• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.4 Pengolahan dan Analisis Data

4.4.3 Analisis Nilai Kesediaan Membayar Pengusaha Batik

4.4.3.1 Metode Pendugaan Besarnya Nilai Kesediaan Membayar

Menurut Hufscmidt (1987) dalam Ayu (2004), Contingent Valuation Method (CVM) menilai suatu barang lingkungan melalui dua pertanyaan, yaitu:

a. Apakah anda bersedia membayar sejumlah Rp. X tiap bulan/tiap tahun untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan?

b. Apakah anda bersedia menerima sejumlah Rp. X tiap bulan/tiap tahun sebagai kompensasi atas diterimanya kerusakan lingkungan?

Dalam penelitian ini, hanya menganalisis berapa kesediaan membayar untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode referendum tertutup (dichotomous choice), karena menurut beberapa penelitian, metode ini lebih mudah dipahami oleh responden mengenai maksud dan tujuan dari penelitiannya dibandingkan dengan metode yang lain.

4.4.3.2 Tahap-tahap dalam Penerapan Penilaian Ketidak-tentuan ( CVM)

Terdapat 5 langkah dalam menetapkan metode menurut Hanley dan Spash (1993) diantaranya adalah :

1. Membentuk Pasar Hipotetik( Hypothetical Market )

Gagasan utama di sini adalah membangun suatu skenario yang bersesuaian dengan situasi. Dalam banyak kasus akan tidak terdapat suatu mata rantai langsung antar jawaban dari responden, dan suatu keputusan untuk tidak menerapkan atau menerapkan perubahan lingkungan yang dihargai.7

a) Menetapkan alasan untuk pembayaran.

Dengan standard menjual barang-barang. Kita harus membayar untuk mendapatkan lebih banyak suatu kebaikan. Peningkatan ditetapkan tergantung pada pembayaran yang benar-benar sedang dibuat. Skenario ini harus dipahami oleh responden.

b) Harus membangun suatu yang disebut sarana atau metoda penawaran pembayaran.

Sarana ini harus memenuhi kondisi-kondisi berkenaan dengan kecocokan perangsang, realisme, dan keadilan hubungan antar responden.

Dalam penelitian ini, pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan pelayanan dan pengelolaan pengolahan air limbah di UPL Jenggot. Responden sebelumnya telah menjawab pertanyaan mengenai penilaian

7

Lecture on Environmental Economics “The Basic of The Contingent Valuation Method, WWW.uio.no.pdf (7 mei 2004)

keberadaan UPL saat ini, kondisi sekitar sungai, dan kualitas pengelolaan UPL.

Untuk teknik survei ini, responden mula-mula diminta untuk mendengarkan atau membaca pernyataan yang dicantumkan dalam kuesioner yang dapat memberikan deskripsi jika seluruh pengusaha industri batik di Jenggot akan membayar untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik dengan pengelolaan UPL yang lebih baik. Informasi yang diberikan kepada responden meliputi keseluruhan aspek dari pasar hipotetik bersama-sama dengan informasi bagaimana hal tersebut disediakan oleh barang yang dinilai keberadaannya. Berdasarkan pernyataan tersebut diperoleh ukuran perilaku konsumen dalam situasi hipotetik.

Skenario

Dinas Penataan Kota dan Lingkungan Hidup telah menerapkan pengelolaan limbah tekstil maupun batik di wilayah Jenggot dengan UPL. Jika Pemerintah Kota Pekalongan memberlakukan kebijakan baru dalam memperbaiki kualitas lingkungan dengan pengelolaan UPL yang lebih baik, yaitu peningkatan pelayanan, pengelolaaan serta peningkatan penyediaan sarana prasarana dalam menyalurkan limbah langsung ke UPL seperti pembuatan pipa-pipa penyaluran air limbah, dimana kegiatan operasional UPL tersebut tetap menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun dana operasional tidak seluruhnya berasal dari pemerintah, dengan demikian pengusaha akan dikenakan suatu biaya pengelolaan UPL dalam rangka ikut berpartisipasinya para pengusaha dan membantu upaya pemerintah menjaga kelestarian lingkungan. Biaya tersebut selanjutnya akan digunakan untuk pemeliharaan dalam pengolahan limbah, dan penyediaan prasarana dengan teknologi yang ramah lingkungan, dengan tujuan agar pengusaha dapat terus menjaga kualitas lingkungan, keberlanjutan lingkungan dan usaha sehingga

tidak terjadi suatu konflik sosial antar masyarakat. Besarnya biaya yang patut diberlakukannya akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP sesuai dengan jumlah kapasitas buangannya. Apakah mereka akan menjawab “ya”/”tidak” terhadap kebijakan pemerintah daerah tersebut.

Pertanyaan yang Menyangkut Skenario

Seandainya kebijakan pemerintah mengenai penambahan fasilitas dan perbaikan pengelolaan, maka responden akan ditanyakan kesediaan mereka untuk membayar biaya pengelolaan sebagai bentuk partisipasi mereka dan membantu pemerintah, sebagaimana yang dirumuskan dibawah ini :

2. Memperoleh Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang. Dengan melakukan survey, dapat dilakukan dengan tatap muka, surat maupun perantara telepon. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan tatap muka, dan untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam dengan metode dichotomous choice. Metode pertanyaan pilihan dikotomi (dichotomous choice) menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah bersedia atau tidak bersedia membayar sejumlah uang untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan yang lebih baik.

3. Menghitung Dugaan Rataan WTP (Expected WTP, EWTP)

Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah dan rata-rata dari WTP tersebut. Selanjutnya dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus :

Bersediakah atau tidak Bapak/Ibu/Saudara/i untuk ikut berpartisipasi melalui pengelolaan air limbah secara bersama-sama di sekitar wilayah Jenggot dengan iuran atau biaya pengelolaan UPL untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang lebih baik?

Dimana:

EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i n = Jumlah responden

i = Responden ke-i yang bersedia membayar retribusi (1,2,3,..n)

4. Memperkirakan Kurva WTP ( Estimating Bid Curve)

Sebuah kurva dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, dapat juga berguna untuk menguji sensitifitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan.

5. Menentukan WTP Agregat atau WTP Total (TWTP)

Menurut pearce dan turner dalam Arianti (1999) WTP agregat atau total dapat digunakan untuk menduga WTP populasi secara keseluruhan dengan rumus:

Dimana:

TWTP = Kesediaan populasi untuk membayar WTPi = Kesediaan responden untuk membayar

ni = Jumlah sampel yang bersedia membayar sebesar WTP N = Jumlah sampel

P = Jumlah Populasi

i = Responden ke-i yang bersedia membayar biaya pengelolaan UPL (i=1,2,3..,n)

6. Pengevaluasian CVM

Hal ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran sanggahan yang tinggi? Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar

mengerti pasar hipotetik? Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan? Seberapa baik pasar hipotetik untuk menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan? Asumsi apa yang digunakan untuk dapat menghasilkan nilai rata-rata dan bentuk pengumpulan penawaran? Seberapa baik penanganan permasalahan yang terjadi diasosiasikan dengan CVM?

Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTP untuk mengetahui apakah CVM yang dilakukan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya dari ukuran penilaian DPKLH.

Dokumen terkait