan wilayah basis, dan lainnya?

- Bagaimana usaha perikanan tangkap mempengaruhi atau dipengaruhi baik secara mikro maupun makro dalam link pembangunan perikanan terpadu?

- Bagaimana pengaruh/dampak dan signifikasi pengaruh trade

(perdagangan) terhadap komponen lainnya dalam pembangunan perikanan tangkap?

- Bagaimana pengaruh/dampak dan signifikasi pengaruh kondisi moneter dan fiskal dan kebijakan nasional terkait sektor perikanan terhadap komponen lainnya dalam pembangunan perikanan tangkap?

- Bagaimana pengaruh/dampak dan signifikasi pengaruh kondisi ekonomi regional Bangka Belitung terhadap komponen lainnya dalam pembangunan perikanan tangkap?

Hal-hal seperti inilah yang kelak akan terjawab dengan menggunakan analisis Micro Macro Link (MML), yang sebenarnya juga diperoleh dari data

60

dasar konvensional yang ada, beserta kondisi realistik di lapangan. MML merupakan data performance endogenous yang diperoleh dari analisis performance konvensional plus data lainnya yang terkait termasuk data primer yang diperoleh dari pengamatan di lapangan.

Seperti tampak pada Gambar 4, Analisis mikro-makro link merupakan studi yang menggabungkan berbagai data dan kebijakan yang menyangkut faktor pembangunan mikro dan makro dari sektor perikanan. Faktor mikro akan menyangkut market output yang akan memberikan nilai profit dan productivity

dari sektor usaha perikanan. Usaha perikanan juga merupakan performance yang dihasilkan dari market input yang terdiri dari faktor produksi dan faktor tenaga kerja.

Di sisi lain pada variabel makro, yang terdiri dari kebijakan nasional, ekonomi regional dan juga trade (perdagangan) yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan lainnya. National macro policy yang terdiri dari kebijakan fiskal dan moneter akan memberikan pengaruhnya masing-masing, dimana kebijakan fiskal akan berdampak terhadap market output, market input

pada skala mikro, yang akhirnya akan mempengaruhi usaha perikanan itu sendiri. Kebijakan fiskal juga akan mempengaruhi trade pada skala makro. Sementara itu kebijakan moneter secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha perikanan melalui dampak terhadap ekonomi regional dan kondisi stok. Hal ini secara teori dapat dijelaskan, salah satu contohnya adalah hubungan antara suku bunga dan kondisi stok sumber daya misalnya.

Menurut Fauzi (2010) dalam hal pengelolaan perikanan, terutama yang menyangkut dengan ekonomi perikanan, dibutuhkan regulasi kebijakan perikanan, sehingga dalam pemanfaatan sumber daya ikan tidak terjadi konflik dan dapat dimanfaatkan secara lebih adil. Dengan melihat hasil penelitian empiris tentang teori ekonomi perikanan yang dilakukan oleh Acheson (1975), Townsend (1985) Agnello dan Donneley (1975) menunjukkan bahwa pengaturan akses terhadap sumber daya akan terbukti menghasilkan manfaat ekonomi yang lebih tinggi serta peningkatan produktivitas per tenaga kerja dan produktivitas per unit input.

National Macro Policy Ekonomi Regional Resource Base Service Base Trade Fiskal Moneter GDP Regional MAKRO

61 Keterangan: : Memiliki pengaruh secara langsung

: Memiliki pengaruh tidak langsung

Gambar 4 Logic frameworkMicro-Macro Link

Ekonomi regional merupakan kinerja dari resource based activity dan juga service based activity yang akan memberikan kontribusi terhadap nilai

Gross Domestic Product (GDP) regional yang berawal dari kebijakan

nasional. Secara makro, keterkaitan dengan Trade, Fiskal dan moneter dalam menentukan kebijakan akan berdampak secara lokal dalam kaitannya dengan garis kebijakan. Secara mikro, usaha perikanan erat sekali hubungannya dengan ketersediaan sumber bahan baku perikanan dan produk yang bisa dijual hasil dari penangkapan ikan. Saling pengaruh mempengaruhi atas ketersediaan tenaga kerja dan tingkat produktivitas untuk menghasilkan tangkapan, menjadikan masalah ini perlu dianalisis secara lebih terintegral dengan mempergunakan analisis MML sebagai bahan perencanaan untuk dapat menghasilkan bentuk policy link yang dapat dijadikan andalan untuk menjelaskan berbagai permasalahan yang ada dalam pengelolaan perikanan di Kabupaten Belitung.

62

Analisis MML ini dikembangkan dengan menggunakan metode LISREL (Linear Structural Relationship) yaitu salah satu software statistik yang digunakan untuk mengolah data dengan menggunakan structural equation modelling (SEM). Menurut Mueller (1996) dan Ghozali (2006), metode structural equation modelling (SEM) merupakan analisis multivariat yang mempunyai kemampuan untuk menganalisis tingkat dan sifat pengaruh interaksi (link) antar komponen pada suatu sistem nyata dengan menggunakan data lapang yang bersifat multivariabel dan multihubungan. Untuk meningkatkan keakuratan hasil analisis, metode SEM juga mempunyai alat uji yang dikenal dengan kriteria goodness-of-fit yang dapat digunakan secara terintegrasi.

SEM dapat digunakan untuk menganalisis tingkat peran komponen yang berinteraksi dalam sistem, menetapkan komponen yang berpengaruh signifikan dan tidak signifikan, memberikan arahan pemilihan variabel yang menjadi perhatian dalam pengembangan operasi di suatu kawasan. Dalam penelitian ini, analisis SEM digunakan untuk menganalisis berbagai pengaruh dan sifat pengaruh dalam interaksi (link) antar komponen yang mendukung pembangunan perikanan tangkap terpadu seperti diilustrasikan oleh Fauzi (2006) dalam logic framework MML yang terdapat pada Gambar 4. Pada

logic framework MML dapat dilihat hubungan antara kondisi mikro di tingkat local dan kondisi makro di tingkat regional yang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama dalam hubungan dengan kebijakan nasional. Tingkat pengaruh tersebut ditunjukkan oleh koefisien pengaruh yang dihasilkan model dan dinyatakan fit (sesuai) menurut kriteria

goodness-of-fit baik yang bersifat langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect), maupun yang merupakan pengaruh total (total effect). Sifat pengaruh dapat signifikan atau tidak signifikan ditunjukkan oleh nilai probabilitas (P) setiap pengaruh dalam interaksi antar komponen.

Mulai

Kajian Pustaka

63 Gambar 5 Diagram alir tahapan penelitian