• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Modifikasi Framework Pemodelan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Analisis Modifikasi Framework Pemodelan

Dalam hasil screening criteria yang dilakukan pada data-data yang diperlukan untuk membuat suatu model reservoir berupa tabel klasifikasi data. Klasifikasi data ini digunakan sebagai parameter menentukan framework untuk membuat model reservoir lapangan. Rekomendasi framework dibuat penulis dengan melakukan modifikasi framework pemodelan yang sudah ada sebelumnya pada lapangan referensi.

Framework yang pertama dari Dadang Rukmana, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) yang menjadi validasi framework untuk rekomendasi framework yang dibuat. Pada Gambar 4.8, framework pemodelan dimulai dengan pengolahan data-data yang diperlukan sebagai input dari pemodelan. Kemudian, melakukan pemodelan struktur dan fault yang bertujuan menentukan geometri dari model reservoir. Selanjutya menentukan sub-zone berdasarkan marker untuk membagi lapisan model secara detail dari interpretasi korelasi sumur dan hasil interpretasi petrofisik.

A B C

Well Test Producion history PVT analysis

Reservoir pressure

Universitas Pertamina - 37 Gambar 4.8 Framework Pemodelan Reservoir (Dadang Rukmana BPMIGAS)

Setelah membagi zona reservoir, kemudian membuat model grid porositas dengan single atau dual sesuai dengan yang dibutuhkan. Masuk ke proses scale-up log sumur untuk mengisi sel dengan lokasi sumur dengan merata-ratakan dari data petrofisik. Setelah itu dilakukan analisa dan menentukan metode atau arah azimut atau pembagian per fasies variogram, analisa ini bertujuan untuk menentukan trend property hasil pemodelan.

Analisa fasies dan model dari fasies juga dibutuhkan untuk menunjang hasil pemodelan sehingga dapat mempercepat proses history matching pada simulasi reservoir. Setelah itu membuat model porositas dan properti yang lainnya, seperti model vshale, saturasi air, dan menentukan permeabilitas serta pemodelannya. Sebelum proses coarse model, sebaiknya dilakukan validasi properti agar mendapatkan hasil model yang lebih pasti. Tahap terakhir yaitu scale-up coarse model tersebut untuk dilanjut ke proses simulasi reservoir.

Dari framework ini didapat model yang harus ada dan dibuat pada pemodelan reservoir diantaranya membuat model structural dan stratigrafi, model persebaran fasies, model property seperti porositas, permeabilitas, dan saturasi, kemudian validasi property yang menghasilkan estimasi cadangan, scale-up dari model yang kemudian masuk ke proses pemodelan reservoir dinamis. Selain framework dari BPMIGAS untuk validasi framework yang dibuat, ada juga beberapa framework dari lapangan referensi yang mana akan dimodifikasi dan dikombinasi menjadi sebuah rekomendasi framework yang dapat diaplikasikan untuk Lapangan-IX, berikut framework dari lapangan referensi :

A. Referensi Framework Lapangan Tabnak

Pada framework referensi lapangan ini yang digunakan pada lapangan dengan formasi fractured carbonate, dengan asumsi fracture yang ada pada lapangan ini mempengaruhi performas dari reservoir dan tentunya dapat mengakibatkan kurangnya efisiensi pada produksinya. Oleh karena itu, dapat dambil beberapa proses yang ada pada referensi

Universitas Pertamina - 38 framework ini, seperti proses pembuatan model struktural, model flow unit, model petrofisik atau property, model fracture, dan upscaling dari model. Framework ini hanya menggambarkan proses-proses pemodelan statis pada reservoir. Adanya model fracture dan juga model flow unit menjadi salah satu alasan yang cukup kuat bahwa pada formasi karbonat ini, dimana terdapat banyak fracture dalam formasinya dapat dibuat model-model ini agar lebih mudah menggambarkan persebarannya.

Berdasarkan referensi framework ini, terdapat beberapa keunggulan dari framework ini seperti proses-proses pembuatan model reservoir tambahan seperti model fracture untuk mengetahui persebaran rekahan dalam reservoir tersebut, dan juga adanya pembuatan model flow unit dengan menerapkan konsep flow unit untuk membuat model reservoir statisnya. Akan tetapi, terdapat kelemahan juga pada referensi framework ini yaitu hanya terdapat proses-proses pemodelan statis saja dan tidak adanya proses-proses workflow dari pembuatan model dinamisnya. Selanjutnya, framework ini juga belum bisa dipastikan dapat diterapkan untuk lapangan dengan formasi selain karbonat yang biasanya tingkat heterogenitasnya berbeda dengan lapangan ini.

B. Referensi Framework Lapangan J

Pada framework referensi yang kedua ini, menggunakan konsep flow unit juga untuk memodelkan reservoirnya dan dimana menurut literatur framework ini memungkinkan digunakan untuk evaluasi pada lapangan karbonat yang lebih detail dan juga memiliki geologi struktur yang kompleks. Framework ini tidak biasanya diterapkan pada lapangan minyak dan gas yang pada biasanya. Untuk itu framework ini dibuat untuk mengevaluasi masalah dalam operasi yang mengakibatkan ketidakseimbangan ekonomi lapangan. Beberapa proses-proses pemodelan yang ada pada framework ini dibagi menjadi pemodelan statis dan juga dinamis.

Pada pemodelan statis terdapat beberapa proses-proses seperti pemodelan struktural, pemodelan stratigrafi, pemodelan fasies, pemodelan properti yang menjadi faktor terpenting dalam referensi framework ini yang menerapkan dasar dari reservoir fluid flow seperti porositas, permeabilitas, dan juga saturasi fluida memiliki peran penting untuk mengontrol kapasitas reservoir fluid flow dalam pemodelan properti. Kemudian masuk ke proses pemodelan dinamis, dimana hasil dari model statis sangat menentukan keberhasilan dalam simulasi reservoir. Proses-prosesnya dalam pembuatan model dinamis meliputi pembuatan proses inisialisasi dengan meninput data-data, kemudian pembuatan model dinamis, history matching dengan data produksi lapangan untuk vallidasi model yang menghasilkan production forecasting seperti prediksi profil produksi lapangan.

Dalam referensi framework ini, beberapa keunggulan dari referensi ini seperti dapat diterapkan untuk lapangan dengan geologi struktur kompleks yang biasanya tidak ditemukan pada umumnya lapangan minyak dan gas. Kemudian kelemahan yang ada pada referensi framework ini diantaranya yaitu belum bisa dipastikan dapat digunakan untuk lapangan

Universitas Pertamina - 39 dengan formasi selain karbonat, dengan konsep flow unit memungkinkan lebih baik untuk dilakukan pemodelan fracture yang tidak ada pada framework ini.

C. Referensi Framework Lapangan B

Pada referensi ketiga ini, sama dengan referensi framework yang lainnya yaitu digunakan untuk lapangan karbonat dengan rekah alami. Referensi ini berisikan alur proses pemodelan yang pada umumnya digunakan untuk memodelkan sebuah reservoir. Oleh karena itu, proses-prosesnya seperti membuat model stratigrafi dengan berdasarkan stratigraphic marker, model struktural dengan kombinasi data tekanan dengan log sumur, model fasies untuk mengetahui persebaran fasies batuannya, model properti yang menggambarkan properti petrofisiknya, kemudian estimasi cadangan berdasarkan model statis, dan proses upscaling.

Dalam referensi framework ini juga terdapat proses-proses pemodelan dinamis, akan tetapi tidak dijelaskan atau digambarkan secara detail proses-proses di dalamnya. Sehingga ini juga menjadi kelemahan pada referensi framework ini. Kemudian aplikasi framework ini juga masih belum bisa dipastikan untuk proses pemodelan dengan formasi selain karbonat. Selain itu keunggulan dari referensi framework ini seperti meningkatkan efisien pembuatan model reservoir pada lapangan dengan formasi karbonat, dimana dengan studi reservoir ”tradisional” yang diterapkan pada framework ini dapat mempersingkat waktu untuk memodelkan reservoir karbonat sehingga tidak membuang waktu dalam pembuatannya.

Dokumen terkait