• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II. LANDASAN TEORI

II.3. Analisis Pareto ABC (Always Better Control)

Salah satu teknik menyusun data sesuai prioritas dan golongannya

ke sebuah framework penyelesaian masalah adalah analisis Pareto.

Analisis ini merupakan suatu cara yang mudah dipelajari, mudah

dimengerti, dan sangat efektif hasilnya (Oakland, 2008).

Analisis Pareto ABC adalah metode yang sangat berguna untuk

melakukan pemilihan, penyediaan, manajemen distribusi, dan promosi

penggunaan obat yang rasional. Terkait dengan pemilihan obat, evaluasi

obat kelompok A menjelaskan tentang item obat yang paling banyak

digunakan (Quick et al, 1997).

14

yang efektif. Salah satu keuntungan dalam menggunakan analisis Pareto

adalah memperbaiki pembuatan keputusan. Individu yang melakukan

analisis Pareto dapat mengukur dan membandingkan pengaruh dari

perubahan yang terjadi. Dengan berfokus pada penyelesaian masalah,

prosedur dan proses dibutuhkan untuk membuat perubahan yang

terdokumentasi selama analisis Pareto. Dokumentasi ini akan

menghasilkan persiapan dan meningkatkan hasil pembuatan keputusan

pada perubahan yang akan datang (Anonim, 2005). Keuntungan lain yang

didapat dari penggunaan analisis ini adalah (Drug and Therapeutics

Committees, 2003) :

1. Menunjukkan penggunaan item yang tinggi dalam list atau

persediaan. Informasi ini dapat digunakan untuk pemilihan obat

dengan lebih efektif, mengidentifikasi kesempatan untuk

pergantian item obat, negosiasi harga lebih rendah dengan

distributor.

2. Mengukur jumlah konsumsi obat yang dibutuhkan untuk kesehatan

publik dan mengidentifikasi penggunaan obat yang tidak rasional.

3. Mengidentifikasi pembelian untuk item yang tidak terdapat dalam

daftar obat esensial di rumah sakit.

Analisis ini terbagi mengenai tiga kelas yaitu (Quick,1997) :

1. A (Always)

Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam

pengadaannya. Persentase kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A

tersebut menunjukkan 10%-20% macam persediaan memiliki

15

...(2.1)

70%-80% dari total biaya persediaan. Hal ini berarti persediaan

memiliki nilai jual yang tinggi sehingga memerlukan pengawasan

ekstra dan pengendalian yang harus baik.

2. B (Better)

Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana

10-15% dari keseluruhan anggaran obat. Persentase kumulatifnya

antara 80-95%.

3. C (Control)

Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun

jumlah obat sangat banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat

selalu tersedia maka pengendalian pada tingkat ini tidak begitu

berat. Persentase kumulatifnya antara 95%-100%

Metode ini dilakukan dengan memperhatikan 3 hal, yaitu (Harjono, 2011):

1. Analisis Nilai Pakai

Nilai pakai didapat dari jumlah pemakaian dalam satu periode,

kemudian diurutkan dari jumlah pemakaian tertinggi hingga

jumlah pemakaian terendah. Setelah data item terurut, kemudian

dihitung persentase pemakaiannya dengan perhitungan berikut :

�� � � ��� � � � =.

∑�

� %

Keterangan :

x : jumlah pemakaian obat (per item/tahun)

∑x : jumlah pemakaian obat seluruhnya dalam 1 tahun

Setelah itu, dibuat klasifikasi sediaan sesuai jumlah pemakainnya

menjadi kelompok A

NP

, B

NP

, dan C

NP

berdasarkan persentase

16

...(2.3)

kumulatif 80%, 15%, dan 5%.

2. Analisis Nilai Investasi

Dalam analisis ini juga dilakukan pengelompokan berdasarkan

persentase kumulatif, sama seperti pada analisis nilai pakai tetapi

sebelumnya jumlah pemakaian item obat dikalikan dengan harga

satuannya. Nilai investasi didapat dengan mengalikan jumlah

pemakaian dengan harga satuannya. Perhitungan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

x = n x hi

Keterangan :

x : jumlah investasi per item obat selama setahun

n : jumlah pemakaian per item obat selama setahun

hi : harga satuan per item obat

Setelah didapat jumlah investasi per item obat selama setahun

kemudian diurutkan dari jumlah investasi tertimggi hingga jumlah

investasi terendah. Kemudian, dihitung persentase investasi per

item obat dengan perhitungan sebagai berikut :

�� � � �� � � = .

∑�

� %

Keterangan :

x : jumlah investasi per item obat dalam setahun

∑x : jumlah investasi seluruh obat dalam setahun

Dari persentase investasi yang didapat akan dihitung persentase

kumulatifnya, kemudian dikelompokkan dalam A

NI

, B

NI

, dan C

NI

.

Kelompok A

NI

merupakan obat yang memiliki persentase

17

...(2.4)

kumulatif 80%, kelompok B

NI

merupakan obat yang memiliki

persentase kumulatif 15% sedangkan kelompok C

NI

merupakan

obat yang memiliki persentase kumulatif 5%.

3. Analisis Nilai Indeks Kritis

Analisis ini dilakukan dengan menggabungkan hasil analisis nilai

pakai dan nilai investasi. Hasil analisis nilai pakai dan nilai

investasi yang telah dikelompokan menjadi A

NP

, B

NP

,C

NP,

A

NI

, B

NI

,

dan C

NI

diberi skor masing. Setelah diberi skor

masing-masing, nilai indeks kritis dapat dihitung dengan perhitungan

sebagai berikut :

Nilai Indeks Kritis = Skor Nilai Pakai + Skor Nilai Investasi

Sebagai contoh, untuk nilai pakai dan nilai investasi dengan skor A

dikonversikan menjadi 3, B menjadi 2, dan C menjadi 1, jadi

interval skor yang didapat adalah 2-6. Sediaan akan dikategorikan

menjadi 3 kelompok, sehingga perlu dilakukan perhitungan

interval untuk masing-masing kelompok dengan cara berikut :

� � � � = .

+ −( + )

� � � � �

Keterangan :

X1 : nilai tertinggi dari skor pareto nilai pakai

Y1 : nilai tertinggi dari skor pareto nilai investasi

X2 : nilai terendah dari skor pareto nilai pakai

Y2 : nilai terendah dari skor pareto nilai investasi

Jadi interval skor yang diperoleh adalah :

� =.6−2

3 =

4

3= 1,33

18

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka sediaan dengan skor

2-3,33 masuk dalam kelompok C

NIK

, sediaan dengan skor lebih dari

3,33-4,66 masuk dalam kelompok B

NIK

, dan sediaan dengan skor

lebih besar dari 4,66-6 masuk dalam kelompok A

NIK

.

Berikut ini merupakan contoh perhitungan dengan menggunakan analisis

Pareto ABC.

Tabel 2.2 Daftar Pemakaian Sediaan di Apotek

Nama Obat Jumlah (butir) Harga Satuan (Rp)

Valisanbe 2mg Tab 430 396

Zolastin® 1mg Tab 0 0

Valisanbe® 5mg Tab 60 24

Luminal 30 mg 208 195

Zyparon® 0 0

Dari tabel 2.2, diketahui jumlah pemakaian dan harga satuan dari

masing-masing sediaan. Maka penyelesaian dengan Pareto ABC adalah sebagai

berikut :

Langkah pertama, menghitung nilai pakai dengan mengurutkan jumlah

pemakaian dari jumlah pemakaian paling banyak ke jumlah paling sedikit,

kemudian dihitung persentase nilai pakainya.Setelah diketahui persentase

nilai pakai, maka dihitung persentase kumulatifnya, kemudian diberi skor

untuk masing-masing sediaan.

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Nilai Pakai

Nama Obat Jumlah

(butir) %NP %Kumulatif Pareto Valisanbe® 2mg Tab 430 61,60 61,60 A Luminal 30 mg 208 29,80 91,40 B Valisanbe® 5mg Tab 60 8,60 100,00 C

Zyparon® 0 0,00 100,00 C

Zolastin® 1mg Tab 0 0,00 100,00 C

Langkah kedua, menghitung nilai investasi dari sediaan dengan

mengalikan jumlah pemakaian dengan hargasatuan kemudian diurutkan

19

dari nilai terbesar ke nilai terkecil. Kemudian hitung persentase nilai

investasinya. Selanjutnya, setelah diketahui persentase nilai investasi,

dihitung persentase kumulatifnya untuk kemudian diberi skor.

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Nilai Investasi

Nama Obat Jumlah (butir) Hrg Satuan (Rp) Total Harga (Rp) %NI %Kumu latif Paret o Luminal 30 mg 208 396 82368 78,91 78,91 A Valisanbe® 5mg Tab 60 195 11700 11,21 90,11 B Valisanbe® 2mg Tab 430 24 10320 9,89 100,00 C Zyparon® 0 0 0 0,00 100,00 C Zolastin® 1mg Tab 0 0 0 0,00 100,00 C

Langkah terakhir, menghitung nilai indeks kritis untuk masing-masing

sediaan, yaitu dengan menjumlahkan bobot skor dari nilai pakai dan nilai

investasi masing-masing sediaan. Selanjutnya, setiap sediaan diberi skor

lagi dengan skor 2-3,33 masuk dalam kelompok C

NIK

, sediaan dengan skor

lebih dari 3,33-4,66 masuk dalam kelompok B

NIK

, dan sediaan dengan skor

lebih besar dari 4,66-6 masuk dalam kelompok A

NIK

.

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kritis

Nama Obat NP NI NIK Pareto

Luminal 30 mg B A 5 A

Valisanbe® 2mg Tab A C 4 B

Valisanbe® 5mg Tab C B 3 C

Zyparon® C C 2 C

Zolastin® 1mg Tab C C 2 C

Pada tabel 2.5, Luminal 30mg termasuk ke dalam kelompok A yang

memiliki prioritas tinggi, maka investasi sebesar 80% dari alokasi biaya

pengadaan obat diperuntukkan kelompok ini. Hal ini dikarenakan item

obat yang masuk ke dalam kelompok A memiliki nilai pakai dan nilai

investasi yang paling tinggi. Untuk kelompok B dan C terdapat

pertimbangan yang harus dilakukan dalam pengadaanya, seperti prioritas

yang dimiliki obat serta besarnya biaya yang ada. Misalnya, Valisanbe

®

20

2mg memiliki nilai pakai yang tinggi namun rendah di nilai investasinya,

obat ini dapat diadakan karena memiliki nilai pakai yang tinggi. Untuk

item-item obat yang ada di kelompok C dengan jumlah pemakaian rendah,

lebih baik diadakan secara just in time, karena memiliki nilai pakai dan

nilai investasi yang rendah.

Dokumen terkait