• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Hasil

4.1.2 Sub-model Lingkungan Perairan

4.1.2.3 Analisis Parameter Lingkungan

Data parameter lingkungan yang diamati antara lain : suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), BOD5, fosfat (PO4-P) dan nitrat (NO3-N). Pengambilan sampel dilakukan pada Stasiun 1, Stasiun 2, Stasiun 3, Stasiun 4 dan Stasiun 5 yaitu di sekitar terumbu karang seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Parameter lingkungan sekitar terumbu karang di Pulau Pramuka, TN Kepulauan Seribu

Parameter Satuan Stasiun pengamatan Baku mutu(a)

1 2 3 4 5

Suhu oC 28.2 28.6 28.1 28.3 28.5 28-30(b)

Derajat keasaman (pH) - 8.67 8.36 8.83 8.60 8.50 7-8.5(c) Salinitas ‰ 34.1 33.9 33.0 33.9 33.6 33-34(d) Oksigen terlarut (DO) mg/l 7.3 5.6 8.4 8.5 7.4 > 5

BOD5 mg/l 0.45 0.95 1.20 1.50 1.20 20

Fosfat (PO4-P) mg/l 0.070 0.069 0.083 0.095 0.064 0.015

Nitrat (NO3-N) mg/l 0.038 0.539 0.047 0.281 0.035 0.008

Sumber : Data hasil pengamatan Keterangan :

(a) Baku mutu air laut untuk biota laut berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 (b) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami

(c) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

(d) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman

Jan Peb Mar April Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Rerata 350.1 397.8 153.2 88.4 87.3 64.1 36.8 30.8 46.5 79.3 109.4 195.8 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 C u ra h h u ja n ( m m ) Bulan

46

Berdasarkan data hasil analisis parameter lingkungan maka parameter suhu, pH, salinitas, DO dan BOD5 masih berada diambang baku mutu sesuai dengan Kepmen LH No. 51 tahun 2004, sedangkan nilai parameter fosfat dan nitrat untuk semua lokasi stasiun pengamatan lebih tinggi dari baku mutu.

Gambar 28. Lokasi pengambilan sampel parameter lingkungan di Pulau Pramuka, TN Kepulauan Seribu.

Nilai parameter fosfat untuk semua stasiun pengamatan lebih besar dibandingkan baku mutu (0.0015 mg/l). Nilai parameter fosfat tertinggi ditemukan pada Stasiun 4 (0.095 mg/l) dan terendah pada Stasiun 5 (0.064 mg/l). Demikian juga halnya dengan nilai parameter nitrat, dimana nilainya lebih tinggi

dari nilai baku mutu (0.008 mg/l). Nilai parameter nitrat tertinggi ditemukan pada Stasiun 2 (0.539 mg/l) dan terendah pada Stasiun 5 (0.035 mg/l).

Tingginya nilai kandungan nitrat dan fosfat pada perairan terumbu karang di Pulau Pramuka diduga karena pengaruh buangan limbah dari limbah domestik.

Kandungan nitrat berlebihan di suatu perairan diduga akan mempengaruhi reproduksi karang (Koop et al. 2001). Kandungan fosfor yang berlebihan disertai dengan keberadaan nitrogen akan memacu pertumbuhan alga sehingga terbentuk lapisan yang dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari (Effendi 2003), sedangkan menurut Koop (2001) menyatakan bahwa penambahan kadar nutrient antara nitrat dan fosfat meningkatkan sitasan karang.

Sampel parameter BOD5 diambil pada 15 titik yang terdiri dari 5 titik di sekitar terumbu karang (Stasiun 1, Stasiun 2, Stasiun 3, Stasiun 4 dan Stasiun 5), 6 titik di perairan pantai dekat buangan limbah domestik penduduk (Stasiun A, Stasiun C, Stasiun D, Stasiun E, Stasiun G dan Stasiun I) dan 4 titik di lokasi buangan limbah domestik penduduk (Stasiun B, Stasiun F, Stasiun H dan Stasiun J) seperti terlihat pada Tabel 7.

Nilai BOD di perairan yang tertinggi ditemukan di sekitar pelabuhan perikanan sebesar 8.95 mg/l. Tingginya nilai BOD tersebut diduga berasal dari limbah aktifitas pelabuhan perikanan. Nilai BOD terendah di sekitar perairan pantai ditemukan pada Stasiun C dimana hanya ditemukan 1 saluran buangan limbah yang langsung ke perairan, sedangkan untuk perairan pantai lainnya (Stasiun D, Stasiun E, Stasiun G dan Stasiun I) nilai BOD relatif lebih tinggi. Hal ini diduga disebabkan banyaknya saluran buangan limbah domestik yang langsung dibuang ke perairan. Nilai BOD di perairan pantai Pulau Pramuka secara keseluruhan masih berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, yaitu kurang dari 20 mg/l untuk biota laut.

Nilai BOD dari limbah domestik tertinggi ditemukan pada Stasiun B yaitu terletak di sebuah fasilitas penginapan, sedangkan nilai BOD terendah ditemukan di Stasiun F sebesar 1.35 mg/l. Nilai BOD yang berasal dari limbah domestik di Pulau Pramuka masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup yaitu kurang dari 100 mg/l.

48

Tabel 7. Hasil pengamatan parameter BOD5 di Pulau Pramuka, TN. Kepulauan Seribu.

Stasiun pengamatan BOD5 (mg/l) Keterangan

Stasiun A 8.95* Pelabuhan perikanan

Stasiun B 8.50** Lokasi buangan limbah penginapan

Stasiun C 1.65* Perairan pantai di sekitar buangan limbah domestik Stasiun D 5.45* Perairan pantai di sekitar buangan limbah domestik Stasiun E 2.65* Perairan pantai di sekitar buangan limbah domestik Stasiun F 1.35** Lokasi buangan limbah rumah tangga

Stasiun G 7.05* Perairan pantai di sekitar buangan limbah domestik Stasiun H 5.30** Lokasi buangan limbah rumah tangga

Stasiun I 6.95* Perairan pantai di sekitar buangan limbah domestik Stasiun J 1.75** Lokasi buangan limbah penginapan

Sumber : Data hasil pengamatan Keterangan :

* Baku mutu parameter BOD5 air laut maksimal 20 mg/l untuk untuk biota laut berdasarkan

Kepmen LH No. 51 tahun 2004

** Baku mutu parameter BOD5 maksimal 100 mg/l untuk untuk air limbah domestik

berdasarkan Kepmen LH No. 112 tahun 2003 dan maksimal 75 mg/l untuk air limbah rumah tangga berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 122 tahun 2005

Perhitungan nilai BOD inisial yang digunakan dalam model dihitung berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 6 seperti terlihat pada Lampiran 19. Rerata nilai BOD yang dihasilkan oleh setiap orang adalah sebesar 0.99 mg/l. BOD inisial merupakan penjumlahan dari BODPP (BOD point source pollution) dan BODNPP (BOD non-point source pollution). Nilai BODPP bulan Mei 2012 diperoleh sebesar 44 666.82 mg/l dan hanya sejumlah 32% yaitu 14 293.3824 mg/l yang dibuang langsung ke perairan. BODNPP dihitung dari limbah pelabuhan pelabuhan, baik pelabuhan perikanan dan pelabuhan penyeberangan antar pulau dan penyeberangan dari Jakarta dan Pulau Pramuka. Berdasarkan hasil perhitungan maka BODNPP yang dihasilkan bulan Mei 2012 sejumlah 118.13 mg/l. BOD inisial total yang digunakan dalam model adalah sebesar 14 411.52 mg/l.

Berdasarkan hasil kuesioner terhadap masyarakat maka rerata jumlah air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah sebesar 49.75 liter/orang/hari dan jumlah air limbah yang dihasilkan adalah sebesar 42% dari jumlah air bersih yang digunakan. Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001 tentang pedoman penentuan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum maka air bersih minimal yang dibutuhkan untuk perumahan sebesar 30-50 liter per

orang setiap hari. Pemenuhan kebutuhan air bersih di Pulau Pramuka sudah sesuai dengan kebutuhan minimal air bersih yang ditetapkan.

Sub-model lingkungan perairan digunakan untuk menghitung jumlah limbah BOD yang dibuang langsung ke perairan, baik yang berasal dari limbah domestik (point source pollution) maupun dari kegiatan pelabuhan (non-point source pollution). Berdasarkan persepsi masyarakat maka sejumlah 32% air limbah domestik masyarakat (PPR), yang berupa limbah organik, dibuang langsung ke perairan dan sisanya sejumlah 68% diendapkan di sekitar pemukiman. Limbah BOD yang dihasilkan berasal dari buangan domestik masyarakat dan wisatawan (PP). Limbah yang berasal dari kegiatan pelabuhan (NPP) dipengaruhi oleh curah hujan (RPP) dan terbuang langsung ke perairan. Sub-model lingkungan perairan dapat dilihat pada Gambar 28 dan nilai variabel model dapat dilihat pada Lampiran 25.

Gambar 29. Sub-model lingkungan perairan (modifikasi dari Chang et al. 2008).

Variabel pengolahan air limbah (WPC) merupakan upaya pengolahan air limbah sebelum dibuang langsung ke perairan. Kualitas perairan menurut valuasi wisatawan dihitung dalam variabel WQ yang akan mempengaruhi valuasi ekonomi wisatawan terhadap keseluruhan sumberdaya terumbu karang di Pulau

~ WQ 2 TOURIST ~ WQ 1 ~ RPP Limbah INFLOW1 DISP ~ WQ 3 WPC ~ WQ 4 ~ WQ 5 Penduduk NPP PPR PP NP Limbah 1 Limbah 2 Limbah 3 Limbah 4 Limbah 5

50

Pramuka. Diasumsikan limbah yang dibuang langsung ke perairan tersebar secara merata di seluruh perairan Pulau Pramuka (Limbah_1, Limbah_2, Limbah_3, Limbah_4 dan Limbah_5).

Limbah yang dibuang langsung ke perairan diasumsikan menyebar merata di seluruh perairan Pulau Pramuka. Masing-masing stasiun akan mandapat beban 1/5 dari total limbah. Limbah yang dibuang pada masing-masing stasiun dihitung kualitas perairannya berdasarkan persepsi wisatawan menggunakan variabel WQ (Chang et al. 2008) berupa grafik seperti terlihat pada Gambar 29.

Gambar 30. Grafik variabel WQ untuk menilai kualitas perairan berdasarkan persepsi wisatawan.

Berdasarkan kuesioner terhadap wisatawan tentang kualitas perairan di Pulau Pramuka maka nilai rerata kualitas perairan adalah sebesar 53% dimana nilai tersebut setara dengan nilai kualitas air sebenarnya berdasarkan kandungan BOD perairan sebesar 2 882.304 mg/l. Berdasarkan perhitungan tersebut maka grafik nilai kualitas perairan pada Gambar 29 disesuaikan dengan kondisi sebenarnya.

4.1.3 Sub-model Sosial Ekonomi

Dokumen terkait