• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERBASIS BAGAS TEBU

2. Analisis Nilai Tambah

= Keterangan:

BEP (Q) = titik impas dalam unit produksi TFC = biaya tetap

P = harga jual per unit

VC = biaya tidak tetap per unit

Perhitungan BEP atas dasar unit rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: VC/TR) ( 1 TFC BEP(Rp) − = Keterangan:

BEP (Rp) = titik impas dalam rupiah TFC = biaya tetap

VC = biaya tidak tetap TR = penerimaan total

2. Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah dilakukan dengan menggunakan metode Hayami. Secara matematis, fungsi nilai tambah (NT) menurut metode hayami (1987) dapat dirumuskan sebagai berikut:

NT = f (K, B, T, H, U, h, L)

Keterangan:

K= kapasitas produksi (kg)

B= jumlah bahan baku yang digunakan (kg) T=jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan (orang) H=harga output (Rp/kg)

U=upah kerja (Rp)

h=harga bahan baku (Rp/kg) L=nilai input lain (Rp)

Perhitungan nilai tambah secara umum adalah sebagai berikut: NT = NO – NI

Keterangan:

NT= nilai tambah (Rp/kg) NO= nilai ouput (

J H Y NO= × ) Keterangan: Y=jumlah produksi (kg) H=harga ouput (Rp/kg) J=jumlah bahan baku (kg) NI=nilai input ( J hb ha NI= + ) Keterangan:

ha=harga bahan baku (Rp)

hb=harga bahan pendukung lainnya (Rp) J=jumlah bahan baku (kg)

96

Perhitungan analisis nilai tambah secara rinci disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Format analisis nilai tambah pengolahan

No Peubah Satuan Formula

Output, Input, Harga

1 Hasil produksi kg/tahun A

2 Bahan baku kg/tahun B

3 Tenaga kerja HOK C

4 Faktor konversi A/B=M

5 Koefisien tenaga kerja C/B=N

6 Harga produk Rp/kg D

7 Upah rerata Rp/HOK E

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga bahan baku Rp/kg F

9 Sumbangan input lain Rp/kg G

10 Nilai produk Rp/kg MxD=K

11 a. Nilai tambah Rp/kg K-F-G=L

b. Rasio nilai tambah % (L/K)%=H%

12 a. Imbalan tenaga kerja Rp/kg NxE=P

b. Bagian tenaga kerja R% (P/L)%=Q%

13 a. Keuntungan L-P=R

b. Tingkat keuntungan % (R/L)%=O%

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

14 Margin Rp/kg K-F=S

a. Pendapatan tenaga kerja langsung P/(SX100)=T

b. Sumbangan input lain G/(Sx100)=U

c. Keuntungan perusahaan R/(Sx100)=V

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Biaya total (TC, total cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam produksi material separator, terdiri atas biaya tetap total (TFC, total fixed cost) dan biaya variabel total (TVC, total variable cost) (Rp/kg).

2. Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung pada jumlah produksi material separator, terdiri atas biaya penyusutan peralatan, penyusutan bangunan, dan upah tenaga kerja (Rp/tahun).

3. Biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang jumlah nilainya dipengaruhi oleh jumlah produksi material separator, seperti biaya bahan baku, biaya

bahan baku tambahan/pereaksi, biaya energi (listrik), dan biaya pemasaran (Rp/tahun).

4. Biaya untuk kemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk kemasan plastik ukuran 1 kg, ditambah biaya mencetak label, biaya pengemasan, dan biaya penyimpanan (Rp/kg)

5. Material separator yang diproduksi adalah material separator berbasis bagas tebu dan dikemas dalam kemasan plastik berukuran 1 kg.

6. Penerimaan total (TR, total revenue) adalah total produksi material separator yang dihasilkan dalam 1 (satu) tahun dikalikan dengan harga jualnya (Rp/tahun).

7. Pendapatan total (Π) adalah penerimaan total (TR) dikurangi dengan biaya total produksi material separator (TC).

8. Harga pokok material separator (P) adalah total biaya produksi material separator tersebut dibagi dengan jumlah produksinya (Rp/kg)

9. Titik impas (BEP) adalah suatu kondisi dimana usaha dalam keadaan tidak untung dan tidak rugi yang dinyatakan dalam satuan unit (kg) dan/atau dalam satuan rupiah (Rp).

10. Nilai tambah (NT) adalah peningkatan nilai dari pengolahan bahan baku menjadi material separator, diperoleh melalui selisih nilai output dan nilai input yang dihitung dalam Rp/kg bahan baku yang digunakan.

11. Nilai output (NO) adalah hasil kali jumlah material separator dengan harga material separator dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan (Rp/kg).

12. Nilai input (NI) adalah jumlah biaya bahan (bahan baku dan bahan pembantu lainnya) dan biaya lainnya (biaya energi, biaya penyusutan, biaya tenaga kerja) dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan (Rp/kg)

98

Hasil dan Pembahasan

Beberapa asumsi digunakan dalam melakukan analisis nilai tambah material separator. Upah tenaga kerja mengacu pada peraturan pemerintah mengenai upah minimum lokal, bahan baku dan bahan pembantu lainnya berkualitas teknis (industrial grade), sedangkan harga bahan mengacu pada harga yang berlaku saat kajian dilakukan.

Asumsi-asumsi yang digunakan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Harga bahan baku bagas tebu Rp 10.000,00/kg

2. Kapasitas produksi dirancang 100 kg material separator berbasis bagas tebu/hari dengan 2 lini produksi. Pabrik beroperasi 8 jam/hari/shift, operator bekerja dengan 1 shift/hari, 6 orang/shift/lini produksi, selama 25 hari kerja per bulan atau 300 hari kerja dalam 1 tahun (sesuai pasal 77 ayat 2.b UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).

3. Harga jual produk material separator lebih rendah dari harga jual produk serupa yang ada di pasaran (silika gel 60) Rp 1.000.000,00/kg (Harga silika gel 60 dengan ukuran partikel 0,040-0,063 mm di pasaran adalah Rp 2.500.000,00/kg)

4. Jumlah produksi material separator berbasis bagas tebu adalah 100 kg/hari x 300 hari/tahun = 30.000 kg/tahun

5. Kebutuhan bahan baku bagas tebu dengan tingkat rendemen 41% adalah 122 kg/hari atau 36.600 kg/tahun

6. Jumlah tenaga kerja langsung yang dilibatkan adalah 12 orang/hari x 300 hari/tahun = 3600 HOK/tahun

7. Upah rerata tenaga kerja langsung adalah Rp 381.600.000,00/tahun x 1 tahun/300 hari x 1 hari/12 HOK = Rp 106.000,00/HOK (Upah tenaga kerja ditetapkan sesuai dengan upah minimum kerja (UMK) untuk Kab. Bogor, berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No.561/Kep.1558-Bangsos/2011 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat). 8. Sumbangan input lain terdiri atas biaya tetap dikurangi dengan gaji

pengelola dan biaya tidak tetap dikurangi dengan biaya bahan baku, yang nilainya adalah Rp 12.442.635.000/36.600 kg = Rp 339.962,70/kg

9. Biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus (straight-line

method) ynag disesuaikan dengan umur ekonomi modal tetap, yaitu 10

tahun.

10. Biaya pemeliharaan dan asuransi merupakan komponen dari biaya tetap yang ditetapkan berturut-turut 5% dari nilai investasi barang dan 0,05% dari investasi keseluruhan.

Material separator adalah produk akhir yang dijual dalam bentuk granule dengan ukuran partikel 0,040-0,063 mm serta dikemas dalam plastik kemasan berukuran 1 kg.

Analisis Biaya dan Pendapatan

Besarnya biaya produksi total yang dikeluarkan oleh perusahaan disajikan pada Tabel 10. Penerimaan perusahaan diperoleh dari hasil produksi material

separator (30.000 kg/tahun) dikalikan dengan harga jual produk Rp 1.000.000,00/kg. Pendapatan bersih perusahaan merupakan selisih antara

penerimaan dengan biaya total. Pendapatan bersih perusahaan dalam 1 tahun adalah Rp 16.468.965.350,00.

Tabel 10 Biaya produksi dan pendapatan industri material separator berbasis bagas tebu

No Uraian Nilai (Rp) Persentase

1 Biaya Tetap (Rp) 1.617.170.650 11,95

2 Biaya Tidak Tetap (Rp) 11.913.864.000 88,05

Biaya Total (Rp) 13.531.034.650 100

3 Volume produksi (kg) 30.000

4 Harga jual per Kg (Rp) 1.000.000

5 Penerimaan (Rp) 30.000.000.000

Pendapatan bersih (Rp) 16.468.965.350

100

Harga pokok merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksti tiap produk atau biaya rata-rata untuk tiap unit yang diproduksi. Perhitungan harga pokok dalam penelitian ini menggunakan metode pembagian. Harga pokok diperoleh dari jumlah total biaya produksi pada satu satuan waktu tertentu dibagi jumlah produk yang dihasilkan pada satu satuan waktu yang sama. Harga pokok, harga jual, dan keuntungan per kilogram produk material separator disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Harga pokok, harga jual, dan keuntungan industri material separator berbasis bagas tebu

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Tetap Total (Rp) 1.617.170.650

2 Biaya Tidak Tetap Total (Rp) 11.913.864.000

3 Volume Produksi (Kg) 30.000

4 Harga pokok per Kg (Rp) 451.034

5 Harga jual per Kg (Rp) 1.000.000

6 Keuntungan (Rp) 548.966

Harga pokok material separator adalah Rp 451.034,00 per kg. Harga pokok dihitung berdasarkan harga proses dan menunjukkan bahwa harga pokok material separator masih di bawah harga jual produknya. Dalam hal ini, industri

material separator berbasis bagas tebu mengalami keuntungan, yaitu Rp 548.966,00 per kg produk. Namun demikian, keuntungan akan dipengaruhi

oleh jumlah produk material separator yang terjual. Asumsi yang digunakan untuk menghitung keuntungan yang diperoleh perusahaan adalah produk material separator 100% terjual.

Analisis B/C Ratio

Nilai B/C ratio dari perusahaan material separator berbasis bagas tebu disajikan pada Tabel 12. Nilai perbandingan antara keuntungan dan biaya produksi adalah sebesar 1,22. Hal ini berarti setiap Rp 1.000,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan Rp 1.220,00. Nilai B/C ratio yang dihasilkan

perusahaan tersebut lebih dari 1 berarti usaha menghasilkan material separator memperoleh keuntungan.

Tabel 12 Nilai B/C Ratio industri material separator berbasis bagas tebu

No Uraian Nilai (Rp)

1 Penerimaan (Rp) 30.000.000.000

2 Biaya Produksi Total (Rp) 13.531.034.650

3 Benefit (Rp) 16.468.965.350

4 B/C Ratio 1,22

Analisis Titik Impas

Titik impas dalam unit terjadi pada saat pengusaha memproduksi 2682 kg material separator dan BEP dalam penerimaan Rp 2.682.448.009,00 (Tabel 13). Penerimaan yang diterima oleh pengusaha lebih besar daripada penerimaan pada saat BEP, yang berarti bahwa usaha pembuatan material separator dapat dikatakan menguntungkan.

Tabel 13 Titik impas industri material separator berbasis bagas tebu

No Uraian Nilai (Rp)

1 Biaya Tetap Total (Rp) 1.617.170.650

2 Biaya Tidak Tetap Total (Rp) 11.913.864.000

3 Volume Produksi (Kg) 30.000

4 Harga jual per Kg (Rp) 1.000.000

5 Penerimaan (Rp) 30.000.000.000

6 BEP Volume Produksi (Kg) 2.682

7 BEP Penerimaan (Rp) 2.682.448.009

8 BEP harga (Rp) 1.000.000

102

Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah yang terdapat pada setiap kilogram material separator adalah sebesar Rp 469.709,44 atau sebesar 57,30%. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi dapat dilihat dari besarnya marjin, yaitu sebesar Rp 809.672,13/kg dengan distribusi marjin untuk pemilik usaha sebesar 56,72%, untuk tenaga kerja 1,29%, dan untuk sumbangan input lain sebesar 41,99%.

Pada saat upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan sumbangan input lain naik 10% dengan harga jual produk tetap (Rp 1.000.000,00/kg), maka perusahaan masih memperoleh nilai tambah sebesar Rp 437.157,89/kg produk atau sebesar 53,33% untuk setiap kilogram material separator yang dihasilkan. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi, yaitu sebesar Rp 808.672,13 dengan distribusi marjin untuk pemilik usaha sebesar 52,64%, untuk tenaga kerja 1,42%, dan untuk sumbangan input lain sebesar 52,64%. Perhitungan analisis nilai tambah dapat dilihat pada Lampiran 20-28.

Simpulan

1. Industri material separator secara finansial menguntungkan bagi pengusaha karena:

a. Rerata penerimaan Rp 30.000.000.000,00 lebih besar dari rerata pengeluaran Rp 13.531.034.650,00 sehingga diperoleh keuntungan positif sebesar Rp 16.468.965.350,00

b. Nilai B/C lebih dari 1 (rasio B/C = 1,22)

Dokumen terkait