• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Optimasi Usahatani Pola Diversifikasi Tanaman Bayam Dan Kangkung (Studi kasus : Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Optimasi Usahatani Pola Diversifikasi Tanaman Bayam Dan Kangkung (Studi kasus : Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS OPTIMASI USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI

TANAMAN BAYAM DAN KANGKUNG

(Studi Kasus : Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

ANIRMA SARI TARIGAN 070304042

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS OPTIMASI USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI

TANAMAN BAYAM DAN KANGKUNG

(Studi Kasus : Desa Sudi Rejo Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

ANIRMA SARI TARIGAN 070304042

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si ) ( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS NIP. 196309281998031001 NIP. 196411021989032001

)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Anirma Sari Tarigan (070304042) dengan judul skripsi ANALISIS OPTIMASI USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI TANAMAN BAYAM DAN KANGKUNG. (Studi kasus : Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang). Penulisan ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida di daerah penelitian; untuk menganalisis penggunaan luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida apakah sudah optimal; untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian; dan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Metode sampling yang digunakan adalah secara purposive. Metode analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif dan analisis program linier.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil : 1) Input produksi pada usahatani bayam dan kangkung antara lain : lahan, benih, tenaga kerja, pupuk (kandang, urea) dan pestisida (antracol, drusban) tersedia di daerah penelitian; 2) Berdasarkan hasil analisis optimasi input produksi melalui program linier, penggunaan luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pestisida antrakol dan drusban terhadap penerimaan belum optimal. Namun, penggunaan pupuk urea untuk tanaman bayam dan kangkung sudah optimal. Komposisi penggunaan input produksi yang optimal untuk usahatani bayam : luas lahan bayam 0,133 ha, benih 1,495 kg, tenaga kerja 6,230 HKP, pupuk kandang 20,596 goni, pupuk urea 37,233 kg, pestisida antracol 0,111 kg, pestisida drusban 0,215 liter. Sedangkan untuk usahatani kangkung luas lahan 0,128 ha, benih 13,557 kg, tenaga kerja 6,116 HKP, pupuk kandang 19,475 goni, pupuk urea 34,5 kg, pestisida antrakol 0,103 kg, pestisida drusban 0,210 liter. Besarnya penerimaan maksimal yang direncanakan melalui linier programming adalah Rp. 4.635.338,- ; 3) Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahataninya yaitu musim penghujan, ketidakjujuran agen, dan keterbatasan modal; 4) Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi pada usahataninya yaitu meninggikan bedengan, ikut mengawasi dalam penjualan hasil panen, dan mendirikan koperasi simpan pinjam.

Kata kunci : input produksi, optimasi, bayam, kangkung

(4)

ANIRMA SARI TARIGAN, lahir pada tanggal 10 April 1989 di Deli Tua, sebagai anak ke lima dari enam bersaudara dari Asuk Tarigan dan Sion br Barus. Pendidikan yang pernakh di tempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD RK Deli Murni Deli Tua tamat Tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Deli Tua tamat Tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 13 Medan tamat Tahun 2007. 4. Tahun 2007 diterima di jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Bulan Juni 2011-Juli 2011 melaksanakan PKL di Desa Sei Muka Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara.

6. Bulan Oktober 2011 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang.

7. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian.

8. Panitia dalam Seminar Nasional “Fungsi dan Pengaruh Perbankan dalam Peningkatan Sektor Pertanian” Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (POPMASEPI). 9. Panitia dalam Musyawarah Kerja Wilayah VII POPMASEPI Dewan Pengurus Wilayah I.

KATA PENGANTAR

(5)

Optimasi Usahatani Pola Diversifikasi Tanaman Bayam dan Kangkung” dengan studi kasus Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritikan. Di samping itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala Desa Sudi Rejo dan perangkat desa lainnya, Penyuluh Pertanian Kecamatan (PPK) Namorambe dan seluruh responden yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Tidak lupa juga penulis sampaikan ungkapan terima kasih kepada ayah, ibu serta teman-teman atas segala doa dan perhatiannya.

Medan, Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

(6)

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...v

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Identifikasi Masalah ...3

1.3.Tujuan Penelitian ...3

1.4. Kegunaan Penelitian ...4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ...5

2.2. Landasan Teori ...9

2.3. Kerangka Pemikiran...13

2.4. Hipotesis Penelitian ...16

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ...17

3.2. Metode Pengumpulan Data ...19

3.3. Metode Analisis Data ...19

3.4. Defenisi dan Batasan Operasional 3.4.1. Defenisi ...21

3.4.2. Batasan Operasional ...22

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Tata Guna Lahan ...23

4.1.2. Keadaan Penduduk...24

4.1.3. Sarana dan Prasarana ...25

4.2. Karakteristik Petani Sampel ...26

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Ketersediaan Input Produksi pada Usahatani Bayam dan Kangkung di Desa Sudi Rejo ...28

5.2. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi ...30

5.3. Masalah-Masalah yang Dihadapi Petani dalam Usahatani Bayam dan Kangkung ...35

(7)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ...39 6.2. Saran ...40 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Luas Pertanaman Bayam dan Kangkung di Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2010 ...17

(8)

3. Penggunaan Luas Lahan di Desa Sudi Rejo Tahun 2010 ...24

4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 24

5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010 ... 25

6. Sarana dan Prasarana di Desa Sudi Rejo Tahun 2010 ... 26

7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Sudi Rejo ... 26

8. Penerimaan dan Penggunaan Input Optimum melalui Program Linier Usahatani Bayam dan Kangkung di Desa Sudi Rejo ... 34

(9)

2. Jumlah Produksi Bayam dan Kangkung untuk Masing-Masing Petani Sampel per Luas

Lahan per Musim Tanam ...42

3. Penggunaan Benih Bayam untuk Masing-Masing Petani Sampel per Musim Tanam ...43

4. Penggunaan Benih Kangkung untuk Masing-Masing Petani Sampel per Musim Tanam ...44

5. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Bayam untuk Masing-Masing Petani Sampel per Musim Tanam ...45

5. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Kangkung untuk Masing-Masing Petani Sampel per Musim Tanam ...46

6. Total Penggunaan Pupuk Kandang Usahatani Bayam dan Kangkung per Musim Tanam dan per Ikat ...47

7. Total Penggunaan Pupuk Urea Usahatani Bayam dan Kangkung per Musim Tanam dan per Ikat ...48

8. Total Penggunaan Pestisida Antrakol Usahatani Bayam dan Kangkung per Musim Tanam dan per Ikat ...49

9. Total Penggunaan Pestisida Drusban Usahatani Bayam dan Kangkung per Musim Tanam dan per Ikat ...50

10. Harga Jual Bayam Masing-Masing Petani Sampel per Musim Tanam ...51

11. Harga Jual Bayam Masing-Masing Petani Sampel per Musim Tanam ...52

12. Optimasi Penggunaan Input Produksi melalui Linear Programming ...53

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian diversifikasi berarti menanam/memelihara lebih dari satu jenis tanaman, satu jenis ternak, atau satu jenis ikan. Diversifikasi menurut luas cabang usahatani dibagi menjadi diversifikasi dalam arti sempit dan diversifikasi dalam arti luas. Diversifikasi dalam arti sempit yaitu mengusahakan antar jenis tanaman atau antar jenis ternak sedangkan diversifikasi dalam arti luas yaitu mengusahakan antar jenis tanaman, ternak, dan perikanan. Menurut produk yang dihasilkan diversifikasi dapat dibagi menjadi diversifikasi horizontal dan vertikal (Tarigan, 1991).

Diversifikasi horizontal merupakan diversifikasi yang dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi dengan menanam berbagai jenis tanaman. Diversifikasi vertikal ditujukan untuk dapat meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan hasil dan peningkatan mutu produk (Suryana, dkk, 1995).

Sebagian besar dari sayur-sayuran dataran rendah tidak ditanam sebagai pola tanam tunggal (monokultur) tetapi penanaman campuran (diversifikasi). Adapun keuntungan yang diperoleh yaitu:

a. Menghindari resiko gagal panen.

b. Pemanfaatan lahan semaksimal mungkin. c. Memenuhi kebutuhan produksi secara kontinu.

(11)

Bayam dan kangkung merupakan jenis sayuran daun dataran rendah yang banyak manfaatnya bagi kesehatan. Meskipun harganya relatif murah tetapi jika dibudidayakan secara intensif akan memberikan keuntungan yang cukup besar. Selain itu, pemungutan hasil panen yang cepat dalam waktu satu bulan dapat memperkuat posisi petani dalam memenuhi kewajiban finansialnya sehari-hari.

Masalah petani di dalam penanaman bayam dan kangkung lebih banyak dikarenakan ketidakmampuan petani dalam mengalokasikan penggunaan input produksi. Petani yang memiliki modal banyak akan menggunakan input produksi lebih banyak, sedangkan petani yang memiliki modal sedikit akan membatasi penggunaan input produksinya. Masalah lain yang dihadapi petani adalah mengenai ketersediaan input produksi yaitu lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, pestisida juga sangat penting bagi kelancaran budidaya usahatani yang dilakukan untuk meningkatkan produksinya.

Bagi petani, diversifikasi merupakan suatu upaya untuk mengoptimalkan penggunaan input khususnya penggunaan lahan pertanian untuk meningkatkan produksi. Dengan semakin berkurangnya lahan pertanian, untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan penggunaan input produksi yang meliputi lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat optimasi penggunaan input produksi pada tanaman bayam dan kangkung yang ditanam secara diversifikasi untuk meningkatkan penerimaan yang diperoleh petani atas berbagai variasi tanamannya.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang, maka diidentifikasi beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu :

(12)

2. Apakah penggunaan lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida sudah optimal di daerah penelitian?

3. Masalah-masalah apa yang dihadapi petani dalam usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian?

4. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ketersediaan input produksi yaitu lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida pada usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis penggunaan luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida apakah sudah optimal di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dalam rangka mengoptimalkan penggunaan input produksi dalam usahataninya.

(13)

ABSTRAK

Anirma Sari Tarigan (070304042) dengan judul skripsi ANALISIS OPTIMASI USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI TANAMAN BAYAM DAN KANGKUNG. (Studi kasus : Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang). Penulisan ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida di daerah penelitian; untuk menganalisis penggunaan luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida apakah sudah optimal; untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian; dan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Metode sampling yang digunakan adalah secara purposive. Metode analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif dan analisis program linier.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil : 1) Input produksi pada usahatani bayam dan kangkung antara lain : lahan, benih, tenaga kerja, pupuk (kandang, urea) dan pestisida (antracol, drusban) tersedia di daerah penelitian; 2) Berdasarkan hasil analisis optimasi input produksi melalui program linier, penggunaan luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pestisida antrakol dan drusban terhadap penerimaan belum optimal. Namun, penggunaan pupuk urea untuk tanaman bayam dan kangkung sudah optimal. Komposisi penggunaan input produksi yang optimal untuk usahatani bayam : luas lahan bayam 0,133 ha, benih 1,495 kg, tenaga kerja 6,230 HKP, pupuk kandang 20,596 goni, pupuk urea 37,233 kg, pestisida antracol 0,111 kg, pestisida drusban 0,215 liter. Sedangkan untuk usahatani kangkung luas lahan 0,128 ha, benih 13,557 kg, tenaga kerja 6,116 HKP, pupuk kandang 19,475 goni, pupuk urea 34,5 kg, pestisida antrakol 0,103 kg, pestisida drusban 0,210 liter. Besarnya penerimaan maksimal yang direncanakan melalui linier programming adalah Rp. 4.635.338,- ; 3) Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahataninya yaitu musim penghujan, ketidakjujuran agen, dan keterbatasan modal; 4) Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi pada usahataninya yaitu meninggikan bedengan, ikut mengawasi dalam penjualan hasil panen, dan mendirikan koperasi simpan pinjam.

Kata kunci : input produksi, optimasi, bayam, kangkung

(14)

ANIRMA SARI TARIGAN, lahir pada tanggal 10 April 1989 di Deli Tua, sebagai anak ke lima dari enam bersaudara dari Asuk Tarigan dan Sion br Barus. Pendidikan yang pernakh di tempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD RK Deli Murni Deli Tua tamat Tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Deli Tua tamat Tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 13 Medan tamat Tahun 2007. 4. Tahun 2007 diterima di jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Bulan Juni 2011-Juli 2011 melaksanakan PKL di Desa Sei Muka Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara.

6. Bulan Oktober 2011 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang.

7. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian.

8. Panitia dalam Seminar Nasional “Fungsi dan Pengaruh Perbankan dalam Peningkatan Sektor Pertanian” Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (POPMASEPI). 9. Panitia dalam Musyawarah Kerja Wilayah VII POPMASEPI Dewan Pengurus Wilayah I.

KATA PENGANTAR

(15)

Optimasi Usahatani Pola Diversifikasi Tanaman Bayam dan Kangkung” dengan studi kasus Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritikan. Di samping itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala Desa Sudi Rejo dan perangkat desa lainnya, Penyuluh Pertanian Kecamatan (PPK) Namorambe dan seluruh responden yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Tidak lupa juga penulis sampaikan ungkapan terima kasih kepada ayah, ibu serta teman-teman atas segala doa dan perhatiannya.

Medan, Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

a. Bayam

(17)

Maret-April. Bayam mudah ditanam dan cepat menghasilkan. Dalam waktu kurang dari satu bulan bayam sudah dapat dipanen (Nazaruddin, 1999).

Adapun klasifikasi tanaman bayam adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Amaranthales Family : Amaranthaceae Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus tricolor (Sutarya, dan Gerard Grubben, 1995).

Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya, yaitu bayam cabut (Amatanthus

tricolor) dan bayam petik (Amaranthus hybridus). Bayam cabut adalah bayam yang banyak

diusahakan oleh petani. Terdiri dari dua varietas yaitu bayam hijau dan bayam merah. Pertumbuhannya cepat dan cepat berbunga. Bunganya kecil dan berkelompok pada ketiak daun dan ujung batang. Bayam petik sering disebut bayam kakap atau bayam tahun merupakan bayam yang pertumbuhannya lebih tegak, berdaun agak lebar. Bunganya banyak berkelompok pada ujung batangnya. Bentuk bijinya lebih kecil daripada bayam cabut. Jenis ini memiliki masa panen yang lama sampai satu tahun. Diluar dari jenis bayam tersebut merupakan bayam liar (Bandini, 2001).

Bayam merupakan jenis sayuran daun yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil. Di dalam daun bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi, dan vitamin A dan C serta sedikit vitamin B (Sunarjono, 2004).

(18)

Adapun klasifikasi tanaman kangkung adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Convolvulaceae Family : Convolvulaceae Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea reptans Poir. (Rukmana, 1994).

Jenis kangkung yang sudah umum dibudidayakan terdiri dari dua macam yaitu kangkung air dan kangkung darat. Kangkung air (Ipomea aquatik Forsk.) memiliki ciri yaitu tangkai daun panjang, daun lebar berwarna hijau tua segar, dan bunganya berwarna ungu. Kangkung air sebaiknya ditanam pada musim kemarau, karena air lahan agak berkurang sehingga memudahkan penanaman maupun pemanenan. Perbanyakan kangkung air dilakukan dengan setek batang. Kangkung darat (Ipomea reptans Poir.) memuliki bentuk daun panjang dengan ujung runcing, berwarna keputih-putihan dan bunganya berwarna putih. Kangkung darat sebaiknya ditanam pada musim penghujan. Ini disebabkan oleh kebutuhan airnya yang tinggi, apalagi jika kangkung ini ditanam di lahan kering. Kangkung darat diperbanyak dengan biji (Nazaruddin, 1999).

(19)

Sayuran kangkung merupakan sumber gizi yang murah harganya dan mudah didapatkan. Kegunaan sayuran kangkung selain sebagai sumber vitamin A dan mineral serta unsur gizi lainnya yang berguna bagi kesehatan tubuh, juga dapat berfungsi untuk menenangkan syaraf atau berkhasiat sebagai obat tidur (Rukmana, 1994).

Meskipun harga sayuran kangkung dan bayam relatif murah, tetapi jika dibudidayakan secara intensif dan berorientasi ke arah agribisnis akan memberikan keuntungan yang cukup besar bagi para petani. Selain itu, pemungutan hasil panen dalam waktu satu bulan dapat dilakukan secara rutin sehingga dengan pemasukan uang dari hasil panen yang kontinu ini dapat memperkuat (meningkatkan) posisi petani dalam memenuhi kewajiban finansialnya sehari-hari (Sutarya, dan Gerard Grubben, 1995).

Upaya dalam memenuhi kebutuhan konsumen pada beberapa jenis sayur tertentu dalam jumlah yang relatif sedikit tetapi lebih beragam akan mendororng petani untuk melakukan diversifikasi pertanian. Tuntutan untuk menanam berbagai jenis sayuran dilakukan petani agar peluang usaha tidak terbuang percuma karena tidak bisa memenuhi permintaan semua jenis sayuran (Nazaruddin, 1999).

Dalam pelaksanaan diversifikasi, ada beberapa pola tanam yang dapat diterapkan pada sebuah lahan. Adapun pola tanam yang biasa digunakan petani antara lain :

1. Tanaman campuran (mixed cropping) yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama.

(20)

sebagai tanaman sela dari tanaman pokok yang belum besar. Tanaman utamalah yang dipertahankan.

3. Penanaman lorong (alley crooping) yaitu menanan tanaman berusia pendek misalnya wortel, selada, di antara larikan tanaman yang dapat tumbuh cepat dan tinggi serta berumur panjang (tahunan).

4. Pergiliran tanaman (rotasi tanaman) taitu menanam jenis tanaman yang tidak sefamili secara bergantian (bergilir). Tujuan cara ini untuk memutuskan siklus hidaup hama dan penyakit (Pracaya, 2002).

Penerapan pola tanam yang dipilih disesuaikan dengan maksud penanaman. Selain itu, juga disesuaikan dengan luas lahan, tenaga kerja, modal, aspek pasar, dan kultur bertani yang biasa dilakukan di daerah tersebut.

2.2. Landasan Teori

Lahan sebagai faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat di mana produksi berjalan dan darimana hasil produksi keluar. Luas pemilikan atau pengusahaan lahan sangat berhubungan dengan efisiensi usahatani (Sastraatmadja, 1991).

Input produksi tenaga kerja merupakan input produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri, dan anak-anak. Analisis ketenagakerjaan dibidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja yang efektif tergantung pada skala usahatani (Soekartawi, 2002).

(21)

dianjurkan mulai pada penanaman kedua dapat menggunakan benih produksi sendiri asalkan memenuhi kriteria (Najiyati dan Danarti, 1999).

Pupuk merupakan bahan yang mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya atau untuk menyuburkan tanah. Untuk itu, pupuk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pupuk yang dapat menyuburkan tanah dan pupuk yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Pupuk yang dapat menyuburkan tanah seperti kompos, pupuk kandang, dan kapur (Sunarjono, 2004).

Obat-obatan sering disebut sebagai pestisida. Berdasarkan kegunaannya, pestisida dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :

1. Insektisida untuk mengendalikan hama serangga 2. Akarisida untuk mengendalikan hama tungau 3. Nematisida untuk mengendalikan hama cacing 4. Rodentisida untuk mengendalikan tikus

5. Fungisida untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan cendawan 6. Bakterisida untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri 7. Herbisida untuk mengendalikan gulma (Najiyati dan Danarti, 1999).

Input atau faktor produksi perlu diketahui oleh petani baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Karena untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship (FR). Dalam rumus matematis FR ditulis dengan :

Y = f ( X1, X2,....Xi,...., Xn ) Dimana :

Y = produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X

(22)

Penggunaan input produksi yang optimal pada prinsipnya adalah bagaimana input produksi tersebut digunakan seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu :

a. Efisien teknis yaitu jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi yang maksimum.

b. Efisiensi harga/ alokatif yaitu jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi.

c. Efisiensi ekonomi yaitu jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan efisiensi harga (Daniel, 2002).

Persoalan program linier adalah suatu persoalan untuk menentukan besarnya nilai variabel sedemikian rupa sehingga nilai fungsi atau objektif (objective function) yang linier menjadi optimum (maksimum atau minimum) dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada yaitu pembatasan-pembatasan mengenai inputnya (Siswanto, 2007).

Masalah program linier dapat dipecahkan secara bertahap sampai memperoleh solusi optimum. Dengan tercapainya pemecahan optimum, maka keuntungan maksimum atau biaya minimum dapat diketahui besarnya. Begitu pula dengan penggunaan sumber daya yang tersedia yang ada pada petani dapat ditentukan. Setelah masalah diidentifikasikan, tujuan ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah formulasi model matematik meliputi tiga tahap seperti berikut : a. Tentukan variabel yang tidak diketahui (variabel keputusan) dan dinyatakan dalam simbol

matematik.

b. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan.

(23)

Fungsi tujuan merupakan fungsi yang menggambarkan tujuan di dalam permasalahan program linier yang bersangkutan yakni secara optimal untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya atau biaya yang serendah-rendahnya. Pada umumnya nilai yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan dinyatakan dalam Z. Fungsi pembatas merupakan bentuk penyajian yang secara sistematis dari batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dilokasikan secara optimal pada berbagai aktifitas (Zulfikarizah, 2004).

Masalah keputusan yang sering dihadapi analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, dan teknologi. Tugas analis adalah mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumber daya itu. Hasil yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai maksimasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan, penerimaan, dan kesejahteraan atau minimisasi seperti biaya, waktu, dan jarak (Mulyono, 2004).

2.3. Kerangka Pemikiran

Penanaman bayam dan kangkung secara diversifikasi dilaksanakan dengan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang memerlukan beberapa jenis sayuran dalam jumlah tertentu. Selain itu, diversifikasi memberikan dampak yang positif yaitu menghindari resiko gagal panen, stabilisasi pendapatan, pemanfaatan lahan semaksimal mungkin, dan memenuhi kebutuhan produksi secara kontinu.

Dalam usahatani diversifikasi bayam dan kangkung juga membutuhkan ketersediaan input produksi diantaranya lahan, tenaga kerja, benih, pupuk (kandang, urea), dan pestisida (antrakol dan drusban) sangat penting bagi kelancaran budidaya usahatani tersebut.

(24)

Komoditi bayam dan kangkung akan menghasilkan produksi yang optimum jika mendapat manajemen yang baik dalam penggunaan input produksi secara efisien sehingga akan tercapai suatu keuntungan yang maksimum seperti yang diharapkan.

Perencanaan optimasi dapat dilakukan dengan program linier. Model ini digunakan untuk memecahkan masalah pengalokasian input produksi yang terbatas secara optimum. Dalam persoalan ini, input produksi yang terbatas harus dialokasikan ketersediaan lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida.

Usahatani bayam dan kangkung tidak terlepas dari masalah-masalah. Meskipun terdapat masalah, bukan berarti tidak menguntungkan tetapi yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor yang mampu memberikan keuntungan, sehingga mampu mengatasi masalah dengan upaya semaksimal mungkin.

Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu sebagai berikut

(25)

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang yang ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Berdasarkan pertimbangan bahwa di kecamatan ini luas tanaman untuk bayam dan kangkung lebih seimbang.

Tabel 1. Luas Pertanaman Bayam dan Kangkung di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

(27)

21. Lubuk Pakam 0 24

22. Pagar Merbau 0 0

Total 1.020 437

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2011

Desa Sudi Rejo merupakan daerah pertanaman bayam dan kangkung yang terluas di Kecamatan Namorambe.

(28)

35. Namo Batang 0 0

36. Namo Pakam 0 0

Total 99 95

Sumber : Kantor Kecamatan Namo Rambe, 2011

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang menanam bayam dan kangkung secara bersamaan di Desa Sudi Rejo Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang, yang berjumlah 71 orang. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple

random sampling dimana jumlah sampel yang diambil sebesar 30 orang.

Hal ini sesuai dengan teori Bailey yang menyatakan dengan metode simple random

sampling untuk penelitian menggunakan analisa statistik, ukuran responden paling minimum

sebanyak 30 sampel (Hasan, 2002).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung dengan petani yang menjadi sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data lengkap yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Sudi Rejo, Kantor Kecamatan Namorambe, Dinas Pertanian Deli Serdang, dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

(29)

Untuk hipotesis (1), dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input produksi seperti : lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida yang digunakan pada usahatani bayam dan kangkung yang ditinjau dari informasi toko penyedia input produksi benih, pupuk, pestisida dan harga beli dari input produksi di daerah penelitian.

Untuk hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan program linier, dengan rumus sebagai berikut :

Fungsi Tujuan 1 : Zmaks = C1X1 + C2X

(30)

Z = penerimaan bayam dan kangkung (Rp)

= harga jual kangkung (Rp)

1

X

= jumlah produksi bayam (ikat)

2

a

= jumlah produksi kangkung (ikat)

1

a

= penggunaan luas lahan bayam per ikat (ha)

2

a

= penggunaan luas lahan kangkung per ikat (ha)

3

a

= penggunaan benih bayam per ikat (kg)

4

a

= penggunaan benih kangkung per ikat (kg)

5

a

= penggunaan tenaga kerja bayam per ikat (HKP)

6

a

= penggunaan tenaga kerja kangkung per ikat (HKP)

7

a

= penggunaan pupuk kandang bayam per ikat (goni)

8

a

= penggunaan pupuk kandang kangkung per ikat (goni)

9

a

= penggunaan pupuk urea bayam per ikat (kg)

10

a

= penggunaan pupuk urea kangkung per ikat (kg)

11

a

= penggunaan pestisida antrakol bayam per ikat (kg)

12

a

= penggunaan pestisida antrakol kangkung per ikat (kg)

13

a

= penggunaan pestisida dursban bayam per ikat (l)

14

b

= penggunaan pestisida dursban kangkung per ikat (l)

1..14

Untuk identifikasi masalah 3 dan 4 dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengamati masalah yang dihadapi dalam usahatani bayam dan kangkung serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

= kapasitas input produksi yang digunakan

(31)

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Defenisi

1. Usahatani diversifikasi adalah sebidang lahan yang diusahakan untuk menanam komoditi bayam dan kangkung.

2. Optimasi adalah mengkombinasikan input produksi sehingga memaksimumkan penerimaan. 3. Input produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi seperti lahan,

benih, tenaga kerja, pupuk (kandang dan urea), dan pestisida (antrakol dan dursban).

4. Produksi adalah hasil berupa bayam dan kangkung.

5. Penerimaan adalah harga jual dikali dengan jumlah produksi. 3.5.2. Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah di Desa Sudi Rejo, Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2011.

3. Sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman bayam dan kangkung sekaligus yang sampai saat ini masih melakukan kegiatan usahatani.

4. Penerimaan dari penjualan bayam dan kangkung yang dihitung untuk satu kali panen. 5. Jenis bayam dan kangkung yang diteliti adalah bayam cabut dan kangkung darat.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

(32)

Desa Sudi Rejo merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas 110 Ha. Secara administratif, Desa Sudi Rejo mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Kuta Tualah dan Desa Ujung Labuhan Sebelah Selatan : Desa Jaba dan Desa Jati Kesuma

Sebelah Timur : Desa Namo Mbelin Sebelah Barat : Desa Batu Penjemuran

Desa Sudi Rejo berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Desa Sudi Rejo berjarak + 35 km dari ibukota Kecamatan Namorambe, + 38 km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang, dan +13 km dari ibukota Propinsi Sumatera Utara. Pada Tahun 2011, Desa Sudi Rejo terdiri atas 3 dusun yang masing-masing dusun dikepalai oleh kepala dusun yaitu Dusun I (Asih) dipimpin oleh Bapak Agus S., Dusun II (Asah) dipimpin oleh Bapak Pratman, sedangkan Dusun III (Asuh) dipimpin oleh Bapak Paiman.

4.1.1. Tata Guna Lahan

Berdasarkan luas wilayah yang dimiliki Desa Sudi Rejo, maka dapat diklasifikasikan penggunaan tanah dan tata guna lahan yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Desa Sudi Rejo Tahun 2010

No Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha) Persentase (%)

1. Pemukiman 25 22,73

(33)

Pada Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah perladangan yaitu seluas 42,91%, persawahan 25,89%, sementara penggunaan lahan yang paling kecil adalah untuk perkantoran.

4.1.2. Keadaan Penduduk

Desa Sudi Rejo memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.948 jiwa yang terdiri dari 951 jiwa laki-laki dan 997 jiwa perempuan dengan total kepala keluarga 483 KK. Tabel distribusi penduduk berdasarkan umur yaitu :

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010

No. Umur (tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) %

1 0-4 132 6.78

Sumber : Kantor Kepala Desa Sudi Rejo, 2011

Dari Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa golongan umur yang termasuk usia produktif yaitu 15-54 tahun dengan persentase yang cukup tinggi sebesar 62,27% dan usia non produktif sebesar 37,73%.

Mata pencaharian utama penduduk Desa Sudi Rejo adalah buruh. Adapun distribusi penduduk menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010

(34)

Sumber : Kantor Kepala Desa Sudi Rejo, 2011

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk Desa Sudi Rejo sebagian besar adalah petani yaitu sebesar 58,38%. Sedangkan mata pencaharian yang paling kecil yaitu sebagai ABRI (1,17%).

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik dapat memperlancar jalannya laju pembangunan sehingga mempengaruhi perkembangan masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Sarana dan prasarana di Desa Sudi Rejo dinilai sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana transportasi dan komunikasi. Sarana transportasi cukup tersedia di daerah ini sehingga petani tidak memperoleh kesulitan dalam memproleh sarana produksi dan pemasaran hasil.

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sudi Rejo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Sudi Rejo Tahun 2010

No. Sarana/ Prasarana Jumlah

1

Sumber : Kantor Kepala Desa Sudi Rejo, 2011

(35)

Karakteristik petani sampel di daerah penelitian ini meliputi luas lahan, umur, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, dan pengalaman bertani. Adapun karakteristik petani sampel yang terdapat di Desa Sudi Rejo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Sudi Rejo

No. Uraian Rataan Rentang

1 Luas Lahan (ha) 0,284 0.1-1

2 Umur (tahun) 43,8 29-67

3 Lama Pendidikan (tahun) 8,5 6-12

4 Jumlah Tanggungan (jiwa) 3,467 0-5

5 Pengalaman bertani (tahun) 15,967 4-39

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik petani sampel meliputi umur, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, dan pengalaman bertani. Luas lahan yang diusahakan petani rata-rata 0,284 Ha yang terdiri dari rata-rata untuk usahatani bayam seluas 0,148 Ha dan rata-rata untuk usahatani kangkung seluas 0,136 ha dengan rentang 0,1-1 Ha.

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani , kecendrungan kemampuan kerja semakin menurun, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi yang diperoleh. Hal ini karena pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik. Dari tabel dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani sebesar 43,8 tahun, dengan rentang antara 29-67 tahun, umur tersebut masih termasuk dalam kategori umur produktif yang masih cukup berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

(36)

Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan mengelola usahatani adalah pengalaman bertani. rata pengalaman bertani responden adalah pengalaman bertani. Rata-rata pengalaman bertani responden adalah 15,967 tahun dengan rentang 4-39 tahun. Rata-Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani responden adalah 3,467 orang dengan rentang 0-5 orang.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Ketersediaan Input Produksi pada Usahatani Bayam dan Kangkung di Desa Sudi Rejo.

Input produksi yaitu sarana produksi yang digunakan untuk menunjang kegiatan usahatani mulai dari tahap pengolahan tanah sampai tahap pemanenan. Adapun input produksi yang digunakan pada usahatani bayam dan kangkung adalah lahan, benih, tenaga kerja, pupuk (kandang, urea), dan pestisida (antrakol, drusband) berupa nematisida dan fungisida yang dipergunakan pada usahatani bayam dan kangkung.

a. Ketersediaan Lahan

(37)

dan kangkung hanya 8,52 ha. Oleh karena itu, lahan untuk usahatani ini tersedia di daerah penelitian.

b. Ketersediaan Benih

Benih bayam dan kangkung dapat dengan mudah diperoleh dari toko bibit di Desa Sudi Rejo dan toko di sekitar desa yang menjual benih sayuran seperti toko bibit di Desa Batu Penjemuran, maupun Pasar Deli Tua. Rentang harga benih bayam antara Rp. 100.000-Rp. 110.000,-/kg, sedangkan rentang untuk benih kangkung berkisar antara Rp. 25.000- Rp. 27.000,-/kg. Walaupun harga benih mahal terutama benih bayam namun kebutuhannya tetap ada, benih ini selalu tersedia setiap musim tanam.

c. Ketersediaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan pada usahatani bayam dan kangkung sebagian besar adalah tenaga dalam keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga dibutuhkan pada tahapan kegiatan penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sedangkan tenaga kerja luar keluarga dibutuhkan pada tahapan kegiatan pengolahan lahan dan pemanenan. Hal ini disebabkan karena luas lahan cukup luas dan waktu panen yang tepat perlu dilakukan untuk

menjaga kualitas sayuran tersebut. Adapun upah tenaga kerja di Desa Sudi Rejo adalah Rp. 50.000/hari. Berdasarkan jumlah penduduk usia produktif yang terdapat di Desa Sudi Rejo

sebesar 1.213 jiwa sekitar 62,26% (Tabel 5) di daerah penelitian. Tenaga kerja di daerah ini tersedia.

d. Ketersediaan Pupuk

(38)

e. Ketersediaan Pestisida

Pestisida yang dipakai petani di daerah penelitian adalah berupa nematisida dan fungisida yang dapat diperoleh di toko penyedia sarana produksi di Desa Sudi Rejo, Desa Batu Penjemuran, dan Pasar Deli Tua dengan harga Rp 92.000/kg untuk pestisida antrakol sedangkan harga pestisida drusban Rp 64.000/liter. Kebutuhan akan pestisida ini selalu tersedia setiap musim tanam.

Berdasarkan penjelasan di atas maka ketersediaan input produksi pada usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian tersedia.

5.2. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi

Analisis optimasi penggunaan input produksi yang digunakan adalah program linier yaitu dengan metode simpleks. Program linier adalah suatu metode yang memiliki fungsi tujuan dan fungsi kendala dengan cara mengalokasikan sumber-sumber input produksi secara optimal.

Analisis optimasi penggunaan input produksi ini dilihat melalui maksimasi penerimaan yang diperoleh petani pada usahatani yang dilakukkannya. Maksimasi penerimaan ini akan menjadi fungsi tujuan, sedangkan input-input yang digunakan akan menjadi fungsi kendala. Masalah program linier dapat dipecahkan secara bertahap, sampai memperoleh solusi optimum. Dengan tercapainya pemecahan optimum, maka penerimaan maksimum dapat diketahui besarnya. Begitu pula dengan kapasitas penggunaan input produksi yang ada pada petani dapat ditentukan untuk mencapai hasil optimal.

Fungsi Tujuan : Z = 846.667X1 + 435X2

Z = maksimasi penerimaan bayam dan kangkung

Kendala-kendala : a. 0.00003809 X1 b. 0.00003318 X

< 0.148 (luas lahan bayam)

(39)

c. 0.000428 X1

< 20.5 (pupuk kandang kangkung)

1

Fungsi tujuan yaitu memaksimumkan penerimaan atau Z maksimum pada usahatani bayam dan kangkung. Fungsi tujuan ini dapat dicapai jika memenuhi syarat persamaan kendala sebanyak tujuh kendala yaitu sebagai berikut :

> 0

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan luas lahan sebesar 0,00003809 ha

dengan kapasitas luas lahan yang digunakan 0,148 ha.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan luas lahan sebesar

0,00003318 ha dengan kapasitas luas lahan yang digunakan 0,136 ha.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan benih sebanyak 0,000428 kg

dengan kapasitas benih yang digunakan 1,633 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan benih sebanyak 0,000351286

(40)

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan tenaga kerja sebanyak 0,001784

HKP dengan kapasitas tenaga kerja yang digunakan 6,984 HKP.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan tenaga kerja sebanyak

0,00158482 HKP dengan kapasitas tenaga kerja yang digunakan 6,493 HKP.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan pupuk kandang sebanyak

0,00589803 goni dengan kapasitas pupuk kandang yang digunakan 22,1 goni.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan pupuk kandang sebanyak

0,00504642 goni dengan kapasitas pupuk kandang yang digunakan 20,5 goni.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan pupuk urea sebanyak 0,01066237

kg dengan kapasitas pupuk urea yang digunakan 37,233 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan pupuk urea sebanyak

0,00893954 kg dengan kapasitas pupuk urea yang digunakan 34,5 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan pestisida antrakol sebanyak

0,00003174 kg dengan kapasitas pestisida antrakol yang digunakan 0,121 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan pestisida antrakol sebanyak

0,00002669 kg dengan kapasitas pestisida antrakol yang digunakan 0,108 kg.

− Untuk menghasilkan 1 ikat bayam dibutuhkan penggunaan pestisida drusban sebanyak

0,00006153 liter dengan kapasitas pestisida drusban yang digunakan 0,237 liter.

− Untuk menghasilkan 1 ikat kangkung dibutuhkan penggunaan pestisida drusban sebanyak

0,0000545 liter dengan kapasitas pestisida drusban yang digunakan 0,217 liter.

(41)

dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala maka melalui teknik program linier diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 8. Penerimaan dan Penggunaan Input Optimum melalui Program Linier pada Usahatani Bayam dan Kangkung di Desa Sudi Rejo.

No. Input Produksi Input yang

Digunakan Tenaga Kerja Kangkung (HKP)

6,984 6 Pupuk Kandang Bayam (goni)

Pupuk Kandang Kangkung (goni)

22,1

Pupuk Urea Kangkung (kg)

37,233 8 Pestisida Antrakol Bayam (kg)

Pestisida Antrakol Kangkung (kg)

0,121 9 Pestisida Drusban Bayam (l)

Pestisida Drusban Kangkung (l)

0,237 Zmax Bayam dan Kangkung = 856,665(3.492)+435(3.859,259)

= Rp. 4.635.314,690,-

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 13)

Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa nilai optimal variabel X1 dan X2

Slack/surplus adalah sisa atau kelebihan penggunaan input produksi yang tidak terpakai.

Jika nilai slack/surplus adalah 0 maka dapat dikatakan optimal. Pada usahatani bayam, sisa pada kendala 1 menunjukkan bahwa terjadi kelebihan penggunaan untuk luas lahan bayam sebesar 0,015 ha dari penggunaan luas lahan sebesar 0,148 ha, sehingga terjadi komposisi perubahan luas lahan untuk mencapai penerimaan maksimal yaitu untuk bayam 0,133 ha. Sisa pada kendala 3,5,7,9,11,dan 13 untuk penggunaan benih bayam, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea,

(42)

pestisida antrakol, dan pestisida drusban berturut-turut adalah 0,138 kg, 0,754 HKP, 1,504 goni, 0 kg, 0,010 kg, dan 0,022 liter.

Penggunaan input produksi lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida antrakol, dan pestisida drusban untuk tanaman bayam yang optimal adalah 0,133 ha, 1,495 kg, 6,230 HKP, 20,596 goni, 37,233 kg, 0,111 kg, dan 0,215 liter.

Sedangkan pada usahatani kangkung, sisa pada kendala 2 menunjukkan bahwa terjadi kelebihan penggunaan untuk luas lahan kangkung sebesar 0,008 ha dari penggunaan luas lahan sebesar 0,136 ha, sehingga terjadi komposisi perubahan luas lahan untuk mencapai penerimaan maksimal yaitu untuk kangkung adalah 0,128 ha. Sisa pada kendala 4,6,8,10,12, dan 14 untuk penggunaan benih kangkung, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida antrakol, dan pestisida drusban berturut-turut adalah 0,343 kg, 0,377 HKP, 1,025 goni, 0 kg, 0,005 kg, dan 0,007 liter.

Penggunaan input produksi lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida antrakol, dan pestisida drusban untuk tanaman kangkung yang optimal adalah 0,133 ha, 1,495 kg, 6,230 HKP, 20,596 goni, 37,233 kg, 0,111 kg, dan 0,215 liter.

Berdasarkan hasil analisis dengan program linier, penggunaan input produksi lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, dan pestisida untuk tanaman bayam dan kangkung belum optimal sedangkan penggunaan input produksi pupuk urea untuk tanaman bayam dan kangkung sudah optimal.

5.3. Masalah-Masalah yang Dihadapi Petani dalam Usahatani Bayam dan Kangkung.

Dalam setiap usahatani tidak terlepas dari masalah, demikian pula pada usahatani bayam dan kangkung di Desa Sudi Rejo. Ada beberapa masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

(43)

Musim penghujan dapat mengakibatkan lahan petani terkena banjir. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen bagi banyak petani. Di samping itu, kelembaban tanah dapat menjadi pemicu bagi perkembangan hama dan penyakit seperti ulat daun atau jamur yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan penurunan produksi bagi tanaman bayam dan kangkung.

b. Ketidakjujuran Agen

Di daerah penelitian pada tahapan kegiatan panen banyak agen yang menyediakan tenaga kerja panen untuk mencabut hasil bayam dan kangkung tanpa melibatkan petani itu sendiri. Hal ini megakibatkan sering terjadi kecurangan terhadap petani. Kecurangan yang dilakukan seperti ukuran satu ikat bayam atau kangkung akan lebih besar dari biasanya sementara harga per ikatnya sama.

c. Keterbatasan Modal Petani

Usahatani bayam dan kangkung membutuhkan modal yang tergolong cukup besar untuk ukuran petani. Adapun kebutuhan biaya terbesar adalah untuk pembelian peralatan seperti mesin pompa air. Sementara untuk memperoleh fasilitas kredit membutuhkan berbagai persyaratan yang terkadang tidak bisa dipenuhi para petani.

5.4. Upaya-Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi.

Berdasarkan masalah yang terdapat pada usahatani bayam dan kangkung di Desa Sudi Rejo, untuk mengatasi masalah tersebut adapun upaya yang dapat dilakukan adalah :

(44)

Untuk menanggulangi masalah banjir pada lahan maka petani mengatasi masalah ini dengan meninggikan bedengan agar tanaman bayam atau kangkung tidak tergenang. Untuk masalah serangan hama dan penyakit petani menggunakan pestisida antrakol dan drusban.

b. Petani ikut mengawasi kegiatan pemanenan

Kecurangan yang dilakukan agen akan mengakibatkan kerugian bagi petani. Dalam hal ini, untuk mengantisipasi kecurangan yang dilakukan agen maka ada baiknya petani turut serta dalam mengawasi kegiatan pemanenan yang dilakukan agen. Selain itu, cukup banyaknya agen di daerah penelitian mempermudah petani untuk memasarkan bayam dan kangkungnya kepada agen lain apabila terjadi kecurangan.

c. Mendirikan Koperasi Simpan Pinjam

(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Input produksi pada usahatani bayam dan kangkung antara lain : lahan, benih, tenaga kerja, pupuk (kandang, urea) dan pestisida (antrakol, drusban) tersedia di daerah penelitian.

2. Berdasarkan hasil analisis optimasi input produksi melalui program linier, penggunaan luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pestisida antrakol dan drusban untuk tanaman bayam dan kangkung terhadap penerimaan belum optimal. Namun, penggunaan pupuk urea untuk tanaman bayam dan kangkung sudah optimal. Untuk mendapatkan penerimaan maksimal yang direncanakan melalui program linier yaitu Rp. 4.635.314,690,- maka sebaiknya petani menggunakan input yang optimal yaitu untuk usahatani bayam : luas lahan bayam 0,133 ha, benih 1,495 kg, tenaga kerja 6,230 HKP, pupuk kandang 20,596 goni, pupuk urea 37,233 kg, pestisida antrakol 0,111 kg, pestisida drusban 0,215 liter. Sedangkan untuk usahatani kangkung luas lahan 0,128 ha, benih 13,557 kg, tenaga kerja 6,116 HKP, pupuk kandang 19,475 goni, pupuk urea 34,5 kg, pestisida antrakol 0,103 kg, pestisida drusban 0,210 liter

3. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam usahataninya yaitu musim penghujan, ketidakjujuran agen, dan keterbatasan modal.

4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi pada usahataninya yaitu meninggikan bedengan, ikut mengawasi dalam penjualan hasil panen, dan mendirikan koperasi simpan pinjam.

(46)

Kepada Petani

Untuk mendapatkan penerimaan maksimal yang direncanakan melalui program linier yaitu Rp. 4.635.314,690,- maka sebaiknya petani menggunakan input yang optimal yaitu untuk usahatani bayam : luas lahan bayam 0,133 ha, benih 1,495 kg, tenaga kerja 6,230 HKP, pupuk kandang 20,596 goni, pupuk urea 37,233 kg, pestisida antrakol 0,111 kg, pestisida drusban 0,215 liter. Sedangkan untuk usahatani kangkung luas lahan 0,128 ha, benih 13,557 kg, tenaga kerja 6,116 HKP, pupuk kandang 19,475 goni, pupuk urea 34,5 kg, pestisida antrakol 0,103 kg, pestisida drusban 0,210 liter

Kepada Pemerintah Setempat

Diharapkan didirikan koperasi simpan pinjam dengan kebijakan-kebijakan yang memberi kemudahan kepada petani seperti prosedur peminjaman kredit dipermudah dengan syarat jaminan yang dapat dipenuhi oleh petani.

Kepada Petugas Penyuluh Lapangan

Diharapkan peran sertanya dalam memberikan penyuluhan kepada petani mengenai pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bayam dan kangkung.

Kepada Peneliti Selanjutnya.

Kepada peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian mengenai tata niaga pemasaran bayam dan kangkung dikarenakan cukup banyaknya agen yang terlibat dalam pemasaran bayam dan kangkung.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi III. PT Rineka Cipta, Jakarta.

(47)

Bandini, Yusni dan Nurudin Azis. 2001. Bayam. Cetakan V. Penebar Swadaya. Jakarta. Daniel, M.M.S. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasan, I. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Mulyono, Sri. 2004. Riset Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Najiyati, S. dan Danarti. 1999. Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Tanaman Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazaruddin. 2000. Budi Daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pracaya, 2002. Bertanam Sayuran Organik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.

Sastraatmadja, E. 1991. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa, Bandung. Siswanto. 2007. Operations Research. Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Soekartawi 1994. Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Produksi

Cobb-Douglas.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

__________2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasinya. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Suryana, dkk. 1995. Diversifikasi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan. Medan

Sutarya, R., dan G.Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada Univerity Press, Yogyakarta.

Tarigan, K. 1991. Sinopsis Ekonomi Pertanian. Diktat. FP USU. Medan.

(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

Lampiran 8. Total Penggunaan Pupuk Urea Usahatani Bayam dan Kangkung per Ikat per Musim Tanam

(56)
(57)
(58)

Lampiran 11. Jumlah Produksi dan Harga Jual Bayam per Ikat per Musim Tanam Sampel Luas Lahan (ha) Jumlah Produksi (ikat) Harga Jual (Rp)

(59)

Lampiran 12. Jumlah Produksi dan Harga Jual Kangkung per Ikat/ Musim Tanam Sampel

Luas Lahan (ha) Jumlah Produksi (ikat) Harga Jual (Rp)

(60)

Gambar 2 : Penulis Bersama Bapak Parimin (Ketua Kelompok Tani)

(61)

Gambar 4 : Penulis Bersama Petani Sampel (Bapak Agus)

(62)

Gambar 6 : Bersama Petani Sampel (Bapak Sadakata)

(63)

Gambar 8 : Penulis Bersama Petani Sampel Sekaligus Penjual Saprodi (Bapak Oki)

(64)

Gambar 10 : Input Produksi (Pupuk Urea)

(65)

Gambar 12 : Input Produksi (Pestisida)

Gambar

Tabel 1. Luas Pertanaman Bayam dan Kangkung di Kabupaten                          Deli  Serdang Tahun 2010
Tabel 2. Luas Pertanaman Tanaman Bayam dan Kangkung per Desa di Kecamatan Namo Rambe Tahun 2010
Tabel 3. Penggunaan Lahan di Desa Sudi Rejo Tahun 2010
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang terdapat di apotek “Setyo Putro” adalah masalah persaingan antar apotek, khususnya persaingan dalam hal pemasaran obat dispensing.. Untuk menghadapi

Dari eksperimen sederhana pada tes penentuan posisi pada titik kontrol N0005 dan pengukuran detil planimetrik didapat dua hasil yang agak berbeda dimana pada tes

[r]

Bagi peserta yang berkeberatan dengan keputusan ini, diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan kepada Panitia Pengadaan Barangpasa MTs N lebus Tahun. Anggaran zln

[r]

Sebagai t indak l anj ut dari Surat Penunj ukan Penyedia Barang/ Jasa (SPPBJ) i ni Saudar a diharuskan unt uk menyerahkan Jaminan Pel aksanaan sebel um penandat angan

Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik

Dalam perkembangannya, ilmu forensik tidak semata-mata bermanfaat dalam penegakkan hukum, tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain, misalnya dalam