• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pasokan ( supply ) dan kebutuhan bahan baku kayu (BBK)

VI. KESIMPULAN

25. Ketersediaan Lahan Pengembangan Hutan Rakyat

2.9 Analisis pasokan ( supply ) dan kebutuhan bahan baku kayu (BBK)

kebutuhan bahan baku kayu di Provinsi Jawa Timur. Variabel analisis terdiri dari volume (produksi/pasokan) dan sumber kayu. Analisis kebutuhan (demand) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dari sisi kebutuhan bahan baku kayu oleh industri (Malik, 2007). Variabel analisisnya adalah volume

kebutuhan bahan baku kayu, jumlah unit dan kapasitas industri kayu Jawa Timur. Analisis pasokan dan kebutuhan dilakukan dengan membandingkan besaran pasokan kayu dan kebutuhan oleh industri pengolahannya di Jawa Timur. Dari hasil analisis pasokan dan kebutuhan BBK, maka dapat diketahui neraca bahan baku kayu Jawa Timur yaitu volume dan sumber kayu yang diproduksi dari Jawa Timur serta kayu dari luar Jawa sehingga diketahui kebutuhan suplai kayu dari hutan rakyat.

2.10 Analisa Analitycal Hierarchy Process (AHP)

Di dalam pengambilan suatu keputusan, banyak sekali kriteria yang harus diperhitungkan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Banyak diantara kriteria-kriteria tersebut dapat bersifat conflicting (saling bertentangan) pada suatu

alternatif sehingga dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan kriteria ganda (multi-criteria decision making) yang dihasilkan adalah solusi kompromi (compromised solution) terhadap semua kriteria yang diperhitungkan (Sari, 2008).

Salah satu teknik analisis kriteria ganda adalah AHP (Analytical Hierarchy Process) yang dikembangkan oleh Thomas L.Saaty. AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.

2.11 Optimasi Transportasi

Model transportasi ditujukan untuk mengetahui pola interaksi optimal yang mampu meningkatkan efisiensi tanpa melebihi kapasitas suplai tetapi harus mampu memenuhi kapasitas demand yang ada. Pusat-pusat suplai dan pusat- pusat demand seringkali tidak berada pada lokasi yang sama. Karena itu

diperlukan upaya transportasi untuk membawa barang dan jasa dari pusat-pusat suplai ke pusat demand (Pribadiet al, 2010).

Setiap wilayah memiliki kapasitas supply dan demand yang levelnya berbeda, sehingga akan terbentuk hierarki ruang sebagai dasar untuk membangun struktur ruang. Munculnya lokasi-lokasi pusat suplai dan pusat demand bisa terjadi karena keunggulan sumberdaya yang dimiliki oleh suatu wilayah atau karena proses historis yang melibatkan interaksi antara manusia dengan ruangnya.

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam model transpotasi adalah mencari pola interaksi antara wilayah suplai dan demand yang paling efesien sehingga dapat meminimumkan biaya-biaya transportasi. Kendala yang dihadapi adalah setiap pusat suplai mempunyai kapasitas yang terbatas dalam memproduksi barang dan jasa, dan setiap pusat demand memiliki tingkat permintaan yang harus dipenuhi.

Contents

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8 2.1. Industri Primer Hasil Hutan... 8 2.2 Bahan Baku Industri Primer Hasil Hutan... 9 2.3 Hutan Rakyat ... 11 2.4 Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan... 13 2.5 Penginderaan Jauh dan SIG ... 14 2.6 Analisis Kesesuaian Lahan... 15 2.7 Komoditas Hutan Rakyat Potensial ... 17 2.8 Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial Hutan Rakyat ... 17 2.9 Analisis pasokan (supply) dan kebutuhan bahan baku kayu (BBK). ... 18 2.10 Analisa Analitycal Hierarchy Process (AHP) ... 19 2.11 Optimasi Transportasi ... 19 2.12 Analisis SWOT ...Error! Bookmark not defined.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur yang terletak pada 111˚0’ hingga 114˚4’ Bujur Timur, dan 7˚12’ hingga 8˚48’ Lintang Selatan sebagaimana Gambar 3.

Gambar 3 : Wilayah Penelitian Provinsi Jawa Timur

Pada Gambar 3 terlihat unit penelitian mencakup 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur dengan waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Januari 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Tahun 2009 Skala 1 : 25.000, Peta Reppprot tahun 1987 skala 1:250.000, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur tahun 2010 skala 1 : 50.000, Peta Kawasan Hutan tahun 2009 skala 1 : 1.000.000 dan Peta Administrasi tahun 2009 skala 1 : 25.000. Alat yang digunakan adalah, Kamera Digital dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software : Erdas, ArcGis ,Google Earth, GAMS dan Microsoft Excel.

3.3 Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini baik data primer maupun data sekunder didapatkan melalui metoda pengumpulan data yang berbeda. Data sekunder didapatkan dengan menginventarisasi dan penelusuran data baik pada buku, peta, internet,perundang-undangan, penelitian terdahulu maupun dari instansi terkait baik pemerintah maupun swasta. Data primer diperoleh dari hasil survey/cek lapangan dan wawancara.

Jenis, sumber data, ringkasan tujuan, cara analisis, jenis variabel dan output yang ingin dicapai disajikan pada tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3 Matriks hubungan Tujuan, Output, Metoda/Analisis Data, Jenis dan Sumber Data

Tujuan Output Metoda/

Analisis Data

Jenis data Sumber data

Identifikasi Jenis Tanaman Prioritas - Supply Demand bahan baku kayu di Jawa Timur - Jenis Tanaman Prioritas - Analisis data tabular - AHP - Kebutuhan Industri Supply :

- Data Kayu Masuk Prov. Jatim - Produksi Hutan Rakyat - Produksi Kayu Perhutani Demand: - Kapasitas Produksi IPHHK - Data Kebutuhan Bahan Baku IPHHK - Preferensi Masyarakat - Produksi Hutan Rakyat - Kuisioner - Dishut Prov. Jatim - BPS - Perhutani - Wawancara Identifikasi ketersediaan lahan untuk pengembang an Hutan Rakyat Peta Ketersediaan Lahan untuk Pengemba- ngan Hutan Rakyat - Interpretasi Citra Visual -Overlay Peta - Citra Landsat - Peta RTRW - Peta Kawasan Hutan - Peta Administrasi - Bapedaprov Jatim - Dishutprov Jawa Timur Identifikasi kesesuaian lahan untuk jenis tanaman Peta Kesesuaian Lahan -Overlay - Analisis data tabular - Data Biofisik (iklim, jenis tanah, kelerengan) - Data kebutuhan

bahan baku kayu perjenis

- Dishutprov Jatim -Puslittanak

Tujuan Output Metoda/ Analisis Data

Jenis data Sumber data

Identifikasi kesesuaian dari lahan tersedia Peta Kesesuaian dari lahan tersedia untuk pengembang an hutan rakyat Overlay Peta Ketersedia an lahan dan kesesuaian lahan - Peta ketersediaan lahan - Peta kesesuaian lahan - Menyusun Arahan pengembang an HR Arahan Jenis Tanaman, Arahan Lokasi Arahan Pola Kelembagaan. Identifikasi lokasi industri Analisis model transport Hasil analisis supply-demand, Peta Kesesuaian dan Ketersediaan lahan, Kelayakan Usaha dan Pola Kemitraan serta Kelembagaan.

Hasil analisis yang telah dilakukan

3.4 Identifikasi Jenis Tanaman Prioritas

Untuk mengetahui jenis tanaman prioritas yang akan dikembangkan, adalah dengan melihat data kebutuhan industri, preferensi masyarakat dan produksi hutan rakyat sebagaimana pada gambar 5.

Gambar 5 Penentuan Jenis Tanaman Prioritas Pengembangan Hutan Rakyat

3.4.1 Kebutuhan Industri

Data kebutuhan industri merupakan jumlah bahan baku kayu bulat yang dibutuhkan oleh IPHHK setiap tahunnya. Data ini diperoleh dari laporan Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) yang merupakan kewajiban IPHHK untuk membuat setiap tahunnya. Data kapasitas produksi kayu yang diperoleh dari RPBBI adalah kebutuhan kayu berdasarkan kapasitas produksi

KEBUTUHAN INDUSTRI PREFERENSI MASYARAKAT PRODUKSI HUTAN RAKYAT JENIS TANAMAN PRIORITAS Analisa Finansial

dari mesin terpasang setiap tahunnya. Untuk kebutuhan bahan baku sendiri digunakan asumsi bahwa rendemen kayu adalah 50% sehingga kebutuhan bahan baku adalah 2 (dua) kali lipat dari jumlah kapasitas produksi.

Selain kebutuhan bahan baku kayu bulat pertahun juga dianalisis kebutuhan bahan baku IPHHK perjenis produksi. Ini untuk melihat jenis kayu apa yang dibutuhkan oleh IPHHK di Provinsi Jawa Timur

3.4.2 Preferensi Masyarakat

Data preferensi masyarakat diperoleh dari data sekunder yang telah ada di Dinas Kehutanan Provinsi. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur telah mengumpulkan data mengenai jenis tanaman apa yang lebih disukai oleh masyarakat per kabupaten di Jawa Timur untuk ditanam diwilayah masing- masing.

Data tersebut diolah lebih lanjut dengan memberikan skor terhadap berbagai jenis tanaman kehutanan yang banyak diminati. Skor 1 adalah untuk tanaman yang disukai sedangkan skor 0 adalah untuk yang tidak disukai. Total skor tertinggi menentukan jenis tanaman kehutanan yang paling disukai untuk dikembangkan diseluruh wilayah Jawa Timur

3.4.3 Produksi Kayu Rakyat

Data produksi kayu rakyat eksisting diperoleh dari SKAU dan SKSKB-KR yang diterbitkan oleh masing-masing Kabupaten. Dari data surat angkutan yang dikeluarkan diketahui volume terbesar dari kayu rakyat yang tumbuh di Jawa Timur selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai 2011. Produksi kayu rakyat secara tidak langsung menunjukkan trend permintaan dari industri terhadap jenis kayu rakyat.

3.4.4. Tinjauan Analisis Finansial

Tinjauan analisis finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan proyek (dalam hal ini pengusahaan hutan rakyat terhadap jenis tanaman prioritas yang terpilih menggunakan metode Net Present Value(NPV), Internal Rate of Return (IRR) danBenefit Cost Ratio(BCR).

Perhitungan finansial hutan rakyat dilakukan pada akhir daur masing- masing jenis tanaman. Analisis ini dilakukan terhadap produksi, biaya produksi dan pendapatan atau keuntungan terhadap pola pengelolaan hutan rakyat.

Biaya-biaya yang dimasukkan pada analisa ini pengadaan alat, bibit, pupuk, insektisida dan biaya tenaga kerja. Sedangkan biaya pemanenan tidak dihitung, karena biaya pemanenan berupa biaya tebang, pengangkutan dan perijinan umumnya ditanggung oleh pembeli. Data yang dipergunakan adalah data sekunder baik yang berasal dari wawancara di lapangan dengan petani, pedagang perantara, IPHHK maupun pemerintah daerah, juga menggunakan data yang berasal dari literatur terdahulu.

Untuk menilai kelayakan dari jenis tanaman prioritas yang telah dipilih berdasarkan analisis terdahulu maka hal-hal yang perlu dinilai dalam analisis finansial adalah :

Analisis NPV (Net Present Value)

NPV atau nilai bersih sekarang adalah alat yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari laba suatu investasi apakah investasi tersebut memberi keuntungan atau bahkan sebaliknya. NPV dihitung dengan cara menghitung nilai sekarang laba (nilai sekarang pendapatan dikurangi nilai sekarang investasi / biaya operasional) tahun pertama hingga tahun terakhir umur proyek investasi. Kemudian nilai sekarang laba tahun pertama hingga tahun terakhir dijumlahkan. Proyek investasi ini baru layak dijalankan jika total nilai sekarang lebih besar dari 0 (nol). Persamaan Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut :

Bt = Pendapatan dari hutan rakyat pada tahun ke - t Ct = Biaya pengusahaan hutan rakyat pada tahun ke - t i = Tingkat suku bunga yang berlaku

t = Jangka waktu daur ( i = 1, 2, ..,n)

AnalisisBenefit Cost Ratio(Rasio B/C)

Rasio B/C adalah rasio dari pendapatan (B=Benefit) dibandingkan dengan biaya (C=Cost) yang telah dihitung nilai sekarangnya (telah didiscount factor). Analisis ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Proyek investasi baru layak dijalankan, jika rasio B/C lebih besar dari 1 (satu). PersamaanBenefit Cost Ratio(BCR) adalah sebagai berikut :

Bt = Pendapatan dari hutan rakyat pada tahun ke - t Ct = Biaya pengusahaan hutan rakyat pada tahun ke - t i = Tingkat suku bunga yang berlaku

t = Jangka waktu daur ( i = 1, 2, ..,n)

Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Returnmenghitung tingkat bunga pada saat arus kas sama dengan 0 (nol) atau pada saat laba (pendapatan dikurangi laba) yang telah didiscount factor sama dengan 0 (nol). IRR ini berguna untuk mengetahui pada tingkat bunga berapa proyek investasi tetap memberikan keuntungan. Jika bunga sekarang kurang dari IRR maka proyek dapat diteruskan sedangkan jika bunga lebih dari IRR maka proyek investasi lebih baik dihentikan. Persamaan Internal Rate of Return(IRR) adalah sebagai berikut :

Dimana :

i' = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV' i'' = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV'' NPV' = NPV pada tingkat bunga i'

NPV'' = NPV pada tingkat bunga i''

3.5 Identifikasi Ketersediaan Lahan Untuk Pengembangan Hutan Rakyat Sasaran lokasi pengembangan hutan rakyat adalah : (1) lahan yang karena kelerengannya tidak memungkinkan untuk budidaya tanaman pertanian, (2) lahan kritis, (3) lahan yang karena pertimbangan khusus misalnya untuk perlindungan mata air atau bangunan air, (4) lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan apabila dijadikan hutan rakyat dari pada tanaman semusim, dan (5) lahan-lahan tidak produktif lainnya.

Kriteria tersebut kemudian diterjemahkan kedalam peta menjadi sebagai berikut : (1) merupakan kawasan budidaya pertanian lahan kering (lahan non sawah); (2) bukan merupakan kawasan hutan (Hutan konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi); (3) bukan merupakan kawasan perkebunan (negara); (4) bukan permukiman; (5) bukan kawasan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang ditetapkan sebagai zone khusus seperti zone industri misalnya.

LL

Gambar 6 Penentuan Ketersediaan Lahan Pengembangan Hutan Rakyat

Pada gambar 6 terlihat analisis ketersediaan lahan hutan rakyat dilakukan dengan metode tumpang tindih (overlay) dengan menggunakan Software GIS. Tahapan adalah sebagai berikut :

1. Interpretasi citra Jawa Timur terbaru untuk mendapatkan peta penggunaan lahan eksisting yang selanjutnya ditumpangtindihkan dengan Peta RTRW Jawa Timur, Peta Kawasan Hutan dan Peta Administrasi sehingga didapat peta ketersediaan hutan rakyat potensial.

2. Menganalisa kebutuhan jenis kayu dari IPHHK sehingga diketahui jenis tanaman apa yang potensial untuk dikembangkan.

3. Selanjutnya dengan memperhatikan pertimbangan faktor-faktor kesesuaian lahan, maka diperoleh peta kesesuian dari lahan yang tersedia untuk pengembangan hutan rakyat.

LANDSAT TM7

PETA LANDUSE EKSISTING

- Lahan Kososng - Semak/belukar - Areal Pertanian Semusim

PETA RTRW

- Non Pemukiman - Non Industri

PETA KAWASAN HUTAN

- Areal Penggunaan Lain

PETA KETERSEDIAAN

3.6 Identifikasi Kesesuaian Lahan Berdasarkan Lahan yang Tersedia

Analisis kesesuaian lahan terhadap ketiga jenis tanaman kayu potensial pada penelitian ini menggunakan peta kesesuaian lahan yang merupakan hasil proyek Regional Physical Planning Program for Transmigration (RePPProT). Proyek ini merupakan kerjasama antara Departemen Transmigrasi dengan UK Overseas Development Administration. Karena penelitian ini meliputi skala provinsi dengan lahannya yang relatif luas, maka evaluasi lahan yang digunakan adalah tingkat tinjau.

Klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan pada analisis ini adalah menurut kerangka evaluasi lahan FAO. Data-data karakteristik fisik dan kimia tanah tidak diamati secara langsung, tetapi menggunakan data dan peta landsystem Jawa Timur. Peta ini merupakan skala tinjau 1:250.000. Karena peta yang digunakan adalah berskala kecil, maka kesesuaian lahan yang digunakan adalah sampai tingkat Ordo. Ordo menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Ordo ini dibedakan menjadi dua yaitu Ordo S (sesuai) dan Ordo N (tidak sesuai). Lahan yang termasuk dalam Ordo sesuai merupakan lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan sedangkan ordo tidak sesuai adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunanya untuk tujuan yang telah direncanakan.

Gambar 7 Penentuan Kesesuaian Lahan Menurut Jenis Tanaman Terpilih RePPProt (Peta Landsystem) KESESUAIAN JENIS TANAMAN PRIORITAS - Peta Lereng - Peta Curah Hujan - Jenis tanah - Elevasi

Pada gambar 7 menunjukkan setelah diperoleh kesesuaian lahan berdasarkan data Reppprot selanjutnya data tersebut dioverlay dengan peta lereng, curah hujan, jenis tanah dan elevasi Jawa Timur untuk mengupdatedata pada peta landsystem Jawa Timur. Langkah ini adalah untuk menentukan kesesuaian lahan berdasarkan syarat tumbuh bagi tanaman prioritas terpilih di seluruh wilayah Jawa Timur.

Klasifikasi kesesuaian lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya untuk tujuan tertentu. Pada penelitian ini digunakan kesesuaian lahan pada tingkat ordo yang menunjukan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk suatu jenis penggunaan tertentu. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan atas Ordo S (sesuai) dimana lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan ini akan memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan dan Ordo N (tidak sesuai) dimana lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan tertentu. Lahan tidak sesuai karena adanya berbagai penghambat, baik secara fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu, dan sebagainya) atau secara ekonomi yaitu keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

3.7 Analisis Pola Kemitraan Eksisting

Untuk menentukan pola kemitraan yang disukai masyarakat berdasarkan pola kemitraan yang telah ada di Jawa Timur adalah dengan metode AHP. Metode Analytical Hierarchy Procees (AHP) merupakan metode untuk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria yang digunakan dalam menentukan pola kemitraan mana yang menjadi prioritas yang disukai responden untuk dikembangkan di Provinsi Jawa Timur.

Langkah awal dari proses ini adalah merinci tujuan/permasalahan kedalam komponen-komponen dan kemudian diatur kedalam tingkatan-tingkatan hirarki. Selanjutnya dilakukan pembobotan sehingga diketahui pola kemitraan mana yang merupakan prioritas untuk dikembangkan sebagaimana hirarki pada Gambar 8 berikut ini.

Gambar 8 Hirarki Bentuk Pola Kemitraan

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuisioner pada stakeholders yang terlibat dalam kegiatan hutan rakyat. Responden adalah Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Direktur IPHHK di Gresik, Jombang, Lumajang dan Ketua Kelompok Tani Hutan Rakyat di Bangkalan, Mojokerto, Lumajang dan Tuban.

Aspek-aspek dalam penetapan prioritas pola kemitraan adalah modal usaha, pemasaran dan bimbingan teknis yang merupakan pertimbangan utama dalam suatu pola kemitraan. Modal usaha meliputi semua pengeluaran untuk produksi termasuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja, pemasaran merupakan kemudahan petani untuk menjual hasil produksi dengan adanya kepastian pasar dan bimbingan teknis meliputi adanya bimbingan dan penyuluhan terhadap petani dalam budidaya tanaman hutan rakyat.

Pola kemitraan yang sering dipergunakan dalam hutan rakyat adalah : 1. Pola A merupakan pola kemitraan dimana IPHHK memberikan bantuan bibit

tanpa ada perjanjian bagi petani untuk menjual hasil panen kayu ke IPHHK yang bersangkutan

2. Pola B merupakan kemitraan dimana IPHHK memberikan bantuan bibit, saprodi dan bimbingan teknis dengan perjanjian seluruh hasil panen dijual ke IPHHK yang bersangkutan

3. Pola C merupakan kemitraan dimana IPHHK memberikan kredit lunak kepada petani yang pengembalian setelah panen dengan bunga yang telah disepakati.

4. Pola D merupakan kemitraan dengan sistem inti plasma. Dimana IPHHK merupakan inti dan petani adalah plasma. Inti memberikan modal, sarana

Bentuk Pola Kemitaan Antara Industri dan Masyarakat

MODAL USAHA PEMASARAN BIMBINGAN TEKNIS

produksi dsb dengan perjanjian penjualan hasil panen ke inti dengan memotong biaya produksi yang telah dikeluarkan

3.8 Penyusunan Arahan Pengembangan Hutan Rakyat

Dalam penyusunan arahan digunakan metode deskriptif berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagaimana pada gambar 4. Arahan pengembangan dibagi menjadi arahan berdasarkan jenis yaitu dengan menggunakan data-data yang diperoleh untuk penentuan jenis tanaman prioritas yang akan dikembangkan. Arahan berdasarkan lokasi merupakan arahan pengembangan hutan rakyat berdasarkan ketersediaan lahan dan kesesuaian jenis tanaman. Arahan kemitraan merupakan arahan bagaimana bentuk pola kemitraan yang akan dikembangkan di Provinsi Jawa Timur untuk IPHHK yang akan bermitra dengan petani hutan rakyat.

Analisis optimasi transportasi digunakan untuk menentukan arahan pengembangan berdasarkan lokasi. Analisis transportasi yaitu melihat minimum biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan suplai bahan baku industri oleh hutan rakyat

Fungsi Tujuan : Minimisasi ܼ=෍ ∑௝ୀଵCij. . Xij ଵୀଵ

Dengan kendala

ଵୀଵXij ൑Oij untuk i=1,2,..,m (kendala produksi)

 ∑ଵୀଵXij ൒Dij untuk i=1,2,..,m (kendalademand)

 Xij ≥ 0 (kendala non negativitas, karena jumlah barang dan jasa yang dikirim tidak mungkin negatif)

Dimana :

i = wilayah hutan rakyat

j = wilayah IPHHK

xij = jumlah kayu yang ditransportasikan dari wilayah i ke wilayah j

cij = ongkos transpor yang harus dibayar untuk setiap unit xij yang ditransport dari wilayah I ke wilayah j

Oi = kapasitas produksi total di wilayah i Dj = permintaan total (total demand) wilayah j

Gambar 4. Skema Alur Penelitian

OPTIMASI KEMITRAAN IPHK DENGAN PETANI KELEMBAGAAN EKSISTING PREFERENSI POLA KEMITRAAN POLA KEMITRAAN POTENSIAL

PETA KETERSEDIAAN DAN KESESUAIAN LAHAN

LANDSAT TM7

PETA LANDUSE EKSISTING

PETA RTRW PETA KAWASAN HUTAN PETA KETERSEDIAAN LAHAN KEBUTUHAN INDUSTRI PREFERENSI

MASYARAKAT PRODUKSIHUTAN RAKYAT JENIS TANAMAN PRIORITAS overlay overlay AHP AHP

ARAHAN PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT

ARAHAN JENIS TANAMAN ARAHAN LOKASI PENGEMBANGAN

ARAHAN KELEMBAGAAN

KESESUAIAN LAHAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan

Provinsi Jawa Timur terletak pada 111˚0’ hingga 114˚4’ Bujur Timur, dan 7˚12’ hingga 8˚48’ Lintang Selatan. Disebelah utara Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Pulau Kalimantan, sebelah timur berbatasan dengan Pulau Bali, selatan dengan Samudera Indonesia. Sedangkan disebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

Secara umum, wilayah Provinsi Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Pulau Madura. Dimana luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup 90 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur sendiri mencapai 47.156 km², terbagi ke dalam 29 kabupaten, 9 kota, dan 657 kecamatan dengan 8.497 desa/kelurahan (785 kelurahan dan 8.484 desa).

Gambar 9 Peta Administrasi Provinsi Jawa Timur

Panjang bentangan Jawa Timur pada Barat-Timur sekitar 400 kilometer dan lebar bentangan Utara-Selatan di bagian Barat sekitar 200 kilometer, sedangkan di bagian Timur lebih sempit, hanya sekitar 60 kilometer. Madura adalah pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan Jawa oleh

Selat Madura, sementara Pulau Bawean berada sekitar 150 kilometer sebelah Utara Jawa. Di sebelah Timur Madura terdapat gugusan pulau, paling Timur adalah Kepulauan Kangean, dan paling Utara adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian Selatan terdapat dua pulau kecil, Nusa Barung dan Pulau Sempu.

Tabel 4 Luas dan Jumlah Kecamatan dan Desa di Jawa Timur

No Kabupaten/Kota Luas (Ha) Kecamatan Desa

1 Kota Surabaya 355 31 163 2 Kota Mojokerto 1.647 2 18 3 Kota Madiun 3.392 3 27 4 Kota Kediri 6.340 3 46 5 Kota Blitar 3.258 3 21 6 Kota Malang 11.006 5 57 7 Kota Pasuruan 3.658 3 34

Dokumen terkait