• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Analisis

1. Analisis Deskriptif

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari 2 (dua) perusahaan perbankan milik pemerintah, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan selama periode 2007-2009. Dengan demikian terdapat 2 (dua) perusahaan perbankan yang dianalisis mengenai kinerja keuangannya. Dalam penelitian ini analisis kinerja hanya dibatasi pada aspek kuantitatif yakni mengenai rasio keuangannya.

Rasio keuangan yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis kinerja keuangan melalui rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas selama periode 2007-2009 dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009

Rasio Periode Rata - rata

2007 2008 2009

Quick Ratio 49,19 % 10,46 % 50,41 % 36,69%

Banking Ratio 72,72 % 177,1 % 137,61 % 129,14%

Loan to Assets Ratio 8,81 % 53,51 % 69,93 % 44,08%

CAR 88,59 % 57,17 % 51,58 % 65,78% Primary Ratio 80,03 % 63,37 % 43,70 % 62,37% Capital Ratio 907,5 % 118,41 % 62,49 % 362,80% ROA 0,03 % 2,59 % 1,78 % 1,47% ROE 0,04 % 4,10 % 4,09 % 2,74% GPM (3791,15%) 93,33 % 19,43 % (1226,13%)

Sumber : Data sekunder (diolah)

Tabel 4.2

Rasio Keuangan Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009

Rasio Periode Rata – rata

2007 2008 2009

Quick Ratio 11,58 % 10,65 % 20,23 % 14,15%

Banking Ratio 65,29 % 53,44 % 56,08 % 58,27%

Loan to Assets Ratio 85,65 % 40,76 % 42,73 % 56,38%

CAR (99,28 %) 6,47 % 9,34 % (27,82%) Primary Ratio (86,15 %) 4,92 % 6,35 % (24,96%) Capital Ratio (100,59 %) 12,07 % 14,87 % (24,55%) ROA (92,35 %) (43,04 %) 1,40 % (44,66%) ROE (107,19 %) (874,7 %) 2,10 % (326,60%) GPM (18,37 %) 3,65 % 27,38 % 4,22%

2. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan yang dilakukan terhadap dua bank umum milik pemerintah, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan dari masing-masing bank. Kinerja keuangan tersebut ditunjukkan dengan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Rasio keuangan dari kedua bank selama periode 2007-2009 dapat dianalisis seperti berikut :

1. Bank Syari’ah Mandiri (BSM)

Hasil perhitungan rasio keuangan Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas selama periode 2007-2009 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut :

a) Likuiditas

Hasil perhitungan rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan periode 2007-2009 mencakup quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009

Rasio Periode Rata - rata

2007 2008 2009

Quick Ratio 49,19 % 10,46 % 50,41 % 36,69%

Banking Ratio 72,72 % 177,1 % 137,61 % 129,14%

Loan to Assets Ratio 8,81 % 53,51 % 69,93 % 44,08%

Gambar 4.1. Grafik Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan (diolah)

Rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets

ratio pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Quick ratio pada tahun 2007 sebesar 49,19 % menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,49,-. Pada tahun 2008 quick ratio mengalami penurunan menjadi 10,46 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash

assets sebesar Rp. 0,10,-. Sedangkan pada tahun 2009 quick ratio kembali

meningkat menjadi 50,41 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,5,-. Penurunan quick

ratio pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa bank kurang mampu

meningkatkan kualitas kas atau asetnya. Semakin rendah quick ratio maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Sedangkan pada tahun 2009, quick ratio mengalami peningkatan. Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah. Rasio ini tidak mencapai atau mendekati 100 % sebagai rule of thumb-nya. Hal ini

0 50 100 150 200 2007 2008 2009 Tahun P er sen tase ( % ) Quick Ratio Banking Ratio Loan to Assets Ratio

memperlihatkan bahwa bank Syariah ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh sebab itu, tingkat likuiditas bank Syariah ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik.

2) Banking ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 72,72 %, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,727,- dari pembiayaan yang diberikan. Pada tahun 2008, banking ratio meningkat menjadi 177,1 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 1,77,- dari pembiayaan yang diberikan. Sedangkan banking ratio pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 137,61 %, hal ini berarti setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 1,37,- dari pembiayaan yang diberikan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pada tahun 2008 nilai banking ratio adalah paling tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa pada tahun tersebut tingkat likuiditas bank paling rendah karena bank membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk membiayai pembiayaannya. Meskipun banking ratio mengalami penurunan pada tahun 2009, namun nilai rasio ini masih tergolong tinggi. Oleh karena itu tingkat likuiditas bank Syariah ini dilihat dari banking

ratio tergolong masih rendah. Semakin rendah nilai banking ratio maka

tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi. Hal ini karena bank dapat menjamin dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah peminjam dengan menggunakan depositonya. Banking ratio yang semakin rendah menandakan bahwa bank Syariah ini tidak membutuhkan jumlah dana yang besar untuk membiayai pembiayaan yang diberikannya.

3) Assets to loan ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 8,81 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari asset yang tersedia mampu

memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,08,-. Pada tahun 2008 assets to loan ratio mengalami peningkatan menjadi 53,51 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,53,-. Sedangkan pada tahun 2009 assets to loan ratio sebesar 69,93 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,699,-. Ditinjau dari loan to assets ratio, tingkat likuiditas bank ini masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai loan to assets ratio yang semakin meningkat setiap tahunnya. Nilai rasio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah rendah. Ini disebabkan karena total kredit atau pembiayaan yang diminta nasabah mendekati atau bahkan lebih besar dibanding dengan total aset yang dimiliki bank tersebut.

b) Solvabilitas

Hasil perhitungan rasio solvabilitas yang mencakup Capital Adequacy

Ratio (CAR), primary ratio dan capital ratio pada bank syari’ah ini dapat

ditunjukkan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009

Rasio Periode Rata - rata

2007 2008 2009

CAR 88,59 % 57,17 % 51,58 % 65,78%

Primary Ratio 80,03 % 63,37 % 43,70 % 62,37%

Capital Ratio 907,5 % 118,41 % 62,49 % 362,80%

0 40 80 120 160 200 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se ( % ) CAR Primary Ratio Capital Ratio

Gambar 4.2. Grafik Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan (diolah)

Rasio solvabilitas yang mencakup Capital Adequacy Ratio (CAR), primary

ratio, dan capital ratio dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) CAR pada tahun 2007 adalah sebesar 88,59 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,8859,-. Sedangkan pada tahun 2008, CAR mengalami penurunan menjadi 57,17 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,57,-. Pada tahun 2009 CAR kembali menurun menjadi 51,58 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,51,-. Semakin tinggi nilai CAR maka solvabilitas semakin baik. CAR yang semakin tinggi mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian pembiayaan. Oleh karena itu meskipun rasio ini mengalami penurunan setiap tahunnya namun nilai CAR pada bank Syariah ini masih tergolong cukup baik. Nilai CAR dikatakan rendah apabila nilai CAR kurang dari nilai yang ditentukan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 8 %. CAR yang

rendah mencerminkan bahwa permodalan dalam bank kurang baik sehingga bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembiayaan dan perdagangan securities.

2) Primary ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 80,03 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,80,-. Sedangkan primary ratio pada tahun 2008 yang menunjukkan angka 63,37 % menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,63,-. Pada tahun 2009

primary ratio mengalami penurunan menjadi 43,70 %, hal ini

menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,43,-.

3) Capital ratio pada tahun 2007 sebesar 907,5 % menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 9,07,-. Pada tahun 2008 terlihat bahwa capital ratio mengalami penurunan menjadi 118,41 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 1,18,-. Sedangkan

capital ratio pada tahun 2009 menunjukkan angka 62,49 %, hal ini

menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity

capital sebesar Rp. 0,62,-. Dari tabel diatas terlihat bahwa capital ratio

mengalami penurunan tiap tahunnya. Meskipun demikian, selama periode 2007-2009 nilai rasio ini masih tergolong tinggi sehingga pada tahun tersebut tingkat solvabilitasnya cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki permodalan yang baik sehingga dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang dilakukan oleh bank.

c) Rentabilitas

Hasil perhitungan rasio rentabilitas yang mencakup Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Gross Profit Margin (GPM) pada bank Syariah ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009

Rasio Periode Rata - rata

2007 2008 2009

ROA 0,03 % 2,59 % 1,78 % 1,47%

ROE 0,04 % 4,10 % 4,09 % 2,74%

GPM (3791,15%) 93,33 % 19,43 % (1226,13%)

Sumber : Data sekunder (diolah)

Gambar 4.3. Grafik Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan (diolah)

0 1 2 3 4 5 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se ( % ) ROA ROE -4800 -3800 -2800 -1800 -800 200 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se ( % ) GPM

Rasio rentabilitas yang mencakup Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Gross Profit Margin (GPM) dapat dijelaskan seperti berikut. 1) ROA pada tahun 2007 menunjukkan angka 0,03 %, hal ini menunjukkan

bahwa setiap Rp. 1,- dari aset menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0003,-. Sedangkan ROA pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 2,59 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0259,-. Pada tahun 2009 ROA menurun menjadi 1,78 %, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0178,-. Kenaikan ROA pada tahun 2008 menjadi 2,59 % menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya cukup baik. Meskipun pada tahun 2009 ROA mengalami penurunan menjadi 1,78 %, akan tetapi nilai ROA pada bank ini tergolong cukup baik.

2) ROE pada tahun 2007 sebesar 0,04 % menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0004,-. Pada tahun 2008 ROE meningkat menjadi 4,10 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari modal dapat menghasilkan laba perusahaan sebesar Rp. 0,041,-. Sedangkan pada tahun 2009 ROE sebesar 4,09% menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal dapat menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0409,-. Peningkatan yang terjadi tiap tahunnya terhadap rasio ini mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modalnya sudah cukup baik.

3) GPM pada tahun 2007 menunjukkan angka negatif, yakni sebesar 3791,15 %, hal ini menggambarkan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan oleh

perusahaan belum mampu menghasilkan operating income karena perusahaan baru didirikan. Pada tahun 2008 GPM menunjukkan angka 93,33 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,933,-. Sedangkan pada tahun 2009 terlihat GPM mengalami penurunan menjadi 19,43 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan hanya mampu menghasilkan

operating income sebesar Rp. 0,194,-. Peningkatan nilai GPM pada

tahun 2008 menjadi 93,33 % mencerminkan bahwa pada tahun tersebut kemampuan bank dalam memperoleh laba dari operasional usahanya sudah cukup tinggi. Sedangkan pada tahun 2009 GPM mengalami penurunan menjadi 19,43 %. Meskipun nilai GPM mengalami kenaikan dan penurunan namun bank tersebut terlihat cukup mampu menghasilkan laba melalui operasional usahanya.

2. Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)

Hasil perhitungan rasio keuangan Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas selama periode 2007-2009 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut :

a) Likuiditas

Hasil perhitungan rasio likuiditas Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan periode 2007-2009 mencakup quick ratio, banking

ratio dan loan to assets ratio dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009

Rasio Periode Rata - rata

2007 2008 2009

Quick Ratio 11,58 % 10,65 % 20,23 % 14,15%

Banking Ratio 65,29 % 53,44 % 56,08 % 58,27%

Loan to Assets Ratio 85,65 % 40,76 % 42,73 % 56,38%

Sumber : Data sekunder (diolah)

Gambar 4.4. Grafik Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan (diolah)

Rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets

ratio seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai

berikut: 0 20 40 60 80 100 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se ( % ) Quick Ratio Banking Ratio Loan to Assets Ratio

1) Quick ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 11,58 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,1158,-. Pada tahun 2008 quick ratio mengalami penurunan menjadi 10,65 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,0106,-. Sedangkan tahun 2009 quick ratio terlihat meningkat menjadi 20,23 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,2023,-. Penurunan quick ratio pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa bank kurang mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya. Semakin rendah

quick ratio maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena

bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Sedangkan pada tahun 2009, quick ratio mengalami peningkatan. Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah. Rasio ini tidak mencapai atau mendekati 100 % sebagai rule of

thumb-nya. Hal ini memperlihatkan bahwa bank ini kurang mampu

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh sebab itu, tingkat likuiditas bank ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik.

2) Banking ratio pada tahun 2007 adalah sebesar 65,29 %, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,6529,- dari kredit yang diberikan. Sedangkan pada tahun 2008 banking

ratio menurun menjadi 53,44 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,-

dari deposit dijamin oleh Rp. 0,5344,- dari kredit yang diberikan. Pada tahun 2009 terlihat banking ratio meningkat menjadi 56,08 % yang berarti setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,5608,- dari kredit yang

diberikan. Berdasarkan tabel 4.6. diatas terlihat bahwa nilai rasio ini mengalami penurunan dari tahun 2007-2008 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat likuiditas bank ini dilihat dari banking ratio cukup baik. Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi. Nilai banking ratio yang lebih kecil dari 100 % menunjukkan bahwa bank ini dapat memberikan kredit kepada kreditor dengan menggunakan depositonya sehingga bank tidak membutuhkan jumlah dana yang besar untuk membiayai kreditnya. 3) Loan to assets ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 85,65 %, hal ini

menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,8565,-. Pada tahun 2008 terlihat bahwa loan to assets ratio mengalami penurunan menjadi 40,76 % yang berarti di setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia hanya mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,4076,-. Sedangkan pada tahun 2009 loan to assets ratio meningkat menjadi 42,73 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,4273,-. Berdasarkan pada tabel 4.6. diatas maka dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 nilai loan to assets ratio adalah paling tinggi. Sedangkan penurunan nilai rasio yang terjadi pada tahun 2008, dan 2009 menunjukkan bahwa dalam tahun tersebut tingkat likuiditasnya cukup baik. Nilai rasio yang semakin rendah menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah cukup tinggi. Ini disebabkan karena total kredit yang diminta nasabah

cenderung lebih kecil dibandingkan dengan total aset yang dimiliki bank tersebut.

b) Solvabilitas

Hasil perhitungan rasio solvabilitas yang mencakup Capital Adequacy

Ratio (CAR), primary ratio dan capital ratio pada bank ini dapat

ditunjukkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Rasio Solvabilitas Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009

Rasio Periode Rata - rata

2007 2008 2009

CAR (99,28 %) 6,47 % 9,34 % (27.82%)

Primary Ratio (86,15 %) 4,92 % 6,35 % (24.96%)

Capital Ratio (100,59 %) 12,07 % 14,87 % (24.55%)

Sumber : Data sekunder (diolah)

Gambar 4.5. Grafik Rasio Solvabilitas BRI Syariah Periode 2007-2009

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang petisah Medan (diolah)

Rasio solvabilitas yang mencakup Capital Adequacy Ratio (CAR), primary

ratio, dan capital ratio seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan

sebagai berikut : -110 -95 -80 -65 -50 -35 -20 -5 10 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se ( % ) CAR Primary Ratio Capital Ratio

1) CAR pada tahun 2007 menunjukkan angka yang negatif sebesar 99,28 %, hal ini menunjukkan bahwa bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam perkreditan dan perdagangan surat berharga. Sedangkan pada tahun 2008 CAR mengalami peningkatan menjadi 6,47 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,647,-. Pada tahun 2009 CAR kembali meningkat menjadi 9,34 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,934,-. Semakin tinggi nilai CAR maka solvabilitas semakin baik. CAR yang semakin tinggi mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian kredit. Meskipun rasio ini mengalami peningkatan pada tahun 2008 namun nilai CAR pada bank ini masih kurang baik. Nilai

CAR dikatakan rendah apabila kurang dari nilai CAR yang ditentukan oleh

Bank Indonesia yakni sebesar 8 %. CAR yang rendah mencerminkan bahwa permodalan dalam bank kurang baik sehingga bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam kredit dan perdagangan securities. Sementara pada tahun 2009 nilai CAR bank ini terlihat sudah cukup baik.

2) Primary ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka negatif, yakni sebesar 86,15 %, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menjamin aset dengan equity capital yang dimilikinya. Pada tahun 2008 primary

ratio mengalami peningkatan menjadi 4,92 % yang berarti bahwa

setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,0492,-. Pada tahun 2009 primary ratio kembali mengalami peningkatan menjadi

6,35 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh

equity capital sebesar Rp. 0,0635,. Berdasarkan tabel 4.7. terlihat bahwa

rasio ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan rasio ini memperlihatkan bahwa bank ini cukup mampu memperbaiki kinerja keuangannya. Meskipun mengalami kenaikan, namun nilai rasio-rasio ini tergolong masih rendah. Primary ratio yang rendah menunjukkan bahwa modal yang dimiliki bank lebih kecil dari total aset.

3) Capital ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka negatif sebesar 100,59 %, hal ini menunjukkan bahwa bank ini tidak dapat menjamin kredit dengan equity capital yang dimilikinya. Capital ratio mengalami kenaikan menjadi 12,07 % pada tahun 2008, hal ini berarti bahwa di setiap Rp. 1,- dari kredit dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,1207,-. Pada tahun 2009 capital ratio kembali meningkat menjadi 14,87 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dijamin oleh equity

capital sebesar Rp. 0,1487,-. Dari tabel diatas terlihat bahwa capital

ratio mengalami peningkatan tiap tahunnya. Meskipun demikian nilai

rasio ini tergolong masih rendah. Capital ratio yang rendah menunjukkan bahwa bank memiliki permodalan yang kurang baik sehingga kemampuan untuk dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang dilakukan oleh bank masih kurang.

c) Rentabilitas

Hasil perhitungan rasio rentabilitas yang mencakup Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Gross Profit Margin (GPM) pada bank ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8

Rasio Rentabilitas Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009

Rasio Periode Rata - rata

2007 2008 2009

ROA (92,35 %) (43,04 %) 1,40 % (44,66%)

ROE (107,19 %) (874,7 %) 2,10 % (326,60%)

GPM (18,37 %) 3,65 % 27,38 % 4,22%

Sumber : Data sekunder (diolah)

Gambar 4.6. Grafik Rasio Rentabilitas BRI Syariah Periode 2007-2009

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang petisah Medan (diolah)

Rasio rentabilitas yang mencakup Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Gross Profit Margin (GPM) seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan seperti berikut:

1) Pada tahun 2007 dan 2008 terlihat bahwa perusahaan mengalami kerugian. Hal tersebut dapat dilihat dalam ROA yang menunjukkan angka negatif yakni masing-masing sebesar 92,35 % dan 43,04 %. Hal ini

-900 -800 -700 -600 -500 -400 -300 -200 -100 0 100 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se ( % ) ROA ROE GPM

menggambarkan bahwa perusahaan kurang mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk memperoleh laba atau keuntungan. Sedangkan

ROA pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,40 %, hal ini

menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,0140,-. Kenaikan ROA pada tahun 2009 menjadi 1,40 % menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya pada tahun tersebut cukup baik.

2) Pada tahun 2007 dan 2008 terlihat bahwa ROE menunjukkan angka negatif yaitu sebesar 107,19 % dan 874,7 %, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu memperoleh laba dan efesiensi secara keseluruhan melalui penggunaan modal. Pada tahun 2009 ROE mulai mengalami peningkatan menjadi 2,10 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal mampu menghasilkan laba atau keuntungan sebesar Rp. 0,021,-. Peningkatan nilai ROE pada tahun 2009 mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modalnya dalam tahun tersebut sudah cukup baik.

3) GPM pada tahun 2007 menunjukkan angka negatif sebesar 18,37 %, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu menghasilkan

operating income dari biaya operasional yang dikeluarkannya. Sedangkan

GPM pada tahun 2008 meningkat menjadi 3,65 %, hal ini menunjukkan

bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasional mampu menghasilkan

operating income sebesar Rp. 0,0365,-. Pada tahun 2009 terlihat GPM

kembali mengalami peningkatan menjadi 27,38 %, hal ini mencerminkan bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasional perusahaan mampu

menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,2738,-. Peningkatan nilai GPM setiap tahunnya mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam memperoleh laba dari operasional usahanya cukup baik. Nilai

GPM yang semakin meningkat memperlihatkan bahwa bank tersebut

mampu meningkatkan kinerja keuangannya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat pula diketahui tingkat kesehatan kedua bank tersebut. Tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Syariah dapat dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas yang dibandingkan dengan nilai standar tingkat kesehatan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI), dapat dilihat pada tabel berikut :

Dokumen terkait