• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Tambah

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. (Halaman 39-44)

Analisis nilai tambah digunakan untuk menguraikan proses produksi menurut sumbangan masing-masing faktor produksi. Dasar perhitungan metode analisis nilai tambah ini menggunakan perhitungan kg bahan baku ikan segar. Nilai tambah usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut:

Sumber: Analisis Data Primer lampiran 44

Tabel 26. Nilai Tambah Pada Usaha Pengolahan Ikan Asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara Bulan Juli Tahun 2015.

No. Output, input, dan harga Nilai

1. Hasil Produksi (kg/bulan) (1) 8.868,57

2. Bahan baku ikan segar (kg/bulan) (2) 17.973,71

3. Tenaga kerja (jam/bulan) (3) 138,67

4. Faktor konversi (1)/(2) 0,49

5. Koefisien tenaga kerja (3)/(2) 0,01

6. Harga produk (Rp/kg) (6) 22.125,75

7. Upah tenaga kerja (Rp/jam) (7) 3.556,55

Penerimaan dan keuntungan (Rp/kg)

8. Harga bahan baku (Rp/kg) (8) 8.413,47

9. Sumbangan input lain (Rp/kg) (9) 1.217,34

10. Produksi (Rp/kg) (4)x(6) 10.917,27

11. Nilai tambah (Rp/kg) (10)-(8)-(9) 1.286,46 Rasio nilai tambah (%) (11)/(10)x100% 11,78% 12. Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) (5)x(7) 27,44 Pangsa tenaga kerja (%) (12)/(11)x100% 0,92%

13. Keuntungan (Rp/kg) (11)-(12) 1.274,67

Rate keuntungan (%) (13)/(10)x100% 0,25%

Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan bahan baku ikan segar sebanyak 17.973,71 kg dapat dihasilkan ikan asin sebanyak 8.868,57 kg. Usaha ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 138,67 jam/bulan. Dengan demikian, curahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah 1 kg ikan segar menjadi ikan asin yaitu sebesar 0,01 jam. Apabila harga produk ikan asin sebesar Rp. 22.125,75/kg dan faktor konversi sebesar 0,49, maka nilai produksi sebesar Rp. 10.917,00/kg. Nilai produksi ini dialokasikan untuk bahan baku yang berupa ikan segar sebesar Rp. 8.413,47/kg dan sumbangan input lainnya yaitu total biaya variabel kecuali biaya bahan baku dibagi dengan total bahan baku sebesar Rp. 1.217,34/kg. Dengan demikian, nilai tambah yang tercipta dari setiap kg ikan segar adalah Rp. 1286.46/kg atau 11.78% dari nilai produksi. Pendapatan tenaga kerja dari setiap kg ikan segar yang diolah menjadi ikan asin yaitu sebesar Rp. 27,44/kg, faktor lain yang mempengaruhi pendapatan dengan nilai yang rendah ini adalah perbedaan upah tenaga kerja yang diberikan pengolah satu dengan pengolah lain yang

menyebabkan nilai rata-rata upah yang kurang baik dari data yang diperoleh. Dengan demikian pangsa tenaga kerja dalam pengolahan ikan asin ini sangat kecil, yaitu hanya sebesar 0,92%, hal ini terbukti dirasakan oleh pengolah ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara bahwa cukup sulit mencari tenaga kerja asli penduduk Jepara dalam proses pengolahan ikan asin. Selanjutnya keuntungan melakukan pengolahan ikan asin ini sebesar Rp. 1.274,67/kg dengan rate keuntungan sebesar 0,25%. Keuntungan usaha ikan asin pada setiap pengolah tentu berbeda, hal ini disebabkan oleh pasar yang berbeda dengan harga jual yang berbeda pula, semakin besar produk ikan segar yang diolah, jenis ikan yang diolah dan frekuensi produksi yang semakin banyak serta waktu penjualan ikan asin juga ikut berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh pengolah ikan asin.

Suatu kegiatan usaha pasti tidak dapat terlepas dari kendala dalam pelaksanaan usaha tersebut. Berdasarkan pada keadaan di lapangan, terdapat empat kendala yang sering dihadapi oleh pengolah ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara yaitu cuaca, ketersediaan bahan baku, biaya, dan pekerja. Cuaca berkaitan dengan proses produksi ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara yang masih sepenuhnya mengandalkan panas dari sinar matahari untuk proses pengeringannya, kendala ini muncul terutama pada saat musim penghujan dimana dapat menghambat proses pengeringan ikan asin itu sendiri sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengeringannya dan terdapat risiko ikan mengalami pembusukan atau penurunan kualitas. Hal yang dilakukan oleh pengolah ikan asin untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan mempersiapkan stok ikan asin pada saat musim kemarau karena di musim kemarau ikan asin tersedia cukup banyak, hal ini juga merupakan strategi dari pengolah ikan asin karena pada saat musim penghujan harga ikan asin cenderung lebih tinggi daripada pada saat musim kemarau.

Kendala lain yang dihadapi pengolah ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara adalah ketersediaan bahan baku ikan segar yang tergantung

pada musim, karena setiap jenis ikan mempunyai musimnya sendiri. Selain itu cuaca yang buruk seperti hujan deras disertai angin kencang juga menjadi penghambat bagi nelayan untuk melaut sehingga menyebabkan ketersediaan ikan juga menurun. Keadaan ini menyebabkan produksi ikan asin tidak dapat maksimal dan bahkan dapat menyebabkan beberapa pengolah memilih untuk tidak melakukan produksi.

Kendala dalam hal biaya berkaitan dengan modal yang harus dikeluarkan oleh pengolah ikan asin mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi sampai kepada pemasaran produk ikan asin. Kendala biaya dalam pengadaan bahan baku terjadi pada saat ketersedian ikan segar sedikit dan harga ikan segar juga akan naik sehingga pengolah ikan asin memerlukan biaya yang lebih besar untuk pengadaan bahan baku yang berarti bahwa biaya produksi akan lebih tinggi. Kendala biaya lainnya terjadi karena keterbatasan modal dari pengolah ikan asin itu sendiri, salah satunya disebabkan karena pada saat pengiriman barang tidak langsung mendapatkan uang, padahal proses produksi harus tetap berlangsung. Kendala biaya ini biasanya diatasi dengan meminjam modal ke bank perkreditan seperti bank BRI maupun bank harian atau yang lainnya.

Usaha pengolahan ikan asin masih mengandalkan tenaga manusia, hal ini juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh pengolah ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dimana sebagian besar tenaga kerja di usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara berasal dari wilayah lain seperti Pemalang, Wonosobo, dan Pati. Hal ini disebabkan karena kebanyakan masyarakat di Kecamatan Jepara sendiri lebih memilih menjadi pedagang ikan segar maupun buruh nelayan serta pekerjaan lainnya.

Disamping kendala-kendala diatas terdapat kendala lain yang dihadapi oleh pengolah ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara yaitu belum terdapat suatu organisasi atau kelompok yang menjadi wadah bagi para pengolah ikan asin. Hal ini menyebabkan perhatian pemerintah daerah terhadap usaha pengolahan ikan asin kurang bahkan tidak ada baik berupa bantuan peralatan maupun penyuluhan bagi pengolah ikan asin untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, dengan tidak adanya kelompok pengolah ikan asin maka tidak terjalin

komunikasi antar pengolah ikan asin untuk saling bertukar informasi yang berguna dalam pengembangan usaha pengolahan ikan asin. Alasan pengolah ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tidak berinisiatif untuk membentuk sebuah kelompok usaha pengolahan ikan asin adalah keterbatasan waktu karena setiap pengolah ikan asin seringkali menghabiskan waktunya dalam kegiatan produksi, selain itu sasaran pasar dari setiap pengolah ikan asin berbeda dan memang sulit untuk membentuk sebuah kelompok karena lebih efektif untuk berjalan secara individu mengingat siklus pengolahan ikan asin yang juga tergantung pada musim.

Usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dalam pelaksanaannya menghasilkan limbah berupa sisik ikan dan garam sisa perendaman. Limbah pada pengolahan ikan asin tidak menjadi masalah serius bagi pengolah ikan asin karena limbah sisik dan garam sisa perndaman dapat dibuang kembali ke laut tanpa mencemari lingkungan. Namun untuk garam sisa perendaman terkadang juga bisa dijual ke perusahaan pakan maupun pupuk.

Upaya pengembangan olahan ikan asin sendiri pernah dilakukan beberapa pengolah ikan asin. Salah satu pengembangan olahan ikan asin yang pernah dilakukan adalah dengan dibuat keripik ikan, namun kegiatan ini tidak berjalan lama karena membutuhkan ketelatenan dan tidak mengetahui pasar untuk proses pemasarannya. Selain itu beberapa pengolah ikan asin melakukan sortasi pada ikan asin hasil produksinya, khususnya pada ikan layur. Hal ini dilakukan untuk memperoleh harga jual yang lebih tinggi untuk ikan dengan ukuran tertentu. Berdasarkan keadaan di lapangan, usaha pengolahan ikan asin mengolah berbagai jenis ikan. Namun dalam penelitian ini terdapat lima jenis ikan yang dipilih yaitu ikan teri, ikan layur, cumi-cumi, ikan kurisi, dan ikan layang. Setiap jenis ikan memiliki nilai yang berbeda baik dalam bentuk ikan segar maupun setelah menjadi ikan asin. Menurut analisis yang telah dilakukan, pengolah ikan asin akan mendapat keuntungan lebih besar dari jenis ikan kurisi dan ikan layang. Hal ini disebabkan karena harga ikan kurisi dan ikan layang dalam keadaan yang segar lebih rendah daripada ikan yang lain yaitu sebesar Rp. 5.000/kg dengan nilai jual setelah menjadi ikan asin sebesar Rp. 20.000/kg, dimana untuk setiap 2 kg ikan

kurisi segar akan menghasilkan 1 kg ikan kurisi kering (ikan asin) yang berarti dengan biaya kurang lebih Rp. 10.000/kg akan menghasilkan keuntungan sebesar kurang lebih Rp. 10.000/kg. Sedangkan untuk ikan layang untuk setiap 1,5 kg ikan layang segar akan menghasilkan 1 kg ikan layang kering yang berarti dengan biaya kurang lebih Rp. 7.500/kg akan menghasilkan keuntungan sebesar kurang lebih Rp. 12.500/kg. Keuntungan lain yang bisa diperoleh apabila mengolah jenis ikan kurisi dan ikan layang adalah modal yang diperlukan lebih kecil karena harga ikan yang juga lebih rendah daripada yang lain. Namun, meskipun lebih menguntungkan untuk mengolah ikan kurisi dan ikan layang pengolah ikan asin juga harus tetap melihat pada permintaan pasar yang ada sehingga produk ikan asin yang dihasilkan dapat diserap oleh pasar dan dapat memberikan hasil yang maksimal bagi pengolah ikan asin. Selain itu hal yang dapat mempengaruhi penerimaan dari usaha pengolahan ikan asin adalah frekuensi produksi dalam usaha pengolahan ikan asin itu sendiri. Semakin besar frekuensi produksi per bulan yang dilakukan maka penerimaan per bulan yang diperoleh juga akan semakin besar.

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. (Halaman 39-44)

Dokumen terkait