• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian 4.1.1 Seja rah Singkat

Sejarah berdirinya perwakilan BPKP Provinsi BPKP tidak terlepas dari sejarah BPKP pusat. Dimulai sejak adanya Djawatan akuntan Negara (DAN) yang

pada tahun 1966 ditingkatkan menjadi Direktorat jenderal Pengawasan keuangan Negara (DJPKN). Dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. DJPKN ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga

pemerintah non departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. Pada tahun 2001, presiden menerbitkan Keputusan Presiden No. 103 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi,

dan tata kerja lembaga pemerintah non departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhr dengan Peraturan Presiden No 64 tahun 2005.

Pada pasal 52 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintah di bidang pengawasn keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan tugas perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, sebagaimana diatur dalam SK kepala BPKP No. KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang organisasi dan tata kerja perwakilan BPKP, yaitu: melaksanakan pengawasan keuangan dan pembangunan serta penyelenggaraan

akuntanbilitas di daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjalanan keberadaan perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur mengalami beberapa peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun penting berikut ini:

1966: Perwakiln BPKP Provinsi Jawa Timur masih bernama kantor wilayah V

DJPKN Jawa Timur.

1983: Kanwil V DJPKN Jawa Timur ditransformasikan menjadi perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur yang lokasinya berada di Jl Indrapura Surabaya.

1997: Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur menempati gedung kantor baru di Jl Raya Bandara Juanda.

2001: Perwakilan BPKP Kabupaten Jember dilebur menjadi satu dengan perwakilan

BPKP Provinsi Jawa Timur.

Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang perkembangan lembaga pengawasan sejak sebelum era kemerdekaan. Dengan besluit Nomor 44 tanggal 31 Oktober 1936 secara eksplisit ditetapkan bahwa Djawatan Akuntan Negara (Regering Accountantsdienst)

bertugas melakukan penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara dan jawatan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan aparat pengawasan pertama di Indonesia adalah Djawatan Akuntan Negara (DAN).

Secara struktural DAN yang bertugas mengawasi pengelolaan perusahaan negara berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementerian Keuangan. Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961 tentang Instruksi bagi Kepala Djawatan

Akuntan Negara (DAN), kedudukan DAN dilepas dari Thesauri Jenderal dan

ditingkatkan kedudukannya langsung di bawah Menteri Keuangan.

Djawatan Akuntan Negara (DAN) merupakan alat pemerintah yang bertugas melakukan semua pekerjaan akuntan bagi pemerintah atas semua departemen,

jawatan, dan instansi di bawah kekuasaannya. Sementara itu fungsi pengawasan anggaran dilaksanakan oleh Thesauri Jenderal. Selanjutnya dengan Keputusan Presiden Nomor 239 Tahun 1966 dibentuklah Direktorat Djendral Pengawasan

Keuangan Negara (DDPKN) pada Departemen Keuangan.

Tugas DDPKN (dikenal kemudian sebagai DJPKN) meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN

dan Thesauri Jenderal. DJPKN mempunyai tugas melaksanakan pengawasan seluruh pelaksanaan anggaran negara, anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/daerah. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971 ini, khusus pada Departemen Keuangan, tugas Inspektorat Jendral dalam bidang pengawasan keuangan negara dilakukan oleh DJPKN.

Dengan diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. DJPKN ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Presiden. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga pengawasan yang dapat melaksanakan fungsinya secara leluasa tanpa mengalami

kemungkinan hambatan dari unit organisasi pemerintah yang menjadi obyek

pemeriksaannya.

Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah telah meletakkan struktur organisasi BPKP sesuai dengan proporsinya

dalam konstelasi lembaga-lembaga Pemerintah yang ada. BPKP dengan kedudukannya yang terlepas dari semua departemen atau lembaga sudah barang tentu dapat melaksanakan fungsinya secara lebih baik dan obyektif. Tahun 2001

dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan

Presiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan lebih bersifat preventif atau pembinaan dan tidak sepenuhnya audit atau represif. Kegiatan sosialisasi, asistensi atau

pendampingan, dan evaluasi merupakan kegiatan yang mulai digeluti BPKP. Sedangkan audit investigatif dilakukan dalam membantu aparat penegak hukum untuk menghitung kerugian keuangan negara.

Pada masa reformasi ini BPKP banyak mengadakan Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman dengan pemda dan departemen/ lembaga sebagai mitra kerja BPKP. MoU tersebut pada umumnya membantu mitra

Sesuai arahan Presiden RI tanggal 11 Desember 2006, BPKP melakukan

reposisi dan revitalisasi fungsi yang kedua kalinya. Reposisi dan revitalisasi BPKP diikuti dengan penajaman visi, misi, dan strategi. Visi BPKP yang baru adalah "Auditor Intern Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam Mentransformasikan

Manajemen Pemerintahan Menuju Pemerintahan yang Baik dan Bersih". Dengan visi ini, BPKP menegaskan akan tugas pokoknya pada pengembangan fungsi preventif.

Hasil pengawasan preventif (pencegahan) dijadikan model sistem

manajemen dalam rangka kegiatan yang bersifat pre-emptive. Apabila setelah hasil pengawasan preventif dianalisis terdapat indikasi perlunya audit yang mendalam, dilakukan pengawasan represif non justisia. Pengawasan represif non justisia

digunakan sebagai dasar untuk membangun sistem manajemen pemerintah yang lebih baik untuk mencegah moral hazard atau potensi penyimpangan (fraud). Tugas perbantuan kepada penyidik POLRI, Kejaksaan dan KPK, sebagai amanah untuk menuntaskan penanganan TPK guna memberikan efek deterrent represif justisia, sehingga juga sebagai fungsi pengawalan atas kerugian keuangan negara untuk dapat

mengoptimalkan pengembalian keuangan negara.

4.1.2 Visi dan Misi

Untuk menjawab dan memenuhi semakin besarnya kepercayaan kepada BPKP, maka pimpinan BPKP memutuskan untuk lebih meningkatkan peran dan manfaat BPKP dengan melakukan kembali revitalisasi terhadap visi dan misi yang menjadi filosofi peleksanaan tugas.

a . Visi: "Auditor Presiden yang responsif, interaktif, dan terpercaya untuk

mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas." b. Misi

1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan

negara yang mendukung tata kelola kepemerintahan yang baik dan bebas KKN.

2. Membina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

3. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten.

4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal

bagi presiden/pemerintah.

4.1.3 Tujuan, Tugas, fungsi dan Kegia ta n-kegiatan

4.1.3.1. Tujuan

Sesuai dengan Pasal 52, 53 dan 54 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPKP

mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.1.3.2. Tugas dan Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, BPKP menyelenggarakan fungsi :

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan;

b. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan;

c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP;

d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan;

e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai kewenangan: a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara

makro;

c. Penetapan sistem informasi di bidangnya;

d. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi

pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya; e. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga

f. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yaitu:

1. Memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat penimbunan, dan sebagainya;

2. Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei laporan-laporan pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang diperlukan dalam

pengawasan;

3. Pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan dan lain-lain; 4. Meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil

pengawasan BPKP sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, dan lembaga pengawasan lainnya.

4.1.3.3. Kegia tan-kegiatan

Kegiatan BPKP dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Audit. Kegiatan audit mencakup:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

b. Laporan Keuangan dan Kinerja BUMN/ D/ Badan Usaha Lainnya c. Pemanfaatan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

d. Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP)

e. Peningkatan Penerimaan Negara, termasuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

f. Dana Off Balance Sheet BUMN maupun Yayasan yang terkait

g. Dana Off Balance Budget pada Departemen/ LPND h. Audit Tindak Lanjut atas Temuan-Temuan Pemeriksaan

i. Audit Khusus (Audit Investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi

praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan penyimpangan lain sepanjang hal itu membutuhkan keahlian di bidangnya.

j. Audit lainnya yang menurut pemerintah bersifat perlu dan urgen untuk

segera dilakukan.

2. Konsultasi, asistensi dan evaluasi.

Di bidang konsultasi, asistensi dan evaluasi, BPKP berperan sebagai konsultan

bagi para stakeholders menuju tata pemerintahan yang baik (good governance), yang mencakup: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Good Corporate Governance (GCG) pada Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah.

3. Pemberantasan KKN.

Di bidang perbantuan pemberantasan korupsi, BPKP membantu pemerintah memerangi praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, dengan membentuk gugus tugas anti korupsi dengan keahlian audit forensik. Dalam rangka penegakan

hukum dan pemberantasan KKN, BPKP telah mengikat kerjasama dengan Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI yang dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Bersama. BPKP juga mengikat kerjasama dengan Komisi

Pidana Korupsi (Timtas Tipikor) bersama-sama dengan Kejaksaan dan Kepolisian

(yang telah selesai masa tugasnya). 4. Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan.

Di bidang pendidikan dan pelatihan pengawasan, BPKP menjadi instansi pembina

untuk mengembangkan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) di lingkungan instansi pemerintah. Setiap auditor pemerintah harus memiliki sertifikat sebagai Pejabat Fungsional Auditor.

4.1.4 Str uktur Or ganisasi

BPKP dipimpin oleh seorang Kepala yang dibantu oleh satu Sekretaris

Utama dan lima Deputi yang membawahi bidangnya masing-masing, yaitu Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan, Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah, Deputi Bidang Akuntan Negara, dan Deputi Bidang Investigasi.

Ga mbar 2 Str uktur Or ga nisasi

4.1.5 Lokasi

Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Jawa Timur bertempat di Jalan Raya Bandara Juanda Surabaya, Telp.(031)

8670360-62, Fax.(031) 8677039, E-mail: jatim@bpkp.go.id Kepala Perwakilan

Sidik Wiyato

Subbag Program dan Pelaporan Subroto Subbag keuangan Dwi haryono Subbag kepegawaian Aida Faldiati Subbag Umum Eddie Sulistiady

Bidang Pengawasan Instansi Pemerintahan Pusat Adil H. Panglihutan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah Fachrudin Muchasan Bidang Akuntan Negara Ketut S.M Bidang Investigasi Samono Bagian Tata Usaha R.B.

4.2. Ka rakter istik Responden

4.2.1. Ka rakter istik Responden Ber dasar kan Umur d an J enis Kelamin

Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin auditor fungsional di BPKP Jawa Timur.

Tabel 4.1. Kar akter istik Responden Ber da sar kan Umur dan J enis Kelamin

No Usia Wanita Pr ia J umlah Pr osenta se

1 < 25 Tahun 0 0 0 0% 2 26 - 35 Tahun 4 11 15 25% 3 36 - 45 Tahun 7 13 20 33% 4 > 45 Tahun 5 20 25 42% J umlah Total 16 44 60 100 Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.1 di dapat responden dengan kelompok umur tertinggi adalah yang berumur lebih dari 45 tahun yaitu sebesar 25orang atau 42% terdiri dari 5 orang wanita dan 20 orang pria. Untuk kelompok umur antara 36 – 45 tahun sebesar 20

orang atau 33% terdiri dari 7 responden wanita dan 13 responden pria. Selanjutnya untuk kelompok umur antara 26 – 35 tahun sebesar 15 orang atau 25% terdiri dari 4 orang wanita dan 11 orang pria. Tidak ada responden pada kelompok umur kurang

dari 25 tahun.

4.2.2. Kar akter istik Repsonden Ber dasa r ka n J abata n Fungsiona l Audit

Pada Tabel 4.2 nampak karakteristik responden berdasarkan jabatan fungsional audit. Pada Tabel 4.2 disajikan karakteristik responden berdasarkan

jabatan fungsional audit, dimana 18 orang atau 30% memiliki jabatan Auditor Ahli Madya Gol IVb/IVe dan merupakan responden tertinggi dari keseluruhan responden.

Tabel 4.2 Ka rakter istik Responden Ber dasar kan J a batan Fungsional Audit

No J abatan Fungsiona l Audit J umla h Pr osenta se

1 Auditor pelaksanaan Gol Ie/IId 2 3%

2 Auditor pelaksanaan lanjutan Gol IIIa/IIId 5 8%

3 Auditor pelaksanaan penyelia Gol IIIe/IIId 12 20%

4 Auditor Ahli pratama Gol IIIa/IIIb 13 22%

5 Auditor Ahli Muda Gol IIIe/IIId 10 17%

6 Auditor Ahli Madya Gol IVb/IVe 18 30%

J umla h Total 60 100%

Sumber: Lampiran 1

Responden dengan jabatan sebagai Auditor Ahli Muda Gol IIIe/IIId sebesar 10 orang

atau 17%. Dilanjutkan responden sebagai Auditor Ahli pratama Gol IIIa/IIIb sebesar 13 orang atau 22%. Responden sebagai Auditor pelaksanaan penyelia Gol IIIe/IIId sebesar 12 orang atau 20%. Auditor pelaksanaan Gol Ie/IId sebesar 2 orang atau 3% dan Auditor pelaksanaan lanjutan Gol IIIa/IIId sebesar 5 orang atau 8%.

4.2.3. Kar akter istik Repsonden Ber dasa r ka n Lama Beker ja

Pada Tabel 4.3 nampak karakteristik responden berdasarkan lama bekerja.

Tabel 4.3. Kar akter istik Responden Ber da sar kan Lama Beker ja

No Pendidikan J umla h % 1 < 1 tahun 0 0 2 2 – 4 tahun 0 0 3 5 – 7 tahun 15 25% 4 8 – 10 tahun 40 66,67% 5 > 10 tahun 5 8,33 J umlah Tota l 60 100% Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 4.3 disajikan karakteristik responden berdasarkan masa kerja, dimana 40 orang atau 66,67% memiliki masa kerja antara 8 – 10 tahun. Responden dengan masa

kerja 5 – 7 tahun sebesar 15 orang atau 25%. Dilanjutkan responden dengan masa

kerja lebih dari 10 tahun sebesar 5 orang atau 8,33%.

4.2.4. Kar akter istik Repsonden Ber dasa r ka n J umlah Kasus

Pada Tabel 4.4 nampak karakteristik responden berdasarkan jumlah kasus yang ditangani oleh auditor fungsional di BPKP Jawa Timur.

Tabel 4.4. Kar akter istik Responden Ber da sar kan J umla h Kasus

No J umlah Kasus J umla h %

1 < 2 kali 1 2% 2 3 – 7 kali 8 13% 3 8 – 11 kali 21 35% 4 12 – 15 kali 28 47% 5 > 15 kali 2 3% J umlah Tota l 60 100% Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 4.4 disajikan karakteristik responden berdasarkan jumlah kasus yang ditangani, dimana 12 – 15 kali sebanyak 28 orang atau 47%. Responden dengan jumlah kasus 8 – 11 kali sebesar 21 orang atau 35%. Dilanjutkan responden dengan jumlah kasus 3 – 7 kali sebesar 8 orang atau 13%. Jumlah kasus lebih dari 15 kali

sebanyak 2 orang atau 3% dan jumlah kasus kurang dari 2 kali sebanyak 1 orang atau 2%.

4.2.5. Deskr ipsi J awa ban Responden 4.2.5.1. Tekana n Ker ja (X1)

Tekanan kerja adalah tekanan yang diterima oleh pekerja dalam menghadapi tugas yang melebihi kemampuan kinerja pekerja. Berikut adalah tabulasi jawaban

responden mengenai variabel tekanan kerja:

Tabel 4.5. Tabulasi J awa ban Responden Mengenai Var iabel Tekanan Ker ja

No Per nyataan Skor Total Mean

1 2 3 4 5

1 Tuntutan tugas yang berlebihan dari

atasan 0 0 1 24 35 274 4,57

2

Ketidakpuasan mengerjakan tugas sebagai auditor terhadap hasil kerja yang di lakukan.

0 0 5 28 27 262 4,37

3

Ketidakpuasan dengan apa yang selama ini di hasilkan/terhadap hidup (apa yang diraih)

0 4 2 22 32 262 4,37

4 Penurunan kinerja saat melakukan

pekerjaan 0 0 3 19 38 275 4,58

5 Adanya deadline dalam menyelesaikan

pekerjaan 1 0 3 25 31 265 4,42

6 Adanya ketidak sabaran dalam

mengerjakan pekerjaan 1 5 18 17 19 228 3,80

7

Tekanan kerja dapat membuat ketidaklancaran dalam berkomunikasi dengan teman, atasan dll

0 11 12 17 20 226 3,77

8 Tekanan kerja dapat menimbulkan

mengambil keputusan yang salah 2 4 16 21 17 227 3,78

9 Konsentrasi pada satu pekerjaan pada

waktu yang sama 0 6 18 7 29 239 3,98

10

Adanya kompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif

0 0 3 13 44 281 4,68

Sumber: Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban

responden adalah antara skor 1 sampai dengan 5. Skor jawaban responden yang terbesar adalah dengan skor 5 pada item pernyataan “Adanya kompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif”, dapat diartikan

bahwa sebesar 44 responden dari total responden menyatakan sangat setuju dengan

adanya kompetisi pada pekerjaan meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Rata-rata jawaban tertinggi responden pada pernyataan “Adanya kompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non

kompetitif” dengan rata-rata sebesar 4,68. Rata-rata jawaban terendah terletak pada pernyataan “Tekanan kerja dapat membuat ketidaklancaran dalam berkomunikasi dengan teman, atasan dll” sebesar 3,77.

4.2.5.2. Kompleksitas Tugas (X2)

Kompleksitas tugas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan

masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan. Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden adalah antara skor 1 sampai dengan 5. Skor jawaban responden yang terbesar adalah dengan skor 4 pada item

pernyataan “Mengerjakan setiap jenis tugas yang diberikan (dari bermacam-macam tugas yang ada)”, dapat diartikan bahwa sebesar 32 responden dari total responden menyatakan setuju dengan mengerjakan berbagai macam jenis tugas yang diberikan

kepada auditor fungsional di BPKP Jawa Timur.

Berikut adalah tabulasi jawaban responden mengenai variabel kompleksitas tugas:

Tabel 4.6. Tabula si J awaban Responden Mengenai Kompleksitas Tugas

No Per nyataan Skor Total Mean

1 2 3 4 5

1 Kejelasan tugas yang harus dan akan di

kerjakan. 2 9 15 27 7 208 3,47

2

Mengerjakan setiap jenis tugas yang diberikan (dari bermacam-macam tugas yang ada).

2 1 4 32 21 249 4,15

3

Pengetahuan tentang tugas yang diberikan harus dapat diselesaikan tepat waktu.

0 6 29 21 4 203 3,38

4

Adanya ketidakjelasan atau membingungkan sejumlah tugas yang berhubungan dengan seluruh fungsi bisnis yang ada.

0 0 13 25 22 249 4,15

5 Mengetahui dengan jelas pekerjaan mana

yang harus dikerjakan secara khusus. 0 10 29 16 5 196 3,27 6 Cara mengerjakan setiap jenis tugas yang

harus di lakukan 0 6 29 20 5 204 3,40

Sumber: Lampiran 2

Rata-rata jawaban tertinggi responden pada pernyataan “Mengerjakan setiap jenis tugas yang diberikan (dari bermacam-macam tugas yang ada)” dan ”Adanya ketidakjelasan atau membingungkan sejumlah tugas yang berhubungan dengan seluruh fungsi bisnis yang ada” dengan rata-rata sebesar 4,15. Rata-rata jawaban

terendah terletak pada pernyataan “Mengetahui dengan jelas pekerjaan mana yang harus dikerjakan secara khusus” sebesar 3,27.

4.2.5.3. Pengetahuan (X5)

Pengetahuan merupakan tingkat pemahaman auditor terhadap sebuah pekerjaan, secara konseptual atau teoritis. Berikut adalah tabulasi jawaban responden mengenai variabel pengetahuan:

Tabel 4.7. Tabula si J awaban Responden Mengenai Pengetahua n

No Per nyataan Skor Total Mean

1 2 3 4 5

1 Program pelatihan yang pernah diikuti. 0 0 8 27 25 257 4,28 2 Buku-buku atau majalah-majalah audit

dan keuangan yang pernah di baca. 0 1 4 22 33 267 4,45 3 Pengalaman bekerja yaitu lamanya

bekerja sebagai auditor 0 0 5 27 28 263 4,38

4 Diskusi audit dengan rekan sekerja 0 1 26 24 9 221 3,68 5 Tipe-tipe industri yang pernah diaudit 0 0 0 7 53 293 4,88 Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden adalah antara skor 2 sampai dengan 5. Skor jawaban responden yang terbesar adalah dengan skor 5 pada item pernyataan “Tipe-tipe industri yang pernah diaudit”, dapat

diartikan bahwa sebesar 53 responden dari total responden menyatakan sangat setuju dengan mengerjakan berbagai macam tipe industri yang pernah diaudit oleh auditor fungsional di BPKP Jawa Timur. Rata-rata jawaban tertinggi responden pada

pernyataan “Tipe-tipe industri yang pernah diaudit” dengan rata-rata sebesar 4,88. Rata-rata jawaban terendah terletak pada pernyataan “Diskusi audit dengan rekan sekerja” sebesar 3,68.

4.2.5.4. Audit J udgment (Y)

Audit judgement merupakan kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu ada penentuan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, status atau peristiwa lainnya. Berikut adalah tabulasi

Tabel 4.8. Tabulasi J a waba n Responden Mengena i Audit Judgment

No Per nyataan Skor Total Mean

1 2 3 4 5

1 Mencoba untuk mencegah akuntan

internal ikut dalam pencatatan informasi. 0 0 9 27 24 255 4,25 2 Mengijinkan akuntan internal ikut dalam

pencatatan informasi. 0 0 0 20 40 280 4,67

3

Melawan instruksi pimpinan dan mencoba mencegah akuntan internal ikut dalam pencatatan informasi.

0 0 4 26 30 266 4,43

4

Mengikuti instruksi pimpinan dalam mengijinkan akuntan internal meneruskan pencatatan sampel pengujian.

0 1 20 26 13 231 3,85

5

Mengeluarkan pelanggan dari proses konfirmasi seperti yang diminta

controller.

0 0 0 7 53 293 4,88

6 Penolakan untuk menghilangkan

pelanggan dari proses konfirmasi 0 0 2 33 25 263 4,38 7

Mengikuti instruksi pimpinan dan mengeluarkan pelanggan dari proses konfirmasi seperti yang diminta

controller.

0 4 24 30 2 210 3,50

8

Bertindak melawan instruksi pimpinan yang menolak untuk menghilangkan pelanggan dari proses konfirmasi

0 0 10 32 18 248 4,13

9

Melindungi reputasi instansi yang saat ini sedang berkembang serta untuk menjaga hubungan baik yang selama ini terjalin, dan memutuskan untuk tidak menyampaikan adanya salah saji material dalam laporan keuangan auditan yang diterbitkan

0 0 3 33 24 261 4,35

10

Memutuskan untuk tetap menyampaikan adanya salah saji material dalam laporan keuangan auditan yang diterbitkan

0 6 26 24 4 206 3,43

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden adalah antara skor 2 sampai dengan 5. Skor jawaban responden yang

terbesar adalah dengan skor 5 pada item pernyataan “Mengeluarkan pelanggan dari proses konfirmasi seperti yang diminta controller”, dapat diartikan bahwa sebesar 53 responden dari total responden menyatakan sangat setuju dengan mengeluarkan

pelanggan dari proses konfirmasi seperti yang diminta controller. Rata-rata jawaban

tertinggi responden pada pernyataan “Mengeluarkan pelanggan dari proses konfirmasi seperti yang diminta controller” dengan rata-rata sebesar 4,88. Rata-rata jawaban terendah terletak pada pernyataan “Memutuskan untuk tetap menyampaikan

adanya salah saji material dalam laporan keuangan auditan yang diterbitkan” sebesar 3,43.

4.3. Deskr ipsi Hasil Penelitian 4.3.1 Pengujian Kualitas Da ta

4.3.1.1. Pengujia n Validitas

Validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar telah sah, kita dapat menetapkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukurannya. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan cara

Dokumen terkait