• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen ini harus dibaca bersama dengan Ikhtisar Data Keuangan Penting, laporan keuangan Perseroan beserta catatan atas laporan keuangan terkait, dan informasi keuangan lainnya, yang seluruhnya tercantum dalam Prospektus ini. Laporan keuangan tersebut telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Informasi keuangan yang disajikan di bawah ini diambil atau bersumber dari laporan keuangan Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal tersebut, serta laporan keuangan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, 2011, dan 2010. Kinerja keuangan yang telah diperoleh Perseroan untuk periode enam bulan tersebut di atas belum tentu mengindikasikan kinerja keuangan yang akan diperoleh oleh Perseroan untuk satu tahun penuh. Laporan keuangan Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013 dan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal tersebut, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan Keuangan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Hendrawinata Eddy & Siddharta dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tertentu yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012 dan diterapkan secara prospektif. Laporan keuangan Perseroan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Heroe, Pramono & Rekan, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan paragraf penjelasan atas laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 mengenai penerapan PSAK No.50 (“Revisi 2006) “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, dan PSAK No.55 (Revisi 2006) “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, yang diterapkan secara prospektif.

A. Umum

Perseroan didirikan di Jakarta pada tanggal 9 Februari 1990 berdasarkan Akta Pendirian Perseroan No.32 tanggal 9 Februari 1990 dibuat di hadapan Winnie Hadiprodjo, S.H., notaris pengganti dari Kartini Muljadi S.H., Notaris di Jakarta, yang kemudian diubah berdasarkan Akta Perubahan Akta Pendirian No.79, tanggal 22 Mei 1990, dibuat di hadapan Kartini Muljadi, S.H., Notaris di Jakarta, yang menyetujui perubahan nama Perseroan dari PT Bank Ina menjadi PT Bank Ina Perdana. Kedua Akta tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.C2-3639 HT.01.01.Th.90, tanggal 23 Juni 1990 sebagaimana telah diumumkan pada Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.4242 pada Berita Negara Republik Indonesia No.84 tanggal 19 Oktober 1990.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dinyatakan dengan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham Perseroan No.31 tanggal 9 September 2013 yang dibuat di hadapan Edward Suharjo Wiryomartani, SH., M.Kn, Notaris di Jakarta Barat, mengenai (i) persetujuan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana atas saham-saham Perseroan (Initial Public Offering) dan perubahan status Perseroan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka; (ii) persetujuan perubahan Pasal 3 anggaran dasar Perseroan tentang Maksud dan Tujuan Perseroan; (iii) persetujuan peningkatan modal dasar Perseroan dari Rp400.000.000.000,- menjadi sebesar Rp632.000.000.000,-; (iv) perubahan nilai nominal saham dari semula Rp1.000,- per lembar saham menjadi Rp100,- per lembar saham; dan (v) persetujuan pengeluaran saham baru dalam simpanan Perseroan, yaitu dengan menawarkan dan menjual saham kepada masyarakat, sebanyak-banyaknya 790.000.000 lembar saham baru yang dikeluarkan dari portepel dengan nilai nominal Rp100,- per lembar saham. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disetujui oleh Menkumham dengan Surat Keputusan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan No.AHU-49437.AH.01.02.Tahun 2013, tanggal 23 September 2013 dan telah diberitahukan kepada Menkumham berdasarkan Surat

Perusahaan telah memperoleh izin usaha untuk beroperasi sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.524/KMK.013/1991 tanggal 3 Juni 1991, selanjutnya Perusahaan melakukan operasi komersial pada bulan Juli 1991.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Usaha dan Hasil Usaha Perseroan Kondisi Perekonomian Indonesia

Kombinasi persoalan fundamental ekonomi nasional dan gejolak ekonomi global menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 diperkirakan hanya 5,9%, turun dari target yang ditetapkan sebesar 6,3%. Data Badan Pusat Statistik (bulan Agustus) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kwartal II/2013 melambat menjadi 5,8% year on year dibandingkan pertumbuhan ekonomi kwartal I/2013 sebesar 6,02%. Pelemahan ini berlanjut sebagaimana terindikasi pada tingginya inflasi bulan Juli 2013 sebesar 3,29% dan bulan Agustus 2013 sebesar 1,12%. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Agustus) 2013 sebesar 7,94% dan tingkat inflasi tahunan (Agustus 2013 terhadap Agustus 2012) sebesar 8,79%. Inflasi diperkirakan akan mulai kembali pada pola normalnya mulai September 2013 sehingga Bank Indonesia memprediksi tingkat inflasi pada akhir tahun 2013 pada kisaran 9,0-9,8%. Defisit neraca pembayarannya juga meningkat, tercatat bulan Juli 2013 defisit mencapai 2,3 milyar dollar AS dibandingkan defisit bulan Juni 2013 sebesar 0,9 milyar dollar AS. Untuk nila tukar rupiah juga terdepresiasi cukup tinggi, per awal Januari 2012 tercatat Rp9.000,- per dolar AS dan pada minggu terakhir Agustus 2013 menembus diatas Rp11.000,- per dolar AS. Secara keseluruhan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2013 akan menuju batas bawah 5,8% - 6,2%. Pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan merespon dengan cepat melalui paket kebijakan penyelamatan ekonomi nasional dengan paket-paket kebijakan: (1) memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah dengan cara menghapus pajak penjualan atas barang mewah (PPn BM) untuk produk dasar yang tergolong mewah. Menurunkan impor migas dengan memperbesar biodiesel dalam solar, menetapkan pajak barang mewah lebih tinggi untuk mobil built up; (2) menjaga pertumbuhan ekonomi, memastikan defisit APBN tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman; (3) menjaga stabilitas harga dan inflasi dengan cara mengubah tata niaga daging dan holtikultura dari berbasis kuota menjadi berbasis harga; (4) mempercepat investasi dengan menyederhanakan perizinan dan mengefektifkan layanan satu pintu.

Dari paket kebijakan tersebut walaupun dalam jangka pendek sektor keuangan maupun rupiah masih akan mendapat tekanan, namun dalam jangka menengah perekonomian Indonesia tetap prospektif dimana modal akan tetap mengalir dengan imbal hasil tinggi melalui upaya serius memperbaiki lingkungan untuk berkembangnya investasi di Indonesia. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 2014, perkiraan asumsi dasar ekonomi makro masih tetap optimis yaitu perekonomian nasional tahun 2014 mampu tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2013 seiring kondisi perekonomian global yang diperkirakan akan kembali membaik dan volume perdagangan juga diperkirakan akan meningkat yang berdampak pada pertumbuhan sisi ekspor-import dan industri dalam negeri. Disamping itu, permintaan domestik juga diperkirakan meningkat didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan adanya penyelenggaraan Pemilu 2014.

Kondisi Industri Perbankan Nasional

Ketahanan industri perbankan nasional diprediksi tetap solid ditengah tren perlambatan kredit perbankan karena menurunnya pertumbuhan perekonomian nasional. Data per Juni 2013 dari Bank Indonesia tercatat: rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) masih tinggi sebesar 18%, jauh diatas ketentuan minimal 8%, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) gross masih rendah 1,9%; Loan to Deposit Ratio (LDR) masih relatif tinggi mencapai 87,2% walaupun sudah ada perlambatan dari 21,0% (YoY) pada Mei 2013 menjadi 20,6% (YoY) pada bulan Juni 2013. Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah kebijakan dalam menjaga stabilitas makro ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, yaitu meningkatkan efektifitas bauran kebijakan dalam mengendalikan inflasi, mengelola neraca pembayaran yang lebih sustainable, dan memperkuat sistem keuangan. Kebijakan Bank Indonesia yang diharapkan dapat bersinergi dengan paket kebijakan

penempatan devisa oleh bank umum di Bank Indonesia; (2) Bank Indonesia merelaksasi ketentuan pembelian valas baqi eksportir yang telah melakukan penjualan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Kebijakan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi eksportir melakukan pembelian valas dengan menggunakan underlying dokumen penjualan valas; (3) Bank Indonesia menyesuaikan ketentuan transaksi forex Swap bank dengan Bank Indonesia yang diperlukan sebagai pass-on transaksi bank dengan pihak terkait. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan kedalaman transaksi derivative; (4) Bank Indonesia merelaksasi ketentuan utang luar negeri (ULN), dengan menambah jenis pengecualian ULN jangka pendek bank, berupa giro rupiah (VOSTRO) milik bukan penduduk yang menampung dana hasil divestasi yang berasal dari hasil penyertaan langsung, pembelian saham dan/atau obligasi korporasi Indonesia serta Surat Berharga Negara (SBN). Kebijakan ini bertujuan mengelola permintaan valas oleh non residen tanpa mengurangi aspek kehati-hatian bank dalam melakukan pinjaman luar negeri; (5) Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI). Kebijakan ini bertujuan memberikan ruang yang lebih luas bagi perbankan untuk mengelola perlambatan pertumbuhan kredit pendalaman pasar uang (sumber: Bank Indonesia, bulan Agustus). Sementara itu Bank Indonesia dalam tempo 4 bulan terakhir (Juni-September 2013) telah menaikkan BI rate sebesar 150 bps dari level terendahnya 5,75% menjadi 7,25% per 12 September 2013. Kebijakan pengetatan moneter yang diambil Bank Indonesia sebagai upaya menstabilkan berbagai aspek makro ekonomi yang memburuk, seperti inflasi, nilai tukar, dan defisit neraca transaksi berjalan sehingga sendi-sendi perekonomian ke arah yang lebih positif. Dengan demikian prospek industri perbankan nasional kedepan masih tetap positif karena didukung oleh ketahanan industri yang tetap solid walaupun ada tantangan perlambatan pertumbuhan kredit dan peningkatan kredit bermasalah sebagai dampak menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.

Sebagai bank umum konvensional non devisa dengan total aset antara Rp 1 milyar sampai dengan Rp 5 milyar, pemberian kredit Perseroan telah mencapai market share sebesar 5,93%. Data ini bersumber dari website Bank Indonesia (laporan publikasi bank umum), yang diolah kembali.

Sebagai bank non devisa, perubahan nilai tukar valuta asing hampir tidak mempunyai pengaruh terhadap pendapatan Perseroan. Pembelian efek hanya dilakukan Perseroan dalam rangka memanfaatkan kelebihan likuiditas yang dimiliki, pemilihan surat berharganya pun didasarkan pada instrument yang aktif diperdagangkan, sehingga efektivitas instrumen sebagai reserve likuiditas dapat dijaga. Perubahan tingkat suku bunga lebih berdampak pada pendapatan Perseroan, karena berdasarkan komposisinya, sebagian besar pendanaan Perseropan adalah simpanan dengan jangka waktu kurang dari satu tahun, sedangkan penyaluran kredit bank mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Perseroan secara konsisten menerapkan pengenaan suku bunga mengambang (floating rate) hampir di semua produk funding dan lending, dengan tujuan agar dapat secara cepat dilakukan penyelarasan apabila perubahan tingkat suku bunga berpotensi mempengaruhi Net Interest Income secara signifikan.

Pada umumnya, persaingan terjadi di produk simpanan deposito, karena nasabah yang ada di kelompok ini lebih sensitive terhadap suku bunga yang ditawarkan. Dalam usaha mempertahankan pendanaan, Perseroan senantisa melakukan analisa terhadap portfolio simpanan nasabah, pergerakan BI rate, suku bunga yang ditawarkan oleh bank sejenis serta kebutuhan likuiditas Perseroan. Pembahasan ini dilakukan pada rapat ALCO bulanan sehingga dapat ditetapkan pricing yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Perseroan.

Aktivitas Pemasaran

Sesuai dengan skala usahanya, aktivitas pemasaran Perseroan lebih ke arah retail marketing. Para tenaga pemasar yang ada di kantor cabang/capem Perseroan secara aktif melakukan pemasaran produk dan layanan dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat nasabah. Untuk meningkatkan skill dan product knowledge dalam kegiatan pemasarannya, para tenaga pemasar dibekali dengan program pendidikan, sehingga pada akhirnya dapat memberikan career path bagi mereka.

Perseroan akan terus mengembangkan produk dan aktivitas yang mampu mendorong pertumbuhan usaha dan pendapatan bagi bank, dengan menyempurnakan fitur-fitur produk tabungan yang dikemas dengan program promosi serta pemasaran yang lebih aktraktif dan menarik. Selain itu, Perseroan juga akan mengembangkan modul edukasi yang akan dijalankan melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan. Kerja sama ini akan memberikan kemudahan pembayaran uang sekolah di lembaga pendidikan dan meningkatkan pengendapan dana Tabungan di Perseroan.

Kemampuan Untuk Mendapatkan Pendanaan Dengan Harga Yang Menarik

Dalam menentukan suku bunga yang akan diberikan untuk menarik minat dari masyarakat untuk menginvestasikan dana ke Perseroan, maka setiap bulannya diadakan pertemuan Asset Liabilities Commitee yang membahas kondisi ekonomi dan rata-rata suku bunga yang ditawarkan oleh pasar. Kemampuan Perseroan untuk mendapatkan pendanaan dengan harga yang menarik dan bersaing terbukti dari pendanaan Bank yang dihimpun dari masyarakat mampu mendukung penyaluran kredit dari tahun ketahun tanpa ada gangguan dari aspek likuiditas.

Produk pendanaan yang ada di Perseroan terdiri dari giro, tabungan dan deposito. Untuk meningkatkan pendanaan, Perseroan selalu melengkapi fitur-fitur dari produk pendanaan yang ada, melakukan program promosi serta meningkatkan kualitas layanan kepada para nasabah. Kemampuan Perseroan untuk mendapatkan pendanaan dengan harga yang menarik dapat dilihat dari penghimpunan dana yang terus meningkat, kecuali pada posisi Juni 2013, dimana terdapat pelunasan kredit back to back dari pihak terkait. Berikut adalah posisi penghimpunan dana Perseroan pada tanggal 30 Juni 2013, 31 Desember 2012, 2011, dan 2010:

Keterangan 30 Juni2013 2012 31 Desember2011 2010

Giro 56.037 56.994 70.013 39.411

Tabungan 142.101 129.784 124.816 99.052

Deposito 1.008.169 1.141.033 1.087.098 672.950

Jumlah 1.206.307 1.327.811 1.281.927 811.443

Perubahan Perilaku Konsumen

Umumnya, nasabah Perseroan adalah nasabah yang menginginkan pelayanan yang lebih bersahabat, kenyamanan dalam bertransaksi dan tetap mendapatkan suku bunga menarik yang ditawarkan Perseroan. Terkait hal itu, Perseroan berusaha meningkatkan layanan dengan melengkapi produk tabungan dengan ATM. Selain itu, untuk memudahkan nasabah dalam melakukan pembayaran tagihan rutinnya, Perseroan mengembangkan kerja sama bill payment dengan beberapa perusahaan. Perseroan juga mengembangkan kerja sama dengan yayasan pendidikan untuk memberikan kemudahan pembayaran uang sekolah melalui standing instruction ataupun delivery channel yang lain. Apabila nasabah mendapatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan serta adanya kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan aktivitas transaksinya, diharapkan dapat menarik nasabah baru dan mempertahankan loyalitas nasabah lama.

Faktor Lainnya Yang mempengaruhi Kondisi Keuangan Perseroan

Kondisi keuangan Perseroan akan dipengaruhi oleh indikator-indikator makro ekonomi terutama suku bunga, dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Perubahan-perubahan negatif indikator makro ekonomi juga akan menyebabkan perubahan nilai surat berharga. Perubahan-perubahan tersebut akan mempengaruhi kondisi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif dan pertumbuhan bisnis Perseroan karena bisnis penghimpunan dana, penyaluran kredit dan jasa transaksional perbankan akan sangat dipengaruhi terutama oleh nilai tukar dan suku bunga. Disisi lain pertumbuhan ekonomi juga akan mempengaruhi transaksi keuangan dan daya beli masyarakat luas yang juga akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis Perseroan. Untuk meminimalkan dampak negatif dari perubahan kondisi perekonomian nasional terhadap kondisi keuangan Perseroan, Perseroan secara berkesinambungan

KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING

Pencatatan laporan keuangan Perseroan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, Peraturan Bapepam dan LK serta Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang berlaku.

Penggunaan Estimasi

Manajemen membuat estimasi dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan yang mempengaruhi jumlah-jumlah yang dilaporkan atas aset, liabilitas, pendapatan dan beban. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi. Revisi estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak.

Instrumen Keuangan

Perseroan menerapkan PSAK No.50 (Revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian” PSAK No.55 (Revisi 2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, dan PSAK No.60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.

Pengakuan dan Klasifikasi

Perseroan mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Perseroan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrument tersebut. Pembelian atau penjualan yang regular atas instrument keuangan diakui pada tanggal transaksi. Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal liabilitas keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hamper sama. Pengukuran awal instrument keuangan termasuk biaya transaksi, kecuali untuk instrument keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan.Biaya transaksi tersebut diamortisasisepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif.

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perseroan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.

Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perseroan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan.

Penentuan Nilai Wajar

Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal laporan posisi keuangan adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi (options pricing models), dan model penilaian lainnya.

Perseroan mengklasifikasi pengukuran nilai wajar dengan menggunakan hirarki nilai wajar yang mencerminkan signifikansi input yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Hirarki nilai wajar memiliki tingkat sebagai berikut:

1. Harga kuotasian dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (Tingkat 1);

2. Input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Tingkat 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau secara tidak langsung (Tingkat 2);

3. Input untuk aset atau liabilitas yang bukan berdasarkan data yang dapat diobservasi (Tingkat 3). Tingkat pada hirarki nilai wajar dimana pengukuran nilai wajar dikategorikan secara keseluruhan ditentukan berdasarkan input tingkat terendah yang signifikan terhadap pengukuran nilai wajar secara keseluruhan. Penilaian signifikansi suatu input tertentu dalam pengukuran nilai wajar secara keseluruhan memerlukan pertimbangan dengan memperhatikan faktor-faktor spesifik atas aset atau liabilitas tersebut.

Laba/Rugi Hari ke-1

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perseroan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perseroan menerapkan metode pengakuan Laba/Rugi Hari ke-1 yang sesuai.

Aset Keuangan

1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat.

Aset keuangan ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat

Dokumen terkait