• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi

Analisis optimasi penggunaan input produksi yang digunakan adalah program linier yaitu dengan metode simpleks. Program linier adalah suatu metode yang memiliki fungsi tujuan dan fungsi kendala dengan cara mengalokasikan sumber-sumber input produksi secara optimal.

Analisis optimasi penggunaan input produksi ini dilihat melalui maksimasi penerimaan yang diperoleh petani pada usahatani yang dilakukkannya. Maksimasi penerimaan ini akan menjadi fungsi tujuan, sedangkan input-input yang digunakan akan menjadi fungsi kendala. Masalah program linier dapat dipecahkan secara bertahap, sampai memperoleh solusi optimum. Dengan tercapainya pemecahan optimum, maka penerimaan maksimum dapat diketahui besarnya. Begitu pula dengan kapasitas penggunaan input produksi yang ada pada petani dapat ditentukan untuk mencapai hasil optimal.

Fungsi Tujuan : Z = 846.667X1 + 435X2

Z = maksimasi penerimaan bayam dan kangkung

Kendala-kendala : a. 0.00003809 X1 b. 0.00003318 X

< 0.148 (luas lahan bayam) 2 < 0.136 (luas lahan kangkung)

c. 0.000428 X1 d. 0.000351286 X < 1.633 (benih bayam) 2 e. 0.001784 X < 13.9 (benih kangkung) 1 f. 0.00158482 X

< 6.984 (tenaga kerja bayam) 2

g. 0.00589803 X

< 6.493 (tenaga kerja kangkung) 1

h. 0.00504642 X

< 22.1 (pupuk kandang bayam) 2

i. 0.01066237 X

< 20.5 (pupuk kandang kangkung) 1

j. 0.00893954 X

< 37.233 (pupuk urea bayam) 2

k. 0.00003174 X

< 34.5 (pupuk urea kangkung) 1

l. 0.00002669 X

< 0.121 (pestisida antrakol bayam) 2

m. 0.00006153 X

< 0.108 (pestisida antrakol kangkung) 1

n. 0.0000545 X

< 0.237 (pestisida drusban bayam) 2

h. X

< 0.217 (pestisida drusban kangkung) 1, X2

Fungsi tujuan yaitu memaksimumkan penerimaan atau Z maksimum pada usahatani bayam dan kangkung. Fungsi tujuan ini dapat dicapai jika memenuhi syarat persamaan kendala sebanyak tujuh kendala yaitu sebagai berikut :

> 0

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan luas lahan sebesar 0,00003809 ha dengan kapasitas luas lahan yang digunakan 0,148 ha.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan luas lahan sebesar 0,00003318 ha dengan kapasitas luas lahan yang digunakan 0,136 ha.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan benih sebanyak 0,000428 kg dengan kapasitas benih yang digunakan 1,633 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan benih sebanyak 0,000351286 kg dengan kapasitas benih yang digunakan 13,9 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan tenaga kerja sebanyak 0,001784 HKP dengan kapasitas tenaga kerja yang digunakan 6,984 HKP.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan tenaga kerja sebanyak 0,00158482 HKP dengan kapasitas tenaga kerja yang digunakan 6,493 HKP.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan pupuk kandang sebanyak 0,00589803 goni dengan kapasitas pupuk kandang yang digunakan 22,1 goni.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan pupuk kandang sebanyak 0,00504642 goni dengan kapasitas pupuk kandang yang digunakan 20,5 goni.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan pupuk urea sebanyak 0,01066237 kg dengan kapasitas pupuk urea yang digunakan 37,233 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan pupuk urea sebanyak 0,00893954 kg dengan kapasitas pupuk urea yang digunakan 34,5 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan pestisida antrakol sebanyak 0,00003174 kg dengan kapasitas pestisida antrakol yang digunakan 0,121 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan pestisida antrakol sebanyak 0,00002669 kg dengan kapasitas pestisida antrakol yang digunakan 0,108 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan pestisida drusban sebanyak 0,00006153 liter dengan kapasitas pestisida drusban yang digunakan 0,237 liter.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan pestisida drusban sebanyak 0,0000545 liter dengan kapasitas pestisida drusban yang digunakan 0,217 liter.

Setelah selesai merumuskan fungsi tujuan dan fungsi kendala serta permasalahan program linier dalam bentuk standar, maka data tersebut diproses dalam komputer untuk memperoleh penggunaan input produksi yang optimal dan memperoleh penerimaan maksimal . Program yang digunakan untuk menganalisis masalah program linier ini adalah AB : QM. Sesuai

dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala maka melalui teknik program linier diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 8. Penerimaan dan Penggunaan Input Optimum melalui Program Linier pada Usahatani Bayam dan Kangkung di Desa Sudi Rejo.

No. Input Produksi Input yang

Digunakan

Input Optimal

Sisa (Slack) 1 Luas Lahan Bayam (ha) 0,148 0,133 0,015 2 Luas Lahan Kangkung (ha) 0,136 0,128 0,008

3 Benih Bayam (kg) 1,633 1,495 0,138

4 Benih Kangkung (kg) 13,9 13,557 0,343

5 Tenaga Kerja Bayam (HKP) Tenaga Kerja Kangkung (HKP)

6,984 6,493 6,230 6,116 0,754 0,377 6 Pupuk Kandang Bayam (goni)

Pupuk Kandang Kangkung (goni)

22,1 20,5 20,596 19,475 1,504 1,025 7 Pupuk Urea Bayam (kg)

Pupuk Urea Kangkung (kg)

37,233 34,5 37,233 34,5 0 0 8 Pestisida Antrakol Bayam (kg)

Pestisida Antrakol Kangkung (kg)

0,121 0,108 0,111 0,103 0,010 0,005 9 Pestisida Drusban Bayam (l)

Pestisida Drusban Kangkung (l)

0,237 0,217 0,215 0,210 0,022 0,007 Zmax Bayam dan Kangkung = 856,665(3.492)+435(3.859,259)

= Rp. 4.635.314,690,-

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 13)

Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa nilai optimal variabel X1 dan X2

Slack/surplus adalah sisa atau kelebihan penggunaan input produksi yang tidak terpakai.

Jika nilai slack/surplus adalah 0 maka dapat dikatakan optimal. Pada usahatani bayam, sisa pada kendala 1 menunjukkan bahwa terjadi kelebihan penggunaan untuk luas lahan bayam sebesar 0,015 ha dari penggunaan luas lahan sebesar 0,148 ha, sehingga terjadi komposisi perubahan luas lahan untuk mencapai penerimaan maksimal yaitu untuk bayam 0,133 ha. Sisa pada kendala 3,5,7,9,11,dan 13 untuk penggunaan benih bayam, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea,

tercapai pada jumlah produksi 3.492 untuk bayam dan 3.859,259 untuk kangkung. Artinya luas lahan optimal yang digunakan untuk usahatani bayam dan kangkung adalah 0,133 Ha dan 0,128 Ha. Penerimaan maksimal yang akan diperoleh dengan mengusahakan lahan bayam dan kangkung seluas 0,133 Ha dan 0,128 Ha adalah Rp. 4.635.314,690,-.

pestisida antrakol, dan pestisida drusban berturut-turut adalah 0,138 kg, 0,754 HKP, 1,504 goni, 0 kg, 0,010 kg, dan 0,022 liter.

Penggunaan input produksi lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida antrakol, dan pestisida drusban untuk tanaman bayam yang optimal adalah 0,133 ha, 1,495 kg, 6,230 HKP, 20,596 goni, 37,233 kg, 0,111 kg, dan 0,215 liter.

Sedangkan pada usahatani kangkung, sisa pada kendala 2 menunjukkan bahwa terjadi kelebihan penggunaan untuk luas lahan kangkung sebesar 0,008 ha dari penggunaan luas lahan sebesar 0,136 ha, sehingga terjadi komposisi perubahan luas lahan untuk mencapai penerimaan maksimal yaitu untuk kangkung adalah 0,128 ha. Sisa pada kendala 4,6,8,10,12, dan 14 untuk penggunaan benih kangkung, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida antrakol, dan pestisida drusban berturut-turut adalah 0,343 kg, 0,377 HKP, 1,025 goni, 0 kg, 0,005 kg, dan 0,007 liter.

Penggunaan input produksi lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida antrakol, dan pestisida drusban untuk tanaman kangkung yang optimal adalah 0,133 ha, 1,495 kg, 6,230 HKP, 20,596 goni, 37,233 kg, 0,111 kg, dan 0,215 liter.

Berdasarkan hasil analisis dengan program linier, penggunaan input produksi lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, dan pestisida untuk tanaman bayam dan kangkung belum optimal sedangkan penggunaan input produksi pupuk urea untuk tanaman bayam dan kangkung sudah optimal.

5.3. Masalah-Masalah yang Dihadapi Petani dalam Usahatani Bayam dan

Dokumen terkait