• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi Framework Pemodelan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Rekomendasi Framework Pemodelan

Berdasarkan hasil screening criteria yang dilakukan dengan memodifikasi dan kombinasi antara framework pada lapangan referensi yang didapat, hasil rekomendasi ini dibuat dengan decision tree. Ada beberapa alasan utama untuk proses-proses yang dipilih, hal ini dibagi berdasarkan pemodelannya yaitu model statis dan dinamis. Pertama proses-proses yang direkomendasikan dalam framework pada model statis, diantaranya :

1. Model Struktural dan Stratigrafi, dimana model ini terdiri dari 2 jenis model yaitu

model patahan (fault) dan model horizon yang merupakan parameter penting untuk membuat suatu model reservoir yang baik untuk membagi regional atau zona pada reservoir yang ditunjukkan oleh Gambar 4.9.

Universitas Pertamina - 40 Gambar 4.9 Contoh Model Struktural dan Stratigrafi (Benetatos, 2019)

2. Model Fasies, model ini mendistribusikan fasies dengan analisis variogram litologi fasies

batuan yang didapat dari data sumur. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.10 ini menggambarkan persebaran fasies formasi dolomit pada lapangan terlihat sangat jelas dengan perbedaan warna menunjukkan kemungkinan persebarannya.

Gambar 4.10 Contoh Model Persebaran Fasies (Benetatos, 2019)

3. Model Rekahan (Fracture), model ini menjadi salah satu model tambahan untuk

melengkapi model. Biasanya model ini digunakan untuk reservoir dengan geologi yang kompleks terutama pada reservoir yang memiliki rekahan alami atau bisa juga untuk reservoir yang akan menggunakan hydraulic fracturing untuk mengetahui persebaran rekahan pada formasi seperti yang terlihat pada Gambar 4.11.

Universitas Pertamina - 41 Gambar 4.11 Contoh Model Rekahan (Mahjour, 2019)

4. Model Flow Unit, model ini biasanya digunakan pada reservoir yang memiliki rekahan

untuk mengetahui parameter nilai petrofisik di dalamnya serta memisahkan karakteristik reservoir pada data log sumur yang memiliki kemiripan, contoh model ini dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Contoh Model Flow Unit (Mahjour, 2019)

5. Model Properti, model ini mendistribusikan properti batuan dengan data petrofisik

seperti porositas, permeabilitas, saturasi fluida dan net to gross (NTG). Seperti pada

Gambar 4.13 merupakan contoh model properti dari permeabilitas horizontal yang

digambarkan dengan perbedaan warna pada model.

Universitas Pertamina - 42

6. Analisa dan Estimasi Cadangan, dalam proses ini dapat memperkirakan estimasi

cadangan dengan model statis yang sudah dibuat dengan berbagai metode seperti volumetrik, material balance, dan decline curves analysis (DCA).

7. Upscaling Grid dan Properti, proses ini merupakan homogenisasi atau proses substitusi

fine-scale dengan coarse-scale, sehingga dapat diolah dalam simulasi reservoir.

Kemudian, setelah model-model statis terintegrasi dengan baik masuk ke tahap pembuatan model dinamis yang dimana proses-proses yang direkomendasikan dalam framework ini meliputi:

1. Mengumpulkan dan inisialisasi data untuk simulasi, pada proses inisialisasi ini yang

digunakan biasanya distribusi tekanan dan saturasi fluidanya dari model statis yang dibuat. Kemudian melakukan pengecekan kembali terhadap estimasi hydrocarbon originally in-place (HOIP) dengan hasil estimasi statis yang di dapat.

2. Pembuatan model dinamis, proses pembuatan model dinamis sendiri membutuhkan

analisis numerik dan konsep geostatistik untuk mendapatkan hasil persebaran atribut reservoir dari data-data reservoir dan model statis. Pada Gambar 4.14 menunjukkan model statis dalam 3D.

Gambar 4.14 Contoh Model Dinamis 3D (Benetatos, 2019)

3. History matching untuk validasi model, proses ini dilakukan apabila lapangan memiliki

data produksi sumur untuk melakukan validasi yang biasanya menggunakan normalisasi dan denormalisasi pada kurva permeabilitas relatif terhadap saturasi air seperti pada

Universitas Pertamina - 43 Gambar 4.15 Contoh Kurva Kr vs SW (Benetatos,2019)

4. Production Forecasting, pada proses ini bisa disebut dengan proses final pada

pembuatan model dinamis yang mana hasilnya akan menunjukkan prediksi laju alir produksi pada Gambar 4.16 serta total produksi kumulatif pada Gambar 4.17 untuk jangka waktu kedepannya. Sehingga dapat mengetahui jangka waktu atau umur dari lapangan tersebut dapat diproduksikan hingga beberapa tahun kedepan.

Gambar 4.16 Contoh Kurva Production Rate (Benetatos, 2019)

Universitas Pertamina - 44 Pada rekomendasi framework yang terlihat pada Gambar 4.18 dibagi menjadi 4 sesuai dengan kebutuhan data pada model, framework 1 dan 2 membutuhkan akuisisi data yang sederhana dan dengan tingkat keberhasilan yang cukup. Kemudian untuk framework 3 dan 4 membutuhkan ketersediaan yang lengkap untuk mengevaluasi atau mengatasi tingkat ketidakpastian pada model yang sangat tinggi. Tentunya dengan mengkombinasikan dari berbagai sumber referensi, framework rekomendasi ini dapat dibuat dengan metode screening criteria dari masing-masing prosesnya.

Terdapat 2 parameter penentuan pemilihan pada framework. Pertama yaitu ketersediaan data subsurface berdasarkan klasifikasi kelompok data dan apakah lapangan memiliki data produksi. Rekomendasi framework ini juga dapat digunakan untuk lapangan yang akan melakukan pengembangan tahap lanjut atau lapangan yang sudah berproduksi lama. Pada framework ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu model planning, model statis, dan model dinamis terlihat dari perbedaan warna.

Warna kuning menunjukkan model planning, dalam bagian ini hanya menunjukkan proses atau tahapan yang umum dilakukan sebelum membuat model yaitu menyiapkan data serta proses untuk pemilihan pada rekomendasi framework. Selanjutnya warna abu-abu menunjukkan pemodelan statis, yang mana terdapat perbedaan antara model statis bagian

Universitas Pertamina - 45 atas dan bawah. Perbedaan ditunjukkan oleh adanya model tambahan pada bagian bawah seperti fracture model dan flow unit model. Hal ini dibedakan karena untuk kedua model tambahan tersebut dikhususkan untuk daerah yang terdapat geologi yang kompleks dengan tingkat heterogenitas reservoir yang tinggi. Sehingga dalam membuat kedua model tersebut memerlukan kelengkapan data subsurface yang cukup banyak dan minimal menggunakan data seismik 3D. Sedangkan proses lainnya dalam model statis ini sama, diantaranya structural model & stratigraphic framework, facies model, property model, reserves estimation & analysis, dan grid & properties upscaling.

Kemudian warna biru pada framework menunjukkan proses dynamic modeling, dalam rekomendasi framework prosesnya sama pada bagian atas maupun bawah. Proses-proses pada n atas maupun bawah. Proses-proses pada dynamic modeling ini meliputi data gathering & initialization, build dynamic model, history matching, dan forecasting. Hal yang membedakan proses pada model dinamis ini yaitu adanya data production history pada lapangan, apabila tidak ada maka langsung ke proses forecasting. Apabila terdapat data production history, perlunya dilakukan proses history matching untuk memvalidasi model tersebut agar mendapatkan model reservoir yang maksimal serta hasil prediksi yang lebih akurat.

Tentunya kombinasi dari berbagai framework dan juga validasi framework dari BPMIGAS dapat memperkuat potensi keberhasilan dalam membuat model reservoir. Setelah mendapatkan hasil rekomendasi framework ini, ada juga keunggulan yang dapat diketahui apabila menggunakan framework rekomendasi ini yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Keunggulan Framework Rekomendasi

Lapangan Tabnak Lapangan J Lapangan B

Rekomendasi

Framework

1. Mengetahui Distribusi persebaran fasies batuan pada lapangan.

1. Mengetahui distribusi persebaran fracture network pada lapangan. 1. Mengetahui fracture network dengan fracture model. 2. Dapat diaplikasikan untuk reservoir silisiklastik atau reservoir yang tidak terindikasi fracture.

2. Dapat diaplikasikan untuk reservoir silisiklastik dengan geologi yang kompleks maupun tidak kompleks. 2. Menjelaskan proses-proses pada pemodelan dinamis. 3. Terdapat proses-proses dari pemodelan reservoir dinamis.

3. Mengetahui flow unit dalam pemodelan reservoir.

3. Dapat digunakan selain untuk reservoir karbonat.

Universitas Pertamina - 46 Berdasarkan keunggulan dari rekomendasi framework yang dibuat, keunggulan terhadap Lapangan Tabnak dikarenakan pada framework tersebut merupakan lapangan karbonat dengan banyak fracture yang mempengaruhi performa reservoir, serta tidak adanya pemodelan fasies dan proses-proses pemodelan dinamis. Keunggulan terdahap Lapangan J, dikarenakan lapangan tersebut memiliki batuan karbonat dengan geologi struktur yang sangat kompleks, serta pada framework tidak adanya proses pemodelan fracture dan flow unit. Kemudian pada framework Lapangan B yang merupakan lapangan karbonat juga, umumnya sama dengan rekomendasi yang dibuat hanya saja tidak ada pemodelan fracture dan tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai pemodelan dinamisnya.

Dokumen terkait