• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem pendukung pengambilan keputusan pengadaan obat menggunakan model analisis Pareto ABC dan optimasi kualitatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem pendukung pengambilan keputusan pengadaan obat menggunakan model analisis Pareto ABC dan optimasi kualitatif."

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

i

SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENGADAAN OBAT MENGGUNAKAN MODEL

ANALISIS PARETO ABC DAN OPTIMASI KUALITATIF

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

Ancelmatini Nurwulandari

085314066

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(2)

ii

DECISION SUPPORT SYSTEM

OF DRUG SUPPLY MANAGEMENT USING PARETO ABC ANALYSIS

AND QUALITATIVE OPTIMIZATION MODEL

A Thesis

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering Department

By :

Ancelmatini Nurwulandari

085314066

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Jalan hidupku tak selalu tanpa kabut yang pekat

Namun kasihmu nyata padaku pada waktumu yang tepat

Seperti pelangi sehabis hujan, itulah janji setiaMu Tuhan

Di balik dukaku telah menanti, harta yang tak ternilai dan abadi

Pelangi Sehabis Hujan, by : Nikita

Ku Persembahkan untuk :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria,

Keluarga Tercinta, Dosen Pembimbing, Kekasih dan Teman-teman

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Selama ini pengelola apotek sering mengalami kesulitan dalam mengambil

keputusan untuk pengadaan obat. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa

faktor yang harus dipertimbangkan oleh pengelola apotek yaitu jumlah

pemakaian, jumlah investasi, indeks kritis, dan alokasi biaya. Permasalahan lain

yang muncul adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencari rekomendasi sangat

lama. Hal ini disebabkan karena jumlah data pemakaian sediaan yang banyak dan

proses pencarian rekomendasi masih dilakukan secara manual dengan bantuan

lembar kerja (

spreadsheet

).

Tugas akhir ini dibuat untuk mengembangkan sistem pendukung

pengambilan keputusan pengadaan obat yang dapat memberikan rekomendasi

pengadaan obat kepada pengelola apotek berdasarkan hasil analisis nilai pakai,

nilai investasi, nilai indeks kritis, dan alokasi biaya. Sistem pendukung

pengambilan keputusan ini dibuat dalam bentuk aplikasi desktop menggunakan

bahasa pemrograman Java dan

Database Management System

MySQL. Model

yang digunakan adalah metode analisis Pareto ABC dan optimasi kualitatif.

Berdasar hasil dari uji coba kepada pengguna, sistem pendukung

pengambilan keputusan ini berhasil memberikan rekomendasi untuk pengambilan

(8)

viii

ABSTRACT

Nowdays, the drugstore manager have problems in making decision of

drug supply. This is caused by some factors that should be considered by

drugstore manager, i.e. the number of used item, the amount of invesment,

critical index, as well as budget allocation. In addition, the proccess to get the

recommendation needs time due to the number of data that should be calculated

using spreadsheet.

This thesis aims to develop a decission support system that is able to give

recommendations of drug supply for drugstore manager, considering the number

of used item, the amount of invesment, critical index, as well as budget

allocation. This decision support system was developed in the form of desktop

application using Java programming language and MySQL Database Management

System. The model applied in this system is the combination of Pareto ABC

analysis and qualitative optimization.

Based on user testing result, this decision support system is successful in

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir yang berjudul “Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pengadaan

Obat Menggunakan Model Pareto ABC dan Optimasi Kualitatif” dan penulis

selalu diberi kekuatan untuk berkembang dan menjadi lebih. Tugas akhir ini

ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana komputer program studi

Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut memberikan

dukungan, semangat dan bantuan sehingga selesainya skripsi ini :

1.

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan semuanya

sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

2.

Ibu P. H. Prima Rosa, S. Si., M. Sc. Selaku dosen pembimbing atas

kesabaran, bimbingan, waktu, saran dan terlebih atas dukungan yang

diberikan.

3.

Bapak Drs. J. Eka Priyatma, M. Sc., Ph. D. dan Ibu AM. Polina, S. Kom.,

M. Sc. selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan.

4.

Bapak Ipang Djunarko, S. Si., Apt.

Y

yang telah memberikan ijin untuk

penulis mengadakan penelitian di Apotek Pendidikan Sanata Dharma.

5.

Kedua orang tua tercinta, Bapak Vincentius Purnama W dan Ibu Yustina

Sumartini, atas kasih sayang, semangat, dan dukungan yang tak

henti-hentinya diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6.

Segenap keluarga yang telah memberikan semangat, perhatian, dan doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

7.

Benediktus Fandy Yulian Tri Kristianto, yang selalu menyemangati dan

menghibur ketika penulis dalam kesulitan, dan juga terimakasih untuk

doanya.

8.

Sahabat dan teman-teman, Elisabeth Gadis, Fransiska Yuliani Ika,

Fransisca Endar, Emiliana Suci, Valentina Dian, dan teman-teman

seperjuangan atas canda tawa dan semangat selama penulis menyelesaikan

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN JUDUL INGGRIS... ii

HALAMAN PERSETUJUAN...

iii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vi

ABSTRAK...

vii

ABSTRACT... ... viii

PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix

KATA PENGANTAR... ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL...x vii

DAFTAR GAMBAR... xx

Bab I. PENDAHULUAN... 1

I.1.

Latar Belakang ... 1

I.2.

Rumusan Masalah ... 2

I.3.

Tujuan ... 2

I.4.

Batasan Masalah ... 3

I.5.

Metodologi Penelitian... 3

I.6.

Sistematika Penulisan ... 4

Bab II. LANDASAN TEORI... 6

(13)

xiii

II.2.

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan ... 7

II.2.1 Pengertian SPPK... 7

II.2.2 Komponen SPPK... 7

II.3.

Analisis Pareto ABC

(Always Better Control)

...13

II.4.

Optimasi Kualitatif...

20

II.5.

Just In Time Management

...

21

Bab III. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM... 23

III.1.

Analisis Sistem ... 23

III.1.1 Gambaran umum sistem lama... 23

III.1.2 Fase Definisi Ruang Lingkup... 23

III.1.3 Analisis Masalah... 24

III.1.4 Gambaran Umum Sistem Baru... 25

III.1.4.1 Data awal... 25

III.1.4.2 Input sistem... 26

III.1.4.3 Output sistem... 26

III.1.5 Analisis Kebutuhan... 27

III.1.5.1 Pihak yang terlibat dalam sistem... 27

III.1.5.2

Use-case Diagram

... 27

III.1.5.3 Ringkasan

use-case

... 28

III.1.5.4 Narasi

use-case

... 28

III.2.

Perancangan Sistem ... 28

III.2.1 Perancangan Logikal... 28

III.2.1.1 Diagram Aktivitas... 28

(14)

xiv

III.2.1.2.1Perancangan Konseptual Basis Data... 29

III.2.1.2.2 Perancangan Basis Data... 30

III.2.1.3 Perancangan Subsistem Manajemen Model... 30

III.2.1.4 Model Analisis... 45

III.2.1.4.1Model Analisis

Use-case

Input File Pemakaian

Sediaan... 45

III.2.1.4.2Model Analisis

Use-case

Input

Alokasi Biaya... 46

III.2.1.4.3Model Analisis

Use-case

Input

Skor Pareto... 47

III.2.1.4.4Model Analisis

Use-case

Analisis Pareto ABC... 48

III.2.1.4.5Model Analisis

Use-case

Mencari Rekomendasi... 49

III.2.1.5 Diagram Kelas Analisis... 52

III.2.1.6 Perancangan Detil Kelas... 53

III.2.2 Perancangan Fisikal... 62

III.2.2.1 Perancangan Subsistem Manajemen Dialog... 62

III.2.2.2 Perancangan Fisikal Basis Data... 66

Bab IV. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS HASIL... 68

IV.1.

Implementasi ... 68

IV.I.1.

Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak... 68

IV.I.2.

Implementasi Data ... 68

(15)

xv

IV.I.4.

Implementasi Antar Muka ... 69

IV.1.4.1Tampilan Halaman Menu Utama... 69

IV.1.4.2Tampilan Halaman Input Data... 70

IV.1.4.2.1Tampilan Halaman Input File... 70

IV.1.4.2.2Tampilan Halaman Input Biaya... 71

IV.1.4.2.3Tampilan Halaman Input Skor Pareto... 72

IV.1.4.3Tampilan Halaman Analisis Pareto ABC ... 72

IV.1.4.4Tampilan Halaman Rekomendasi ... 73

IV.2.

Analisis Hasil ... 75

IV.2.1.

Pengujian Validitas Program

... 75

IV.2.1.1Pengujian Validitas Hasil Analisis Pareto ABC... 75

IV.2.1.1.1Analisis nilai pakai... 75

IV.2.1.1.2Analisis nilai investasi... 79

IV.2.1.1.3Analisis nilai indeks kritis... 83

IV.2.1.1Pengujian Validitas Hasil Cari Rekomendasi... 88

IV.2.2.

Kelebihan Sistem...

96

IV.2.3.

Pengujian Pengguna...

96

Bab V. KESIMPULAN DAN SARAN... 98

V.1 Kesimpulan ... 98

V.2 Saran ...

... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN ... 101

Lampiran 1 Narasi

Use-case

... 101

(16)

xvi

Lampiran 3 Data Pemakaian Sediaan... 108

Lampiran 4 Listing Program...

112

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel jenis-jenis model SPPK... 10

Tabel 2.2 Daftar Pemakaian Sediaan di Apotek... 18

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Nilai Pakai... 18

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Nilai Investasi... 19

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kritis... 19

Tabel 3.1 Tabel analisis sebab akibat... 24

Tabel 3.2 Data Atribut... ... 26

Tabel 3.3 Ringkasan

use-case

Apoteker... 28

Tabel 3.4 Data sampel pemakaian sediaan farmasi... 32

Tabel 3.5 Data berdasarkan jumlah pemakaian... 33

Tabel 3.6 Data hasil analisis nilai pakai... 34

Tabel 3.7 Data berdasarkan jumlah investasi... 35

Tabel 3.8 Data hasil analisis nilai investasi... 37

Tabel 3.9 Data hasil analisis nilai indeks kritis... 39

Tabel 3.10 Data hasil rekomendasi alternatif 1... 40

Tabel 3.11 Data hasil rekomendasi alternatif 2... 42

Tabel 3.12 Data hasil rekomendasi alternatif 3... 44

Tabel 3.13 Tabel kelas analisis input file pemakaian sediaan... 45

Tabel 3.14 Tabel kelas analisis input alokasi biaya... 47

Tabel 3.15 Tabel kelas analisis input skor pareto... 48

Tabel 3.16 Tabel kelas analisis analisis pareto abc... 49

(18)

xviii

Tabel 3.18 Kelas interface homeForm... 53

Tabel 3.19 Kelas interface inputFileForm... 53

Tabel 3.20 Kelas interface inputBiayaForm... 54

Tabel 3.21 Kelas interface inputSkorForm... 54

Tabel 3.22 Kelas interface analisisForm... 55

Tabel 3.23 Kelas interface rekomendasiForm... 56

Tabel 3.24 Kelas Controller databaseConnection... 58

Tabel 3.25 Kelas Entity Obat... 58

Tabel 3.26 Kelas Entity Biaya... 59

Tabel 3.27 Kelas Contoller analisisPareto... 59

Tabel 3.28 Kelas Entity chart... 60

Tabel 3.29 Kelas Controller cariRekomendasi... 61

Tabel 3.30 Tabel Obat... 66

Tabel 3.31 Tabel nilai_pakai...66

Tabel 3.32 Tabel nilai_investasi... 66

Tabel 3.33 Tabel nilai_indeks_kritis...66

Tabel 3.34 Tabel hasil_rekomendasi... 67

Tabel 3.35 Tabel kelas_pareto_np... 67

Tabel 3.38 Tabel kelas_pareto_ni... 67

Tabel 3.39 Tabel kelas_pareto_nik... 67

Tabel 4.1 Tabel implementasi file...

69

Tabel 4.2 Hasil pengujian validitas analisis nilai pakai... 75

Tabel 4.3 Hasil pengujian validitas analisis nilai investasi... 79

(19)

xix

Tabel 4.5 Hasil pengujian validitas pencarian rekomendasi... 88

Tabel 4.6 Hasil pengujian validitas perhitungan biaya... 95

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen SPPK (Turban, 19995:88)... 13

Gambar 3.1 Diagram Konteks Sistem Baru... 25

Gambar 3.2

Use case

Apoteker Pengelola... 27

Gambar 3.3 Diagram ER...

29

Gambar 3.4 Rancangan Logikal Basis Data... 30

Gambar 3.5 Alur kerja sistem... 31

Gambar 3.6 Model analisis input file pemakaian sediaan...

45

Gambar 3.7 Diagram sekuensial input file pemakaian sediaan... 46

Gambar 3.8 Gambar model analisis input alokasi biaya... 46

Gambar 3.9 Diagram sekuensial input alokasi biaya... 47

Gambar 3.10 Model analisis input skor Pareto... 47

Gambar 3.11 Diagram sekuensial input skor Pareto... 48

Gambar 3.12 Model analisis analisis Pareto ABC... 48

Gambar 3.13 Diagram sekuensial analisis Pareto ABC... 49

Gambar 3.14 Model analisis mencari rekomendasi... 50

Gambar 3.15 Diagram sekuensial mencari rekomendasi... 51

Gambar 3.16 Diagram Kelas... 52

Gambar 3.17 Rancangan Halaman Menu Utama... 63

Gambar 3.18 Rancangan Halaman Input File... 63

Gambar 3.19 Rancangan Halaman Input Biaya... 63

Gambar 3.20 Rancangan Halaman Input Skor Pareto... 64

(21)

xxi

Gambar 3.22 Rancangan Halaman Grafik... 61

Gambar 3.23 Rancangan Halaman Rekomendasi... 65

Gambar 3.24 Rancangan Halaman Input Maksimum Selisih... 65

Gambar 4.1 Tampilan Halaman Menu Utama... 70

Gambar 4.2 Tampilan Halaman Input File... 71

Gambar 4.3 Tampilan Halaman Input Biaya... 71

Gambar 4.4 Tampilan Halaman Input Skor Pareto... 72

Gambar 4.5 Tampilan Halaman Analisis Pareto ABC... 73

Gambar 4.6 Tampilan Halaman Cari Rekomendasi... 74

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak persaingan di dunia bisnis,

termasuk apotek. Hal ini menuntut pengelola apotek untuk menemukan strategi

dalam memberikan pelayanan pasien secara efektif dan efisien. Oleh karena itu,

diperlukan suatu metode untuk melakukan manajemen persediaan yang baik.

Manajemen persediaan adalah

suatu cara mengendalikan persediaan agar dapat

melakukan pemesanan yang tepat yaitu dengan biaya yang optimal

(Dwiningsih,

2009).

Salah satu cara untuk perencanaan sediaan adalah dengan metode Pareto

ABC. Pareto ABC digunakan untuk mengetahui prioritas item yang digunakan di

apotek yaitu dengan melihat persentase kumulatif dari jumlah pemakaian (nilai

pakai), persentase kumulatif dari jumlah investasi (nilai investasi), dan skor total

nilai pakai dan nilai investasi (nilai indeks kritis). Dalam metode ini, item obat

dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan persentase kumulatif dari nilai

pakai dan nilai investasi, yaitu 80% untuk kelompok A, 15% untuk kelompok B,

dan 5% untuk kelompok C. Item prioritas merupakan item kelompok A yang

menghabiskan biaya sebesar 80% dari total biaya persediaan (Zulkarijah, 2005).

Analisis ini adalah metode yang sangat berguna untuk melakukan

pemilihan, penyediaan, manajemen distribusi, dan promosi penggunaan obat yang

rasional. Selain itu, metode ini juga membantu untuk mengidentifikasi biaya yang

(23)

2

atau jarang digunakan (Quick

et al

, 1997).

Proses analisis ini masih dapat dilakukan secara manual ketika data sediaan

yang akan diolah masih dalam jumlah sedikit. Jika data sediaan dalam jumlah

yang banyak, tentu membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak.

Permasalahan lain muncul ketika pengelola kurang tepat memberikan skor untuk

nilai pakai pakai atau nilai investasi. Akibatnya, hasil perhitungan yang kurang

tepat itu mengakibatkan hasil akhir nilai indeks kritis kurang tepat sehingga

rekomendasi untuk pengadaan obat juga kurang akurat.

Untuk mengatasi permasalahan di atas maka dibutuhkan sebuah sistem

pendukung pengambilan keputusan yang bertujuan untuk memberikan

rekomendasi kelompok obat yang akan dibeli dengan menggunakan metode

analisis Pareto ABC dan optimasi kualitatif sehingga pengadaan obat dapat

dilakukan dengan lebih baik.

I.2.

Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, masalah yang diangkat adalah apakah sistem pendukung

pengambilan keputusan pengadaan obat dapat meningkatkan efektivitas proses

pengambilan keputusan pengadaan obat di apotek Sanata Dharma.

I.3.

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tugas akhir ini adalah

menghasilkan sistem pendukung pengambilan keputusan dengan menggunakan

Pareto ABC dan optimasi kualitatif, yang dapat membantu apoteker pengelola

(24)

3

I.4.

Batasan Masalah

1.

Data yang digunakan adalah data sediaan obat di Apotek Pendidikan

Sanata Dharma pada tahun 2011.

2.

Metode yang diterapkan adalah Analisis Pareto ABC dan Optimasi

Kualitatif.

3.

File masukan berupa file dengan format .

xls

atau

.xlsx

4.

Atribut-atribut yang akan dipilih adalah : kode obat, nama obat, jumlah

pemakaian, dan harga satuan.

5.

Penilaian prioritas item dibagi menjadi 3, yaitu A, B, dan C.

I.5.

Metodologi Penelitian

Langkah-langlah dalam metodologi penelitian meliputi :

1.

Analisis Sistem

Analisis sistem meliputi hal-hal apa saja yang harus dilakukan oleh sistem

dan batasan pengembangannya.

2.

Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem ini menggunakan metode

Framework for the

Application of Sistem Thinking

(FAST) yang meliputi :

a.

Scope Definition Phase

Tahap definisi ruang lingkup yang merupakan tahap penentuan

kelayakan dan batasan-batasan dari sistem yang akan dibangun.

Hasil dari tahap ini adalah pernyataan masalah yang dihadapi.

b.

Problem Analysis Phase

Tahap analisis masalah yang merupakan tahap analisa terhadap

(25)

4

sistem informasi. Tahap ini akan menghasilkan analisa

sebab-akibat (

cause-effect analysis

).

c.

Requirement Analysis Phase

Tahap analisis kebutuhan merupakan tahap pengumpulan data akan

kebutuhan sistem dan menganalisanya. Hasil dari tahap ini

dipresentasikan dengan

use-case

diagram.

d.

Logical and Physical Design

Tahap perancangan logikal dan perancangan fisikal yang

merupakan tahap pembuatan rancangan sistem secara logikal dan

fisikal, meliputi perancangan subsistem manajemen data, subsistem

manajemen model dan subsistem manajemen dialog.

e.

Contruction and Testing

Tahap ini merupakan tahap pembuatan dan implementasi sistem

dari perancangan sistem serta melakukan pengujian meliputi

keakuratan hasil pengelompokan dengan perhitungan manual,

unjuk kerja, uji masukan dan keluaran dari sistem.

3.

Evaluasi Sistem

Evaluasi sistem merupakan pengujian sistem terhadap keinginan

pengguna.

I.6.

Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini memberikan gamabaran umum mengenai sistem pendukung

pengambilan keputusan pengadaan obat untuk apotek. Di dalam bab ini

(26)

5

tujuan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang dasar teori yang mendukung pembuatan tugas

akhir ini. Dasar teori berisi manajemen persediaan dan teori-teori lain

yang digunakan dalam perancangan dan pengimplementasian sistem

pendukung pengambilan keputusan pengadaan obat.

BAB III. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi uraian mengenai tahap analisis sistem, tahap analisis

masalah, tahap analisis kebutuhan, perancangan logical dan

perancangan fisikal. Tahap analisis sistem terdiri dari gambaran umum

sistem yang lama dan fase definisi ruang lingkup. Tahap analisis

masalah berisi mengenai analisis sebab akibat. Tahap analisis

kebutuhan terdiri dari pihak yang terlibat dalam sistem dan

use-case

diagram. Tahap perancangan logikal terdiri dari gambaran umum sistem

yang akan dibuat perancangan manajemen data dan perancangan

manajemen model. Tahap perancangan fisikal terdiri dari manajemen

dialog.

BAB IV.IMPLEMENTASI DAN ANALISIS HASIL

Bab ini menjelaskan mengenai implementasi dari hasil perancangan

yang dibahas pada Bab III serta pengujian, evaluasi program, dan

analisis hasil berupa kelebihan dan kekurangan dari sistem yang telah

dibuat berdasarkan hasil uji coba terhadap sistem.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1.

Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan

(inventory management)

merupakan suatu

cara mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang

tepat yaitu dengan biaya yang optimal. Oleh karena itu konsep mengelola

sangat penting diterapkan oleh perusahaan agar tujuan efektifitas maupun

efisiensi tercapai. Setiap organisasi mempunyai beberapa jenis sistem

perencanaan dan pengendalian persediaan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa sangat perlu untuk mempelajari bagaimana mengelola

persediaan di suatu perusahaan (Dwiningsih, 2009).

Manajemen persediaan juga berlaku pada perencanaan obat.

Tujuan perencanaan obat adalah sebagai berikut (Quick

et al

, 1997) :

a.

untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai

kebutuhan

b.

menghindari kekosongan obat

c.

meningkatkan penggunaan obat secara rasional

d.

meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Sedangkan kegiatan pokok dalam perencanaan obat adalah sebagai berikut

(Quick

et al

, 1997) :

a.

seleksi atau perkiraan kebutuhan (memilih obat yang akan

diadakan)

b.

menyesuaikan jumlah kebutuhan obat dengan alokasi

(28)

7

II.2.

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

II.2.1

Pengertian SPPK

Menurut Scott Morton, Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

didefinisikan sebagai suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan

untuk membantu pengambilan keputusan dan memanfaatkan data dan

model tertentu untuk memecahkan berbagai masalah yang tidak terstruktur

(Turban,1995).

II.2.2

Komponen SPPK

Menurut Turban (1995), SPPK memiliki 4 subsistem utama yang

menentukan kapabilitas teknis dari SPPK tersebut, yaitu :

1.

Manajemen Data

Subsistem manajemen data merupakan komponen SPPK

yang menyediakan data bagi sistem. Data tersebut disimpan dalam

suatu basis data yang diorganisasikan oleh sistem yang disebut

DBMS (

Database Management System

). Subsistem ini disusun

oleh komponen yang terdiri dari :

a.

Basis Data

Basis data adalah komponen data yang direlasikan dan

diatur sesuai kebutuhan organisasinya, dan dapat digunakan

oleh banyak orang dalam banyak aplikasi. Basis data SPPK

terdiri dari beberapa jenis data yaitu :

Data Internal

Data ini berasal dari sistem proses transaksi dalam

(29)

8

akuntansi, keuangan, pemasaran, produksi, pribadi

dan lain sebagainya, tergantung kebutuhan dari

SPPK tersebut.

Data Eksternal

Data ini berasal dari luar organisasi seperti data

industri, data penelitian, pemasaran, data sensus,

data tenaga kerja daerah, peraturan pemerintah, data

tarif pajak dan data perekonomian nasional.

Data Pribadi

Data ini berupa aturan-aturan pokok yang digunakan

oleh para pembuat keputusan tertentu atau dalam

keadaan-keadaan

tertentu.

Untuk

membangun

sebuah basis data SPPK, sering dilakukan

pengambilan data dari berbagai sumber data.

Operasi ini disebut ekstraksi. Operasi ini melakukan

pengambilan data berupa arsip, kesimpulan, data

yang sudah disaring dan ringkasan data. Ekstraksi

dapat terjadi pada saat pemakai membuat laporan

data yang ada dalam basis data.

b.

Sistem Manajemen Basis Data

Basis data dapat dibuat, diakses dan diperbaharui

dengan menggunakan sistem ini. DBMS memiliki banyak

kemampuan dalam pengelolaan data dan sangat kompleks,

(30)

9

mengembangkan perangkat lunak DBMS. DBMS memiliki

tiga fungsi dasar yaitu penyimpanan data, pencari data dan

pengontrol data.

c.

Fasilitas Query

Fasilitas

ini

memberikan

dasar-dasar

untuk

mengakses data. Fasilitas ini menerima permintaan data,

menentukan bagaimana permintaan tersebut dapat dipenuhi,

merumuskan perincian permintaan dan memberikan

hasilnya.

d.

Direktori

Direktori adalah daftar seluruh data dalam basis

data. Direktori berisi tentang definisi data yang berfungsi

untuk mengetahui keberadan data, sumber data, dan

kegunaan data tersebut. Direktori biasanya digunakan untuk

fase pengetahuan pada proses pembuatan keputusan sebagai

bantuan memeriksa data, mengidentifikasi masalah, dan

mengetahui peluang-peluang yang ada.

2.

Manajemen Model

Model merupakan suatu peniruan dari alam nyata. Kendala

yang kadang dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa

model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh

veriabel alam nyata. Sehingga keputusan yang diambil yang

didasarkan pada model tersebut menjadi tidak akurat dan tidak

(31)

10

berbagai model pada subsistem model harus tetap dijaga

fleksibilitasnya. Artinya harus adafasilitas yang mampu membantu

pengguna untuk memodifikasi atau menyempurnakan model,

seiring dengan perkembangan pengetahuan. Turban (1995)

mengelompokkan model-model yang digunakan dalam SPPK

[image:31.595.70.522.175.758.2]

menjadi seperti berikut :

Tabel 2.1 Tabel jenis-jenis model SPPK

No.

Model

Proses dan Tujuan

Teknik Representasi

1

Optimasi

masalah

dengan

beberapa

alternatif

Mencari

penyelesaian terbaik

dari beragam

alternatif

Tabel keputusan,

pohon keputusan

2

Optimasi

menggunakan

algoritma

Mencari

penyelesaian terbaik

dari sejumlah besar

alternatif

Model program

linear, model

jaringan dan model

matematika lainnya

3

Optimasi

dengan rumus

analitis

Mencari

penyelesaian terbaik

dengan

menggunakan rumus

Model

penyimpanan

4

Simulasi

Mencari

penyelesaian terbaik

di antara alternatif

yang ada dengan

menggunakan

percobaan

Beberapa model

simulasi

5

Heuristik

Mencari

penyelesaian yang

Pemrograman

(32)

11

cukup baik dengan

menggunakan

aturan-aturan

pakar

6

Model

deskriptif

lainnya

Mencari dan

menemukan “

What-if

” menggunakan

rumus

Permodelan

keuangan

7

Model prediktif Memprediksi

kemungkinan yang

akan terjadi

berdasarkan skenario

Analisis Markov,

model perkiraan

3.

Manajemen Dialog

Melalui subsistem ini pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem

yang dibangun. Subsistem ini menyediakan fasilitas antar muka

pemakai (

User interface

) yang terdiri dari 3 komponen yaitu :

a.

Bahasa aksi (

Action Language

), yaitu suatu perangkat lunak

yang digunakan pengguna untuk berkomunikasi dengan

sistem.

b.

Bahasa tampilan (

Display

atau

Presentation Language

),

yaitu suatu perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk

menampilkan sesuatu.

c.

Basis Pengetahuan (

Knowledge Base

), yaitu bagian yang

mutlak diketahui oleh pengguna sehingga sistem yang

dirancang dapat berfungsi secara efektif.

Kombinasi dari berbagai kemampuan di atas dikenal dengan

sebagai Gaya Dialog (

Dialog Style

). Gaya dialog terdiri dari :

(33)

12

Dalam dialog ini, sistem bertanya kepada pengguna, dan

pengguna menjawab, kemudian dari hasil dialog ini sistem

akan menawarkan alternatif keputusan yang dianggap

memenuhi keinginan pengguna.

b.

Dialog perintah

Dalam dialog ini, pengguna memberikan perintah-perintah

yang tersedia pada sistem untuk menjalankan fungsi yang

ada pada SPPK.

c.

Dialog Menu

Dialog ini merupakan gaya dialog yang paling popular

dalam SPPK. Dalam hal ini pengguna dihadapkan pada

berbagai alternatif menu yang disiapkan sistem.menu ini

akan ditampilkan pada monitor. Pengguna cukup menekan

tombol-tombol

tertentu,

dan

setiap

pilihan

akan

menghasilkan respon atau jawaban tertentu.

d.

Dialog Masukan/Keluaran

Model dialog ini menggunakan

form input

atau masukan.

Disamping form masukan, juga disediakan form keluaran

yang merupakan respon dari sistem.

4.

Manajemen Pengetahuan

Subsistem ini diperlukan ketika subsistem lainnya yang

mendukung kemampuan dari suatu DSS, tidak mampulagi untuk

memecahkan suatu permasalahan yang tidak terstruktur dan semi

(34)

13

khusus oleh sistem pakar. Manajemen pengetahuan merupakan

gabungan beberapa komponen yang berupa satu atau lebih

sistem-sistem pakar. Karena berkaitan dengan sistem-sistem pakar maka

kemampuan dan manfaat dari subsistem ini tidak dijelaskan dalam

[image:34.595.69.545.194.647.2]

pembahasan ini.

Gambar 2.1 Komponen SPPK (Turban, 1995:88)

II.3.

Analisis Pareto ABC (Always Better Control)

Salah satu teknik menyusun data sesuai prioritas dan golongannya

ke sebuah

framework

penyelesaian masalah adalah analisis Pareto.

Analisis ini merupakan suatu cara yang mudah dipelajari, mudah

dimengerti, dan sangat efektif hasilnya (Oakland, 2008).

Analisis Pareto ABC adalah metode yang sangat berguna untuk

melakukan pemilihan, penyediaan, manajemen distribusi, dan promosi

penggunaan obat yang rasional. Terkait dengan pemilihan obat, evaluasi

obat kelompok A menjelaskan tentang item obat yang paling banyak

digunakan (Quick

et al

, 1997).

(35)

14

yang efektif. Salah satu keuntungan dalam menggunakan analisis Pareto

adalah memperbaiki pembuatan keputusan. Individu yang melakukan

analisis Pareto dapat mengukur dan membandingkan pengaruh dari

perubahan yang terjadi. Dengan berfokus pada penyelesaian masalah,

prosedur dan proses dibutuhkan untuk membuat perubahan yang

terdokumentasi

selama

analisis

Pareto.

Dokumentasi

ini

akan

menghasilkan persiapan dan meningkatkan hasil pembuatan keputusan

pada perubahan yang akan datang (Anonim, 2005). Keuntungan lain yang

didapat dari penggunaan analisis ini adalah (Drug and Therapeutics

Committees, 2003) :

1.

Menunjukkan penggunaan item yang tinggi dalam list atau

persediaan. Informasi ini dapat digunakan untuk pemilihan obat

dengan lebih efektif, mengidentifikasi kesempatan untuk

pergantian item obat, negosiasi harga lebih rendah dengan

distributor.

2.

Mengukur jumlah konsumsi obat yang dibutuhkan untuk kesehatan

publik dan mengidentifikasi penggunaan obat yang tidak rasional.

3.

Mengidentifikasi pembelian untuk item yang tidak terdapat dalam

daftar obat esensial di rumah sakit.

Analisis ini terbagi mengenai tiga kelas yaitu (Quick,1997) :

1.

A (Always)

Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam

pengadaannya. Persentase kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A

(36)

15

...(2.1)

70%-80% dari total biaya persediaan. Hal ini berarti persediaan

memiliki nilai jual yang tinggi sehingga memerlukan pengawasan

ekstra dan pengendalian yang harus baik.

2.

B (Better)

Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana

10-15% dari keseluruhan anggaran obat. Persentase kumulatifnya

antara 80-95%.

3.

C (Control)

Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun

jumlah obat sangat banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat

selalu tersedia maka pengendalian pada tingkat ini tidak begitu

berat. Persentase kumulatifnya antara 95%-100%

Metode ini dilakukan dengan memperhatikan 3 hal, yaitu (Harjono, 2011):

1.

Analisis Nilai Pakai

Nilai pakai didapat dari jumlah pemakaian dalam satu periode,

kemudian diurutkan dari jumlah pemakaian tertinggi hingga

jumlah pemakaian terendah. Setelah data item terurut, kemudian

dihitung persentase pemakaiannya dengan perhitungan berikut :

�� � � �

�� � � �

=

.

∑�

%

Keterangan :

x

: jumlah pemakaian obat (per item/tahun)

∑x

: jumlah pemakaian obat seluruhnya dalam 1 tahun

Setelah itu, dibuat klasifikasi sediaan sesuai jumlah pemakainnya

(37)

16

...(2.3)

kumulatif 80%, 15%, dan 5%.

2.

Analisis Nilai Investasi

Dalam analisis ini juga dilakukan pengelompokan berdasarkan

persentase kumulatif, sama seperti pada analisis nilai pakai tetapi

sebelumnya jumlah pemakaian item obat dikalikan dengan harga

satuannya. Nilai investasi didapat dengan mengalikan jumlah

pemakaian dengan harga satuannya. Perhitungan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

x = n x hi

Keterangan :

x

: jumlah investasi per item obat selama setahun

n

: jumlah pemakaian per item obat selama setahun

hi

: harga satuan per item obat

Setelah didapat jumlah investasi per item obat selama setahun

kemudian diurutkan dari jumlah investasi tertimggi hingga jumlah

investasi terendah. Kemudian, dihitung persentase investasi per

item obat dengan perhitungan sebagai berikut :

�� � � �

� � �

=

.

∑�

%

Keterangan :

x

: jumlah investasi per item obat dalam setahun

∑x

: jumlah investasi seluruh obat dalam setahun

Dari persentase investasi yang didapat akan dihitung persentase

kumulatifnya, kemudian dikelompokkan dalam A

NI

, B

NI

, dan C

NI

.

(38)

17

...(2.4)

kumulatif 80%, kelompok B

NI

merupakan obat yang memiliki

persentase kumulatif 15% sedangkan kelompok C

NI

merupakan

obat yang memiliki persentase kumulatif 5%.

3.

Analisis Nilai Indeks Kritis

Analisis ini dilakukan dengan menggabungkan hasil analisis nilai

pakai dan nilai investasi. Hasil analisis nilai pakai dan nilai

investasi yang telah dikelompokan menjadi A

NP

, B

NP

,C

NP,

A

NI

, B

NI

,

dan C

NI

diberi skor masing. Setelah diberi skor

masing-masing, nilai indeks kritis dapat dihitung dengan perhitungan

sebagai berikut :

Nilai Indeks Kritis = Skor Nilai Pakai + Skor Nilai Investasi

Sebagai contoh, untuk nilai pakai dan nilai investasi dengan skor A

dikonversikan menjadi 3, B menjadi 2, dan C menjadi 1, jadi

interval skor yang didapat adalah 2-6. Sediaan akan dikategorikan

menjadi 3 kelompok, sehingga perlu dilakukan perhitungan

interval untuk masing-masing kelompok dengan cara berikut :

� � �

=

.

+� �( +� �)

Keterangan :

X1 : nilai tertinggi dari skor pareto nilai pakai

Y1 : nilai tertinggi dari skor pareto nilai investasi

X2 : nilai terendah dari skor pareto nilai pakai

Y2 : nilai terendah dari skor pareto nilai investasi

Jadi interval skor yang diperoleh adalah :

=

.

6

2

3

=

4

3

= 1,33

(39)

18

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka sediaan dengan skor

2-3,33 masuk dalam kelompok C

NIK

, sediaan dengan skor lebih dari

3,33-4,66 masuk dalam kelompok B

NIK

, dan sediaan dengan skor

lebih besar dari 4,66-6 masuk dalam kelompok A

NIK

.

Berikut ini merupakan contoh perhitungan dengan menggunakan analisis

[image:39.595.70.525.200.722.2]

Pareto ABC.

Tabel 2.2 Daftar Pemakaian Sediaan di Apotek

Nama Obat Jumlah (butir) Harga Satuan (Rp)

Valisanbe 2mg Tab 430 396

Zolastin® 1mg Tab 0 0

Valisanbe® 5mg Tab 60 24

Luminal 30 mg 208 195

Zyparon® 0 0

Dari tabel 2.2, diketahui jumlah pemakaian dan harga satuan dari

masing-masing sediaan. Maka penyelesaian dengan Pareto ABC adalah sebagai

berikut :

Langkah pertama, menghitung nilai pakai dengan mengurutkan jumlah

pemakaian dari jumlah pemakaian paling banyak ke jumlah paling sedikit,

kemudian dihitung persentase nilai pakainya.Setelah diketahui persentase

nilai pakai, maka dihitung persentase kumulatifnya, kemudian diberi skor

untuk masing-masing sediaan.

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Nilai Pakai

Nama Obat Jumlah

(butir) %NP %Kumulatif Pareto Valisanbe® 2mg Tab 430 61,60 61,60 A Luminal 30 mg 208 29,80 91,40 B Valisanbe® 5mg Tab 60 8,60 100,00 C

Zyparon® 0 0,00 100,00 C

Zolastin® 1mg Tab 0 0,00 100,00 C

Langkah kedua, menghitung nilai investasi dari sediaan dengan

(40)

19

dari nilai terbesar ke nilai terkecil. Kemudian hitung persentase nilai

investasinya. Selanjutnya, setelah diketahui persentase nilai investasi,

[image:40.595.68.535.170.683.2]

dihitung persentase kumulatifnya untuk kemudian diberi skor.

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Nilai Investasi

Nama Obat

Jumlah (butir)

Hrg Satuan

(Rp)

Total Harga

(Rp) %NI

%Kumu latif

Paret o Luminal 30 mg 208 396 82368 78,91 78,91 A Valisanbe® 5mg Tab 60 195 11700 11,21 90,11 B

Valisanbe® 2mg Tab 430 24 10320 9,89 100,00 C

Zyparon® 0 0 0 0,00 100,00 C

Zolastin® 1mg Tab 0 0 0 0,00 100,00 C

Langkah terakhir, menghitung nilai indeks kritis untuk masing-masing

sediaan, yaitu dengan menjumlahkan bobot skor dari nilai pakai dan nilai

investasi masing-masing sediaan. Selanjutnya, setiap sediaan diberi skor

lagi dengan skor 2-3,33 masuk dalam kelompok C

NIK

, sediaan dengan skor

lebih dari 3,33-4,66 masuk dalam kelompok B

NIK

, dan sediaan dengan skor

lebih besar dari 4,66-6 masuk dalam kelompok A

NIK

.

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kritis

Nama Obat NP NI NIK Pareto

Luminal 30 mg B A 5 A

Valisanbe® 2mg Tab A C 4 B

Valisanbe® 5mg Tab C B 3 C

Zyparon® C C 2 C

Zolastin® 1mg Tab C C 2 C

Pada tabel 2.5, Luminal 30mg termasuk ke dalam kelompok A yang

memiliki prioritas tinggi, maka investasi sebesar 80% dari alokasi biaya

pengadaan obat diperuntukkan kelompok ini. Hal ini dikarenakan item

obat yang masuk ke dalam kelompok A memiliki nilai pakai dan nilai

investasi yang paling tinggi. Untuk kelompok B dan C terdapat

pertimbangan yang harus dilakukan dalam pengadaanya, seperti prioritas

(41)

20

2mg memiliki nilai pakai yang tinggi namun rendah di nilai investasinya,

obat ini dapat diadakan karena memiliki nilai pakai yang tinggi. Untuk

item-item obat yang ada di kelompok C dengan jumlah pemakaian rendah,

lebih baik diadakan secara

just in time

, karena memiliki nilai pakai dan

nilai investasi yang rendah.

II.4.

Optimasi Kualitatif

Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara

bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk

menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Suatu aturan kunci

dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat telah selesai

disusun, keputusan harus dibuat (Brinckloe, 1977).

Ada dua pandangan dalam proses pengambilan suatu keputusan

organisasi (Brinckloe, 1977) yaitu :

1.

Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha

menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari

setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu

memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian

ke depan, mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu

terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian

menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas

lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal

karena setidaknya telah memperhitungkan semua faktor yang

berkaitan dengan keputusan tersebut.

(42)

21

yang memuaskan daripada mengejar penyelesaian yang terbaik.

Model ini dikembangkan oleh Simon karena adanya pengakuan

terhadap rasionalitas terbatas (

bounded rationality

). Rasionalitas

terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang

membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran

itu terbatas karena pikiran manusia tidak memiliki kemampuan

untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.

Teknik pengambilan keputusan juga sering dibagi dalam teknik

pengambilan keputusan matematik atau kuantitatif (Robbins, 1978) dan

teknik pengambilan keputusan non-matematik atau kualitatif (Schroeder,

1989). Pendekatan terhadap pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan

optimasi

kualitatif

yaitu

menemukan

alternatif

yang

optimum

menguntungkan dengan analogi atau dengan menggunakan data riset pasar

yang selektif. Pendekatan yang sistematis menjadi mungkin meskipun

model matematis yang eksplisit tidak dirumuskan. Metode ini digunakan

untuk prakiraan jangka menengah dan panjang yang melibatkan desain

proses. Untuk keputusan ini, data masa lalu tidak selalu ada atau jika ada,

akan menunjukkan pola yang tidak stabil (Schroeder, 1989).

II.5.

Just in time Management

Stok atau penumpukan barang ada karena barang telah dibeli sebelum

mereka dibutuhkan. Hal ini mendapat perhatian lebih dalam manajemen

persediaan. Prinsip dari

just in time

sederhana, yaitu barang tersebut ada

ketika mereka dibutuhkan dan tidak ada ketika mereka tidak dibutuhkan.

(43)

22

a.

Investasi persediaan, dengan metode JIT ini biaya investasi

barang yang termasuk

slow moving stock

dapat digunakan

untuk menambah investasi barang yang termasuk dalam

fast moving stock

.

b.

Menyediakan pada saat dipesan daripada menyediakan

stok, barang yang dibutuhkan dibeli pada saat pembeli

memesan. Misalnya, obat generik A jarang dibutuhkan di

apotek Z, jika ada pembeli yang memesan obat generik A,

maka apotek Z dapat membeli obat generik A dari apotek

lain yang menyediakan obat tersebut.

c.

Mengurangi

slow moving stock.

Hal ini bertujuan untuk

mengurangi jumlah investasi barang yang jarang sekali

(44)

23

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

III.1.

Analisis Sistem

III.1.1

Gambaran Umum Sistem Lama

Pengambilan keputusan pengadaan obat di Apotek Pendidikan Sanata

Dharma masih dilakukan secara manual, belum menggunakan sistem

terkomputerisasi untuk membantu pemilihan pengadaan obat.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengadaan obat adalah sebagai berikut :

1.

Petugas mengecek stok obat apa saja yang akan habis dan

mencatatnya.

2.

Petugas menyerahkan daftar stok obat kepada apoteker pengelola.

3.

Apoteker pengelola memeriksa daftar kemudian memperhitungkan

biaya untuk pengadaan obat.

Kegiatan di atas dilakukan setiap bulan sekali sehingga pengadaan obat hanya

dalam jumlah kecil saja. Hal ini membuat proses pengadaan obat kurang

optimal. Padahal, jika ada manajemen pengelolaan obat yang baik, dapat

mengurangi pemakaian biaya belanja obat karena pembelian obat dalam

jumlah besar selalu mendapat potongan harga.

III.1.2

Fase Definisi Ruang Lingkup

Sistem pengadaan obat yang ada di Apotek Pendidikan Sanata

Dharma saat ini masih dilakukan secara manual sehingga mengakibatkan

berbagai kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut adalah sebagai berikut :

1.

Performance

(45)

24

dilakukan secara manual sehingga pengambilan keputusan kurang

efektif dan memakan banyak waktu.

2.

Efficiency

Pencatatan stok obat yang dibutuhkan beserta perhitungannya

memakan waktu lama, hal ini juga berakibat tertundanya kegiatan

lain yang masih ada kaitannya.

3.

Service

Pemberian informasi pengadaan obat untuk Apoteker Pengelola

Apotek membutuhkan waktu yang lama sehingga pelayanan yang

diberikan kurang memuaskan. Kenerjanya menjadi terlihat kurang

cekatan.

[image:45.595.72.536.205.757.2]

III.1.3

Analisis Masalah

III.1.3.1

Analisis Sebab Akibat

Tabel 3.1 Tabel analisis sebab akibat

Analisis Sebab dan Akibat

Tujuan Memperbaiki Sistem

Masalah

Penyebab dan

Akibat

Tujuan Sistem

Batasan

1.

Pengelolaan

data dan

pengambilan

keputusan

pengadaan

obat kurang

efektif dan

memakan

banyak waktu.

Penyebab :

Pengelola data

pengadaan obat

kurang teliti dan

belum

menerapkan

evaluasi

pengadaan obat

secara baik.

Akibat :

Perhitungan

analisis

pengadaan obat

kurang tepat

sehingga

rekomendasi

pengadaan obat

yang didapat

kurang akurat.

1.

Membantu

apoteker pengelola

dalam melakukan

analisis Pareto

ABC terhadap data

pemakaian sediaan

farmasi.

2.

Menyediakan

rekomendasi

pengadaan obat

yang diharapkan

dapat memberi

gambaran

perhitungan

terhadap

pengadaan item

obat di apotek.

1.

Sistem

pendukung

pengambilan

keputusan

pengadaan obat

ini

menggunakan

hasil dari

analisis Pareto

ABC.

(46)

25

III.1.4

Gambaran Umum Sistem Baru

Data pemakaian sediaan

Rekomendasi

pengadaan obat

SPPK

Pengadaan

Obat

Apoteker

Gambar 3.1 Diagram Konteks Sistem Baru

Sistem pendukung pengambilan keputusan ini berfungsi sebagai alat

bantu untuk memberikan rekomendasi kelompok obat berdasarkan hasil

analisis Pareto ABC. Sistem pendukung pengambilan keputusan ini akan

dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java dan merupakan

aplikasi desktop. Metode yang digunakan sebagai

engine

dalam sistem ini

adalah metode analisis Pareto ABC

(Always Better Control)

, yang merupakan

metode yang sering dipakai oleh para manager persediaan farmasi untuk

melakukan evaluasi pengadaan sediaan.

Metode Pareto ABC digunakan dalam penentuan kelompok obat

berdasarkan prioritas kebutuhan apotek akan obat. Prioritas obat dihitung

berdasarkan nilai pakai, nilai investasi, dan nilai indeks kritis. Sistem yang

baru menghasilkan tiga macam rekomendasi pengadaan obat yaitu

rekomendasi berdasarkan pengadaan tahun lalu, rekomendasi berdasarkan

metode

just in time

, dan rekomendasi dengan memaksimalkan jumlah

pengadaan obat yang memiliki nilai pakai dan nilai investasi tinggi.

III.1.4.1

Data Awal

Dalam penelitian ini akan diolah data pemakaian sediaan farmasi apotek

yang berasal dari tahun sebelumnya. Terdapat 4 atribut yang digunakan dalam

(47)

26

Daftar atribut yang digunakan terdapat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data Pemakaian Sediaan Farmasi

No. Nama Atribut

Penjelasan

1.

Kode Obat

Atribut ini menyimpan kode item obat

2.

Nama Obat

Atribut ini menyimpan nama item obat

3.

Jumlah Pakai

Atribut ini menyimpan jumlah

pemakaian item obat

4.

Harga Satuan

Atribut ini menyimpan harga item obat

III.1.4.2

Input Sistem

Input sistem yang digunakan adalah data pemakaian sediaan farmasi dalam

format .xls atau .xlsx, alokasi biaya yang disediakan untuk belanja obat di apotek

pada periode tahun tertentu, dan skor pareto yang telah ditentukan oleh user.

III.1.4.3

Output Sistem

Setiap tahapan proses dalam program mempunyai keluaran sebagai berikut :

a.

Proses input data menampilkan :

1.

Jumlah sampel data keseluruhan

2.

Jumlah atribut keseluruhan

3.

Nilai dari setiap atribut masukan

b.

Proses analisis pareto menampilkan :

1.

Hasil analisis nilai pakai

2.

Hasil analisis nilai nvestasi

3.

Hasil analisis nilai indeks kritis

4.

Grafik setiap hasil analisis.

c.

Proses rekomendasi menampilkan :

1.

Hasil rekomendasi berdasarkan pengadaan tahun lalu

2.

Hasil rekomendasi dengan menggunakan metode

just

(48)

27

3.

Hasil rekomendasi dengan memaksimalkan jumlah

pengadaan

4.

Total investasi dan selisihnya dengan biaya awal

III.1.5

Analisis Kebutuhan

III.1.5.1

Pihak yang Terlibat Dalam Sistem

Pihak yang terlibat dalam sistem adalah apoteker pengelola apotek. Apoteker

pengelola merupakan pihak yang memberikan masukan ke sistem dan menerima

rekomendasi dari sistem.

III.1.5.2

Use-case Diagram

Input Data

Pengguna

<<depends on>>

<<depends on>> Input data pemakaian persediaan

Input alokasi biaya

Input skor Pareto

Analisis Pareto ABC

Mencari rekomendasi pengadaan obat

(49)

28

III.1.5.3

Ringkasan use-case

Tabel 3.3 di bawah ini merupakan penggambaran umum mengenai

use-case

yang terdapat pada sistem.

Tabel 3.3 Ringkasan

Use-case

Apoteker

No.

Use-case

Nama Use-case

Deskripsi

Aktor

PAR-01

Input file

pemakaian sediaan

Use-case ini menggambarkan

proses menginputkan data

pemakaian sediaan ke dalam

sistem.

Pengguna

PAR-02

Input alokasi biaya

Use-case ini menggambarkan

proses menginputkan jumlah biaya

yang disediakan ke dalam sistem

Pengguna

PAR-03

Input skor pareto

Use-case ini menggambarkan

proses menginputkan skor pareto

untuk setiap kelas ke dalam sistem

Pengguna

PAR-04

Analisis Pareto

ABC

Use-case ini menggambarkan

proses analisis nilai pakai, nilai

investasi, dan nilai indeks kritis

oleh sistem

Pengguna

PAR-05

Mencari

rekomendasi

pengadaan obat

Use-case ini menggambarkan

proses pencarian rekomendasi oleh

sistem

Pengguna

III.1.5.4

Narasi use-case

Dalam narasi

use-case

akan dijelaskan tentang detail dari ringkasan

use-case

pada tabel 3.3. Narasi

use-case

terdapat pada lampiran 1.

III.2.

Perancangan Sistem

III.2.1

Perancangan Logikal

III.2.1.1

Diagram Aktivitas

(50)

29

III.2.1.2

Perancangan Manajemen Data

Subsistem manajemen data merupakan komponen SPPK yang

menyediakan data bagi sistem. Komponen-komponen penyusun subsistem

manajemen data adalah sebagai berikut :

III.2.1.2.1

Perancangan Konseptual Basis Data

Obat kode_obat nama_obat jumlah_pakai harga_satuan Nilai Pakai persentase_kumulatif kelas_paretonp mem iliki 1..1 memiliki Nilai Investasi persentase persentase_kumulatif 1..1 1..1 kelas_paretoni jumlah_investasi kelas_paretonik

Nilai Indeks Kritis

kode_obat kode_obat kode_obat 1..1 m em iliki 1..1 1..1 Rekomendasi jumlah_pengadaan jumlah_investasi keterangan memiliki 1..1

Kelas Pareto NI

batas_bawah

batas_atas kelas_paretoni

memiliki

persentase

Kelas Pareto NP

batas_bawah kelas_paretonp memiliki batas_atas 1..1 1..* 1..* 1..1

Kelas Pareto NIK

batas_bawah batas_atas kelas_paretonik memiliki 1..1 1..* kode_rekomendasi 1..* kode_obat tipe_rekomendasi

Gambar 3.3 Diagram ER

(51)

30

III.2.1.2.2

Perancangan Basis Data

Gambar 3.4 merupakan perancangan logikal sesuai dengan diagram

konseptual pada gambar 3.3.

obat kode_obat (PK) nama_obat jumlah_pakai harga_satuan nilai_investasi kode_obat (FK) jumlah_investasi persentase persen_kumulatif kelas_pareto (FK)

kelas_paretonp (PK) batas_bawah batas_atas kelas_paretonik (PK)

batas_bawah batas_atas

kelas_pareto_nik kelas_pareto_ni

kelas_paretoni (PK) batas_bawah batas_atas

kelas_pareto_ni

nilai_indeks_kritis kode_obat (FK) nik

kelas_pareto (FK)

nilai_pakai kode_obat (FK) persentase persen_kumulatif kelas_pareto (FK)

rekomendasi kode_rekomendasi (PK) kode_obat (FK)

jumlah_pengadaan jumlah_investasi tipe_rekomendasi keterangan

Gambar 3.4 Rancangan Logikal Basis Data

III.2.1.3

Perancangan Subsistem Manajemen Model

Sistem pendukung pengambilan keputusan pengadaan obat ini

menggunakan metode Analisis Pareto ABC untuk menentukan item obat mana

saja yang diadakan sekaligus dan dimaksimalkan pengadaannya. Cara kerja dari

(52)

31

Analisis Nilai Pakai

Analisis Nilai Investasi

Analisis Nilai Indeks Kritis

Rekomendasi 1

Rekomendasi 2 Mulai

Input : file excel, alokasi biaya, dan skor pareto

Output : hasil Analisis Nilai Pakai

Output : hasil Analisis Nilai Investasi

Output : hasil Analisis Nilai Indeks Kritis

Lihat Rekomendasi

1 ?

Output : hasil cari rekomendasi 1

ya

tidak

Lihat Rekomendasi

2 ?

Output : hasil cari rekomendasi 2

ya

Lihat Rekomendasi

3 ?

Rekomendasi 3

Output : hasil cari rekomendsi 3

ya

Selesai

tidak

tidak

tidak

Gambar 3.5 Alur Kerja Subsistem

(53)

32

kelompok obat berdasarkan kelas pareto akan digunakan sebagai dasar untuk

pencarian rekomendasi pengadaan obat. Rekomendasi dibuat tiga alternatif yaitu

rekomendasi alternatif 1 merupakan rekomendasi berdasarkan jumlah pemakaian

obat tahun lalu. Selanjutnya, rekomendasi alternatif 2 yaitu rekomendasi dengan

mempertimbangkan metode

just in time

. Kemudian, rekomendasi alternatif 3 yaitu

rekomendasi dengan mempertimbangkan metode

just in time

dan memaksimalkan

jumlah pengadaan obat. Rekoemndasi alternatif 1 dan 2 tetap dibuat karena

mengingat keinginan user berbeda-beda sehingga dengan diberikannya 3

rekomendasi ini, user dapat memilih sendiri mana yang paling sesuai dengan

membandingkan masing-masing hasil rekomendasi.

Selanjutnya, akan diuraikan mengenai masing-masing proses dari tahap

analisis sampai pencarian rekomendasi. Data sampel pemakaian sediaan farmasi

[image:53.595.70.522.211.729.2]

yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Data sampel pemakaian sediaan farmasi

kode

nama obat jumlah pakai harga

obat (butir) satuan (Rp)

1 Amoxycillin.500 19075 370

2 Kalium.diklofenak.50mg 1108 2584

3 Lincomycin.500 2580 650

4 Asam.Mefenamat.500mg 11670 131.95

5 Simvastatin.10mg 2768 513

6 Captopril.25mg 9315 137.75

26 Paracetamol.syr 271 1725

27 Lanzoprazol.30mg 277 1672

28 Metformin.500mg 3100 149

29 Prednison.5 9835 40

132 Ibuprofen.tab.200mg 184 73.36

133 Vit.B.compleks 604 22.2

153 Propanolol.40 20 82.18

154 Metronidazol.250mg 15 105

155 INH.100mg 60 25

156 Ferrous.Sulphate.300mg 50 21.86

157 Vit.C.100mg 40 26.43

(54)

33

1.

Analisis Nilai Pakai

a.

Urutkan data item obat berdasarkan jumlah pemakaian

tertinggi ke rendah (

descending

). Hasil dari langkah ini

terdapat pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Data sampel berdasarkan jumlah pemakaian

kode nama obat

jml. pakai

obat (butir)

1 Amoxycillin.500 19075

4 Asam.Mefenamat.500mg 11670

29 Prednison.5 9835

6 Captopril.25mg 9315

28 Metformin.500mg 3100

5 Simvastatin.10mg 2768

3 Lincomycin.500 2580

2 Kalium.diklofenak.50mg 1108

133 Vit.B.compleks 604

27 Lanzoprazol.30mg 277

26 Paracetamol.syr 271

132 Ibuprofen.tab.200mg 184

155 INH.100mg 60

156 Ferrous.Sulphate.300mg 50

157 Vit.C.100mg 40

153 Propanolol.40 20

154 Metronidazol.250mg 15

158 Cotrimoxazol.(pediatrik) 12

b.

Hitung persentase nilai pakai tiap item obat terhadap jumlah

pemakaian seluruh obat

Sebagai contoh pada tabel 3.5, Amoxyxillin 500 dengan

jumlah pakai 19.075 dengan rumus 2.1, memiliki

perhitungan sebagai berikut :

%� � �� � =. 19.075

596.666 � 100% = 31,28%

(55)

34

d.

Tentukan kelas pareto nilai pakai untuk setiap item obat

berdasarkan persentase kumulatif, dengan ketentuan

berikut:

Jika 0% < %kumulatif <= 80%, maka termasuk

kelas pareto nilai pakai A

Jika 80% < %kumulatif <= 95%, maka termasuk

kelas pareto nilai pakai B

Jika 95% < %kumulatif <= 100%, maka termasuk

kelas pareto nilai pakai C

Berdasarkan ketentuan di atas, hasilnya dapat dilihat pada

tabel 3.6. Item obat yang memiliki persentase kumulatif

antara 31,28% sampai 66,54% termasuk ke dalam kelas

pareto A, obat yang memiliki persentase kumulatif antara

81,82% sampai 91,44% termasuk ke dalam kelas pareto B,

dan obat yang memiliki persentase kumulatif antara 95,67%

sampai 100% termasuk ke dalam kelas pareto C.

Tabel 3.6 Data hasil analisis nilai pakai

kode nama obat

jml.

pakai persentase persen. kelas

obat (butir) (%) kumulatif(%) pareto

1 Amoxycillin.500 19075

31.28

31.28

A

4 Asam.Mefenamat.500mg 11670

19.14

50.41

A

29 Prednison.5 9835

16.13

66.54

A

6 Captopril.25mg 9315

15.27

81.82

B

28 Metformin.500mg 3100

5.08

86.90

B

5 Simvastatin.10mg 2768

4.54

91.44

C

3 Lincomycin.500 2580

4.23

95.67

C

2 Kalium.diklofenak.50mg 1108

1.82

97.49

C

133 Vit.B.compleks 604

0.99

98.48

C

27 Lanzoprazol.30mg 277

0.45

98.93

C

(56)

35

132 Ibuprofen.tab.200mg 184

0.30

99.68

C

155 INH.100mg 60

0.10

99.78

C

156 Ferrous.Sulphate.300mg 50

0.08

99.86

C

157 Vit.C.100mg 40

0.07

99.92

C

153 Propanolol.40 20

0.03

99.96

C

154 Metronidazol.250mg 15

0.02

99.98

C

158 Cotrimoxazol.(pediatrik) 12

0.02

100.00

C

2.

Analisis Nilai Investasi

a.

Hitung jumlah investasi dari setiap item obat dengan rumus

2.2. Sebagai contoh, pada tabel 3.7, obat Amoxycillin 500

dengan jumlah pemakaian 19.075 dan harga satuan 370.

�ℎ � = 19.075 � 370

�ℎ � = 7.057.750

Gambar

Tabel 2.1 Tabel jenis-jenis model SPPK
Gambar 2.1 Komponen SPPK (Turban, 1995:88)
Tabel 2.2 Daftar Pemakaian Sediaan di Apotek
Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Nilai Investasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

berlari dengan lutut diangkat tinggi diikuti akselarasi lari cepat B. lari cepat dengan

Fokus kajian adalah kajian terhadap keupayaan tumbuhan makrofit sebagai bioindikator pencemaran dalam menyerap logam berat arsenik, kadmium, dan plumbum.. Tumbuhan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas mencit

117 Berdasarkan tabel 2 diatas maka dapat diketahui bahwa nilai post test Siklus I dari 21 siswa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran index card match

K + : Kelmpok kontrol positif, tikus wistar jantan yang diberi pakan standar secara ad libitum dan pemberian DEN secara intraperitoneal dengan dosis 50mg/kgBB satu minggu

Lembaga Amil Zakat manapun memerlukan orang yang terampil dan energik dalam menjalankan tugasnya untuk menghimpun dana, karena bagian inilah yang menjadi penggerak sebuah LAZ /

Berdasarkan gambar 1 di atas, diketahui bahwa hasil analisis cluster konsumen Kediri Town Square terdiri dari 4 kelompok (segmen), dari 4 kelompok konsumen yang terbentuk

penambahan luas permukaan proteksi katodik yang berpengaruh terhadap perubahan desain sistem ICCP, perbandingan sistem ICCP sebelum dan setelah terjadi adanya kebocoran