• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATA RANTAI 3

5. End-User

4.4. Analisis Model SCOR

Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2003), model SCOR meliputi tiga level proses. Ketiga level tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

33

Analisis model SCOR dibahas pada setiap mata rantai pasok bisnis suku cadang PT TAM. Namun, pembahasan model SCOR yang lebih kritis ditekankan pada arus supply mata rantai 2 ke mata rantai 3 (PT TAM kepada main dealer Toyota). Pada penelitian ini, model SCOR digunakan untuk mengukur kinerja dan mendefinisikan aliran kerja dan informasi pada TAM-SPLD dalam menyampaikan suku cadang asli Toyota (lihat Gambar 9).

MATA RANTAI 5

TMC/TMAP/Local Supplier & TMMIN

TAM Sub Dealer/ Branch/VSP Main Dealer Partshops End-User Sub-Depot Astra International (Auto 2000) New Ratna Motor Agung Automall Hadji Kalla Hasjrat Abadi MATA RANTAI 4 MATA RANTAI 1 MATA RANTAI 2 MATA RANTAI 3 Supply Order

4.4.1. Level 1 (Top Level)

SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi lima proses manajemen inti, yaitu plan (perencanaan), source (pengadaan), make (pembuatan), deliver (pengiriman), dan return (pengembalian). Di dalam SCM, kelima proses inti ini harus saling terintegrasi baik dari supplier paling hulu sampai ke end-user, dan segala hal yang berkaitan dengan strategi perusahaan, bahan baku, aktifitas kegiatan, maupun mengenai aliran informasi. Dengan adanya proses integrasi antara proses-proses SCOR di dalam rantai pasok tersebut, maka seluruh elemen dalam rantai pasok akan memperoleh nilai tambah dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan. Definisi proses SCOR pada rantai pasok PT TAM dijelaskan sebagai berikut.

1. Perencanaan (Plan)

Ruang lingkup proses perencanaan (plan), yaitu:

a) menyeimbangkan sumberdaya dan membuat rencana untuk rantai pasok secara keseluruhan, termasuk rencana pengembalian, dan rencana pelaksanaan proses dari kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman b) mengelola aturan bisnis, kinerja rantai pasok, pengumpulan data,

persediaan, modal aset, transportasi, merencanakan bentuk, dan pengaturan persyaratan dan pelaksanaan

c) menyelaraskan rencana kesatuan rantai pasok dengan rencana keuangan Setiap mata rantai melakukan proses perencanaan, dan secara periodik atau pada saat diperlukan, mata rantai tertentu melakukan perencanaan bersama PT TAM.

Mata rantai 1 (supplier), kegiatan perencanaan berkaitan dengan penyediaan bahan baku dan fasilitas, kegiatan memproduksi suku cadang dan proses pengiriman suku cadang yang dihasilkan ke PT TAM, yang secara keseluruhan disesuaikan dengan keadaan keuangan perusahaan. Bagi mata rantai 2 (PT TAM), kegiatan perencanaan ini berkaitan dengan penerimaan suku cadang dari supplier, mengelola persediaan di gudang, kegiatan proses melayani pesanan dari pelanggan, kegiatan pengiriman suku cadang kepada pelanggan maupun pengukuran dan pengontrolan, sehingga dapat diketahui

35

tingkat keberhasilan yang diperoleh perusahaan berdasarkan target yang telah ditetapkan.

Pada mata rantai 3 (dealer utama Toyota), elemen perencanaan berkaitan dengan mengatur pendistribusian barang ke sub-dealer dan parts shop dan rencana pemilihan sarana transportasi yang tepat. Pada mata rantai 4, sub-dealer dan parts shop melakukan kegiatan perencanaan untuk menentukan waktu pemesanan suku cadang, dan pelayanan pelanggan, yaitu pemilik/pemakai mobil Toyota yang menggunakan suku cadang asli Toyota. Sedangkan mata rantai 5 (pemilik mobil Toyota) melakukan kegiatan perencanaan untuk menentukan waktu penggantian suku cadang sesuai dengan petunjuk pemeliharaan kendaraan Toyota yang disarankan.

2. Pengadaan (Source)

Elemen pengadaan (source) berkaitan dengan jadwal pengiriman suku cadang, mengelola persediaan, memilih dan menilai kinerja supplier, dan membuat jaringan dan kesepakatan dengan supplier.

Pada mata rantai 1, yaitu supplier elemen ini berperan dalam pemerolehan bahan baku untuk memproduksi suku cadang. Pada mata rantai 2, PT TAM, melakukan pemesanan, pengiriman, pemeriksaan, dan pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan suku cadang dari supplier. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat sehingga proses pemesanan suku cadang dapat dilakukan secara efektif dan efisien yang berguna untuk meminimalisasikan biaya penyimpanan suku cadang di gudang dengan tetap dapat melayani semua permintaan pelanggan. Begitu pula yang dilakukan oleh mata rantai 3 dan 4. Pemilik/pemakai mobil Toyota (mata rantai 5) sebagai pelanggan akhir membeli suku cadang asli Toyota yang diperlukan pada sub-dealer dan parts shop.

3. Pembuatan (Make)

Proses make berkaitan dengan proses produksi maupun kegiatan sebelum atau sesudahnya meliputi penjadwalan kegiatan produksi, evaluasi produk, quality controls, mengemas dan menyiapkan produk yang akan dikirim. Kegiatan pembuatan atau make ini hanya dilakukan pada mata rantai 1 dalam rantai pasok perusahaan yang melakukan proses produksi

suku cadang dan mata rantai 2 yaitu PT TAM dalam hal pengemasan produk untuk beberapa suku cadang dimana supplier belum memiliki standar untuk pengemasan. Pada mata rantai 3 dan selanjutnya tidak terjadi proses produksi terhadap produk suku cadang lagi.

4. Penyampaian (Deliver)

Proses deliver merupakan proses penyampaian barang berkaitan dengan pemrosesan pesanan pelanggan, invoicing customer, manajemen penggudangan mulai dari penerimaan produk sampai pengiriman produk, melihat rute pengiriman, memilih perusahaan ekspedisi, syarat impor dan ekspor. Mata rantai 1 sampai dengan 4 melakukan proses deliver. Supplier sebagai mata rantai 1 mengirimkan suku cadang kepada PT. TAM dengan pemilihan sistem transportasi yang tepat dan memperhatikan persyaratan ekspor (untuk TMC dan TMAP).

Mata rantai 2, PT. TAM melakukan proses deliver ke workshop dan parts shop di wilayah Jabotabek, sembilan sub-depot milik main dealer Toyota, dan workshop di daerah yang tidak punya depo yang tersebar di seluruh Indonesia dengan pemilihan sarana transportasi yang sesuai dengan tipe order dan daerah tujuan. Pengiriman langsung dilakukan untuk daerah Jakarta dan sekitarnya. Pengiriman order tipe 1 biasanya menggunakan sepeda motor untuk suku cadang berukuran kecil karena dapat lebih cepat sampai ke tujuan dan dengan mobil untuk suku cadang berukuran besar. Sedangkan untuk wilayah luar Jakarta, pengiriman dilakukan lewat darat, laut dan udara. Untuk tipe 1, pengiriman dilakukan oleh ekspedisi melalui udara kecuali untuk depo Bandung. Sedangkan untuk tipe 2 dan 3, pengiriman dilakukan oleh ekspedisi melalui darat/laut tergantung pada depo tujuan.

Mata rantai 3 (main dealer) melakukan pengiriman ke cabang dealer, bengkel dan toko di daerah sekitarnya. Mata rantai 4, cabang dealer, bengkel dan toko melakukan transaksi langsung dengan pelanggan akhir yaitu pemilik/pemakai mobil Toyota yang menggunakan suku cadang asli Toyota (Toyota Genuine Parts/TGP). Pada mata rantai 5 tidak terdapat lagi proses deliver produk.

37

5. Pengembalian (Return)

Proses return berkaitan dengan pengembalian produk karena kesalahan pengiriman atas jumlah maupun jenis barang, adanya kecacatan pada produk, atau terjadi kerusakan produk dalam jangka waktu garansi yang terjadi bukan karena kesalahan pengguna. Kegiatan return ini meliputi pemeriksaan kondisi produk, meminta/memberi hak pengembalian produk, membuat jadwal pengiriman kembali produk dan pengiriman kembali produk yang salah/cacat.

Proses return ini dapat terjadi di semua mata rantai meliputi source return dan deliver return. Source return adalah pengembalian barang salah/cacat atau kelebihan produk kepada supplier. Deliver return adalah penerimaan barang salah/cacat atau kelebihan produk dari pelanggan.

Metrik kinerja SCOR Level 1

Dalam rantai pasok suku cadang PT TAM, yang akan diukur dengan metrik kinerja level 1 adalah kinerja penyampaian TAM-SPLD dalam menyampaikan suku cadang asli Toyota kepada main dealer Toyota. Hasil pengukurannya akan dijadikan sebagai Key Performance Indicator (KPI) dalam menyampaikan suku cadang bagi PT. TAM. Kinerja perusahaan dalam hal menyampaikan suku cadang yang dipesan oleh pelanggan merupakan tolok ukur yang dilihat dari aspek kepentingan pelanggan. Pada aspek ini, variabel yang diukur adalah delivery reliability, responsiveness dan flexibility.

Data yang dipakai oleh penulis dalam perhitungan kinerja metrik level 1 model SCOR ini adalah data order tipe 1, 2, dan 3 untuk DKI Jakarta dan order tipe 1 dan 3 untuk delapan sub depo (luar DKI) dan data pengiriman suku cadang asli Toyota selama tiga bulan berturut-turut yaitu dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2007.

Analisa metrik kinerja level 1 model SCOR pada TAM-SPLD adalah sebagai berikut.

a. Reliability

Variabel delivery reliability parameternya adalah delivery performance dan perfect order fulfillment.

i) Kinerja Penyampaian (Delivery Performance)

Delivery performance TAM-SPLD dalam memenuhi pesanan sesuai dengan spesifikasi yang dipesan oleh pelanggan dan tepat waktu (on time) pada tanggal perjanjian atau tanggal yang telah disepakati bersama dengan pelanggan adalah sangat tinggi. Berikut adalah perhitungan delivery performance selama tiga bulan (Tabel 6) .

Tabel 6. Perhitungan delivery performance pada PT. TAM Delivery Performance (%) Order Type

Juli Agustus September

Jakarta Type 1 99,89 98,92 100,00

Jakarta Type 2 99,28 99,89 100,00

Jakarta Type 3 100,00 98,04 100,00

Luar Jakarta Type 1 98,89 91,85 91,86

Tabel 6 di atas menunjukkan kinerja penyampaian TAM-SPLD dalam menyampaikan pesanan dengan tepat waktu sangat baik. Pencapaian ini

41

berkaitan dengan konsep yang digunakan bagian Supply Operation dalam proses pengiriman suku cadang ke pelanggan dengan waktu yang sudah ditentukan dan bertahap dengan metode pull system (sistem tarik), dimana yang menjadi patokan untuk menarik semua proses ada di proses pengiriman. Semua proses issuing (picking-checking-packing) di gudang harus selesai sebelum waktu pengiriman yang sudah ditentukan.

Selain itu, delivery performance yang baik ini juga tercapai karena adanya kinerja yang baik pada bagian Shipping dalam menentukan metode pengiriman, berkaitan dengan jenis transportasi dan pemilihan ekspedisi. Bagian Shipping perlu menjalin hubungan berjangka panjang yang baik dengan pihak ekspedisi.

ii) Pemenuhan Pesanan dengan Sempurna (Perfect Order Fulfillment)

Perfect order fulfillment mengukur persentase dari pesanan yang terpenuhi/terlayani sesuai spesifikasi yang dipesan dengan tepat waktu dan pada tanggal yang diminta pelanggan serta tidak ada perbedaan (cocok) antara pesanan pembelian, faktur, dan tanda terima.

Hasil perhitungan untuk metrik perfect order fulfillment adalah sama dengan hasil dari perhitungan metrik delivery performance. Dengan implementasi sistem barcode dalam konsep sistem ordering dan invoicing, kesalahan pengiriman parts dapat dikurangi karena invoice transaksi order parts dari dealer ke TAM-SPLD hanya berisi item-item parts yang sudah pasti dikirim ke dealer (konsep Clean Invoice).

b. Responsiveness

Variabel responsiveness diukur dengan menghitung Order Fulfillment Lead Time (Jangka Waktu Pemenuhan Pesanan) yang mengukur banyaknya hari yang diperlukan untuk memenuhi pesanan, mulai dari tanda terima pesanan sampai dengan penyerahan pada pelanggan.

Lead Time TAM-SPLD dalam melayani pelanggan terdiri dari dua bagian, yaitu lead time pemrosesan order dan lead time pengiriman. Lead time pemrosesan order, yaitu waktu yang diperlukan TAM-SPLD mulai dari saat order diterima oleh bagian order processing sampai kepada order selesai diproses dan siap untuk dikirim. Lead time pemrosesan order sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan yaitu untuk order tipe 1 dan 2 untuk semua tujuan (Jakarta dan luar Jakarta), bila pemesanan dilakukan pagi hari maka pengiriman dilakukan pada hari yang sama (N) sehingga lead time pemrosesan order adalah nol hari dan bila pemesanan dilakukan sore hari maka pengiriman akan dilakukan esok hari (N+1) sehingga lead time pemrosesan order adalah satu hari. Sedangkan lead time pemrosesan order tipe 3 untuk Jakarta dan luar Jakarta adalah satu hari karena order diproses pada siang hari.

Lead time pengiriman adalah waktu yang diperlukan untuk mengirimkan barang kepada pelanggan, yaitu setelah pemrosesan order selesai hingga barang sampai di tempat pelanggan. Lead time pengiriman tergantung kepada tujuan dan tipe ordernya. Lead time pengiriman tujuan Jakarta adalah satu hari, baik untuk order tipe 1, 2, dan 3. Lead time pengiriman tujuan luar Jakarta sebagai berikut (Tabel 7).

Tabel 7. Target lead time pengiriman tujuan luar Jakarta Target Waktu (hari) Tujuan

Medan Bandung Surabaya Semarang Pekanbaru Makasar Medan Jayapura

Time

Delivery 6 1 2 2 5 12 15 24

Lead time pengiriman ini sangat tergantung kepada media pengiriman (pihak ekspedisi) sehingga perusahaan harus selektif dalam memilih pihak ekspedisi dan perlu melakukan penilaian kinerja penyampaian pihak ekspedisi. Hubungan dan komunikasi yang baik antara bagian Shipping dengan pihak ekspedisi juga sangat diperlukan.

Order Fulfillment Lead Time adalah penjumlahan lead time pemrosesan order dan lead time pengiriman. Dengan demikian, target order fulfillment lead time tujuan Jakarta adalah satu hari. Sedangkan target order fulfillment lead time tujuan Luar Jakarta adalah sebagai berikut (Tabel 8).

Tabel 8. Target order fulfillment lead time tujuan luar Jakarta Waktu (hari)

Tujuan

Medan Bandung Surabaya Semarang Pekanbaru Makasar Medan Jayapura

Lead

Time 7 2 3 2 6 13 16 25

43

Dari hasil pengolahan data order tipe 1, 2 dan 3 tujuan Jakarta serta tipe 3 tujuan luar Jakarta dan waktu pengirimannya, order fulfillment lead time yang dicapai TAM-SPLD adalah seperti pada Tabel 9.

Tabel 9. Perhitungan order fulfillment lead time TAM-SPLD Lead time (hari) Tujuan

Target Lead Time

(hari) Juli Agustus September

Jakarta 1 1 1 1 Medan 7 7 6 7 Bandung 2 1 1 1 Surabaya 3 3 3 3 Semarang 2 2 2 2 Pekanbaru 6 7 6 6 Makasar 13 10 10 12 Manado 16 15 15 16 Jayapura 25 25 25 28 Sumber: Departemen Supply Operation, SPLD-TAM, 2007

Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa lead time hampir semua tujuan telah mencapai target kecuali untuk tujuan depo Jayapura pada bulan September. Tidak tercapainya target lead time tersebut disebabkan oleh faktor jadwal pelayaran kapal yang tidak pasti karena cuaca yang buruk pada kurun bulan itu.

Hal ini menandakan bahwa pemilihan ekspedisi dan cara pengiriman yang dilakukan oleh bagian Shipping sudah tepat sehingga pengiriman suku cadang dapat sampai ke gudang pelanggan sesuai lead time pengiriman yang tergantung pada tipe order dan tempat tujuan. Hal ini didukung dengan komunikasi dan hubungan kerjasama yang baik dengan pihak ekspedisi.

Selain itu lead time pemrosesan order yang mencakup area kerja bagian supply operation dan gudang juga dapat dipersingkat dengan implementasi sistem barcode sehingga menghilangkan pengerjaan dan pengecekan secara manual yang menyita banyak waktu.

c. Flexibility

Variabel flexibility diukur dengan menghitung Supply Chain Response Time (Waktu Merespon Rantai Pasok) yang mengukur banyaknya hari yang digunakan suatu rantai pasok dalam bereaksi terhadap perubahan jumlah

permintaan yang nyata (signifikan) yang tidak terduga sebelumnya tanpa biaya tambahan atau denda (meliputi aspek perencanaan, penelusuran pemasok, produksi, dan pengiriman pesanan).

Abnormal order dapat terjadi apabila order dari pelanggan sangat besar, melebihi parameter yang telah ditentukan. Penyebabnya terjadinya abnormal order ini berasal dari dealer yang tidak dapat mengatur persediaan dan sistem pengorderannya dengan baik. Selain itu abnormal order dapat terjadi dalam situasi tidak biasa, misalnya ketika perpindahan kantor dan gudang TAM-SPLD dari Sunter ke Cibitung pada bulan Desember 2007.

Supply chain response time yang dibutuhkan ketika ada perubahan jumlah permintaan yang signifikan (sampai 20%) adalah nol hari. Waktu merespon yang singkat ini dapat dicapai karena TAM-SPLD menggunakan konsep order division untuk menangani order dari pelanggan yang memiliki fluktuasi order yang tinggi, dengan cara melakukan partial supply. Partial supply adalah penyuplaian suku cadang secara bertahap ke satu pelanggan ketika order dari pelanggan tersebut jumlahnya sangat besar.

Dengan sistem order division ini, maka TAM-SPLD dapat melayani order dari seluruh pelanggan secara merata dan proporsional dan menghindari fluktuasi pekerjaan di gudang. Sistem order division ini diterapkan hanya untuk order penggantian persediaan (stock replenishment order).

Waktu merespon yang singkat juga disebabkan oleh adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antara bagian Inventory Control sebagai pihak yang melakukan pengadaan suku cadang dengan suppliers dan dengan bagian Order Processing yang menerima order dari pelanggan. Dengan kesamaan informasi yang dimiliki, maka rantai pasok akan cepat tanggap terhadap fluktuasi jumlah permintaan.

Bagian Inventory Control melakukan pengawasan persediaan yang sifatnya terus-menerus dengan metode-metode standar yang telah ditentukan dalam sistem persediaan Toyota Genuine Parts (TGP), sehingga dapat mengatur jumlah persediaan untuk setiap jenis part disesuaikan dengan kondisi permintaan dan jenis parts-nya. Inventory Control diperlukan oleh

45

seluruh mata rantai saluran distribusi TGP. Selain itu, bagian Shipping juga harus pandai memilih ekspedisi yang dapat mengirimkan parts kepada pelanggan dengan tepat waktu dan dapat merespon ketika ada perubahan dalam permintaan.

4.4.2. Level 2 (Configuration Level)

Setiap proses inti dalam SCOR dapat dijelaskan lebih lanjut berdasarkan tipe proses. Ada tiga Tipe Proses SCOR, yaitu planning (perencanaan), execution (pelaksanaan) dan enable (pengaturan antara perencanaan dan pelaksanaan). Tipe proses SCOR pada PT TAM dijelaskan sebagai berikut.

a. Planning (Perencanaan)

Pelaksanaan proses perencanaan pada TAM-SPLD sudah sangat baik. Dimulai dari perencanaan rantai pasok secara keseluruhan, perencanaan pengadaan suku cadang dari supplier, perencanaan proses pelayanan pelanggan, perencanaan pengelolaan gudang, perencanaan pengiriman suku cadang kepada pelanggan, sampai perencanaan pelayanan claim dari pelanggan. TAM-SPLD telah dapat menyeimbangkan permintaan dan penawaran agregat dalam bisnis penyampaian suku cadangnya sehingga dapat mencapai target yang telah ditetapkan.

b. Execution (Pelaksanaan)

Pelaksanaan proses-proses SCOR pada TAM-SPLD juga sudah sangat baik. Departemen Parts Control telah membuat proses penjadwalan pengadaan suku cadang dengan baik sehingga dapat menyediakan parts yang tepat dengan jumlah dan waktu yang tepat dari pemasok dengan persediaan yang minimum untuk meminimalisir biaya pergudangan dan menjalin hubungan yang baik dengan pemasok. Bagian Order Processing dan Shipping di Departemen Supply Operation juga telah melayani pesanan pelanggan dengan baik dan melakukan pengiriman yang bekerjasama dengan perusahaan ekspedisi dengan tepat waktu sesuai lead time yang ditetapkan. Prosedur untuk pelayanan Parts Claim dan Parts Warranty Claim dari pelanggan juga telah dibuat dan dijalankan dengan baik.

c. Enable

Sistem informasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan sangat penting. TAM-SPLD telah memiliki sistem manajemen informasi yang baik dengan supplier dan dealer-dealer Toyota maupun di dalam TAM itu sendiri. Sistem baru yang terkait dengan implementasi Sistem Barcode menghilangkan proses pengecekan manual, sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan akurasi. Sistem yang terkait dengan persediaan, order parts dan pengiriman juga telah dimiliki oleh TAM-SPLD, yaitu TOPAS. Selain itu untuk mewujudkan manajemen informasi yang baik, perlu adanya komunikasi dan hubungan yang baik dengan supplier, dealer dan antar departemen dalam perusahaan. TAM juga memberikan pelatihan kepada para dealer Toyota, terutama jika ada perubahan dalam sistem.

Dengan melihat hubungan antara Proses SCOR dengan Tipe Proses dalam SCOR Configuration Toolkit (Gambar 10), maka proses dalam sebuah rantai pasok pada perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi 30 Kategori Proses inti pada Level 2 (Gambar 11). Perusahaan menerapkan strategi operasi sesuai bentuk rantai pasoknya.

47

Gambar 11. Kategori Proses dalam SCOR Level 2

Berikut adalah penjelasan masing-masing untuk tipe proses planning dan execution. Model SCOR menguraikan dari lima proses level 1 (plan, source, make, deliver, dan return) menjadi 12 (dua belas) tipe proses pelaksanaan (execution) dan lima tipe proses perencanaan (planning) (Bolstorff and Rosenbaum, 2003).

1. Plan

Plan supply chain (P1) adalah proses mengambil data permintaan aktual dan membangun suatu rencana supply untuk rantai pasok, didefinisikan oleh ruang lingkup rencana rantai pasok. Tipe proses planning ini berhubungan dengan memulai praktek perencanaan operasi dan penjualan.

Langkah-langkah dasar memerlukan:

ƒ Unit peramalan yang biasa untuk pemasaran dan penjualan

ƒ Rencana supply yang membatasi peramalan berdasarkan ketersediaan atau sumber daya, seperti persediaan, kapasitas produksi dan transportasi

ƒ Suatu langkah seimbang dimana pengecualian demand/supply diselesaikan dan diperbarui pada sistem

Plan source (P2) adalah proses membandingkan persyaratan total material dengan batasan peramalan P1 yang dibuat dan membangun sebuah perencanaan sumber daya persyaratan material berdasarkan P3 untuk memuaskan landed cost dan tujuan persediaan menurut tipe komoditas. Perubahan bentuk menjadi suatu material ini melepaskan jadwal yang membiarkan pembeli mengetahui berapa banyak produk yang harus terbeli berdasarkan order yang biasa, persediaan, dan persyaratan ke depan. Hal ini dilakukan untuk item pada tagihan material dan dikelompokkan berdasarkan supplier atau tipe komoditas. Tipe proses planning ini berhubungan dengan memulai praktek perencanaan persyaratan material.

Plan make (P3) adalah proses membandingkan pesanan produksi aktual sekaligus pesanan replenishment yang berasal dari P4 terhadap perkiraan terbatas P1 yang telah dihasilkan dan menghasilkan rencana sumber jadwal induk produksi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan tujuan persediaan. Ini berarti bahwa keperluan material, P2, berdasarkan item dan jadwal induk produksi. Hal ini dilakukan untuk setiap plant location dan bisa digabungkan berdasarkan tipe daerah atau tipe geografi lainnya. Tipe proses planning ini sangat dekat dengan praktek-praktek penjadwalan induk produksi.

Plan deliver (P4) adalah proses membandingkan pesanan aktual yang telah disepakati dengan P1 dan mengembangkan rencana sumber distribusi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini

49

merupakan kebutuhan replenishment yang menginformasikan plant manajer seberapa banyak produk yang direncanakan, P3; dan visibilitas dalam inventory yang telah dijanjikan. P4 dilakukan untuk tiap lokasi gudang dan dapat digabungkan ke tingkat regional atau tipe geografi lainnya. Tipe proses planning ini berhubungan dengan praktik dari perencanaan kebutuhan distribusi.

Plan return (P5) adalah proses menggabungkan pengembalian yang telah direncanakan dan menghasilkan rencana sumber pengembalian untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini memiliki arti bahwa kebutuhan pengembalian yang menginformasikan tipe, volume, dan jadwal pengembalian yang telah direncanakan dan pengembalian yang tidak direncanakan tetapi telah diketahui kepada tim pabrikasi, tim perawatan, dan tim logistik. P5 dilakukan untuk tiap gudang dan pengembalian perawatan dan dapat digabungkan pada tingkat regional atau tipe geografi lainnya.

2. Source

Tipe proses source level 2, terdiri dari source stocked product (S1),

Dokumen terkait