• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan lembaga PAUD di Kota Kupang tidak terlepas dari kerjasama berbagai pihak antara lain pengelola lembaga, kepala sekolah, guru, orang tua murid, pemerintah dan pihak lainnya. Secara umum jumlah lembaga PAUD mengalami peningkatan yang baik namun hal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan pelaporan keuangannya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini dimana berdasarkan hasil wawancara dan observasi terkait dokumen keuangan ditemukan adanya lembaga PAUD yang belum mengikuti standar atau acuan yang ada dalam mengelola keuangan lembaga.

12 Tabel 1 Hasil Wawancara

No Indikator Responden Wawancara1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. Dokumentasi: a. Laporan Keuangan        

b. Buku Kas Umum      

c. Buku Kas Harian

  

  

    d. Bukti Pembayaran Pajak

         e. Bukti Pertanggungjawaban          f. Rencana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Sekolah (RAPBS)

         2. Pemanfaatan Biaya:           a. Pengalokasian Biaya Investasi 



 

    b. Biaya Operasional Lembaga 

        c. Biaya Pembelajaran         3. Laporan Pembiayaan:           a. Laporan Keuangan         b. Penyusunan Laporan Keuangan    

  c. Pendistribusian Laporan     Keuangan           TOTAL 7 4 12 4 8 11 8 5 3 3

Berdasarkan hasil wawancara pada ke-10 lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Kupang dapat diketahui bahwa hanya 4 (empat) lembaga PAUD yang sudah baik dalam pengelolaan keuangan.

13 Dokumentasi

Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terkait pelaporan keuangan yang terdapat pada 10 (sepuluh) lembaga PAUD, ditemukan bahwa sebagian besar lembaga PAUD memiliki dokumen keuangan yang bervariasi. Hanya 4 (empat) lembaga PAUD dari 10 (sepuluh) lembaga PAUD yang digunakan dalam penelitian yang bisa dikategorikan baik jika dilihat dari segi kelengkapan dokumen keuangan. Digolongkan dalam kategori baik karenadalam membuat dokumen keuangan lembaga PAUD tersebut telah mengikuti aturan yang sudah ditetapkan yakni Peraturan Pemerintah Nomor 137 pasal 37, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, dan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Direktorat Pembinaan PAUD Kemdiknas (2013) dan telah memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan keuangan dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48, sedangkan 6 (delapan) lembaga PAUD lainnya dikategorikan kurang baik karena belum mampu menyajikan informasi-informasi keuangan dalam bentuk dokumen keuangan dengan baik sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan salah seorang kepala sekolah bahwa,

“Kami hanya membuat dokumen keuangan yang kami sesuaikan dengan kebutuhan di sekolahini.Sejauh ini kami hanya membuat pembukuan sederhana yang berisi jumlah uang yang masuk dan uang yang keluar atau yang kami sebut dengan Buku Kas

Umum.”

Hal ini terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor misalnya adanya ketidakpahaman dalam membuat dokumen keuangan serta dokumen keuangan yang harus dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan lembaga PAUD. Seperti pada lembaga PAUD 3 yaitu Tk St. Maria Ratu Karmel yang memiliki dokumen keuangan berupa: Laporan Keuangan Pogram, Buku Kas Umum, Buku Kas Harian, Bukti Pembayaran Pajak, Bukti pertanggungjawaban serta Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Lembaga, sedangkan lembaga PAUD 9 & 10 hanya memiliki dokumen keuangan berupa Buku Kas Umum. Perbedaan ini terjadi karena pihak yang diberi wewenang untuk membuat dokumen keuangan memiliki pemahaman yang berbeda dalam membuat dokumen keuangan. Ada yang sudah sangat paham membuat dokumen keuangan dan adapula yang

14 belum paham membuat dokumen keuangan karena kurangnya pengalaman dan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) bahwa kualfikasi tenaga pendidik yang tidak sesuai berdampak padakualitas pelayanan lembaga PAUD. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 137 Tahun 2014 pasal 24 ayat 5 sudah ditegaskan bahwa tenaga pendidik dan kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang disyaratkan yaitu harus bisa mengaplikasikan teknologi informasi dalam administrasi pendidikan dan mendokumentasikan data kelembagaan (keuangan) menggunakan berbagai media.

Pemanfaatan Biaya a. Biaya Investasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, yaitu perihal standar pembiayaan. Jenis pembiayaan yang dikemukakan dalam standar tersebut meliputi biaya investasi yang dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap. Hasil wawancara diketahui bahwa terdapat 6 (enam) lembaga PAUD yang tidak secara khusus memiliki biaya investasi.

Tidak tersedianya biaya investasi dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya karena keterbatasan dana yang dimiliki sehingga sekolah lebih memprioritaskan hal lain yang dirasa lebih penting sehingga kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung dan faktor terbatasnya jumlah murid sehingga sekolah menganggap tidak perlu banyak membuat biaya-biaya lain yang tidak perlu. Hal ini sesuai pernyataan seorang kepala sekolah,

“Untuk sementara sekolah kami belum secara khusus membuat biaya investasi.

Kalau mau dilihat dari kegunaan itu biaya investasi, yang pertama jumlah murid kami tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu adanya penambahan guru atau pengembangan SDM, yang kedua gereja telah memberikan fasilitas gedung untuk belajar dan untuk modal kerja tetap sejauh ini masih bersumber dari iuran murid

dan bantuan jemaat.”

Adanya keterbatasan dana atau kekurangan dana secara terus menerus yang menyebabkan banyak pos-pos dana yang tidak terpenuhi.Terkait dengan pendanaan, UU nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 46 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah pusat,

15 pemerintah daerah, dan masyarakat. Pada pasal 47 sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan kreativitas dari para kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana sehingga pos-pos dana yang seharusnya ada dapat terpenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa ada lembaga PAUD yang belum memiliki gedung sekolah sendiri serta ruang belajar yang layak.Pemerintah harus lebih memperhatikan hal-hal seperti ini, gedung sekolah dan ruang belajar adalah sarana untuk menunjang proses belajar dan mengajar yang menjadi kegiatan utama dari sebuah lembaga pendidikan. Dalam Nurteti (2008) dinyatakan bahwa keberhasilan pengelolaan atas dana pendidikan itu akan menimbulkan berbagai manfaat diantaranya memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efisien artinya dengan dana tertentu diperoleh hasil yang maksimal atau dengan dana minimal tercapai sebuah tujuan tertentu. Pada lembaga PAUD lainnya yang secara pelaporan keuangannya dikategorikan baik, biaya investasi yang ada dialokasikan untuk beberapa bagian penting guna menunjang keberlangsungan lembaga seperti membangun gedung sekolah dan penambahan sarana prasarana belajar.

b. Biaya Operasional Lembaga

Sumber biaya operasional untuk setiap lembaga PAUD yang diteliti telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 137 pasal 37 ayat 4 yaitu biaya operasional dan personal lembaga dapat bersumber dari pemerintah, yayasan, partisipasi masyarakat dan pihak lain yang tidak mengikat. Besarnya jumlah biaya operasional untuk masing- masing lembaga PAUD berbeda antara satu dengan lainnya. Jika dana tersebut bersumber dari pemerintah yaitu dalam bentuk bantuan operasional pemerintah (BOP) biasanya disesuaikan dengan jumlah murid. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa besarnya BOP adalah Rp. 600.000/murid. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,

“sonde setiap tahun katong bisa terima dana bantuan operasional pemerintah

(BOP), karena untuk bisa dapat bantuan katong musti ajukan proposal. Besarnya jumlah yang bisa diperoleh tergantung dari berapa jumlah murid, kalo ada 60 murid

berarti katong terima sekitar 36 juta (Rp 600.000 x 60).”[tidak setiap tahun kita dapat memperoleh dana BOP, karena untuk dapat memperoleh dana tersebut kita perlu membuat proposal dan megajukannya kepada pemerintah. Besarnya dana bantuan

16 disesuaikan dengan jumlah murid. Setiap murid mendapatkan bantuan sebesar Rp 600.000, jika total murid 60 maka 60 x Rp 600.000 = 36.000.000.]

Beberapa sekolah tidak mendapatkan dana BOP karena ada faktor-faktor teknis yang tidak dipatuhi. Biaya operasional PAUD, khsusunya bagi kalangan masyarakat yang kurang mampu (prasejahtera) secara proporsional seyogyanya ditanggung bersama (subsidi silang) oleh pemerintah kabupaten/kota, masyarakat, dan keluarga sesuai tingkat kemamapuan masing-masing. Artinya, semakin status sosial masyarakat mampu (segi ekonomi), maka peran pemerintah kabupaten/kota semakin sedikit. Ada 3 (tiga) lembaga PAUD yang dikelola bersama gereja sehingga pengurusan terkait keuangan sedikit berbeda dengan lembaga PAUD yang dikelola sendiri.Semua biaya yang masuk dan keluar harus melalui prosedur karena keuangan sekolah dan gereja menjadi 1 (satu) bagian. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,

“katong disini kalo butuh uang sonde bisa langsung ambil sa kk, karena yang pegang

uang semua bendahara gereja, jadi untuk beli keperluan sekolah biasanya ibu pake uang pribadi dulu baru nanti dia punya kwintansi atau bukti pembayaran kasi di

bendahara gereja tapi itu tidak langsung diganti, tunggu rapat gereja dulu.”[di sekolah ini semua uang termasuk biaya operasional dipegang oleh bendahara gereja, sehingga untuk membeli keperluan sekolah sering menggunakan dana pribadi yang akan diganti oleh bendahara gereja setelah melakukan rapat bersama semua pengurus gereja dengan menunjukkan bukti-bukti pembayaran.]

Masalah keterbatasan biaya operasional lembaga PAUD, hasil penelitian Tejawati (2013) mengindikasikan bahwa walaupun pendanaan pendidikan PAUD bersumber dari para pemangku kepentingan pendidikan (pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha/dunia industri serta lembaga penyelenggara PAUD sendiri), namun biaya operasional dirasakan belum mencukupi. Namun sebagian besar lembaga PAUD yang diteliti memperoleh dana untuk biaya operasional yaitu dari orang tua murid dalam bentuk sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang kepala sekolah,

“sebagian besar sumber pembiayaan operasional kami peroleh dari SPP tiap

bulan dari orang tua, karena tidak setiap tahun kami dapat memperoleh

17 Semua sumbangan itu tergantung dari kemampuan masing-masing pemberi dana (termasuk pemerintah) dan juga dana dari masyarakat sangat tergantung dari kemampuan ekonomi masyarakat dan kesediaan itu sendiri bervariasi. Adapun danadari penyelenggara PAUD itu sendiri masih belum memadai dan sangat tergantung dari kemampuan ekonomi orangtua peserta didik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa biaya operasional yang ada bersumber dari dana BOP dialokasikan untuk membayar honor pendidik, transport pendidik, konsumsi anak didik pada hari tertentu dan pembayaran daya. Untuk sekolah yang sudah sangat baik dalam pengelolaan keuangannya maka semua rincian biaya dapat dilihat dengan jelas pada RAPBS/RAPBL sehingga semua biaya dapat dipertanggungjawabkan. Walaupun sebagian besar biaya operasional sudah biayai oleh dana BOP maupun SPP, pengembangan mutu pendidikan lembaga PAUD masih kurang maksimal. c. Biaya Pembelajaran

Biaya pembelajaran pada lembaga PAUD ada yang bersumber dari dana BOP dan ada yang bersumber dari peserta didik. Rata-rata biaya pembelajaran dialokasikan untuk pengembangan internal lembaga PAUD seperti pengembangan kurikulum, pengembangan bahan ajar, pengembangan media belajar, bahan praktek, alat peraga dan alat tulis peserta didik. Sumber pendanaan yang diperoleh dari pemerintah dan pihak lainnya diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kekurangan biaya pembelajaran.Untuk itu dibutuhkan partisipasi dan kontribusi dari seluruh pihak agar semua perencanaan terkait biaya pembelajaran dapat terpenuhi. Hal ini didukung oleh penelitian Suharti (2013) yang menyebutkan perencanaan dan pelaksaanaan lembaga PAUD dapat berlangsung dengan adanya kontribusi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal pendanaan.

Laporan Pembiayaan a. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu organisasi, dimana selanjutnya itu akan menajdi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja organisasi tersebut (Fahmi 2011). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada beberapa dokumen keuangan, isi dari laporan

18 keuangan dari lembaga PAUD sangat bervariasi.Ada lembaga PAUD yang sudah mencatat semua informasi keuangan disertai dengan bukti-bukti transaksi dan ada juga lembaga yang mencatat dengan tidak disertai bukti-bukti transaksi. Faktor yang menyebabkan perbedaan isi dari laporan keuangan karena tidak adanya format laporan keuangan yang menjadi acuan dalam penyusunan laporan keuangan. Hal ini menjadi kelemahan dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah, karena belum mencakup kebutuhan masyarakat secara luas.

Administrasi umum yang harus dimiliki oleh lembaga PAUD diatur dalam petunjuk teknis penyelenggaraan PAUD oleh Direktorat Pembinaan PAUD kemdiknas (2015) dan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014 Pasal 37 tentang standar keuangan lembaga PAUD. Untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang baik dibutuhkan tenaga yang kompeten dalam membuat laporan keuangan sehingga benar-benar memahami isi dalam laporan tersebut.Masalah utama bagi lembaga PAUD yang belum secara maksimal dalam membuat laporan keuangan ialah lembaga PAUD tidak menempatkan tenaga yang kompeten untuk mengelola keuangan lembaga. Hal ini berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 pasal 48. Ketika lembaga menempatkan tenaga yang kompeten maka diharapkan tujuan yang sudah ditetapkan oleh lembaga itu sendiri dapat tercapai. Salah satunya adalah menghasilkan pelaporan keuangan yang baik.

Kekurangan tenaga PAUD perlu mendapat perhatian secara khusus bagi Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat peduli pendidikan untuk pemenuhan tenaga PAUD sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kemendiknas 2013). Ditempatkannya tenaga didik dan kependidikan yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang diatur dalam peraturan pemerintah dalam hubungannya dengan pelaporan keuangan dapat menurunkankualitas pelaporan keuangan suatu lembaga PAUD. Peraturan pemerintah nomor 137 pasal 30 yaitu: (1) Kualifikasi akademik tenaga administrasi PAUD memiliki ijazah minimum Sekolah Menegah Atas (SMA); (2) Kompetensi Tenaga Administrasi satuan atau program PAUD memenuhi kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi manajerial.

19 b. Penyusunan Laporan Keuangan

Jangka waktu penyusunan laporan keuangan dan jenis laporan keuangan masing-masing lembaga berbeda. Ada yang membuat laporan keuangan harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Untuk sekolah yang dikelola bersama dengan gereja maka laporan keuangan setiap harinya secara harus dilaporkan kepada bendahara gereja. Untuk sekolah yang dikelola sendiri cenderung membuat laporan keuangan bulanan.Bentuk fisik laporan keuangan sendiri tidak jauh berbeda dengan bentuk Buku Kas umum yang hanya berisi catatan kas masuk dan keluar. Setiap sekolah yang memperoleh dana BOP wajib membuat laporan penggunaan dana BOP. Laporan penggunaan dana BOP dibuat setiap akhir tahun sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban kepada dinas.

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan atau organisasi, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan atau organisasi tersebut (Fahmi 2013). Teknik penyusunan laporan keuangan yang berbeda disebabkan karena acuan dan aturan yang dibuat oleh pemerintah tentang bagaimana mengelola keuangan lembaga PAUD tidak disosialisasikan kepada para pengelola lembaga sehingga masing-masing lembaga menyusun laporan keuangan berdasarkan kebutuhan dari masing-masing lembaga.

Penyusunan laporan keuangan sebagian besar dilakukan langsung sendiri oleh para kepala sekolah karena keterbatasan tenaga pendidik lainnya dalam mengelola keuangan sekolah. Fakta ini menunjukkan bahwa lembaga PAUD belum mengikuti standar kompetensi tenaga didik dan kependidikan terkait wewenang untuk mengelola data keuangan. Bahkan ada kepala sekolah yang tidak memiliki latar belakang yang kompeten sehingga mengharapkan bantuan pihak ketiga dalam melakukan pengelolaan laporan keuangan.

c. Pendistribusian Laporan Keuangan

Laporan keuangan program didistribusikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing laporan. Untuk laporan penggunaan dana BOP didistribusikan kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang. Untuk laporan yang lain biasanya hanya didistribusikan kepada ketua lembaga dan yayasan jika dikelola bersama dengan gereja. Pendistribusian laporan keuangan merupakan

20 bentuk pertanggungjawaban dari sekolah kepada pihak-pihak terkait atas penggunaan dana dalam kurun waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan prinsip akuntabilitas dalam UU nomor 20 Tahun 2003 pasal 48 yang mengatur tentang pengelolaan keuangan sekolah.

Dokumen terkait