• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menit : 15:21 (episod 1)

Gambar 10

(Tenchijin, 2009)

Pada tahun 1564 di daerah Ueda di provinsi Echigo seorang penguasa bernama Nagao Masakage tewas dibunuh saat sedang piknik, kemudian muncul beberapa dugaan tentang siapa yang membunuh Nagao Masakage. Salah satu yang menjadit ersangka adalah Uesugi Kenshin (saat ini masih bernama Uesugi Terutora). Dugaan ini muncul karena antara Nagao Masakage dan Uesugi Kenshin pernah memperebutkan posisi penguasa untuk daerah Echigo. Dengan dugaan ini pengikut Nagao Masakage bersiap untuk memerangi Uesugi Kenshin.

Pada saat itu Uesugi Kenshin adalah seorang Kanto Kenrei yang sedang menuju daerah Kanto untuk berperang dengan klan Takeda di provinsi Kai dan klan Hojo di Odawara. Mendengar berita kematian Nagao Masakage dan reaksi pengikutnya, Uesugi Kenshin membatalkan rencana berperangnya di Kanto dan langsung manuju istana Sakado, tempat kediaman Nagao Masakage.

Sesampainya di gerbang istana Sakado dengan hanya ditemani beberapa anak buahnya, Uesugi Kenshin terus melaju masuk tanpa menghiraukan ancaman anak panah dan tombak yang diarahkan kepadanya, dan kemudian menghancurkan barikade kayu yang sengaja disiapkan untuk mengahalau Uesugi Kenshin masuk ke dalam istana

Sakado. Kemudian ia menancapkan pedangnya dan menyampaikan maksud kedatangannya yaitu melayat.

Analisis:

Tindakan Uesugi Kenshin membatalkan rencana perangnya terhadap klan Takeda di provinsi Kai dan klan Hojo di Odawara setelah mendengar berita kematian Nagao Masakage meskipun mereka pernah bertikai dalam memperebutkan posisi penguasa di provinsi Echigo merupakan ungkapan simpati yang dibutuhkan untuk ikut bersedih bersama keluarga yang ditinggal oleh kematian Nagao yang mencerminkan nilai bushido yaitu Rei atau rasa hormat karena Rei menurut Nitobe selalu menjadi sebuah ungkapan indah dari simpati yang dibutuhkan yaitu kita harus menangis dengan mereka yang menangis dan bersukacita dengan mereka yang bersukacita (Nitobe, 1991).

     Melayat juga suatu bentuk rasa hormat (Rei), dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia, 2009:330) hormat adalah menghargai (takzim, khidmat, sopan); perbuatan yg menandakan rasa khidmat atau takzim (spt menyembah, menunduk), apalagi melayat kepada keluarga merupakan tindakan yang sopan dan mengormati anggota keluarga lain ditinggalkan almarhum. Meskipun Uesugi Kenshin dan Nagao Masakage pernah bertikai dalam memperebutkan posisi penguasa di provinsi Echigo Echigo Nagao Masakage merupakan saudara ipar dari Uesugi Kenshin, karena nagao Masakage menikahi saudara kandung perempuan Uesugi Kenshin.

Sesungguhnya melakukan peperangan memakan biaya yang sangat banyak, dan semakin lama pasukan berada di luar istana semakin mahal biaya yang harus dikeluarkan. Meski berada di pegunungan di daerah Kanto yang berada cukup jauh dari

istana Sakado, Uesugi Kenshin rela merugi dan menderita mencerminkan Rei menurut Nitobe karena Rei itu tahan terhadap penderitaan yang panjang (Nitobe, 1991:50).

Pembatalan rencana perang ini dipastikan mendatangkan kerugian materi berupa harta, pangan dan sebagainya. Tapi karena sifat Rei menurut penjelasan Nitobe yaitu tidak mencari keuntungan sendiri, tanpa pikir panjang Uesugi Kenshin melakukan hal tersebut karena Rei tidak mencari keuntungan sendiri (Nitobe, 1991:50).

Uesugi Kenshin juga menjabat sebagai Kanto Kenrei yang membuat posisi kedudukannya berada di atas Nagao Masakage. Tapi Uesugi Kenshin tidak mempunyai sifat sombong pada dirinya karena Rei menurut Nitobe itu tidak sombong (Nitobe, 1991:50), karena itu Uesugi Kenshin tidak berkeberatan dan rela berkuda dari perkemahan tempat ia hendak melakukan peperangan di pegunungan di daerah Kanto, menuju istana Sakado di daerah Ueda tempat jasad Nagao Masakage dipulangkan.

Kedatangan Uesugi Kenshin yang dianggap ancaman oleh klan Nagao membuat mereka melakukan penjagaan yang sangat ketat terhadap istana Sakado, karena klan Nagao menganggap Uesugi Kenshin akan menyerang istana Sakado setelah kematian Nagao Masakage. Biasanya bila seorang pemimpin meninggal maka kekuatan klan tersebut serta merta akan melemah. Dengan mengacuhkan ancaman berupa anak panah dan tombak yang diarahkan padanya, Uesugi Kenshin tanpa ragu merobohkan barikade kayu yang sengaja disiapkan untuk menghalaunya masuk ke dalam istana Sakado, setelah itu ia menancapkan seolah menegaskan bahwa ia bukan ingin berperang dan Uesugi Kenshin tidak mempunyai rencana jahat apa- apa terhadap klan Nagao, tindakan ini sesuai dengan penjelasan Nitobe bahwa Rei karena tidak merencanakan hal yang jahat (Nitobe, 1991:50).

Kenshin yang dalam perjalanan menuju peperangan memutuskan untuk kembali sejenak, meluangkan waktu untuk melayat adalah usaha untuk melakukan hal yang benar, dan salah bila ia tidak melayat menunjukkan bahwa Kenshin seorang samurai, menurut Cleary selama bisa disadari dan diterima, samurai harus memahami antara benar dan salah dan berusaha melakukan hal yang benar dan mengindari hal yang salah, maka bushido akan terus hidup (Cleary, 2007:19). Penghormatan Kenshin memang berdasarkan kejujuran hatinya, tapi lebih dari itu Kenshin menunjukkan nilai Rei menghargai nilai yang ada pada Nagao Masakage, yaitu sebagai pimpinan klan Nagao dan sebagai iparnya.

Situasi 2

Menit : 16:40 (episod 7)

Gambar 11

Menuangkan sake kepada Kagetsuna

Musim dingin telah berlalu, pasukan Uesugi Kenshin sudah kembali dari pertempuran di Nanao ke Echigo (di Kanto) untuk mempersiapkan perang mempertahankan Kanto dari ancaman serangan klan Hojo. Saat Uesugi Kenshin sedang berada di Bishamon do, goa tempat ia biasa memuja dewa perang Bishamonten, Uesugi Kenshin dikunjungi oleh Naoe Kagetsuna, salah satu jendral kepercayaannya yang sudah cukup berumur dan sedang sakit.

Naoe Kagetsuna memuji pertempuran Uesugi Kenshin di Hokkoku, dan ia meminta maaf dan merasa malu karena tidak dapat turut serta dalam pertempuran penting tersebut. Kemudian Uesugi Kenshin pun berbicara kepada Naoe Kagetsuna bahwa ia adalah pengikutnya yang paling berharga dan telah banyak direpotkan olehnya

Pada kunjungan itu Naoe Kagetsuna pun berterima kasih kepada Uesugi Kenshin karena telah menjodohkan putrinya, tapi Naoe Kagetsuna memohon satu permintaan kepada Uesugi Kenshin yaitu ia meminta agar keponakannya yaitu Naoe Kanetsugu yang saat itu sedang dihukum karena telah memulai pertangkaran antara sesama di perkemahan saat sedang berlangsungnya perang dibebaskan dari hukumannya.

Naoe Kagetsuna berpendapat bahwa Naoe Kanetsugu dibutuhkan di sisi tuannya, Uesugi Kagekatsu (salah satu anak angkat Uesugi Kenshin) dan memiliki peran penting dalam masa depan klan Uesugi. Uesugi Kenshin yang mengerti dengan permintaan ini kemudian memberi cangkir kepada Kagetsuna yang kemudian diterimanya dengan rasa kaget, kemudian Uesugi Kenshin menuangkan sake ke dalam cangkir tersebut.

Analisis:

Pada umumnya bawahanlah yang menuangkan sake pada tuannya, tapi dalam hal ini Uesugi Kenshin merendahkan dirinya dalam artian positif dan menuangkan sake kepada Kegetsuna. Hal ini menunjukkan rasa hormat Kenshin pada Kagetsuna, dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia, 2009:330) hormat adalah menghargai (takzim, khidmat, sopan); perbuatan yg menandakan rasa khidmat atau takzim (spt menyembah, menunduk).

Uesugi Keshin tidak membanggakan pencapaiannya selama ini karena ia tidak sendirian dalam mencapainya, bersamanya adalah para jendralnya yang salah satunya adalah Kagetsuna, yang mungkin Uesugi Kenshin tidak sampai posisinya sekarang ini bila tidak ada Kagetsuna, dan Uesugi Kenshin tidak merasa sombong karena alasan-alasaan inilah ia tidak segan-segan menuangkan sake kepada Kagetsuna sebagai rasa hormatnya selama ini. Dalam tindakan Uesugi Kenshin menuangkan sake ke dalam cangkir Kagetsuna adalah merupakan bentuk dari nilai rei menurut Nitobe karena Rei itu tidak membanggakan diri, tidak sombong (Nitobe, 1991:50).

     Kenshin paham benar bahwa menunjukkan rasa hormat pada Kegetsuna adalah hal yang benar sebagai samurai, menurut Cleary selama bisa disadari dan diterima, samurai harus memahami antara benar dan salah dan berusaha melakukan hal yang benar dan mengindari hal yang salah, maka bushido akan terus hidup (Cleary,  2007:19). Penghargaan kenshin tidak hanya berdasarkan kejujuran, tapi Kenshin melihat nilai atau keunggulan dan kualitas pribadi Kagetsuna maka itu Kagetsuna pantas mendapat penhormatan.

Situasi 3

Menit : 35:51 (episod 8)

Gambar 12

Kenshin menuangkan sake kepada Kanetsugu

(Tenchijin, 2009)

Setelah pengumpulan pasukan sebanyak 60.000 orang, Uesugi Kenshin berada di Bishamon-do, yaitu goa tempat ia biasa memuja dewa perang Bishamonten. Kemudian Naoe Kanetsugu datang menemui Uesugi Kenshin.

Kanetsugu ingin membahas perkataan Uesugi Kenshin bahwa gi (keadilan) adalah “keindahan untuk tetap menjadi manusia.” Kanetsugu tidak begitu paham akan kalimat tersebut dan ia terus memikirkannya saat ia sedang dihukum karena telah memulai pertengkaran antar sesama di saat peperangan. Kanetsugu tidak memahami karena

belum mempunyai alasan untuk mengangkat pedang dan berperang, tapi ia sadar bahwa ia harus melindungi Echigo.

Uesugi Kenshin paham benar perasaan bingung Kanetsugu, karena itu mengingatkan pada masa muda Uesugi Kenshin. Kemudian Uesugi Kenshin bilang bahwa ke-2 anak angkatnya berperang karena percaya pada alasan yang dimiliki Uesugi Kenshin, dan tahu bahwa Kanetsugu belum mempunyai alasan yang tepat untuk berperang. Kemudian Kenshin bilang bahwa ia ingin Kanetsugu harus menemukan arti keadilannya sendiri, karena Uesugi Kenshin pun juga pernah mengalami kebingungan yang sama, dan akhirnya menemukan arti keadilannya sendiri dalam pertempuran yang panjang. Dan kemudian Uesugi Kenshin memberi tahu bila Kanetsugu bisa menemukannya, ia akan bisa bertahan dalam banyak pertempuran, dan Uesugi Kenshin bilang bahwa ia ingin Kanetsugu meneruskan faham keadilan yang dimiliki Uesugi Kenshin.

Setelah itu Uesugi Kenshin langsung memberikan cangkir kepada Kanetsugu, dan menuangkan sake. Kemudian Kanetsugu meminumnya dengan air mata mangalir di pipinya.

Analisis:

Dalam tindakan Uesugi Kenshin menuangkan sake ke dalam cangkir Kanetsugu bukanlah sesuatu yang umum bila atasan menuangkan sake kepada bawahannya, tapi dalam hal ini Uesugi Kenshin merendahkan dirinya dalam artian positif karena rasa hormat dan tidak merasa sombong, menurut Nitobe Rei itu tidak membanggakan diri, tidak sombong (Nitobe, 1991:50), juga menunjukkan rasa hormat, dalam KBBI (kamus

besar bahasa Indonesia, 2009:330) hormat adalah menghargai (takzim, khidmat, sopan); perbuatan yg menandakan rasa khidmat atau takzim (spt menyembah, menunduk).

Rasa cinta tidak hanya dirasakan kepada pasangan, tapi juga bisa dirasakan pada anak, orang tua, tuhan, bahkan dengan bawahan/pengikut. Uesugi Kenshin sadar bahwa Kanetsugu akan memegang peranan penting dalam masa depan klan Uesugi, dan juga alasan Uesugi Kenshin tidak segan-segan menuangkan sake karena Kanetusugu merupakan bawahan yang paling dipercaya anak angkat Uesugi Kenshin yaitu Uesugi Kagekatsu yang dipilh sendiri oleh Kenshin untuk mendampingi Kagekatsu dari kecil. Jadi bisa dibilang bahwa Kanetsugu disayangi oleh Uesugi Kenshin. Ini sesuai dengan pengertian Rei bahwa dalam hakikat teringgi Rei hampir mendekati cinta (Nitobe, 1991:50). Penghargaan kenshin tidak hanya berdasarkan kejujuran, tapi Kenshin melihat nilai atau keunggulan dan kualitas pribadi Kanetsugu maka itu Kanetsugu pantas mendapat penhormatan

Dokumen terkait