• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MODAL SOSIAL RUMAH TANGGA PETAN

Modal sosial yang ada pada rumah tangga petani di Desa Krasak merupakan interaksi yang dibangun dari kehidupan sehari-hari. Interaksi tersebut dapat terjadi antar petani dalam satu desa maupun dengan desa yang lain, antara petani dengan tengkulak, antara petani dengan distributor kebutuhan pertanian, pemerintah, atau petani dengan lembaga pendukung pertanian seperti lembaga perbankan. Woolcock (2001) dalam Field (2010) membedakan tipe modal sosial menjadi tiga tipe hubungan, yaitu: (1) modal sosial yang mengikat (social bounding), (2) modal sosial yang menjembatani (social bridging), dan (3) modal sosial yang menghubungkan (social linking). Analisis modal sosial berdasarkan tipe-tipe modal sosial akan lebih jauh dipaparkan dalam bagian ini.

Kondisi Social Bounding pada Rumah Tangga Petani

Menurut Woolcock (2001) dalam Nuryadin (2009), social bounding dapat berupa nilai, kultur, persepsi dan tradisi atau adat-istiadat (custom). Hal tersebut mencerminkan adanya kekerabatan yang dilihat dari pelaksanaan berbagai norma- norma sosial yang ada pada masyarakat. Penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa suatu masyarakat tergolong lebih memanfaatkan social bounding adalah Suandi (2007), Rustanto (2007) dan Pontoh (2010). Suandi (2007) menyimpulkan demikian karena melihat variabel kepercayaan masyarakat. Jumlah responden pada variabel kepercayaan tersebut besar pada kategori kepercayaan sangat tinggi dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut relevan apabila penelitian ini menggunakan indikator kepercayaan sebagai penyumbang konsep social bounding. Analisis social bounding ini menggunakan indikator tingkat kepercayaan dan tingkat kepatuhan pada norma sosial. Hasil penelitian ini menunujukan frekuensi dan persentase masing-masing indikator tergolong sedang atau cukup baik.

Tingkat Kepercayaan

Tipe modal social bounding memiliki karakteristik adanya ikatan yang kuat dan mengikat, maka indikator kepercayaan relevan digunakan untuk melihat ikatan kuat yang ada dalam masyarakat. Kepercayaan yang ada dalam masyarakat petani di Desa Krasak dapat berupa perasaan yakin yang terbangun antara petani atau dengan orang lain, bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari atau dapat pula dalam kegiatan pertanian. Jumlah dan persentase indikator tingkat partisipasi tergolong sedang (Tabel 9).

Tabel 9 Jumlah dan peresentase responden menurut tingkat kepercayaan

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tinggi 8 20

Sedang 26 65

Rendah 6 15

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah responden pada kategori sedang sebanyak 26 responden dengan persentase 65 persen. Sedangkan untuk kategori tingkat kepercayaan tinggi terdapat 8 responden dengan persentase 20 persen. Tingkat kepercayaan petani Desa Krasak tergolong sedang dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari petani yaitu kesediaan berbagi pengalaman antar petani. Kesediaan berbagi pengalaman antar petani tergolong tinggi, namun untuk beberapa petani di Desa Krasak kesediaan melakukan saran petani lain mengenai permasalahan pertanian dapat dikatakan tidak terlalu tinggi. Sehingga indikator kepercayaan antar sesama tergolong sedang. Penyebab kurangnya kesediaan untuk melakukan saran dalam bidang pertanian salah satunya adalah pada saran penggunaan pupuk dan pestisida. Petani di Desa Krasak selektif terhadap penggunaan jenis pestisida maupun pupuk. Petani sangat berhati-hati dalam memilih jenis pestisida karena menurut pengalaman petani jika petsni langsung melakukan saran petani lainnya belum tentu hasil panen akan meningkat. Setelah diberi saran maka petani tidak langsung melakukan saran tersebut, melainkan masih mempertimbangkannya. Seperti yang dikemukakan salah satu responden berikut ini.

“..Kalau ada teman bawangnya bagus, kadang saya tanya pakai pupuk apa? Obatnya apa? Kadang dijawabnya jenis obat baru dari PT. Saya belum tahu obat itu jadi saya tanya lagi ke yang lainnya.”(Bapak W, petani)

Kesediaan memberi dan melakukan saran menjadi hal yang penting dalam kepercayaan antar petani. Sebagian besar petani bersedia memberikan saran. Saling bertukar saran dalam masalah pertanian oleh petani dilakukan saat berbincang dan beristirahat di sawah. Dalam hal berinteraksi antar sesama petani, petani di Desa Krasak tergolong sering berinteraksi. Interaksi tersebut tercermin seringnya petani berbincang dan beristirahat bersama saat bekerja di sawah. Berikut wawancara dengan responden.

“Saya pasti ngbrol-ngobrol Mbak. Apa lagi di Sawah saat ngaso, kumpul bareng, ya tukar pikir lah. Kadang saya cerita hama yang ditemuin pas di sawah tadi apa saja.” (Bapak W, petani)

Tingkat kepercayaan juga dapat dilihat dari pemenuhan tanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud adalah memberi saran tentang pertanian dengan benar kepada petani lain dalam artian petani tidak berbohong dalam memberikan saran. Dalam penjualan hasil pertanian petani memang bersaing untuk

mendapatkan harga yang tinggi, namun dalam perawatan tanaman petani bersidia memberikan saran yang berdasarkan pengalamannya dapat meningkatkan hasil panen. Bentuk tanggung jawab lainnya adalah petani akan melaksanakan tugas- tugas yang diterimanya di organisasi maupun di masyarakat. Uraian hal-hal tersebutlah memberi sumbangsih terhadap analisis tingkat kepercayaan antar sesama petani yang tergolong dalam kategori sedang.

Tingkat Kepatuhan pada Norma Sosial

Tingkat kepatuhan pada norma sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan petani terhadap tata aturan yang ada di masyarakat, dapat berupa nilai adat atau budaya lokal. Norma sosial tersebut dapat terlihat dari tingkat kepatuhan pada peraturan adat istiadat maupun nilai budaya, tingkat kepatuhan terhadap norma agama. Salah satunya adalah kegiatan gotong-royong yang diadakan di desa. Gotong-royong di Desa Krasak dilaksanakan saat pembangunan jalan lingkungan, perayaan HUT-RI, dan acara-acara desa lainnya. Tingkat kepatuhan pada norma sosial rumah tangga petani berada pada kategori sedang (Tabel 10).

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepatuhan pada norma sosial

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tinggi 6 15

Sedang 28 70

Rendah 6 15

Total 40 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah dan persentase tingkat kepatuhan pada norma sosial tergolong pada kategori sedang. Jumlah responden pada kategori sedang adalah sebanyak 28 responden dengan persentase 70 persen. Sedangkan untuk kategori kuat persentasenya adalah 5 persen. Tingkat kepatuhan norma sosial berada pada kategori sedang dapat dilihat dari intensitas masyarakat melakukan ide adat atau tradisi, salah satunya adalah sedekah bumi. Sedekah bumi rutin dilaksanakan pada setiap bulan Oktober. Sedekah bumi tersebut lebih dikenal dengan sedekah bung. Pelaksanaannya sedekah bung dimulai dari penarikan iuran untuk disumbangkan. Iuran tersebut untuk keperluan sedekah bumi diantaranya yaitu kambing dan makanan lainnya. Iuran tersebut sudah menjadi norma dalam kehidupan masyarakat. Kemudian pada saat kegiatan warga bersama-sama membawa sedekah untuk berdoa ke tanah lapang di dekat persawahan yang disebut dengan blok pung. Namun tidak semua warga mengikuti dalam acara sedekah bung, beberapa warga lebih memilih hanya berpartisipasi dengan memberikan uang iuran saja. hal ini lah yang memberikan sumbangsih bahwa tingkat kepatuhan pada norma, sehingga tergolong dalam kategori sedang. Berikut salah satu responden yang tidak ikut serta dalam kegiatan sedekah bumi karena bertentangan dengan ajaran agama.

“..Saya cuma iuran, kalau ke blok pung saya tidak ikut. Memang acaranya juga pengajian Mbak, tapi ini bertentangan dengan Agama Islam Mbak, Nanti saya musyrik” (Bapak A, petani)

Norma agama yang dilihat dalam tingkat kepatuhan terhadap norma adalah norma hadir dalam tahlilan (berdoa bersama untuk orang meninggal) dan

jamiahan (pengajian yang dilakukan oleh kelompok tertentu dan rutin pada waktu tertentu) yang diadakan di lingkungan setempat. Hampir setiap hari dilaksanakan

jamiahan di Desa Krasak, namun pelaksananya adalah berbagai kelompok- kelompok pengajian baik kelompok perempuan atau kelompok laki-laki. Petani dapat mengikuti jamiahan sebanyak 3-6 kali dalam satu bulan.

Tingkat kepercayaan dan tingkat kepatuhan pada norma sosial mempengaruhi tingkat social bounding yang ada di masyarakat. Analisis sebelumnya memaparkan bahwa pada rumah tangga petani Desa Krasak, tingkat kepercayaan dan tingkat kepatuhan pada norma berada pada kategori sedang karena beberapa hal. Demikian pula untuk persentase tingkat social bounding atau modal sosial yang mengikat (Tabel 11)

Tabel 11 Jumlah dan persentase rumah tangga petani menurut tingkat social bounding

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tinggi 8 20

Sedang 26 65

Rendah 6 15

Total 40 100

Tabel 11 menunjukan bahwa rumah tangga petani di Desa Krasak mempunyai tingkat social bounding yang tergolong dalam kategori sedang. Rumah tangga petani yang tergolong sedang berjumlah 26 rumah tangga dengan persentase 65 persen. Kemudian untuk kategori social bounding tinggi berjumlah 8 rumah tangga dengan persentase 20 persen. Sedikitnya jumlah responden yang berada pada kategori tinggi dapat dikarenakan berkurangnya norma kekerabatan yang ada pada masyarakat. Ikatan yang terbagun diantara petani tidaklah sekuat pada tahun 1990an yaitu dilihat dengan tingkat kepercayaan dan tingkat kepatuhan pada norma sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat ketua Gapoktan Desa.

“...Petani di Desa Krasak bisa dikatakan merupakan petani mandiri mbak. Dulu saat tahun 1990an disini selain bawang juga menanam cabe merah. Cabe merah disini bagus, ada yang dikirim ke luar. Saat itu petani masih sering keliatan rewang-rewang ngolah sawah dan panen. Kalau sekarang masalah saling pinjam alat, meminjam modal antar petani itu sudah jarang. Walaupun mungkin pasti masih ada yang meminjam modal, tapi pasti sama keluarga.” (A W, ketua Gapoktan)

Namun demikian, nilai-nilai kekeluargaan masih dilaksanakan seperti membantu petani yang gagal panen, membantu keluarga atau tetangga yang sedang menikahkan anaknya. Hal tersebut mencirikan social bounding yakni hubungan masyarakat yang masih satu keluarga yang tinggal dalam satu wilayah maupun antar keluarga yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan keluarga lain yang masih satu etnik. Pada masyarakat Desa Krasak banyak terdapat warga yang masih satu kerabat atau masih bersaudara. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu responden berikut ini.

“...Saudara saya banyak di sini Mbak, adik-adik saya juga nggarap sawah di sini. Rata-rata disini juga sawah keluarga jadi banyak disini yang masih satu keluarga” (SN, petani dan pedagang bawang merah)

Hubungan kekerabatan ini dapat menyebabkan adanya rasa empati atau kebersamaan, mewujudkan rasa simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya, resiprositas. Rasa empati pada masyarakat masih melekat, setiap Rukun Tangga (RT) mengkoordinir warga untuk menjenguk apabila terdapat warga yang sakit serta memberikan uang santunan. Meskipun dikoordinir oleh lembaga Rukun Tangga namun warga memiliki rasa empati dan rasa berkewajiban untuk membantu warga yang sedang mengalami musibah. Selain dari hubungan kekerabatan, norma-norma sosial yang termasuk dalam unsur social bounding

yang ada pada masyarakat Desa Krasak dapat tercermin pada kebiasaan, persepsi dan tradisi atau adat-istiadat dan dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Pada norma tradisi adat, umumnya masyarakat akan melaksanakan Sedekah Bung dari rangkaian acara awal hingga akhir namun pada lima tahun terakhir masyarakat yang mengikuti rangkaian acara tidak banyak. Hal tersebut mengindikasikan adanya kerenggangan atau melemahnya kepatuhan pada norma tradisi atau adat.

Kondisi Social Bridging pada Rumah Tangga Petani

Woolcock (2001) dalam Nuryadin (2009) menjelaskan bahwa social bridging merupakan ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada di dalamnya sehingga memutuskan untuk membangun kekuatan dari luar dirinya. Wilayah cakupan social bridging lebih luas dari social bounding karena dapat bekerja lintas kelompok etnik, maupun kelompok kepentingan. Kemudian Woolcock (2001) dalam Nuryadin (2009) melanjutkan,

social bridging bisa juga dilihat dengan adanya keterlibatan umum sebagai warga negara (civic engagement), asosiasi, dan jaringan. Sehingga dapat terlihat tujuan dari social bridging adalah mengembangkan potensi yang ada dalam komunitas agar mampu menggali dan memaksimalkan kekuatan yang mereka miliki baik sumber daya manusia maupun alam melalui interaksi sosial. Berkaitan dengan tujuan dari social bridging maka pengembangan potensi dari rumah tangga petani maka interaksi sosial yang perlu dilihat adalah kuatnya jaringan, tingkat solidaritas dan tingkat partisipasi dalam organisasi.

Kuatnya Jaringan

Pengukuran kuat jaringan rumah tangga petani di Desa Krasak dilakukan dengan melihat beberapa hal seperti jaringan kerja sama antar pertani, tingkat keterbukaan informasi dan kebermanfaatan asosiasi atau orgasasi kelompok tani. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kuat jaringan yang dimiliki oleh rumah tangga petani yang ada di Desa Krasak berada pada kategori sedang (Tabel 12).

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut kuatnya jaringan

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Kuat 7 17.5

Sedang 26 65.0

Lemah 7 17.5

Total 40 100.0

Tabel 12 menunjukkan bahwa kuatnya jaringan pada rumah tangga petani tergolong sedang dengan persentase 65 persen. Berdasarkan hasil penelitian Kuatnya jaringan petani yang tergolong sedang disebabkan oleh hubungan kerja sama oleh petani dengan petani lain. Bentuk-bentuk kerja sama petani antara lain penyewaan lahan sawah pada pemilik lahan, saling meminjamkan sarana produksi, maupun kerja sama menanamkan modal bersama. Kerja sama tersebut adalah dalam bentuk sama-sama menanamkan modal dalam budidaya komoditas bawang merah yang kemudian dibagi hasilnya. Dalam bekerja sama petani sudah saling bersepakat dalam aturan menjalani kerja sama. Kesepakatan antara pemilik lahan dan petani dibuat pada saat petani akan menyewa lahan. Harga sewa lahan per bau atau ¾ Ha berkisar antara 8 juta hingga 12 juta per tahun.

Kuatnya jaringan termasuk dalam kategori sedang dapat dilihat pada kebermanfaatan asosiasi kelompok tani. Kelompok tani merupakan jaringan yang dapat dimanfaatkan sebagai wadah petani bernaung, mendapatkan informasi dan bekerja sama antar petani. Namun terdapat lebih dari 50 persen responden yang mengatakan bahwa dirinya tidak tergabung dalam kelompok tani. Hal ini dikarenakan tidak ada keinginan petani untuk tergabung dalam kelompok tani selain itu terdapat responden yang tidak menerima informasi mengenai cara tergabung dalam kelompok tani. Terdapat responden yang tidak merasakan manfaat dari keberdaan kelompok tani karena kelompok tani dinilai belum maksimal mewadahi petani di Desa Krasak. Kemudian terdapat pula petani yang telah tergabung namun tidak mendapatkkan kredit sarana produksi pertanian. Hal ini memberikan anggapan bahwa keanggotaannya pada kelompok tani belum memberikan kemajuan pada usaha pertaniannya. Berikut wawancara dengan responden tersebut.

“...Iya, saya anggota Unggul Tani, tapi belum ada kredit untuk sarana pertanian. Sebetulnya yang paling dibutuhkan ya pupuk murah sama cangkul yang sering hilang..” (Bapak H, petani)

Adanya anggapan-anggapan seperti yang diungkapkan oleh Bapak H, dapat menyebabkan tidak dirasakannya manfaat organisasi Kelompok tani di Desa Krasak sehingga para petani pun tidak tertarik untuk ikut dalam organisasi kelompok tani. Paparan hasil penelitian tersebut menyebabkan kuatnya jaringan tergolong pada kategori sedang.

Tingkat Solidaritas Rumah Tangga Petani

Tingkat solidaritas yang ada pada rumah petani Desa Krasak dapat dilihat dari hubungan pertemanan diantara pertani yang erat, yakni melihat sejauh mana rasa kebersamaan dalam suatu komunitas. Rasa kebersamaan tersebut menyangkut tentang kesetiakawanan antara individu petani dalam mencapai tujuan dan keinginan yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat solidaritas rumah tangga petani Desa Krasak tergolong sedang (Tabel 13).

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat solidaritas

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tinggi 7 17.5

Sedang 27 67.5

Rendah 6 15.0

Total 40 100.0

Tingkat solidaritas rumah tangga petani tergolong sedang dengan persentase sebesar 67.5 persen. Tingkat solidaritas yang tergolong sedang dapat dilihat dari

solidarty making, yaitu seberapa jauh keinginan petani untuk membuat hubungan kekerabatan antar petani. Responden menyatakan bahwa mereka berkeinginan untuk berteman dengan petani lain. Kemudian dalam menjalani hubungan pertemanan atau kekerabatan antar petani, petani berteman baik atau tidak ingin memicu perselisihan. Petani menghindari hal-hal yang akan menimbulkan perselisihan. Petani Desa Krasak lebih memilih mendiskusikan permasalahan dan mengambil keputusan secara mufakat. Seperti pernyataan responden berikut.

“..Kalau ada acara, orang-orang sini berdiskusi Mbak. Kadang bikin rapat dadakan buat acara-acara pertanian. Tidak ada perselisihan yang terjadi kok Mbak. Permasalahan yang meresahkan ya paling harga bawang Mbak..” (Bapak H. Petani)

Sehingga keadaan kehidupan sosial atau kehidupan sehari-hari petani dalam kondisi tenang. Indikator lainnya adalah sejauh mana petani memiliki rasa kebersamaan atau perasaan senasib. Jika terdapat petani yang sedang mengalami permasalahan, petani lain cenderung akan membantu. Namun terdapat hambatan yaitu jarangnya petani-petani tertentu menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya. Sehingga petani maupun kelompok tani tidak tahu dan tidak dapat membantu.

Tingkat solidaritas tergolong sedang disebabkan oleh keadaan pasca panen. Para petani tidak berdiskusi mengenai permasalahan penjualan hasil panen. Para petani cenderung menunggu pembeli/pengepul dengan tawaran harga beli tertinggi. Tidak ada kelembagaan atau diskusi petani yang dapat memfasilitasi hasil panen. Sehingga petani tidak dapat memecahkan permasalahan murahnya harga bawang merah jika harga sedang turun. Hal tersebut menjadi sumbangsih sedangnya solidaritas petani.

Indikator tingkat solidaritas yang lainnya yang mempengaruhi sedangnya solidaritas adalah kepekaan terhadap kemajuan pertanian desa sejauh mana petani memiliki rasa ingin mengembangkan pertanian desa. Wujud dari solidaritas ini adalah berkaitan langsung dengan reputasi Desa Krasak sebagai salah satu desa penghasil bawang merah dengan tonase terbaik. Pada saat mendekati musim tanam bawang merah, petani yang peduli akan hasil panen desa, berdiskusi di gubuk tani (tempat petani berdiskusi) mengenai bibit bawang merah varietas apa yang musim tersebut dapat tumbuh baik dengan segala pertimbangan cuaca, hama maupun keadaan pengairan. Sehingga petani menerima informasi mengenai bibit yang baik pada musim itu. Mengenai hasil panen tidak pernah ada gagal panen besar dalam skala desa. Selain itu terdapat lampunisasi yaitu pemasangan lampu pada persawahan di Desa Krasak. Lampunisasi bertujuan untuk meminimlisir serangan hama berupa serangga pada malam hari. Lampunisasi dilakukan oleh warga secara sukarela dan bergotong royong. Dana dari kegiatan ini didapatkan dari dana iuran petani atau warga yang lahan sawahnya berada di Desa Krasak.

Partisipasi dalam Organisasi di Lingkungan

Hasbullah (2006) dalam Inayah (2012), yang mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial, salah satunya yaitu participation in a network. Selanjutnya Hasbullah (2006) dalam Inayah (2012) menyatakan participation in a network adalah kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility).

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut tinggi rendahnya partisipasi dalam organisasi

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tinggi 7 17.5

Sedang 26 65.0

Rendah 7 17.5

Total 40 100.0

Tabel 14 menunjukkan bahwa partisipasi rumah tangga petani dalam organisasi tergolong sedang dengan persentase 65 persen. Sedangnya tingkat partisipasi petani Desa Krasak dalam kelembagaan lingkungan dilihat dari keikutsertaan petani dalam lembaga. Keikutsertaan petani dalam lembaga di

keseharian komunitas petani juga tergolong tidak tinggi. Rata-rata petani hanya ikut serta dalam satu atau dua organisasi di lingkungannya. Organisasi formal dan informal atau kelembagaan yang banyak diikuti oleh petani adalah kelompok pengajian atau jamiahan. Jamiahan merupakan kelembagaan yang berasal dari norma agama. Seluruh warga Desa Krasak beragama Islam, sehingga pelaksanaan norma agama sangat penting. Hampir setiap hari ada kegiatan jamiahan, selain untuk menjalankan norma agama, kegiatan ini dapat menjadi modal untuk tempat saling bertukar informasi. Sedangkan kelembagaan formal yaitu kelompok tani dianggap tidak dapat memberi kemajuan pada pertanian. Sehingga petani yang tergabung dalam kelompok tani sedikit.

Indikator lainnya adalah keaktifan dalam pertemuan yaitu sejauh mana petani mengikuti kegiatan dalam kelembagaan formal maupun informal. Petani sering mengikuti kegiatan pengajian yaitu 4 sampai 6 kali dalam satu bulan, namun untuk kegiatan rapat RT/RW hanya petani yang berkepentingan dalam masalah yang dibahas saja yang aktif hadir. Hal tersebut menjadi salah satu penyumbang bahwa tingkat partisipasi dalam organisasi (kelembagaan formal/informal) tergolong sedang. Kemudian indikator selanjutnya adalah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang dimaksudkan adalah sejauh mana petani terlibat dalam pengambilan keputusan dalam kelembagaan formal maupun informal. Pada pengambilan keputusan, responden mengatakan bahwa mereka selalu diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat. Terdapat 40 persen responden yang sering (4 sampai 5 kali dalam satu bulan pertemuan) menyampaikan pendapatnya dan pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat.

Partisipasi dalam organisasi mendukung ruang lingkup social bridging yaitu menggali potensi dan memaksimalkan kekuatan, dalam konteks ini adalah potensi dan kekuatan sosial. Partisipasi petani dalam organisasi di lingkungan dapat menjembatani petani untuk mengembangkan potensi karena dengan ikut serta dalam organisasi, petani memperoleh informasi dan keuntungan yang lebih yaitu dengan memiliki jaringan yang lebih luas.

Berdasarkan indikator social bridging yang telah dipaparkan maka dapat diketahui social bridging yang ada pada rumah tangga petani di Desa Krasak. Tingkat social bridging pada rumah tangga petani Desa Krasak berada pada kategori sedang. Selain dapat diketahui melalui pemaparan indikator, hal tersebut dapat diketahui dari akumulasi skor social bridging (Tabel 15).

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat social bridging

Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tinggi 7 17.5

Sedang 26 65.0

Rendah 7 17.5

Total 40 100.0

Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkat social bridging rumah tangga petani Desa Krasak tergolong dalam kategori sedang atau cukup baik dengan persentase 65 persen. Kategori tinggi dan sedang memperoleh persentase yang sama yaitu

17.5 persen. Baik kuatnya jaringan, tingkat solidaritas maupun tinggi rendahnya partisipasi dalam organisasi, rumah tangga petani tergolong dalam kategori sedang. Social bridging merupakan modal sosial yang berperan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam komunitas agar mampu menggali dan

Dokumen terkait