• Tidak ada hasil yang ditemukan

Framing Pemberitaan Sanksi FIFA terhadap PSSI (Periode 31 Mei 2015 pada SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH SINDO, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Framing Pemberitaan Sanksi FIFA terhadap PSSI (Periode 31 Mei 2015 pada SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH SINDO, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo)"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

Framing Pemberitaan Sanksi FIFA terhadap PSSI

(Periode 31 Mei 2015 pada SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH SINDO, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh Rizal Sapriami Nata

20110530001

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

Framing Pemberitaan Sanksi FIFA terhadap PSSI

(Periode 31 Mei 2015 pada SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH SINDO, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh Rizal Sapriami Nata

20110530001

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah :

Nama : Rizal Sapriami Nata

NIM : 20110530001

Jurusan : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Advertising (periklanan) Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Judul Skripsi : Analisis Framing pemberitaan tentang respon dijatuhkannya sanksi FIFA terhadap PSSI pada SKH Kompas, Sindo, Republika, Jawapos, Tempo, dan Media Indonesia

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat atau menjiplak karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaannya.

Yogyakarta 17 Desember 2016

(4)

MOTTO

Man Jadda Wa Jadda

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulisan Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Kedua orang tuaku, Bapak H.Hernami Nata dan Ibu Hj.Hariyani terimakasih atas doa dan dukungan yang tiada henti-hentinya dipanjatkan kepadaku. Tanpa kepercayaan dari Bapak dan Ibu, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan merahmati kalian.Amin. Terima kasih juga buat anak tercinta saya yang paling cantik sedunia, karna dialah saya semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada Natalia Sulistyarini yang sudah banyak membantu dan mensupport dalam penyusunan skripsi ini baik susah maupun senang. Terima kasih juga kepada teman saya Dezza yang sudah banyak menemani kesana kemari untuk menyelesaikan skripsi ini. Teman teman yang lainnya masih dalam perjuangan skripsi Wimba, Indra, Alam (para pejuang skripsi) semoga lekas usai dan segera menyusul SEMANGAT!

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER……….. ..i

HALAMAN PENGESAHAN……… ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

MOTTO……….. .vi

KATA PENGANTAR……… vii

ABSTRAKSI……….. .ix

DAFTAR ISI………xi

DAFTAR TABEL……….. .xiii

DAFTAR GAMBAR………. .xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah………...……… 1

B. Rumusan Masalah……… 11

C. Tujuan Penelitian………. 11

D. Manfaat Penelitian………... 11

E. Kerangka Teori……… 11

F. Metode Penelitian……… 23

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Koran Tempo ………... 33

B. Sejarah Republika ………... 37

C. Sejarah Sindo ……….. 42

(7)

E. Sejarah Jawa Pos……….. 51

F. Sejarah Media Indonesia……….. 55

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kompas ………... 61

B. Republika ……… 74

C. Jawa Pos ………...…... 87

D. Sindo ……….…….. 98

E. Media Indonesia ……….. 108

F. Koran Tempo ……….. 117

G. Perbandingan Frame ………... 125

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….... 139

B. Saran……….. 141

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Headline SKH ……… 3

Tabel 1.2 Definisi Framing ..………..……… 21

Tabel 1.3 Headline SKH …..………..……… 25

Tabel 1.4 Kerangka Framing Pan dan Kosicki ……..……… 27

Tabel 3.1 Nama Koran Beserta Headline yang Akan Dianalisis ……….. 59

Tabel 3.2 Struktur Sintaksis Berita Kompas ………..……… 61

Tabel 3.3 Frame Kompas: Sanksi FIFA, Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional ………..……….... 72

Tabel 3.4 Strutur Sintaksis Berita Republika ……… 74

Tabel 3.5 Frame Republika: Momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI………..…. 85

Tabel 3.6 Struktur Sintaksis Berita Jawa Pos …..……...……… 87

Tabel 3.7 Frame Jawa Pos: Tak masalah jatuhnya sanksi demi reformasi PSSI ………..………..……… ……..………..…… 96

Tabel 3.8 Struktur Sintaksis Berita Sindo ………..………. 98

Tabel 3.9 Frame Sindo: Sanksi FIFA merupakan kabar duka untuk sepak bola Indonesia .……… 106

Tabel 3.10 Struktur Sintaksis Berita Media Indonesia…..…..…..…..….. 108

Tabel 3.11 Frame Media Indonesia: Waktu yang tepat mereformasi PSSI ……..………..………..………..……….. 115

Tabel 3.12 Struktur Sintaksis Berita Tempo...………..……….. 117

Tabel 3.13 Frame Tempo: PSSI sudah berusaha menghindarkan sanksi FIFA, namun Pemerintah tetap tegas tidak akan mencabut pembekuan PSSI…….. 124

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Headline Kompas………..……… 60

Gambar 3.2 Grafik syarat pencabutan sanksi FIFA …..……… 70

Gambar 3.3 Headline Republika ………..……… 73

Gambar 3.4 Foto pembacaan sanksi FIFA ………..……… 84

Gambar 3.5 Poin dari Sanksi FIFA ………..……… 84

Gambar 3.6 Headline Jawa Pos ………..………..……… 86

Gambar 3.7 Kutipan Jokowi …...………..………...…… 95

Gambar 3.8 Headline Koran Sindo ………..……… 97

Gambar 3.9 Grafik Penurunan peringkat Indonesia …….……… 105

Gambar 3.10 Headline Media Indoneisa .………..……….. 107

Gambar 3.11 Grafis sanksi dan syarat dicabutnya sanksi FIFA ………….. 114

Gambar 3.12 Headline Koran Tempo …………..………..……….. 116

Gambar 3.13 Grafik judul berita Tempo ………..……….. 125

(11)
(12)

ABSTRACT Republika, Jawa Pos, SINDO, Media Indonesia and Tempo)

Framing Analysis

Year of Thesis: 2015.v.145 Page

List of Libraries: 19 books + 1 Thesis + 15 Online

The purpose of this research is to know how Kompas, Republika, Jawa Pos, SINDO, Media Indonesia and Tempo newspaper framing about FIFA sanctions against the PSSI. This research uses qualitative research with framing analysis method and constructivism paradigm. The object of this research is news of Kompas, Republika, Jawa Pos, SINDO, Media Indonesia and Tempo period 31 May 2015 which has hit the headlines in each media. Next, this research uses Framing analysis with Pan and Kosicki model. Based on analysis that has been done, Based on the analysis that has been done can be seen that the sixth media have their own way in framing the FIFA sanctions against Indonesia and its influencing factors, Jawa Pos, Kompas and Media Indonesia Newspapers respond to such sanctions as a moment of national football repairs, Sindo newspaper, focused on PSSI trying to avoid FIFA sanctions, Tempo tried to accommodate both sides, and Republika want any improvement Indonesian football but they were written vaguely.

The following factors that influence differences in frames per media: (1) Media Indonesia close to the government's political elite, as Surya Paloh is chairman Nasdem whose party is in the coalition government. (2) Kompas newspaper known to be close to Jokowi since the Presidential elections in 2014 that support his vision to reform the bureaucracy (3) Jawa Pos have an interest in this issue because it bases its readers the majority of the citizens of East Java, whose club Persebaya and Arema Malang in trouble with the PSSI. (4) Republika newspaper that became the voice of this Muslim community, did not consider that this issue is important so that the news about FIFA sanction impressed potluck. (5) Sindo newspapers owned by Hary Tanoe opposition newspapers have become the government, so that his message would prefer to focus on the PSSI of the government. (6) Tempo tried to accommodate both sides, as a newspaper showing a straightforward ideology without compromise.

(13)

ABSTRACT

Framing Pemberitaan Sanksi FIFA terhadap PSSI (Periode 31 Mei 2015 pada SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH SINDO, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo) Analisis Framing

Tahun Skripsi: 2015.v.145 Halaman

Daftar Kepustakaaan: 19 buku + 1 Skripsi + 15 Online

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui cara Surat Kabar Harian Kompas, Republika, Jawa Pos, SINDO, Media Indonesia dan Tempo dalam membingkai pemberitaan tentang Pemberitaan Sanksi FIFA terhadap PSSI. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis framing dan menggunakan paradigma konstruktivis. Objek penelitian ini adalah berita dari SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH SINDO, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo pada periode 31 Mei 2015 yang menjadi tajuk utama di masing-masing media. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing dengan metode model Pan dan Kosicki. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa keenam media tersebut mempunyai caranya masing-masing dalam membingkai sanksi FIFA terhadap Indonesia beserta faktor yang mempengaruhinya, SKH Kompas SKH Jawa Pos dan SKH Media Indonesia merespon sanksi tersebut sebagai momen perbaikan sepakbola nasional, SKH Sindo memfokuskan pada usaha PSSI dalam menghindarkan sanksi, Tempo mencoba mengakomodir kedua belah pihak, sementara Republika menginginkan adanya perbaikan sepakbola indonesia namun ditulis secara samar.

Berikut faktor yang mempengaruhi perbedaan frame setiap media: (1) SKH Media Indonesia dekat dengan elit politik pemerintah karena Surya Paloh merupakan ketua Nasdem yang partainya berada dalam koalisi pemerintah. (2) SKH Kompas koran yang dikenal dekat dengan Jokowi semenjak Pilpres 2014 yang mendukung visinya mereformasi birokrasi (3) Jawa Pos memiliki kepentingan dalam isu ini karena basis pembacanya sebagain besar warga Jawa Timur yang klubnya Persebaya Surabaya dan Arema Malang terlibat masalah dengan PSSI. (4) SKH Republika koran yang menjadi suara komunitas Muslim ini tidak terlalu menganggap isu ini penting. (5) SKH Sindo koran milik Hary Tanoe ini menjadi koran oposisi pemerintah sehingga pemberitaannya lebih memilih fokus terhadap PSSI dari pada pemerintah. (6) SKH Tempo mencoba mengakomodir kedua belah pihak memperlihatkan ideologinya sebagi koran yang lugas tanpa kompromi.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sepak bola merupakan olahraga favorit masyarakat dunia termasuk juga masyarakat Indonesia. Olahraga ini menjadi semacam hiburan, kebanggaan dan fanatisme yang kadang berlebihan. Di Indonesia sendiri olahraga ini sedang mengalami kisruh yang berkepanjangan antara federasi PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia) dan Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) yang puncaknya dijatuhkannya sanksi oleh FIFA terhadap Indonesia yang membekukan segala aktiftas keikutsertaan Indonesia di ajang sepak bola di bawah naungan FIFA. Dijatuhkanya sanksi FIFA merupakan puncak kekisruhan sepak bola nasional semenjak Kemenpora melakukan audit terhadap PSSI yang salah satu rekomendasinya melarang Klub Arema Cronus dan Persebaya Surabaya untuk tidak ikut berkompetisi di ISL/QBL karena masih bermasalah dalam legalitas, berikut ini kronologi kekisruhan sepak bola nasional yang puncaknya dijatuhkanya sanksi FIFA terhadap Indonesia:

(15)

Indonesia selaku operator liga dan seluruh klub-klub peserta liga, namun pertemuan tersebut tidak ada titik temu, menanggapi hal-hal tersebut pada 2 Mei 2015, PSSI memutuskan semua kompetisi sepak bola nasional dihentikan dengan alasan force majeure (Suatu kejadian diluar kemampuan organisasi sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan).

Ternyata kisruh sepak bola tidak hanya terjadi di Indonesia saja yang melibatkan PSSI dan Menpora, namun juga terjadi di induk sepak bola dunia yaitu FIFA, hal yang cukup menggemparkan terjadi ketika pada tanggal 27 Mei FBI (Federal Bureau of Investigation / Biro Investigasi Amerika Serikat) menangkap 14 anggota dan mantan pejabat FIFA terkait skandal korupsi di tubuh FIFA, penangkapan ini terjadi menjelang pemilihan presiden FIFA baru pada 29 Mei 2015. Kemudian sehari setelah terbongkarnya kasus tersebut pemimpin UEFA (Union of European Footbal Associations / Federasi Sepak Bola Eropa), Michael Platini menyatakan akan memperimbangkan kembali hubungan dengan FIFA jika Sepp Blatter tetap menyelenggarakan pemilihan presiden baru FIFA, pada kenyataanya ancaman tersebut tidak diindahkan hingga pada tanggal 29 Mei Sepp Blater terpilih kembali menjadi Presiden FIFA mengalahkan Pangeran Ali dari Yordania. Setelah sehari pemilihan Presiden baru FIFA selesai ultimatum FIFA benar-benar dijalankan karena tepat pada tanggal 30 Mei 2015 Indonesia dijatuhi sanksi oleh FIFA, disebutkan bahwa keanggotaan Indonesia di badan sepak bola dunia itu dicabut atas hasil rapat Komite Eksekutif-nya di Zurich, Swiss, dikarenakan intervensi Pemerintah yang dianggap

melanggar Pasal 13 dan 17 dari statuta FIFA.

(http://bola.kompas.com/read/2015/05/26/08150038/Cerita.Panjang. Kisruh.PSSI.dan.Menpora diakses pada 2 Juni 2015 pukul 19:20 WIB).

(16)

sanksi tersebut, hal ini juga menjadi perhatian serius oleh media-media nasional dengan terbukti menjadi Headline di berbagai media nasional keesokan harinya atau pada hari Minggu 31 Mei 2015. Seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Headline SKH Nama Surat Kabar Harian Headline

Kompas Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional Republika Indonesia Disanksi FIFA

Tempo Jokowi Janji Reformasi Sepak Bola

Jawa Pos FIFA Hukum Indonesia

Media Indonesia Reformasi Total PSSI

SINDO Sepak Bola Indonesia di Sanksi FIFA Sumber: Enam media masa yang akan diteliti

Ada yang menarik dari judul-judul berita di atas yang semuanya ditampilkan pada halaman utama koran masing-masing, pada prinsipnya semuanya sama memberitakan adanya sanksi FIFA terhadap sepak bola Indonesia, tapi ada perbedaan terhadap penonjolan tertentu di dalam judul di atas seperti Kompas yang menanggapi positif bahwa sanksi FIFA merupakan momentum yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional berbeda misalnya dengan headline yang dikeluarkan oleh Jawa Pos yang secara gamblang menuliskan FIFA menghukum Indonesia, judul ini menonjolkan adanya sanksi FIFA tanpa melihat apakah ada hal positif yang dapat diambil seperti halnya pendapat dari Kompas, perbedaan penonjolan ini juga terlihat di dalam judul berita dari koran nasional lainya.

(17)

berbeda-beda tergantung kebijakan redaksi, kepemilikan media dan juga ideologi media tersebut. Selain judul berita yang berbeda-beda narasumber dalam berita juga memiliki perbedaan-perbedaan seperti Republika yang lebih memilih narasumber dari Tim Transisi dari pada Presiden Jokowi yang dijadikan Sumber berita oleh Kompas, Tempo, Media Indonesia, Sindo dan Jawa Pos, menjadikan ini hal yang menarik di teliti kemudian kenapa pemilihan sumber berita Republika berbeda sendiri.

Sementara jika dilihat dari faktor sejarah dan kepemilikan, keenam media ini mempunyai latar belakang yang berbeda, seperti Republika yang mengklaim sebagai koran komunitas Muslim sehingga koran ini menyajikan rubrik rubrik yang bernafaskan Islam seperti Islam Digest, Khazanah dan Jejak Islam, ideologi ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya Koran Republika yang dibangun setelah Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) meyadari bahwa umat Islam sering kalah dalam bidang politik karena lemahnya dalam pemikiran dan opini, sehingga mendirikan Republika sebagai pengimbang dari pers non-Islam (Hamad, 2004 : 121).

(18)

“Hubungan akrab antara Kompas dan partai berlangsung terus hingga 1971, pada saat itu terjadi restrukturisasi perpolitikan partai. Setelah itu masing-masing berjalan sendiri (Kompas dan partai Katolik), meskipun sejumlah prinsip-prinsip dasar masih dijaga oleh Kompas. Ketika saya dan Kasimo masih aktif dalam partai, interaksi antara keduanya masih tetap intensif. Tahun 1968 saya berhenti dari kepemimpinan partai dan kemudian hubungan itu semakin longgar, kemudian hubungan keduanya lebih didasarkan pada kapasitas pribadi. Semenjak itu Kompas menjadi profesional dengan sedikit atau pengaruh dari partai (Agus Sudibyo, dkk, 2006: 8).

Sementara Koran Media Indonesia yang didirikan pada 19 Januari 1970 oleh Teuku Yosil Syah yang kemudian pada tahun 1987 Surya Paloh ikut bergabung untuk membesarkan koran ini dengan ideologi nasionalis kebangsaan yang di pegang koran ini terus tumbuh. Surya Paloh Selaku pemilik koran ini memiliki kedekatan politik dengan golkar pada akhir masa orde baru dan awal reformasi sebelum memutuskan membuat partai baru yaitu Partai Nasdem, partai ini lahir tidak terlepas dari kegagalan Surya Paloh menuju Golkar 1 yang pada waktu itu dimenangkan oleh Abu Rizal Bakrie (ARB) pada munas 2009.

(http://www.cnnIndonesia.com/politik/20140827131929-32-1889/munas-sejarah-panjang-perpecahan-golkar/ diakses pada 21 juli 2015 pukul 15.30 WIB). Singkat Cerita Partai Nasdem memilih berkoalisi dengan Jokowi-JK yang tergabung Dalam KIH sebagai pemenang Pemilu Presiden 2015. Posisi ini jelas menimbulkan kecenderungan pemberitaan yang mendukung kebijakan pemerintah.

(19)

loncat dalam kancah politik karena gemar berpindah-pindah partai, pada awal masuk politk HT bergabung dengan Nasdem sebagai Ketua Dewan Pakar Partai, kemudian pada tahun 2013 HT menyeberang ke partai Hanura dan sekaligus mendirikan ormas Perindo (yang kemudian hari menjadi partai). Setelah di tahun 2014 Hanura gagal mengantarkan HT menjadi Cawapres, HT berpisah dengan Hanura yang bergabung ke Koalisi Indonesia Hebat pendukung Jokowi-JK, sementara HT bergabung ke Koalisi Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta. Perubahan arah politik dari HT ini juga berimbas pada pemberitaan di bawah MNC Group yang selalu mengikuti arah politik terbaru Hary Tanoesoedibjo.

Koran Tempo yang lahir pada tahun 2001 merupakan pengembangan bisnis dari majalah Tempo yang lebih dulu hadir. Sejarah perkembangan tempo tidak terlepas dari sosok Goenawan Mohammad yang kini menjabat sebagai komisaris utama Tempo Media Group, Goenawan merupakan salah satu penggagas dan pendiri majalah tempo kala itu yang terbit pertama kali pada tanggal 6 Maret 1971. Majalah ini tercatat pernah dua kali dibredel oleh pemerintah orde baru karena pemberitaanya yang menyinggung pihak istana kala itu pembredelan pertama terjadi pada kurun waktu dua bulan pada tahun 1982, pembredelan kedua memakan waktu lebih lama lagi yaitu mulai tahun 1994 sampai tahun 1998 ketika jatuhnya pemerintahan orde baru.

(20)

(http://www.merdeka.com/politik/faisal-basri-butet-hingga-gunawan-mohamad-dukung-jokowi-jk.html diakses pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 21:56). Kedekatan antar Jokowi dan Goenawan bisa saja mempengaruhi pemberitaan dalam Tempo Media Group di masa pemilu lalu atau setelahnya.

Jawa Pos merupakan koran lama yang hampir menemui titik akhir dalam dunia jurnalistik di tanah air, di tahun 1948 Jawa pos didirikan oleh The Chung Sen, pada tahun 1982 Chung Sen menjual Jawa Pos pada Erik F.H Samola yang tidak lain merupakan Direktur Utama PT Grafis Pers (Penerbit Majalah Tempo), kemudian Samola menunjuk Dahlan Iskan yang kala itu menjabat sebagai kepala biro Tempo Surabaya untuk menangani Jawa Post keluar dari keterpurukan. Dari tangan dingin Dahlan Iskan lah Jawa Pos kian tumbuh pesat menjadi salah satu korporasi media besar di Indonesia, pada tahun 2005 Dahlan mundur dari Jawa Pos dan digantikan oleh anaknya Azrul Ananda. (http://profil.merdeka.com/Indonesia/j/jawa-pos/ diakses pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 22:33 WIB) Di tahun 2009 Dahlan ditunjuk menjadi dirut PLN kemudian ditahun 2011 diangkat menjadi menteri BUMN dari sinilah kedekatan Dahlan dengan dunia politik mulai terbuka. Pada Pemilu 2014 Dahlan mengikuti Konvensi Capres Demokrat dan memenangkan dirinya, namun sayang suara partai Demokrat tidak cukup mengantarkan dirinya maju sebagai Capres di pemilu 2014, gagal dalam konvensi Dahlan kemudian merapat mendukung Jokowi yang kemudian menjadi pemenang pemilu pilpres 2014.

(21)

koalisi dalam pemerintahan Jokowi-JK, Sementara Sindo lebih dekat pada KMP sebagai koalisi oposisi dalam pemerintahan. Sementara dilihat dari Sejarahnya Republika dan Kompas memiliki kedekatan dengan agama tertentu.

Peneliti memilih keenam koran Tempo, Kompas, Republika, Sindo, Media Indonesia, dan Jawa Pos sebagai objek penelitian dikarenakan koran-koran tersebut merupakan koran nasional yang memiliki pembaca setianya masing-masing yang tentunya pemberitaan pada masing-masing koran dapat mempengaruhi pola berpikir masyarakat tentang pemberitaan mengenai dijatuhkanya sanksi FIFA terhadap PSSI yang setiap koran mempunyai frame-nya yang berbeda-beda. Sementara pemilihan periode tanggal 31 Mei 2015 sebagai materi penelitian dikarenakan di tanggal ini lah keenam media nasional menjadikan berita ini sebagai tajuk utama sebagai respon media terhadap sanksi FIFA yang dijatuhkan terhadap Indonesia satu hari sebelumnya yaitu pada tanggal 30 Mei 2015.

(22)

pelatih, official yang kehilangan pekerjaanya, para suportter yang kehilangan hiburan, dan permasalahan ekonomi bagi masyarakat yang terlibat dalam industri sepak bola Indonesia.

Kemudian untuk bisa melihat perbedaan pembingkaiaan berita dari SKH Republika, SKH Kompas, SKH Tempo, SKH Jawa Pos, SKH Media Indonesia dan SKH Sindo, peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitiannya. Analisis framing dipakai untuk membedakan cara-cara atau ideologi media dalam mengkonstruksi fakta. Dengan kata lain framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang itu atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Nugroho, dkk, 2001: 162).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH Sindo, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo, membingkai pemberitaan tentang dijatuhkannya sanksi FIFA Terhadap PSSI (Periode 31 Mei 2015)?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH SIindo, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo membingkai pemberitaan tentang dijatuhkannya sanksi FIFA terhadap PSSI (Periode 31 Mei 2015)

(23)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penelitian karya-karya ilmiah, khususnya dalam memberikan sumbangan terhadap perkembangan studi Ilmu Komunikasi terutama mengenai analisis framing.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran khalayak agar lebih mampu mengetahui bagaimana sebuah peristiwa itu dikonstruksikan oleh media cetak dan kemudian dijadikan berita.

E. Kerangka Teori

1. Paradigma konstruktivis dalam media

Konsep mengenai konstruktivis diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger, Bersama Thomas Luchman, ia banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial atas realitas (Erianto, 2012 :15). Tesis utama yang dihasilkan Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus.

Menurut Berger masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus-menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya (Feedback, manusia dan masyarakat saling membentuk realitas). Sebaliknya, manusia adalah hasil atau produk dari masyarakat. Teori konstruksi menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman menyatakan bahwa “realitas

(24)

Pandangan konstruktivis menolak pandangan positivis yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Pendekatan positivis berasumsi akan adanya realita yang obyektif dan penelitian yang bebas dari nilai (West dan Turner, 2007 : 75). Dalam pandangan konstruktivis, justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. (Eriyanto, 2012 :5) Paradigma konstruktivis dan paradigma Positivis memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat fungsi media.

Dalam pandangan Positivis media merupakan sarana penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan (khalayak luas), slogan yang sering dikutip dari McLuhan ialah, Medium adalah pesan, frase yang merujuk pada kekuatan dan pengaruh medium (bukannya isi pesan) terhadap masyarakat (West dan Turner, 2007 :145). Media menjadi perantara penyampaian pesan dari sebuah peristiwa/realita yang kemudian disebar luaskan.

Namun dalam pandangan konstruktivis media tidak hanya sebatas menjadi perantara saja, media memiliki andil dalam terbentuknya sebuah realitas. Dalam kegiatan melaporkan sebuah peristiwa media menafsirkan dan merangkai kembali kepingan-kepingan fakta dari peristiwa sehingga membentuk sebuah cerita yang dapat dipahami oleh khalayak. Media bukan sekedar saluran yang bebas, ia juga subyek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakanya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. (Eriyanto, 2012 : 26).

(25)

yang acak disusun kembali agar mudah dipahami khalayak luas. Bagaimana peran media dalam membentuk suatu realitas dapat dilihat dalam tiga tingkatan yaitu :

a. Media massa membingkai peristiwa dalam bingkai tertentu. Peristiwa-peristiwa yang kompleks disederhanakan sehingga membentuk pengertian dan gagasan tertentu. Apakah media massa setuju dengan peristiwa tertentu atau tidak, yang kesemuanya dapat dilihat dari bagaimana peristiwa tersebut didefinisikan, bagaimana urutan peristiwa disajikan, siapa aktor yang diwawancarai, dan sebagainya.

b. Media massa memberikan simbol-simbol tertentu pada peristiwa dan aktor yang terlibat dalam berita. Pemberian simbol tersebut akan menentukan bagaimana peristiwa dipahami, siapa yang dilihat sebagai pahlawan dan siapa yang dilihat sebagai musuh. Media massa bukan hanya mengutip apa adanya yang dikatakan narasumber, tapi juga akan memakai dan menyeleksi ucapan dan menambah dengan berbagai ungkapan atau kata-kata yang ditampilkan. Semua ungkapan, kata itu bisa memberikan citra ketika diterima oleh khalayak.

c. Media massa juga menentukan apakah peristiwa ditempatkan sebagai hal yang penting atau tidak; apakah peristiwa hendak ditulis secara panjang atau pendek; apakah ditempatkan dihalaman pertama atau tidak; apakah peristiwa secara bersambung ataukah tidak. Semua pilihan tersebut adalah kemungkian yang dapat diambil oleh media (Eriyanto, 2012 : 27-28) Media massa membentuk sebuah alur cerita dalam suatu peristiwa yang di susun sedemikian rupa dan kemudian ditampilkan menjadi berita, proses ini terjadi dikarenakan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi suatu media. Agus Sudibyo mengutip dari Brian McNair dalam News and Journalism in The UK berpendapat ada tiga pendekatan untuk menjelaskan tentang isi media.

(26)

sebagai mekanisme yang rumit yang melibatkan faktor internal media sekaligus juga faktor eksternal di luar dari media (Sudibyo, 2006 : 2).

Menurut Agus Sudibyo pendekatan kulturalis ini yang lebih memadahi untuk menjelaskan perkembangan pers pasca Orde Baru. Dilihat dari usaha media saat ini yang coba melepas dari belengu-belengu yang membatasi kinerja mereka. Dalam pendekatan kulturalis faktor eksternal yang dapat mempengaruhi isi media diantaranya adalah kedekatan media dengan kubu politik/organisasi tertentu yang menimbulkan pemberitaan tidak proposional, dan pengaruh khalayak luas sebagai target audience media tersebut. Dari sisi internal media faktor-faktor yang dapat mempengaruhi isi media diantaranya adalah:

a. Ideologi Media

Ideologi adalah gagasan awal terbentuknya suatu institusi, termasuk juga dalam pembentukan institusi media pastinya pembentukan tersebut memiliki gagasan dasar untuk membangun media tersebut. Menurut Stuart Hall media di sini dipandang sebagai instrumen ideologi, melalui mana satu kelompok menyebarkan pengaruh dan dominasinya kepada kelompok lain. Media bukanlah ranah yang netral di mana berbagai kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama dan seimbang. Media justru bisa menjadi subjek yang mengkonstruksi realitas berdasarkan penafsiran dan definisi sendiri untuk disebarkan kepada khalayak. Media berperan dalam mendefinisikan realitas. Kelompok dan ideologi dominanlah yang biasanya lebih berperan dalam hal ini. (Sudibyo,2006 : 55)

(27)

Di Indonesia media-media besar tersentral pada beberapa orang yang melakukan aksi akuisisi, salah satu faktor pendorong kegilaan akan akuisisi dan konsolidasi media adalah karena munculnya gagasan sinergi, atau ide yang menumbuhkan interaksi antara kegiatan tambahan yang diperoleh atau bagian dari perusahan yang di merger yang menimbulkan peningkatan efek gabungan (Severin dan Tankard, 2001 :432). Hal ini memunculkan korporasi media yang menggurita namun tersentral pada segelintir orang, kegiatan penggabungan media ini memliliki tujuan untuk memudahkan dalam menyebarluaskan isu yang diangkat dan tentunya tujuan tertentu dari pemilik media, hal ini sependapat dengan Severin dan Tankard bahwa kepemilikan media menentukan kontrol media, yang pada gilirannya menentukan isi media, mungkin bisa menjadi penyebab utama pengaruh terhadap media (Severin dan Tankard, 2001 :437).

c. Kebijakan Redaksional

Kebijakan redaksi merupakan inti dari dari kegiatan pembentukan berita dari sini arah dan pedoman suatu media di tentukan. Menurut Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reese, ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan redaksi, ke lima faktor tersebut adalah :

Pertama, faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang professional dari pengelola media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak.

(28)

Ketiga, level organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang yang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi media itu sendiri.

Keempat, level ekstramedia. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media.

Kelima, level ideologi. Ideologi di sini diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya (Shomaker dan Reese dalam Sudibyo, 2006: 7-12)

2. Konstruksi dalam berita

Berita adalah susunan kejadian setiap hari, sehingga masyarakat menerimanya dalam bentuk yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio atau televisi dan kesesokan harinya di berbagai surat kabar (Henshall dan Ingram, 2000: 7).

(29)

Sementara menurut pendapat Sedia Wiling Barus berita adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum (Barus, 2010: 26). Ashadi Siregar, dkk merumuskan unsur-unsur yang harus ada (salah satu atau beberapa) dalam suatu berita:

a. Significance (penting), yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. b. Magnitude (besar), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi

kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat yang bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik buat pembaca.

c. Timeliness (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi, atau baru dikemukakan.

d. Proximity (kedekatan), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca. Kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional.

e. Prominence (tenar), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca, seperti orang, benda, atau tempat.

f. Human Interest (manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang bisa dalam situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa. (Siregar, 1998 : 29)

Berita juga dibagi dalam beberapa jenis dan stuktur berita, setiap jenis berita memiliki fungsi dan penempatan masing-masing:

a. Straight news yaitu berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi ini.

b. Depht news yaitu berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.

c. Investigation news yaitu berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

d. Interpretative news yaitu berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisan/reporter.

e. Opinion news yaitu berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendikiawan, tokoh, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi politik sosial budaya, dan sebagainya. (Romli, 2001: 8)

(30)

kemudian diadaptasi oleh berbagi ilmu sosial lainya. Berikut ringkasan dari formula 5W + 1H tersebut:

a. Who: berita harus mengandung unsur “siapa”. Ini dapat ditarik ekuivalensinya dengan prominence; harus menyebut sumber yang jelas. Dengan kata lain, berita harus mempunyai sumber yang jelas. Jadi, disini penekanannya adalah sumber berita itu. “Siapa” bisa mengacu pada individu, lembaga, atau kelompok.

b. What: setelah mengetahui sumber berita, selanjutnya penting untuk mengetahui “apa” yang dikatakan; who to say what. Dengan kata lain, “apa” adalah mencari tahu hal yang menjadi topik berita tersebut.

c. Where: berita juga harus menunjuk pada tempat kejadian; “di mana” terjadinya peristiwa atau fakta itu. Ini merupakan bagian dari unsur “jarak” (proximity).

d. When: unsur penting berikutnya yang harus dikandung sebuah berita adalah “kapan” terjadinya peristiwa tersebut. Unsur “kapan” inilah yang juga dimaksudkan dengan unsur baru terjadi (timeliness).

e. Why: kelengkapan unsur sebuah berita harus dapat menjelaskan “mengapa” peristiwa itu sampai terjadi. Hal ini berkaitan dengan tujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu pembaca mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa.

f. How: “bagaimana” terjadinya suatu peristiwa juga sangat dinantikan oleh pembaca. Masyarakat yang sudah mengetahui mengapa suatu peristiwa terjadi tentu akan menuntun lebih jauh lagi “bagaimana” persisnya peristiwa itu terjadi (Barus, 2010: 36)

(31)

Berita bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada di luar sana. Titik perhatian tentu saja bukan apakah berita merefleksikan realitas, atau apakah berita distorsi atas realitas. Apakah berita sesuai dengan kenyataan ataukah bias terhadap kenyataan yang digambarkanya. Kenapa? karena tidak ada realitas dalam arti real yang berada di luar diri wartawan. Kalaulah berita itu merefleksikan sesuatu maka refleksi itu adalah praktik pekerja dalam organisasi yang memproduksi berita. Berita adalah apa yang pembuat berita buat. (Fishman dalam Eriyanto, 2012: 116)

3. Analisis Framing Pemberitaan

Gagasan analisis framing pertama kali dicetuskan oleh Beterson pada tahun 1955, pada mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasikan realitas. Konsep framing kemudian dikembangkan lebih jauh lagi oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2001: 162). Dari berbagai sumber pada intinya analisis framing diartikan sebagai metode untuk mengetahui penonjolan tertentu pada suatu peristiwa dan membongkar bagaimana media mengkonstruksi peristiwa dengan maksud-maksud tertentu. Berikut definisi framing menurut ahli:

Tabel 1.2 Definisi Framing

(32)

William A. Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Sanford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan system kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.

Amy Binder Skema interprestasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks kedalam bentuk individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosick

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

Sumber: Eriyanto 2012: 77-79

(33)

menuliskan fakta, dilihat bagaimana cara media menyajikan fakta tersebut kepada khalayak. Hal-hal yang dianggap penting ditonjolkan sehingga lebih mudah diingat oleh kHal-halayak dan yang dianggap tidak penting kurang ditekankan sehingga menjadi bias.

Pada intinya framing digunakan untuk melihat sisi subyektif dari seorang wartawan, karena dalam peliputan peristiwa yang sama belum tentu semua wartawan memiliki frame yang sama, sehingga akan menghasilkan sudut pandang yang berbeda dalam satu berita. Eriyanto (2012,97) berpendapat analisis framing membantu kita untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa yang sama dikemas secara berbeda oleh wartawan sehingga menghasilkan berita yang secara radikal berbeda.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif dengan menggunakan metode analisis framing dan menggunakan paradigma konstruktivisme. Dalam paradigma Konstruktivisme, realitas dipandang sebagai sesuatu yang tidak alamiah, realitas merupakan konstruksi dari manusia, termasuk dalam memandang pembentukan suatu berita wartawan ikut serta berperan aktif di dalam pembuatanya. Oleh sebab itu, analisis framing bertujuan untuk menemukan cara bagaimana sebuah realitas dikonstruksi oleh media massa dan melalui cara apa konstruksi dibentuk dengan menggunakan penonjolan tertentu, penekanan di aspek tertentu dan teknik teknik dalam pembuatan berita yang pada prakteknya dilakukan oleh semua media masa.

(34)

menampilkan seperiti apa, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menuliskan berita (Eriyanto, 2012: 79).

Oleh karena itu analisis framing dipilih peneliti untuk dijadikan pisau analisa dalam membedah berita yang ada di SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH Sindo, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo tentang pemberitaan dijatuhkannya Sanksi FIFA terhadap PSSI pada periode 31 Mei 2015. Dengan menggunakan analisis framing dalam penelitian ini maka akan dapat dilihat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perbedaaan cara pandang antara satu media dengan media lain dalam memandang satu peristiwa yang sama, juga dapat mengetahui mengapa narasumber satu media dan media lain berbeda, atau headline dari satu media dengan media yang lainya memiliki kecenderungan berbeda.

2. Obyek Penelitian

(35)

Tabel 1.3 Headline SKH Nama Surat Kabar Harian Headline

Kompas Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional Republika Indonesia Disanksi FIFA

Tempo Jokowi Janji Reformasi Sepak bola

Jawa Pos FIFA Hukum Indonesia

Media Indonesia Reformasi Total PSSI

SINDO Sepak bola Indonesia di Sanksi FIFA Sumber: Keenam berita di masing-masing surat kabar

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen yang ada serta catatan-catatan yang berhubungan dengan analisis. Data yang diperoleh dari metode tersebut dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu:

a. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberitaan mengenai dijatuhkannya Sanksi FIFA terhadap PSSI pada periode 31 Mei dalam SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH Sindo, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo. Yang mana data ini adalah data untuk di analisis.

b. Data sekunder

(36)

4. Teknik Analisis Data

Dalam Analisis framing Setidaknya ada empat model analisis yang sering dipakai. Keempat model tersebut memiliki perbedaan dalam membedah obyek yang akan diteliti. Model Entman atau pun Edelman lebih bergerak pada level bagaimana peristiwa dipahami dan bagaimana pemilihan fakta yang dilakukan oleh media. Mereka tidak merinci secara detail element retoris, walaupun dalam tingkatan analisanya mereka menunjukan contoh bagaimana kata, kalimat, dan gambar dapat dianalisis sebagai bagian integral memahami frame, tetapi mereka tidak mengajukan gambaran detail mengenai elemen retoris tersebut. Sementara model Gamson dan Pan dan Kosicki, disertakan dalam unit analisis mereka apa saja elemen retoris yang perlu diperhatikan untuk menunjukan perangkat framing, bedanya Gamson lebih banyak ditekankan pada penanda dalam bentuk simbolik, baik lewat kiasan maupun retorika yang secara tidak langsung mengarahkan perhatian khalayak. Sementara model Pan dan Kosicki lebih terperinci dengan menggunakan pendekatan linguistik dengan memasukan elemen seperti pemakaian kata, pemilihan struktur, dan bentuk kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwa dibingkai oleh media. (Eriyanto, 2012 : 329)

(37)

pendekatan Pan dan Kosicki ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis; kedua, struktur skrip; ketiga, struktur tematik; dan keempat, struktur retoris (Sobur, 2001: 175). Detail keempat struktur tersebut bisa dilihat di tabel berikut:

Tabel 1.4

Kerangka Framing Pan dan Kosicki

Struktur Perangat Framing Unit yang Diamati

Sintaksis 1. Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber,

Dalam pengertian umum sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dan bagian dalam berita -headline, lead, latar informasi, sumber, penutup- dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun. Bentuk popular stuktur sintaksis adalah segitiga terbalik, di mana bagian yang diatas ditampilkan lebih penting dibandingkan dengan bagian bawahnya. (Eriyanto, 2012: 295-196)

(38)

Bentuk umum dari struktur skrip adalah pola 5w + 1h yaitu who, what, when where, why dan how. Dalam penulisan berita bagian mana yang ditonjolkan lebih dulu akan mempengaruhi alur cerita. Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita: bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan dan bagian mana yang ditempatkan dibagian akhir agar terkesan kurang menonjol (Eriyanto, 2012: 300).

c. Struktur Tematik

Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis, bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber kedalam teks berita secara keseluruhan (Eriyanto, 2012: 301) Struktur tematik mempunyai perangkat framing sebagai berikut:

1. Detail: berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator).

2. Maksud: berhubungan dengan kontrol informasi yang dijelaskan komunikator.

3. Normalisasi: berhubungan dengan pertanyaan apakah komunikator memandang obyek sebagai sesuatu yang berdiri sendiri atau sebagai sesuatu yang berkelompok. 4. Koherensi: pertalian atau jalinan antar kata (Nugroho, dkk 1999: 35-37)

d. Struktur Retoris

(39)

1. Leksikon: berhubungan dengan bagaimana seseorang memilih kata dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap dan ideologi tertentu.

2. Grafis: elemen ini untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang dianggap penting). Seperti penggunan foto, ukuran font, cetak tebal dan lain sebagainya.

3. Metafora: penggunaan kiasan yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari berita.

4. Pengandaian: Merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. (Nugroho, dkk 1999: 43-46)

5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dibagi menjadi 4 BAB, dan masing-masing bab memiliki pembahasan yang berbeda-beda. Pada BAB I akan dijelaskan mengenai latar belakang dan rumusan masalah, manfaat penelitan, kerangka teori, dan metode penelitian dalam menganalisa pemberitaan tentang respon dijatuhkannya Sanksi FIFA Terhadap PSSI pada SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH Sindo, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo, juga termasuk peneliti terdahulu.

Dalam BAB II, peneliti akan membahas mengenai profil, sejarah, visi misi, dan korporasi media SKH Kompas, SKH Republika, SKH Jawa Pos, SKH SINDO, SKH Media Indonesia dan SKH Tempo yang dijadikan sebagai objek peneliti dalam menganalisi berita yang dimuat tentang pemberitaan respon dijatuhkannya sanksi FIFA terhadap PSSI.

(40)

Pada BAB terakhir atau BAB IV, peneliti akan menyimpulkan hasil dari penelitian tersebut dan akan memberikan saran sebagai penilaian atas penelitian yang telah dilakukan.

6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang menggunakan analisis framing tentang pemberitaan sanksi FIFA terhadap PSSI dalam Surat Kabar Harian Kompas, Tempo, Sindo, Media Indonesia, Republika dan Jawa Pos belum pernah ada sebelumnya. Namun penelitian dengan analisis framing terhadap Surat Kabar Harian dalam periode satu hari pernah ada sebelumnya, penelitian di tulis oleh Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2006 atas nama Ariani Hasanah Soejoeti dengan judul Politik Pemberitaan Media (Analisis Framing Kasus Pemberitaan Risang Bima Wijaya SH di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dan Radar Jogja pada tanggal 23 Desember 2004).

(41)

melanggar pasal 310 KUHP jo pasal 64 KUHP tentang pencemaran nama baik. Sementara dalam kasus perdata Radar Jogja dimintai ganti rugi sebesar US$ 600 ribu atas kasus yang sama.

Kemudian sehari setelah dijatuhkanya vonis Sembilan bulan penjara terhadap Risang Bima Wijaya atau pada tanggal 23 Desember 2004 baik SKH Kedaulatan Rakyat maupun SKH Radar Jogja memuat pemberitaan tersebut. Hal tersebut yang melatar belakangi Ariani Hasanah Soejoeti meneliti kasus tersebut karena didalam kasus tersebut melibatkan konflik dua insan pers dari Kedaulatan Rakyat dan Radar Jogja. Dalam penelitianaya Ariani Hasanah Soejoeti memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana SKH Kedaultan Rakyat dan Radar Jogja membingkai sebuah peristiwa divonisnya Risang Bima Wijaya selama Sembilan buan penjara dalam berita yang dmuat pada tanggal 23 Desember 2004.

(42)

BAB II

GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

A. Sejarah Koran Tempo

Hadirnya Koran Tempo tidak bisa dipisahkan dari sejarah panjang lahirnya Majalah

Tempo, Munculnya Tempo di gawangi oleh tokoh Goenawan Mohamad pada tahun 1971 di

Jakarta. Cikal bakal majalah ini berasal dari Majalah Ekspres yang lahir di tahun 1970 yang di

inisiasi beberapa pemuda kala itu diantaranya Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Christianto

Wibisono, dan Usamah. Namun dalam perjalanannya Goenawan Cs memilih keluar dari Majalah

Ekpres karena terjadi perbedaan prinsip dengan pemilik modal.

(https://korporat.tempo.co/tentang/sejarah diakses 27 Maret 2016 pukut 10:21). Namun

keinginan Goenawan untuk mendirikan majalah tak pernah surut hingga akhirnya Goenawan CS

bertemu dengan Harjoko Trisnadi yang sedang mengalami masalah di dalam Malaja Djaja yang

dikelolanya. Harjoko meminta kepada Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu, Ali Sadikin untuk

menswastakan Majalah Djaja. Pertemuan Goenawan CS dan orang-orang Majalah Djaja

dibarengi pertemuan dengan Ir Ciputra sebagai pemodal, menelurkan kesepakatan berdirinya

majalah Tempo di bawah PT. Grafis Pers sebagai penerbitnya.

Majalah Tempo terbit pertama kali pada 6 Maret 1971, majalah ini merupakan majalah

mingguan yang berfokus pada berita dan politik juga merupakan majalah pertama yang tidak

terafiliasi dengan pemerintah, pemilihan nama Tempo dikarenakan memiliki empat alasan.

Pertama, nama itu singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala

jurusan. Kedua, nama itu terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. Ketiga, nama

(43)

Penggunaan nama Tempo juga menuai kontroversi dikarenakan beberapa pihak

menggangap Tempo menjiplak konsep majaah ‘TIME”, berawal dari surat pembaca mahasiswa Padjajaran Bandung, Ientje Nurhaty menulis surat, “Tidak berlebihan kalu dikatakan Tempo

dalam segalanya meniru Time.” apa yang disampaikan Nurhaty tidak mendapat tanggapan dari redaksi. Namun dalam terbitan 26 Juni 1972, Tempo mengiklankan dirinya, “Tempo meniru

Time? Benar Tempo meniru waktu, selalu tepat, selalu baru. (Pontoh, 2008 : 98). Menurut

Goenawan dia memang tertarik pada majalah Time karena gaya penulisanya.

Tuduhan yang sama kembali muncul pada tahun 1973 seorang pengacara dari kantor

pengacara Widjojo alias Oei Tat Hway, yang mewakili Time, memasukan berkas gugatan ke

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dalam berkas gugatan itu disebutkan Tempo “…membuat dan memasarkan majalah dengan merek TEMPO dalam segi empat dengan pinggiran merah, yang

pada penglihatan sepintas lalu pada pokoknya dan keseluruhannya sama dengan majalah TIME.”

Namun pada akhirnya gugatan itu menguap dengan sendirinya dikarenakan pihak TIME tidak

merasa menggugat Tempo, gugatan tersebut terjadi karena kesalah pahaman antaran TIME dan

kantor pengacara Widjojo. (Pontoh, 2008 : 98).

Dalam perjalannya Tempo pernah dua kali mengalami pembredelan di era orde baru,

pembredelan pertama terjadi pada tanggal 12 April 1982, di usia yang ke-12 tahun, Tempo

dibredel oleh Departemen Penerangan melalui surat yang dikeluarkan oleh Menteri Penerangan

kala itu, Ali Moertopo. Tempo dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide awal pembredelan

itu sendiri datang dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang saat itu dipimpin oleh

Harmoko, wartawan harian Pos Kota (Pontoh, 2008: 101).

Dugaan kuat aksi pemberedelan tersebut dilatar belakangi liputan pada majalah Tempo

(44)

Presiden Soeharto, yang disebut sebagai motor partai Golkar, tidak senang dengan berita

tersebut. Akhirnya Pada 7 Juni 1982 pemberedelan tersebut di cabut setelah Goenawan

membubukan tanda tangan pada secarik kertas. Secarik kertas itu berisikan permintaan maaf

Tempo dan kesediaan untuk dibina oleh pemerintah. Keputusan tersebut di ambil karena

Goenawan tidak punya pilihan lain.

Pemberedelan yang kedua terjadi pada 21 Juni 1994, Tempo tidak sendirian bersama

majalah Editor dan Detik, ketiga majalah ini mengalami nasib yang sama. Pemberedelan kali ini

penyebabnya adalah berita Tempo yang terkait pembelian pesawat tempur eks Jerman Timur

oleh BJ Habibie. Berita tersebut tidak menyenangkan para pejabat militer karena merasa

otoritasnya dilangkahi. Namun, diduga, penyebab utamanya adalah karena Presiden Soeharto

tidak suka Tempo sejak dulu, berita BJ Habibie, hanya sebagai tameng pembenaran.

Jika dulu syarat untuk terbit kembali terbilang mudah, untuk kali ini syarat yang diajukan

pemerintah sangat sulit. Keluarga Persiden Soeharto yang diwakili Hasyim Djojohadikusumo,

dalam penjelasannya kepada Erick Samola di sebuah pertemuan memberikan syarat, berita

Tempo harus diketahui oleh mereka (Keluarga Presiden Soeharto). emimpin redaksi harus

ditentukan oleh mereka, dan mereka bisa membeli saham Tempo (Pontoh, 2008:105). Hasil

pertemuan tersebut didiskusikan oleh dewan redaksi dan akhirnya jajaran pemimpin Tempo

bersepakat untuk menolak. Mereka rela Tempo tidak pernah terbit lagi, menurut mereka ini

merupakan persoalan integritas diri.

Pemberedelan tersebut membuat keadaan internal Tempo dirundung banyak masalah

diantaranya eksodus besar-besaran para wartawan yang keluar dari Tempo karena faktor

ekonomi, ditengah problematika di dalam diri Tempo pada tahun 1996 Tempo meluncurkan

(45)

penggunaan portal berita online situs tersebut lolos dari pengamatan Menteri Penerangan kala

itu.

Jatuhnya Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998 yang ditandai lengsernya Presiden

Soeharto dan diangkatnya BJ Habibie sebagai presiden sementara, semacam memberikan angin

segar terhadap majalah Tempo. BJ Habibie mencabut pembredelan Tempo dan mengizinkannya

untuk kembali terbit. Akhirnya pada tanggal 6 Oktober 1998 untuk pertama kalinya Tempo

kembali terbit setelah selama empat tahun dibredel pemerintah, melalui PT Arsa Raya Perdana

dan dengan investasi baru sekitar Rp 5 milyar Tempo terbit dengan tampilan yang baru.

Perkembangan Tempo pasca dibredel terus meningkat, Oplah mencapai sekitar 60 ribu

eksemplar tiap kali terbit, mengalahkan majalah pesaing seperti Gatra, Gamma, Forum dan Panji

Masyarakat. Begitu pula dari sisi iklan, Tempo meraih 41% porsi iklan dibandingkan para

pesaingnya tersebut. Presentase tersebut meningkat di tahun 2000 menjadi 50% dan pada tahun

2005 menjadi 70%. Perkembangan pesat ini membuat manajemen melakukan

terobosan-terobosan baru diantaranya menerbitkan majalah Tempo edisi Bahasa Inggris pada 12 September

2000. Dan pada 6 November 2000, Tempo menjadi media pertama yang masuk bursa saham (Go

Public). Nama Pt Arsa Raya Perdana diganti menjadi PT Tempo Media Inti. Pada penawaran

perdananya, Tempo menawarkan 200 juta saham dan 200 warrn guna meraup dana segar Rp 75

milyar.

Dana segar tersebut, 25% untuk pelunasan utang anak perusahaan, 15% untuk menambah

modal kerja, dan 60% digunakan untuk mendirikan koran Tempo, dan ketika Tempo memasuki

usia yang ke 30 pada 2 April 2001 diterbitkanlah Koran Tempo, kehadiran koran Tempo

bertujuan untuk mengembalikan prinsip-prinsip jurnalistik harian yang terabikan, yaitu: cepat,

(46)

B. Sejarah Republika

Republika merupakan koran yang lahir sebelum era reformasi atas ide dari kalangan

komunitas muslim. Sehingga tidak mengherankan jika Republika dianggap sebagai koran yang

beraromakan Islam dan dianggap sebagai koran yang merepresentasikan kepentingan kaum

muslim. Republika terbit pertama kali pada tanggal 4 Januari 1993 di Jakarta tepat lima tahun

sebelum runtuhnya orde baru. Terbitnya Republika tidak bisa dilepaskan dari organisasi ICMI

(Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Organisasi ini dibentuk tidak bisa dipisahkan dari

sosok Mantan Presiden BJ Habibie yang memimpin ICMI pertama kali dan direstui oleh

Presiden kala itu Soeharto. Terbentuknya ICMI menjadi angin segar bagi kaum intelektual

menengah Islam pada khususnya dan bagi umat Islam seluruh Indonesia pada umumnya karena

faktor kedekatan ICMI dengan pemerintahan. Sebagai contoh konkretnya setelah terjalin

kedekatan kalangan Muslim dengan Soeharto beberapa peraturan baru yang menguntungkan

umat Islam diterbitkan di antaranya: Perempuan dibolehkan berhijab dan pendidikan agama

Islam di sekolah-sekolah negeri diperkuat. Peradilan Islam di Indonesia memiliki kekuatan yang

meningkat dan hukuman berat dijatuhkan kepada jurnalis dan orang-orang lain yang dituduh

telah menghina Islam dihadapan publik. (Ricklefs, 2008:668).

Habibie sendiri merupakan sosok yang unik Ia dari latar belakang sipil, kecerdasaan

akademis, kesalehan Islami, dan kedekatanya dengan Soeharto membuat Ia menjadi tokoh

penting di ICMI. Sebelum Soeharto dekat dengan kalangan Muslim Soeharto mengandalkan

kalangan militer sebagai kekuatan politik utamanya dan Partai Golongan Karya (Golkar) sebagai

motor politiknya. Kedekatan Soeharto dengan kalangan Muslim dan mulai tekun belajar Islam

ditenggarai oleh faktor meningkatnya korupsi dikalangan elit dan keluarga dekatnya, juga

(47)

Kedekatan inilah yang mempermudah perizinan penerbitan Republika keluar, yang sebagaimana

diketahui bahwa pada waktu itu perizinan penerbitan sangat ketat.

ICMI yang resmi berdiri pada tanggal 7 Desember 1990 memiliki agenda-agenda penting

demi menyuarakan kepentingan umat Muslim. Melalui Yayasan Abdi Bangsa yang dibentuk

pada 17 Agustus 1992 ICMI merencanakan tiga program utama: (1) pengembangan Islamic

Centre; (2) Pengembagan CIDES (Centre for Information and Development Studies) dan; (3)

Penerbitan Harian Umum Republika (Hamad, 2004:120). Agenda ketiga inilah sebagai upaya

dari ICMI untuk membuat media wacana komunitas Muslim untuk mengimbangi media-media

yang ada pada waktu itu, yang sebagian besar media-media tersebut dimiliki oleh non-Muslim.

Lahirnya ICMI bukan sekedar perkumpulan cendikiawan Muslim tetapi mempunyai

maksud lain, ICMI lahir dan bergerak penuh dengan muatan politis Islam. ICMI menyadari

bahwa umat Islam sering kalah dalam bidang poltik karena lemahnya pemikiran dan opini, maka

tujuan dari ICMI Melalui Yayasan Abdi Bangsa mendirikan CIDES sebagai tandingan terhadap

lembaga think-thank Golkar, CSIS (Central Studies for Indonesia Strategies) dan Republika

sebagai pengimbang dari pers non-Islam (Hamad, 2004:121).

Para Pendiri Yayasan Abdi Negara berjumlah 48 orang terdiri dari beberapa menteri,

pejabat tinggi, serta pengusaha yang ternama di antaranya Ir Drs Ginandjar Kartasasmita, Ibnu

Sutomo, Harmoko, Muhammad Hasan, Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir Aburizal Bakrie dan

lain-lain. Sedangkan H. Muhammad Soeharto menjadi pelindung dari Yayasan Abdi Bangsa dan Prof

Dr Ing BJ Habibie yang menjabat sebagai ketua ICMI juga bertindak sebagai ketua badan

pembina Yayasan Abdi Bangsa. Pertama kali Republika lahir pemimpin umun dan kepala

(48)

Bagir, M.A. untuk pengelolaan redaksi dipercayakan kepada Dr. Sinansari S. Encip, dan Zaim

Uchrowi. Sementara dewan redaksi diisi oleh tokok nasional seperti; Soetjipto Wirasardjono,

M.Sc. Prof. Dr. Edy Sedyawati, Adi Sasono, Prof. Dr. Quarish Shihab, Dr. Nurcholis Madjid,

dan Dr. M Amien Rais (Hasrullah, 2001:17).

Sebelum Republika lahir menjadi media penyalur suara kaum Muslim, upaya panjang

telah dilakukan oleh mantan wartawan Tempo Zaim Uchrowi dan rekan-rekan untuk membuat

media penyeimbang di antara media-media yang berafiliasi dengan Kristen, namun mendapat

ganjalan-ganjalan sebelum kemudian ICMI lahir dan menerbitkan Republika. Dalam tulisan

David T Hill menggambarkan bagaimana Republika mulai berdiri, Hill Mengatakan bahwa:

Republika brought together an Impressive chitch of some of the country’s major liberal Islamic intellectuals and journalist, into a venture designed to procedure a quality paper which broadly secular in its coverage of events and issues, yet informed ideologically by Islamic values to much the same manner that kompas or suara pembaruan were by Christianity (Hill, 1995: 126).

Republika dibentuk bersama atas pengaruh dari beberapa negara besar dari para

intelektual Islam Liberal dan para jurnalis menjadi sebuah bentuk spekulasi untuk menghasilkan

sebuah koran yang berkualitas di mana seluruh peristiwa dan isu yang luas dikemas dengan

ideologi Islam seperti halnya koran Kompas atau Suara Pembaruan yang berideologi Kristen.

Munculnya Republika di tengah media-media Non-Muslim dimaksudkan agar Republika

nantinya mampu menanggapi wacana-wacana yang berkembang dimasyarakat dalam frame

Islam.

Lebih lanjut Hill mengatakan suatu dilema bahwa:

(49)

Menjadi sebuah kejutan ketika banyak pengamat dari luar negeri melihat lebih dari 80

persen masyarakat Indonesia adalah Muslim akan tetapi dua surat kabar terbesar berasosiasi

dengan kepentingan pihak Kristen. Secara keseluruhan ada cerita sedih akan kegagalan media

Islam untuk bertahan dari sejak tahun 1974 sampai pada pertengahan 1980an, media Islam selalu

tersisihkan oleh kepentingan Kristen maupun ahli-ahli sekularisme. Hal ini menjadi ironi karena

penganut agama Islam di Indonesia lebih dari 80% dan sekaligus terbesar di dunia, tidak

memiliki media yang mampu bertahan dalam memperebutkan pasar media cetak.

Untuk melengkapi syarat bahwa penerbitan pers harus berbadan hukum maka Yayasan

Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi Bangsa pada 28 November 1992. Sebulan kemudian, 19

Desember 1992 Republika Memperoleh SIUPP (Surat Izin Umum Penerbitan Usaha Pers) dari

departemen penerangan RI No 238/SK/MENPEN/SIUP/A.7/1992 dan mulai resmi berdiri

tanggal 4 Januari 1993 (Hamad, 2004:120).

Republika pernah melakukan strategi marketing yang unik ketika melalui PT. Abdi

Bangsa menjual sahamnya di mana satu keluarga hanya bisa membeli satu lembar saham dengan

nominal Rp 1000,00 (seribu rupiah). Dengan patokan ini PT. Abdi Bangsa menawarkan 2,9 Juta

lembar kepada masyarakat khususnya umat Islam, ini berarti PT. Abdi Bangsa akan dimiliki oleh

2,9 juta kepala keluarga. Dengan harapan para pemegang selembar saham tersebut bisa menjadi

pelanggan Republika dengan harapan meningkatkan oplah penjualan sampai angka 2,9 Juta

(Hasrullah, 2001:18).

Sementara ideologi Republika adalah ideologi pemiliknya PT. Abdi Bangsa yaitu

Kebangsaan, Kerakyatan dan Keislaman; dengan tujuan mempercepat terbentuknya ‘Civil Society’. Orientasi inilah yang sehari-hari dituangkan Republika dalam bentuk informasi dan

(50)

C. Sejarah Sindo

Sindo merupakan Surat Kabar Harian yang terbit pertama kali pada tanggal 29 Juni 2005

dengan nama Seputar Indonesia, terbit selama 7 hari dalam satu minggu dan berpusat di Jakarta.

Diterbitkan oleh PT Media Nusantara Informasi (MNI), anak perusahan PT Media Nusantara

Citra Tbk. (MNC). Koran ini termasuk koran pendatang baru yang berusaha menarik perhatian

pembaca koran nasional. Target pembacanya adalah masyarakat kelas menengah ke atas,

pendidikan sarjana, segmentasi usia dari 18 tahun sampai dengan 40 tahun. Dengan diferensiasi

pembaca laki-laki 60% dan pembaca perempuan sebanyak 40%. Karena koran ini berskala

Nasional maka target distibusi Koran Sindo adalah seluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia

(http://lovelyholidays.net/iklan-Sindo.html diakses pada tanggal 18 Maret 2016 pukul 16:22

WIB). Perlahan namun pasti koran ini mampu bersaing dengan koran-koran nasional yang

terlebih dulu hadir jauh sebelum Koran Sindo lahir misalnya koran Kompas, Republika, Suara

Pembaharuan dan lain sebagainya.

Awalnya nama Koran Seputar Indonesia dipakai merujuk pada program berita Seputar

Indonesia dari stasiun televisi RCTI yang juga dimiliki oleh MNC group. Seputar Indonesia

pertama kali mengudara pada tanggal 1 November 1989 yang awalnya bernama Seputar Jakarta

menjadi program berita yang menuai sukses, program berita menjadi program berita pertama di

TV swasta dengan konsep mirip TVRI, program berita ini tercatat pernah mendapat penghargan

sebagai program berita terfavorit dalam ajang Panasonic Award pertama kali pada tahun 1997

dan kini menjadi pemenang dalam ajang yang sama dalam kurun waktu lima tahun kebelakang

dari 2010-2015.

(http://www.rcti.tv/program/view/92/SEPUTAR%20INDONESIA#.U8jvsYCSzT4 diakses pada

(51)

yang membuat MNC Group menerbitkan Koran Seputar Indonesia dengan harapan menuai

kesuksesan yang sama.

Jika berbicara tentang sejarah Koran Seputar Indonesia maka tidak bisa dilepaskan dari

sejarah pemiliknya yaitu MNC Group, Koran ini merupakan bagian kecil dari unit bisnis yang

dimiliki oleh PT MNC Investama Tbk yang bergerak di bidang Media, Jasa Keuangan, Energi

dan Sumber Daya Alam serta Portofolio Investasi.

Perseroan ini didirikan pada tanggal 2 November 1989 di Surabaya dengan nama PT

Bhakti Investments (selanjutnya berubah nama menjadi PT Bhakti Investama Tbk) yang pada

awalnya berfokus pada bisnis kegiatan terkait pasar modal. Saat itu pemerintah melakukan

berbagai deregulasi serta menerbitkan berbagai fasilitas untuk menggairahkan pasar modal

Indonesia.

Setelah pemindahan kantor pusatnya ke Jakarta pada bulan Februari 1990, Perseroan ini

semakin mampu mengembangkan bisnisnya sesuai dengan perkembangan di dunia pasar modal.

Pada tahun 1994, Perseroan mulai memperluas bidang usahanya sehingga mencakup seluruh

aspek kegiatan di pasar modal, yaitu di antaranya perdagangan dan perantara perdagangan efek,

penasihat investasi, pengelolaan investasi, penjamin emisi, originasi dan sindikasi, penasihat

keuangan, jasa riset serta bisnis merger dan akuisisi yang diikuti dengan peluncuran beberapa

produk reksa dana. Melalui aksi Penawaran Umum Saham Perdana pada tahun 1997 PT Bhakti

Investama go public ke Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini ”Bursa Efek Indonesia”)

PT MNC Investama kini menjadi perusahan korporasi besar yang banyak memiliki

Gambar

10. Grafik 11. Metafora grafik
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Grafik syarat pencabutan sanksi FIFA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain pengat uran m enurut Keput usan Presiden Nom or 80 Tahun 2003 t ent ang Pedom an Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pem erint ah sebagaim ana t elah diubah t erakhir

Adjektiva bisa dibedakan atas adjektiva dasar seperti nett ‘ramah’, gut ‘baik’ serta adjektiva turunan yang merupakan proses derivasi dari kelas kata lain, misalnya dari

yang selalu diminati baik dimusim liburan maupun tidak adalah pasar buah berupa buah pisang dan kelapa muda.Dalam pemasaran hasil pertanian di Lokasi Wisata Pantai

Lienau i ICAC yang telah memerikan nn berpa easiswa sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan baik.. Penulis menyadari sepenulmya bahwa skripsi i eln sempuma,

PT.Telkom Divre IV Semarang merupakan perusahaan dibidang telekomunikasi , setiap periode/bulan PT.Telkom melakukan laporan keuangan dan non keuangan untuk dianalisis dari

Permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan kota adalah munculnya pemukiman-pemukiman baru di daerah pinggiran kota yang tidak didukung dengan ketersediaan fasilitas

Jika ada pengemis yang datang kerumah maka sikap kita adalah ..a. Kita dilarang tolong menolong dalam

Konstruksi sistem suspensi diatas bekerja menjadi satu kesatuan juga, seperti pada sistem suspensi depan. Konstruksi sistem suspensi belakang tersebut bertujuan untuk