• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dengan menggunakan analisis framing bertujuan untuk membedah frame atau sudut pandang dari suatu media dalam memandang sebuah realitas yang sama, masing- masing media memiliki cara yang berbeda dalam memandang realitas dengan cara penonjolan tertentu dan membiaskan bagian yang dirasa tidak penting, cara ini digunakan agar wacana yang dibangun oleh media tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat dengan tujuan mampu mempengaruhi pandangan terhadap realitas yang sedang terjadi.

Dalam kasus dijatuhkannya sanksi FIFA terhadap PSSI ke enam media nasional ini tentunya memiliki pandangannya masing-masing dengan pendekatannya masing-masing. Dalam hal ini ada beberapa pihak yang terlibat dan menjadi sumber berita masing-masing media, tentunya pihak yang berseteru yaitu Kementrian Pemuda dan Olahraga yang diwakili oleh Sekertaris Kementerian maupun dari Tim transisi atau pun BOPI, dari PSSI yang pendapatnya di wakili oleh ketua PSSI dan Sekjen. Dan pendapat yang sering dipakai adalah pendapat dari Presiden Republik Indonesia, tentunya masih ada pendapat-pendapat lain yang di susun oleh ke enam media tersebut untuk memperkuat frame masing-masing media.

Ke enam media ini yaitu Kompas, Republika, Jawa Pos, Media Indonesia, Koran Tempo, dan Sindo hanya mengambil beberapa pendapat dari pihak yang terlibat dalam urusan sepak bola Indonesia atau pendapat orang-orang yang berpengaruh di negeri ini. Koran-koran tersebut pastinya tidak mengakomodir semua pihak yang berkepentingan, karena siapa yang dijadikan narasumber di sebuah berita dalam media sudah dipilih dan dipilah untuk memperkuat frame dari media tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Eriyanto bahwa dalam banyak kasus topik apa

yang diangkat dan siapa yang diwawancarai, disediakan oleh kebijakan redaksional tempat wartawan bekerja (Eriyanto 2012 : 33). Berikut ini adalah nama koran beserta headline yang akan dijadikan bahan analisis:

Tabel 3.1

Nama Koran Beserta Headline yang Akan Dianalisis

Nama Koran Headline

Kompas Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional Republika Indonesia Disanksi FIFA

Jawa Pos FIFA Hukum Indonesia

Sindo Sepak Bola Indonesia Disanksi FIFA Media Indonesia Reformasi Total PSSI

Koran Tempo Sanksi FIFA Jokowi Janjikan Reformasi Sepak Bola Sumber: berita keenam media

Keenam koran dengan masing-masing headline tersebut nantinya akan di analisis satu persatu dengan menggunakan metode dari Pan dan Kosicki yang mana dalam menganalisisnya metode ini menggunakan empat perangkat analisis yakni struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur retoris. Keempat perangkat ini nantinya akan membedah berbagai macam struktur dalam sebuah berita agar dapat dilihat kecenderungan tertentu dalam sebuah berita. Berikut ini peneliti akan menyajikan hasil analisis dari headline masing-masing koran.

Gambar 3.1 Headline Kompas

Frame: Sanksi FIFA, Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional

Tabel 3.2

Struktur Sintaksis Berita Kompas

STRUKTUR SINTAKSIS

Headline (Judul) Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional Sub Judul Pesimisme Sambut Kemenangan Sepp Blatter

Lead Presiden Joko Widodo menyatakan, pembekuan terhadap PSSI oleh induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, seyogianya disikapi dengan keharusan membenahi dan mereformasi secara total organisasi sepak bola Indonesia itu dari sisi sistem dan manajemen.

Latar Informasi Indonesia dijatuhkan sanksi larangan berkiprah di laga internasional oleh FIFA, sabtu (30/5). Sanksi bagi Indonesia tertuang dalam surat yang ditandatangani Sekertaris Jenderal FIFA Jerome Valcke. Keputusan menghukum Indonesia diambil dalam rapat Komite Eksekutif FIFA, Sabtu, di Zurich, Swiss. Mereka menilai, pemerintah, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, telah mencampuri urusan internal PSSI. Meskipun demikian, tim sepak bola Indonesia tetap di izinkan FIFA mengikuti SEA Games di Singapura 2015 hingga tuntas. Hukuman itu berlaku bagi PSSI hingga waktu yang tidak ditentukan. FIFA baru akan mencabut sanksi dan memulihkan keanggotaan apabila Indonesia memenuhi empat syarat yang intinya PSSI kembali diberi wewenang mengelola urusannya secara independen.

Jokowi menegaskan, pemerintah ingin sepak bola Indonesia menjadi jauh lebih baik. Menurut Jokowi, selama ini tim sepak bola Indonesia terus mengikuti pertandingan tingkat internasional tetapi tidak membawa hasil.

Kutipan, Sumber, pernyataan.

Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia)

“Kita malu terus, kalah, kalah lagi kalah lagi. Yang ingin kita lakukan adalah sebuah pembenahan total. Pembenahan total. Dari pada kita, ya, kan cuma punya prestasi seperti itu terus sepanjang masaa”.

Jokowi menegaskan, pemerintah menginginkan pembenahan total di tubuh PSSI. “Artinya, reformasi total, pembenahan organisasi, pembenahan sistem, pembenahan manajemen, semuanya. Di tingkat pemain saya lihat bagus, prestasi-prestasi individual bagus. Namun, di level ini harus ada pembenahan”.

Jokowi mengungkapkan bahwa baik dirinya maupun Wakil Presiden Jusuf Kalla sama-sama memiliki keinginan untuk membenahi PSSI.” Semua sebetulnya sama, itu dalam rangka pembenahan PSSI. Jadi, baik Pak Wapres maupun saya sama, keinginannya sama, ingin pembenahan PSSI,”

“Ini perlu saya sampaikan, coba dilihat dulu, selama 10 tahun, prestasi kita apa. Dari 2002, 2006, 2010, tidak lolos kualifikasi Asia dalam Piala Dunia. Kemudian di Piala Asia, AFC 2004 hanya sampai babak pertama, 2007 sampai babak pertama, 2011 tidak lolos kualifikasi,”

I Gede Widiade (Manajer tim sepak bola SEA Game 2015)

“Anak-anak sempat terpukul mentalnya sebelum berangkat ke Singapore, kemarin. Namun, mereka saya ajak ngobrol dua jam. Setelah itu, mereka kembali tenang. Target kami tetap juara (meraih medali emas) meski situasi kini tengah buruk,”

Imam Nahrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga)

Pencabutan keanggotan FIFA tidak perlu ditakutkan. Itu justru menjadi kesempatan untuk membangun dunia sepak bola yang adil, terbuka, dan penuh keterlibatan semua pihak.

Penutup Dari kongres ke-65 FIFA di Zurich, Swis, Jumat, Sepp Blater terpilih kembali menjadi presiden Periode 2015-2019. Itu terjadi setelah rivalnya, Pangeran Ali bin al-Hussein, mengundurkan diri menjelang pemilihan setelah mendapatkan dukungan 133 suara, unggul 60 suara atas Ali di putaran pertama.

Dilihat dari struktur sintaksis diatas yang dibagi menjadi bagian-bagian berita untuk mempermudah analisis terdiri dari Headline, Sub Judul, Lead, Latar Informasi, kutipan sumber pernyataan dan penutup. Berita utama dari Kompas tersebut bisa langsung dilihat kearah mana frame yang ingin disampaikan kepembacanya, hal tersebut secara tegas tertulis dalam Headline

Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional” headline ini menjadi pendapat pribadi dari penulis atas apa yang sedang terjadi, karena fakta pada waktu tersebut adalah dijatuhkannya sanksi FIFA kepada PSSI sedangkan Kompas mencoba memperlihatkan sisi positif terhadap sanksi yang dijatuhkannya kepada PSSI, penggunaan kata momentum dimaksudkan bahwa sanksi yang diberikan bukan sesuatu yang buruk untuk sepak bola nasional melainkan saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola Indonesia.

Selanjutnya adalah sub judul, sub judul dalam berita ini adalah “Pesimisme Sambut Kemenangan Sepp Blatter”. Dalam berita yang dimuat oleh Kompas diatas sejatinya memiliki dua bagian berita yang berbeda namun berkaitan, yang pertama adalah bagian berita yang berfokus pada respon dijatuhkannya sanksi FIFA terhadap Sepak bola Indonesia, bagian ini menjadi bagian utama berita yang dimuat dari awal lead berita hingga pertengahan berita,

sedangkan bagian yang kedua berfokus pada penyampaian informasi tentang pemilihan presiden baru FIFA yang di tampilkan di akhir berita.

Kedua bagian ini tidak berkaitan secara langsung namun memiliki efek domino karena siapa yang akan menjadi presiden FIFA selanjutnya akan berpengaruh dalam keputusan sanksi FIFA terhadap Indonesia dan dalam pemilihan tersebut Sepp Blatter kembali terpilih menjadi presiden FIFA. Dalam runtutan peristiwanya setelah terpilihnya kembali Sepp Blatter dalam beberapa jam kemudian sanksi FIFA terhadap Indonesia ditetapkan. Penggunaan kata ‘Pesimisme’ dalam sub judul tersebut bisa jadi bermaksud untuk mempengaruhi pembaca bahwa Sepp Blatter bukanlah sosok yang diharapkan untuk memimpin FIFA lagi karena telah terjerat skandal korupsi yang pada akhirnya keputusan sanksi FIFA terhadap Indonesia masih bisa dipertanyakan karena berasal dari keputusan lembaga yang kotor.

Perangkat sintaksis selanjutnya adalah Lead, lead merupakan latar awal dari sebuah berita yang bisa memberi petunjuk sudut pandang dari berita tersebut dan dapat memberikan perspektif dari keseluruhan isi berita. Dalam lead berita diatas Kompas menggunakan pendapat dari Presiden Jokowi untuk memperkuat frame tentang momentum perbaikan sepak bola Indonesia, lead tersebut adalah:

Presiden Joko Widodo menyatakan, pembekuan terhadap PSSI oleh induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, seyogianya disikapi dengan keharusan membenahi dan mereformasi secara total oeganisasi sepak bola Indonesia itu dari sisi sistem dan manajemen.

Lead diatas menggunakan pernyataan dari Presiden Jokowi dengan cara mengutip tidak langsung, kutipan tidak akan mempermudah penulis berita mengambil bagian tertentu atas hasil rangkuman wawancara yang dianggap penting sehingga hal-hal yang dianggap kurang penting diabaikan, tujuannya agar lead tersebut dapat memperkuat headline yang dijadikan frame oleh Kompas.

Hal lainnya adalah pemilihan Presiden Jokowi yang dijadikan sumber rujukan dalam lead tersebut jelas sangat disengaja, karena Presiden Jokowi merupakan kepala pemerintahan yang menaungi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang sedang berpolemik dengan PSSI, wajar apa bila Presiden Jokowi mendukung langkah yang diambil oleh jajarannya untuk membekukan PSSI, meskipun pada akhirnya sanksi dijatuhkan terhadap sepak bola Indonesia.

Pernyataan Presiden Jokowi dalam lead diatas ada poin yang menarik yaitu ajakan untuk merespon jatuhnya sanksi dengan pembenahan sepak bola Indonesia, padahal jika diruntut lebih jauh jatuhnya sanksi tersebut bersumber dari Surat Keputusan (SK) Menpora yang membekukan kompetisi dan roda organisasi PSSI, hal ini juga yang menjadi landasan FIFA menjatuhkan sanksi karena Pemerintah dianggap melakukan intervensi terhadap PSSI. Pernyataan tersebut seakan menjadi tameng pelindung Kemenpora atas SK Pembekuan PSSI, seolah langkah yang telah di ambil Kemenpora meupakan langkah yang tepat.

Perangkat sintaksis lainnya adalah Latar Informasi, dalam berita diatas ada latar informasi yang disampaikan sebagai background, latar tersebut berada di paragraf dua sampai empat, latar informasi tersebut adalah:

Indonesia dijatuhkan sanksi larangan berkiprah di laga internasional oleh FIFA, sabtu (30/5). Sanksi bagi Indonesia tertuang dalam surat yang ditandatangani Sekertaris Jenderal FIFA Jerome Valcke. Keputusan menghukum Indonesia diambil dalam rapat Komite Eksekutif FIFA, Sabtu, di Zurich, Swiss.Mereka menilai, pemerintah, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga, telah mencampuri urusan internal PSSI. Meskipun demikian, tim sepak bola Indonesia tetap di izinkan FIFA mengikuti SEA Games Singapura 2015 hingga tuntas.

Hukuman itu berlaku bagi PSSI hingga waktu yang tidak ditentukan. FIFA baru akan mencabut sanksi dan memulihkan keanggotaan apabila Indonesia memenuhi empat syarat yang intinya PSSI kembali diberi wewenang mengelola urusanya secara independen. Jokowi menegaskan, pemerintah ingin sepak bola Indonesai menjadi jauh lebih baik.menurut Jokowi, selama ini tim sepak bola Indonesia terus mengikuti pertandingan tingkat internasional tetapi tidak membawa hasil.

Latar informasi diatas memberikan fakta apa yang terjadi tentang dijatuhkanya sanksi FIFA terhadap sepak bola Indonesia. Dalam latar informasi di paragraf ke dua Kompas memberi informasi kronologi diambilnya keputusan sanksi tersebut namun diakhiri dengan keringanan tentang masih diizinkanya timnas Indonesia tampil di SEA Games 2015 di Singapura. Kemudian di paragraf ke tiga Kompas menyajikan informasi tentang cara agar hukuman tesebut dicabut yang mana Indoneisa harus memenuhi empat syarat yang ditentukan oleh FIFA, detail keempat syarat tersebut ditampilkan Kompas Pada grafik. Di kedua latar informasi tersebut Kompas seolah memberi fakta dijatuhknanya saksi tersebut dan kemudian bagaimana cara agar sanksi tersebut bisa dicabut.

Menariknya adalah latar informasi berikutnya yaitu pada paragraf ke empat, di paragraf ini Kompas seakan memberi jawaban atas apa yang sedang terjadi, realita yang ada tentang sanksi FIFA dan cara agar sanksi tersebut dicabut dijawab dengan sikap Presiden Jokowi yang tegas ditulis bahwa yang diinginkan presiden adalah perbaikan sepak bola Indonesia, dengan kata lain Presiden tidak terlalu menghiraukan sanksi yang ada dan akan konsisten dengan langkah Kemenpora yang telah diambil yaitu membekukan PSSI. Kompas terkesan memberi pembenaran atas langkah Kemenpora tersebut dengan mengutip pernyataan Presiden Jokowi. Hal ini sejalan dengan frame Kompas yang menilai sanksi ini merupakan momentum yang tepat untuk perbaikan sepak bola Indonesia.

Dalam Kutipan, Sumber dan Pernyataan yang digunakan oleh Kompas ada tiga sumber yang dipakai yaitu Jokowi (Presiden Republik Indonesia), I Gede Widiade (Manajer tim sepak bola SEA Game 2015), Imam Nahrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga), ketiga sumber

tersebut disusun sedemikian rupa untuk memperkuat frame, hal ini terbukti dengan penggunaan kutipan Jokowi yang dominan dalam berita di atas dari sebelas paragraf hanya empat paragraf terakhir tidak menggunakan kutipan dari Presiden Jokowi, penggunaan kutipan dari I Gede Widiade hanya sebatas satu paragraf yang melengkapi runtutan berita diatas dalam posisi ini I Gede di lekatkan dengan jabatannya sebagai Manajer tim sepak bola SEA Games 2015, padahal di lain sisi dia merupakan CEO Surabaya Unetid yang berkonflik dengan Persebaya 1927, I Gede Widiade merupakan bagian dari kelompok La Nyalla ketua PSSI.

Dalam penyusunan beritanya Pendapat I Gede Widiade diapit oleh Pendapat dari Jokowi dan Imam Nahrawi, sebagaimana yang diketahui Jokowi sebagai Presiden RI dan Imam Nahrawi sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga merupakan pihak yang setuju terhadap pembekuaan PSSI. Cara penyusunan berita seperti ini membuat pendapat I Gede Widiade tidak terlalu menonjol. Kemudian penggunaan kutipan dari I Gede Widiade yang digunakan hanya membahas tentang kondisi pemain SEA Games, seperti dibawah ini:

“Anak-anak sempat terpukul mentalnya sebelum berangkat ke Singapore, kemarin. Namun, mereka saya ajak ngobrol dua jam. Setelah itu, mereka kembali tenang. Target kami tetap juara (meraih mendali emas) meski stuasi kini tengah buruk,”

Menariknya I Gede Widiade merupakan bagian dari kelompok PSSI yang menentang pembekuan PSSI, Kompas entah secara sengaja atau tak sengaja tidak menampilkan pendapat I Gede Widiade tentang pendapatnya dijatuhkanya Sanksi FIFA terhadap PSSI, yang jelas pengambilan kutipan tertentu dari hasil wawancara wartawan merupakan salah satu cara memperkuat pendapat atau frame suatu media.

Sementara penutup berita di atas tidak secara langsung berhubungan dengan sanksi FIFA terhadap PSSI namun berkaitan. Penutup berita di atas berkaitan dengan sub judul “Pesimisme Sambut Kemenangan Sepp Blatter” seperti yang telah dijabarkan pada sub judul

diatas dalam bagian berita lain ini kompas memberi kesan bahwa terpilihnya Sepp Blatter kembali menjadi presiden FIFA merupakan pertanda tidak baik terhadap FIFA kedepannya. dalam penutup tersebut dijabarkan tentang perolehan suara pemilihan Presiden FIFA.

Perangkat analisis selanjutnya adalah skrip, perangkat ini digunakan untuk melihat bagaimana seorang wartawan menyusun sebuah laporan yang biasanya terdapat unsur 5W (what, who, where, when, why) + 1H (how) sebagai kelengkapan berita, dalam berita diatas secara keseluruhan terdapat unsur 5W + 1H, mulia dari di mana dijatuhkan sanksi, siapa yang menjatuhkan sanksi, kapan dijatuhkannya sanksi, bagaimana proses dijatuhkannya sanksi, keenam media ini memiliki informasi dengan jelas, hanya jika dicermati lebih lanjut pemberitaan didalam keenam media ini cenderung pada setelah sanksi itu diberikan pada Indonesia lalu bagaimana menanggapinya?, dalam hal ini masing-masing media mempunyai cara berkisah yang berbeda-beda.

Dalam cara berkisah yang disampaikan oleh koran Kompas terlihat jelas kecenderungan pada mendukung langkah-langkah pemerintah untuk mereformasi sepak bola Indonesia hal ini terlihat langsung dengan menempatkan Jokowi pada sumber utama berita yang ditempatkan diawal dengan didukung pendapat dari Imam Nahrawi menjadikan gagasan untuk mereformasi sepak bola Indonesia lebih menonjol dari pada pemberitaan mengenai efek sanksi yang diterima oleh Indonesia.

Unsur selanjutnya adalah Tematik struktur ini dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat wartawan, frame besar yang ada pada suatu berita merupakan susunan dari tema-tema yang diungkapkan secara detail. Di dalam pemberitaan yang dimuat oleh koran Kompas terdapat beberapa tema yang ditulis seperti dibawah ini:

Pertama adalah tema mengenai sanksi yang telah dijatuhkan terhadap Indonesia hal ini terlihat jelas pada paragraf 2 dan 3, didalam uraian yang disampaikan Kompas menuliskan tentang sanksi yang dijatuhkan terhadap Indonesia dan syarat agar sanksi itu bisa dicabut, di sini Kompas tidak memperlihatkan secara detail hukuman apa saja yang diterima persepak bolaan Indonesia.

Kedua adalah tema mengenai prestasi persepak bolaan Indonesia yang cenderung menurun, hal ini terlihat pada paragraf 5 dan 8, didalam paragraf tersebut dijelaskan detail tentang prestasi tim nasional sepak bola Indonesia dikancah internasional yang tanpa prestasi, detail ini disampaikan oleh jokowi sebagai narasuber utama.

Ketiga tema yang diangkat adalah perlunya perbaikan persepak bolaan nasional, ini merupakan langkah dari pemerintah dalam menanggapi prestasi Indonesia yang menurun dan kemudian sanksi FIFA. Pemerintah tetap tegas tidak akan mencabut SK pembekuan PSSI demi perbaikan sepak bola nasional.

Keempat tema yang pakai adalah mengenai respon Timnas U-23 yang sedang berlaga di SEA Games 2015 mengenai sanksi FIFA, dalam unsur tematik hal yang biasanya di cermati adalah koherensi merupakan pertalian atau jalinan antar kalimat, proposisi atau kalimat, seperti pada kalimat dibawah ini kita bisa mencermati cara wartawan memakai koherensi untuk menonjolkan hal tertentu dari tema yang diangkat:

”Anak-anak sempat terpukul mentalnya sebelum berangkat ke Singapura, kemarin. Namun, mereka saya ajak ngobrol dua jam. Setelah itu, mereka kembali tenang. Target kami tetap juara (meraih medali emas) meski situasi kini tengah buruk,”

Koherensi yang dipakai pada kalimat diatas adalah koherensi pembeda dengan menggunakan kata namun dan meski. Koherensi ini dipakai untuk membandingkan situasi dalam

sebuah kalimat, dari kalimat diatas memperlihatkan bahwa meski sanksi tersebut membuat anggota timnas sempat terpukul tapi setelah diajak bicara situasi kembali tenang dan meski kondisi sedang buruk target tetap emas. Hal ini meperlihatkan sikap optmisme dalam menyikapi sanksi terhadap Indonesia.

Perangkat terakhir adalah Retoris, hal yang biasanya dicermati dalam struktur ini adalah pemilihan kata tertentu, bisa juga penggunaan grafis tertentu atau foto, dalam pemberitaan yang dimuat Kompas hal yang mudah terlihat adalah penggunaan grafis mengenai syarat-syarat agar sanksi FIFA dapat dicabut, gambar tersebut bisa dilihat sebagai berikut:

Gambar 3.2

Grafik syarat pencabutan sanksi FIFA

1. Komite Eksekutif PSSI Kembali mengatur sepak bola Indonesia secara independen tanpa adanya campuran tangan dari pihak lain, termasuk kementerian atau agensinya.

2. Pengelolaan tim nasional diberikan kepada PSSI

3. Tanggung Jawab seluruh kompetisi PSSI diberikan kepada otoritas PSSI dan bidang-bidang di bawahnya.

4. Seluruh klub yang diberikan lisensi PSSI sesuai dengan peraturan Lisensi Klub PSSI harus bisa bertanding di Kompetisi PSSI

Poin-poin diatas ditampilkan agar pembaca mampu melihat secara langsung syarat-syarat jika sanksi ingin dicabut, penggunaan grafis akan mempermudah pembaca untuk fokus langsung terhadap grafik karena pada dasarnya foto/grafis lebih menarik dari pada rangkaian tulisan. Hal

yang menarik dalam info grafis diatas adalah tidak disertakannya poin-poin sanksi terhadap sepak bola Indonesia.

Unsur retoris lainnya adalah leksikon, dalam penggunaan kata “momentum” di judul berita, kata momentum dalam kamus Bahasa Indonesia bermakna kesempatan: kalau: besar seperti ini tidak digunakan, alangkah sayangnya, atau bisa juga bermakna saat yang tepat (http://kbbi.web.id/momentum diakses pada 24 Agustus 2016 pukul 22.33 WIB). Penggunaan kata momentum dimaksudkan bahwa sanksi ini merupakan saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional, sanksi FIFA yang dianggap sebagai malapetaka terhadap sepak bola Indonesia malah dinilai oleh Kompas sebagai waktu yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional.

Kemudian unsur lainnya adalah penulisan lead di paragraf pertama yang font nya dicetak lebih besar dari pada paragraf lainya adalah salah satu cara agar pembaca langsung terfokus pada lead tersebut, seperti yang dijelaskan diatas lead tersebut merupakan inti dari gagasan Kompas tentang pembenahan sepak bola nasional dari berbagai sisi, hal tersebut mengutip dari pendapat Jokowi.

Tabel 3.3

Frame Kompas: Sanksi FIFA, Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional

Elemen Strategi Penulisan

Sintaksis Unsur judul berita dan penempatan Jokowi dalam Lead hingga pertengahan berita mencerminakan frame utama kompas yang ingin perbaikan sepak bola Indonesia, sedangkan efek buruk sanksi kurang dijabarkan.

Skrip Penyusunan sumber berita yang berfokus pada pendapat Jokowi hingga setengah berita yang berfokus terhadap perbaikan sepak bola nasional sementara pendapat dari Pihak PSSI tidak disertakan, sedangkan Pendapat I Gede Widiade dan Imam Nahrawi di posisikan sebagai pelengkap dan pendukung berita

Tematik (1) Jatuhnya Sanksi FIFA (2) Penurunan Prestasi Tim Nasional Sepak bola Indonesia (3) Perlunya perbaikan sepak bola nasional (4) Respon dari Timnas U 23 yang sedang berlaga di SEA Games Singapore

Retoris Penggunaan leksikon dalam judul berita (momentum) yang berarti waktu yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional. Memasukan unsur grafis syarat- syarat dicabutnya sanksi FIFA namun tidak menyertakan bunyi sanksi FIFA.

Gambar 3.3 Headline Republika

Dokumen terkait