(Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana EKONOMI DAN BISNIS
Progdi Akuntansi
Diajukan Oleh :
Sri Gusti Bima H.T
0913010125
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
(StudiKasus pada Universitas Wijaya Kusuma Surabaya)
Yang diajukan
Sri Gusti Bima H.T
0913010125/FE/EA
Telah Dipertahankan Dihadapan
dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 14 Maret 2014:
PembimbingUtama Tim Penguji :
Ketua
Drs. Ec. Munari, MM Drs. Ec. Munari, MM
NIP: 19610402 198803 1001 NIP: 19610402 198803 1001
Sekretaris
Drs. Ec. Eko Riyadi, M.AKS
NIP: 19570501 199203 1001
Anggota
Dra. Ec. Sari Andayani, M.AKS
NIP: 19661011 199203 2001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
TERHADAP KINERJ A AUDITOR DALAM
PEMBUATAN AUDIT JUDGMENT
(Studi Kasus pa da BPKP Pr ovinsi J a wa Timur )
Yang diajukan
Sr i Gusti Bima H.T
0913010125/EA
Telah disetujui untukUjian Lisan oleh :
PembimbingUtama
Dr s. Ec. Munar i, MM Tanggal :………….. NIP: 19610402 198803 1001
Mengetahui Ka progdiAkuntansi,
TERHADAP KINERJ A AUDITOR DALAM
PEMBUATAN AUDIT JUDGMENT
(Studi Kasus pa da BPKP Pr ovinsi J a wa Timur )
Yang diajukan
Sr i Gusti Bima H.T
0913010125/EA
Telah disetujui untukUjian Lisan oleh :
PembimbingUtama
Dr s. Ec. Munar i, MM Tanggal :………….. NIP: 19610402 198803 1001
Mengetahui Ka progdiAkuntansi,
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan
menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula
memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH
TEKANAN KERJ A, KOMPLEKSITAS TUGAS, GENDER,
PENGALAMAN AUDIT DAN PENGETAHUAN TERHADAP KINERJ A
AUDITOR DALAM PEMBUATAN AUDIT JUDGMENT ”(Studi kasus pada
BPKP Provinsi Jawa Timur).
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam
penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
3. Bapak. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya
4. Bapak Dr. Hero Priono, Msi, Ak selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak. Drs. Ec. Munari, MM selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat
berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dra. Ec. Anik Yuliati, M.Aks selaku Dosen Wali yang telah memberi
bantuan dan nasihat.
7. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan
bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini
sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
8. Muhammad Dimas, I Gede Sukariada, Destian Wahyu B, Mulyani Suci, dan
Indri pristiyanti teman seangkatan mulai dari semester1 ”telah banyak
membantu selama kuliah” penulis berharap semoga silaturahmi ini tidak akan
pernah putus.
9. Keluarga besar HMAK yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan
tentang organisasi dan keakraban kepada penulis selama menjadi mahasiswa
Jawa Timur.
11. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Surabaya, Januari 2014
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
ABSTRAK ……….. x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 14
2.2.1. Tekanan Kerja ... 14
2.2.1.1. Definisi Tekanan Kerja ... 14
2.2.1.2. Dampak Tekanan Kerja Pada Karyawan ... 15
2.2.2. Kompleksitas Tugas ... 16
2.2.3. Gender ... 18
2.2.4. Pengalaman Audit ... 20
2.2.5. Pengetahuan ………... 22
2.2.6. Audit Judgment ………. 23
2.2.6.4. Jenis-Jenis Audit ………... 25
2.2.6.5. Jenis-Jenis Auditor ……… 27
2.2.7. Pengaruh Antar Variabel ………... 28
2.2.7.1. Pengaruh Tekanan Kerja Terhadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Audit Judment 28
2.2.7.2. Pengaruh kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Audit Judment ………. 29
2.2.7.3. Pengaruh Gender Terhadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Audit Judment …………. 30
2.2.7.4. Pengaruh Audit Terhadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Audit Judment ………… 31
2.2.7.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Audit Judment ... 32
2.3. Kerangka Pikir ... 33
2.4. Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 35
3.1.1. Definisi Operasional ... 35
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 39
3.3.3. Pengumpulan Data ………. 41
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hopotesis ... 42
3.4.1. Pengujian Kualitas Data ... 42
3.4.2. Pengujian Hipotesis ... 44
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ………. 48
4.1.1. Sejarah Singkat ………... 48
4.1.2. Visi dan Misi ... 52
4.1.3. Tujuan, Tugas, fungsi dan Kegiatan-kegiatan ……... 53
4.1.3.1. Tujuan ………. 53
4.1.3.2. Tugas dan Fungsi ……… 54
4.1.3.3. Kegiatan-kegiatan ……….. 55
4.1.4. Struktur Organisasi ……… 57
4.1.5. Lokasi ... 58
4.2 Karakteristik Responden ... 59
4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 59
4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Fungsional Audit ... 59
4.2.3. Karakteristik Repsonden Berdasarkan Lama Bekerja 60
4.2.5.2. Kompleksitas Tugas (X2) ………. 63
4.2.5.3. Pengetahuan (X5) ………. 64
4.2.5.4. Audit Judgment (Y) ………. 65
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ………. 67
4.3.1. Pengujian Kualitas Data ……….. 67
4.3.1.1. Pengujian Validitas ……….. 67
4.3.1.2. Pengujian Reabilitas ………. 69
4.3.1.3. Pengujian Normalitas ……… 69
4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik ……… 71
4.4 Analisis Model dan Pengujian Hipotesis ……… 74
4.4.1. Persamaan Regresi Linier Berganda ……….. 74
4.4.2. Uji F dan Nilai Koefisien Determinasi ……….. 76
4.4.3. Uji t (Uji Hipotesis) ………... 77
4.5 Pembahasan ………. 79
4.6 Keterbatasan Penelitian ………... 83
4.7 Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 85
5.2 Saran ………... 86
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
SRI GUSTI BIMA H.T
ABSTRAKSI
Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, juga dapat digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik. Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga dalam memeriksa laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak luar dan dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan yang dikelola, sehingga perusahaan mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi untuk bekerja sama serta untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan perusahaan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris serta mengetahui pengaruh antara tekanan kerja, kompleksitas tugas, gender, pengalaman audit dan pengetahuan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Timur yang berjumlah 257 auditor fungsional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan desain pengambilan sampel probabilitas dengan kategori pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Untuk menentukan ukuran besarnya sampel yang akan diambil digunakan persamaan rumus SLOVIN, sehingga jumlah sampel yang diambil sebesar 60 auditor fungsional.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak ada pengaruh antara gender dalam memberikan judgment. Tekanan kerja berpengaruh signifikan terhadap
audit judgment, hal ini menunjukkan bahwa tekanan kerja mampu mempengaruhi
auditor dalam memberikan judgment. Kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap audit judgment, hal ini menunjukkan bahwa kompleksitas tugas mempengaruhi auditor dalam memberikan judgment. Pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap audit judgment, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman audit mempengaruhi auditor dalam memberikan judgment. Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap audit judgment, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan audit mempengaruhi auditor dalam memberikan judgment.
By
SRI GUSTI BIMA H.T
ABSTRACT
The financial statements are normally used to determine the results of operations and financial position of the company, also can be used as a means of enterprise management management accountability to the owner. Management company require the services of a third party in order to examine the financial statements of the financial statements can be accounted to the outside and can increase the credibility of the company is managed, so the company has a high sense of self-confidence to work together and to gain confidence that the company's financial statements presented by management company can be trusted as a basis for decision making. The purpose of this study is to test and demonstrate empirically and determine the effect of work pressure, task complexity, gender, experience and knowledge on the performance audit of the auditors in the audit judgment.
The population in this study were all auditors working in the Financial and Development Supervisory Agency (BPK) of East Java province, amounting to 257 auditors functional. Sampling technique in this study using probability sampling design with random sampling category (simple random sampling). To determine the size of the sample sizes used to be taken Slovin formula equation, so that the number of samples taken by 60 auditors functional.
The result showed no influence of gender in giving judgment. Working pressure significantly influence audit judgment, it indicates that work pressure can influence the auditor in giving judgment. Significant effect of task complexity on audit judgment, this case shows that the complexity of the task affects the auditor in giving judgment. Audit experience significant effect on audit judgment, this suggests that the influence of auditors auditing experience in delivering judgment. Knowledge significant effect on audit judgment, this suggests that knowledge affect auditors auditing in giving judgment.
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat sekarang ini dapat memicu
persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam
usaha dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam
menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan.
Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan adalah dengan
melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk mengetahui hasil usaha
dan posisi keuangan perusahaan, juga dapat digunakan sebagai salah satu alat
pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik. Dalam
perkembangannya pihak-pihak luar perusahaan juga memerlukan informasi
mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
penanaman modal atau yang berhubungan dengan perusahaan. Dengan demikian
ada dua kepentingan yang berbeda, disatu pihak manajemen perusahaan ingin
menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang
berasal dari pihak luar, dan dari pihak luar perusahaan, ingin memperoleh
informasi yang andal mengenai pertanggungjawaban dana yang diinvestasikan.
Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga dalam memeriksa
laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan
sehingga perusahaan mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi untuk bekerja
sama serta untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan perusahaan
yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Selain itu, pihak eksternal juga tentunya tidak ingin
kesempatan atau modal yang ditanamkan ke perusahaan akan jadi sia-sia untuk
memperoleh keuntungan yang diharapkan (Simamora, 2000).
Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat
mempertahankan kepercayaan dari kliennya dan dari para pemakai laporan
keuangan auditan lainnya. Kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan
didukung oleh suatu keahlian audit. Amanat yang diemban oleh seorang auditor
harus dapat dilaksanakan dengan sikap profesionalisme serta menjunjung tinggi
kode etik profesi yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan setiap
tugasnya. Mengingat peran auditor yang sangat penting dan dibutuhkan dalam
dunia usaha, peningkatan kinerja auditor sangat penting untuk terus dilakukan.
Auditor harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis
sebagai pengetahuan dan pengalaman untuk menghadapi kesulitan yang terjadi
pada saat memeriksa laporan keuangan dalam rangka meningkatkan kinerja.
Auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya melaksanakan audit
terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan menarik kesimpulan atas kewajaran
laporan keuangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan sebuah audit
judgment dimana auditor mengumpulkan bukti dalam waktu yang berbeda dan
Untuk menjalankan proses audit seorang auditor akan memberikan
pendapat dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu
kesatuan usaha tersebut pada masa lalu, masa kini, dan di masa yang akan datang
nantinya. Audit judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, harus berdasarkan pada ada tidaknya
kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun
sejak tanggal laporan keungan auditan. Hal ini disebutkan dalam Standar
Professional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341.
Banyak faktor yang mempengaruhi auditor dalam melakukan audit
judgment. Aspek Perilaku individu sebagai salah satu fakor yang sangat
mempengaruhi pembuatan audit judgment. Sekarang hal ini sangat diperhatikan
oleh praktisi akuntansi ataupun dari akademisi. Namun demikian meningkatanya
perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penilitian di bidang
akuntansi perilaku dimana dalam banyak pelitian tidak menjadi fokus utama
(Meyer,2001 dalam Elisabeth, 2012).
Pengambilan keputusan dalam pembuatan judgment harus didukung oleh
informasi yang memadai. Menurut Meyer dan Levy (1986) dalam Jamilah et
al,(2007) kaum pria dalam pengolahan informasi biasanya tidak menggunakan
seluruh informasi yang ada sehingga keputusan yang diambil kurang
komprehensif. Lain halnya dengan wanita, mereka dalam mengolah informasi
cenderung lebih teliti dengan menggunakan informasi yang lebih lengkap dan
wanita relatif lebih efisien dibandingkan kaum pria selagi mendapat akses
informasi. Selain itu, kaum wanita juga memiliki daya ingat yang lebih tajam
terhadap suatu informasi baru dibandingkan kaum pria dan demikian halnya
kemampuan dalam mengolah informasi lebih hati-hati sehingga dalam membuat
keputusan judgment lebih tepat dibandingkan kaum pria.
Penilaian kinerja auditor semakin penting ketika Kantor Akuntan Publik
akan melakukan penilaian terhadap auditor itu sendiri. Untuk itu Kantor Akuntan
Publik harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. Pada
akhirnya, kinerja akan mencerminkan independensi dan objektivitas auditor dan
kualitas dari Kantor Akuntan Publik. Kinerja dalam fungsinya dipengaruhi oleh
beberapa hal. Kinerja berkaitan dengan kepuasan kerja dan tingkat insentif,
dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Oleh karena
itu supaya mendapatkan kinerja yang baik, auditor harus mempunyai keinginan
yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya.
Kinerja merupakan bagaimana melakukan pekerjaan itu sendiri dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis dan kontribusi (Armstrong and
Baron, 1998:15). Dalam pernyataan dari Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67),
kinerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Dengan pemahaman kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kinerja yang baik dapat tercapai apabila didalamnya terdapat perumusan tujuan,
umpan balik. Menurut Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson (2001:82)
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: 1) kemampuan, 2)
motivasi, 3) dukungan yang diterima, 4) keberadaan pekerjaan yang dilakukan, 5)
hubungan dengan Kantor.
Dalam melaksanakan proses audit tidak jarang para auditor akan
mengalami tekanan kerja, seperti adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun
entitas yang diperiksa. Bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya harus
mematuhi dan berpegang teguh pada etika profesi dan standar auditing. Namun
tidak jarang muncul potensi konflik ketika auditor berusaha untuk memenuhi
tanggung jawab profesionalnya tetapi disisi lain dituntut pula untuk memenuhi
perintah dari atasan maupun entitas yang diperiksa. Situasi konflik seperti inilah
yang dapat membuat auditor mengalami kebimbangan dalam mempertahankan
independensinya.
Selain menghadapi tekanan kerja, auditor juga mengalami kesulitan lain
dalam pelaksanaan tugasnya yang juga dapat mempengaruhi judgment yang
diambil oleh auditor. Terutama ketika auditor dihadapkan dengan tugas-tugas
yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya.
Dalam melaksanakan suatu tugas yang kompleks, usaha tidak dapat secara
langsung atau kuat berpengaruh pada kinerja. Ketika tugas yang dihadapi lebih
kompleks dan tidak terstruktur, usaha yang tinggi tidak akan membantu seorang
auditor untuk melaksanakan tugas audit. Auditor juga harus meningkatkan
Pengalaman audit didasarkan pada tugas yang dilakukan secara berulang-ulang
memberikan peluang untuk belajar melakukan dengan benar dan yang terbaik.
BPK dan BPKP keduanya adalah sama-sama auditor hanya memiliki tugas
dan fungsi yang berbeda. Sebagai auditor dalam memberikan opini merupakan
suatu hal yang tidak asing lagi karena tugas auditor adalah pihak yang melakukan
pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan opini atau pendapat atas
kewajarannya. Opini yang diberikan seorang auditor akan menunjukkan kualitas
atas laporan keuangan yang dihasilkan dan akan memberikan umpan balik bagi
semua pihak yang terkait dengan perusahaan atau organisasi. Oleh karena itu,
seorang auditor dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan benar
sehingga mendapatkan kepercayaan publik. Saat ini BPKP Jawa Timur di
hadapkan pada terhambatnya kasus yang harus di selesaikan, dari kasus yang ada
dalam beberapa bulan terkahir BPKP Jawa Timur mampu menyelesaikan 25%
dari kasus yang ada. Terhambatnya hasil audit yang ada berhubungan dengan
jumlah auditor, kualitas audit, pengalaman audit dll meningat jumlah auditor di
BPKP Jawa Timur sangat banyak.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik melakukan
penelitian di BPKP karena tidak ada keseimbangan antara laki-laki dan
perempuan dalam pengambilan keputusan, kepemimpinan, integritas maupun
kesetaraan gender, pengalaman audit dan pengetahuan audit. Dilihat dari jumlah
karyawan khususnya audit fungsional BPKP, jumlah laki-laki lebih banyak
dibandingkan jumlah perempuan. Dengan asumsi bahwa melihat dari berbagai
sumber-sumber yang dimuat pada internet menyimpulkan bahwa tidak ada
kesetaraan gender, oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
tekanan kerja, kompleksitas tugas, gender, pengalaman audit dan pengetahuan
yang dapat mempengaruhi kinerja dan pengambilan keputusan seorang auditor di
BPKP dengan mengambil judul “Pengaruh Tekanan Kerja, Kompleksitas Tugas,
Gender, Pengalaman Audit Dan Pengetahuan Terhadap Kinerja Auditor Dalam
Pembuatan Audit Judgment” (Studi Kasus Pada BPKP Provinsi Jawa Timur).
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang terjadi maka rumusan masalah
yang dibuat adalah Apakah terdapat pengaruh antara tekanan kerja, kompleksitas
tugas, gender, pengalaman audit dan pengetahuan terhadap kinerja auditor dalam
pembuatan audit judgment?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara
empiris serta mengetahui pengaruh antara tekanan kerja, kompleksitas tugas,
gender, pengalaman audit dan pengetahuan terhadap kinerja auditor dalam
pembuatan audit judment.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menguji pengaruh gender, kompleksitas tugas dan
Tekanan kerja terhadap audit judgment, Sehingga peneliti dapat menambah
wawasan dan pengetahuannya.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk
perbaikan kualitas Mahasiswa Progdi Akuntansi di UPN “Veteran” Jatim
sebagai tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi di Badan
Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) khususnya auditor dalam
membuat audit judgment.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan serta menambah
wawasan bagi pembaca di bidang auditing. Selain itu dapat menjadi sumber
inspirasi pembaca untuk mengadakan penelitian selanjutnya.
4. Bagi BPKP
Memberikan kontribusi unuk Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan (BPKP) agar menjadi lebih baik lagi dalam mengambil audit
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti dalam
penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
1. Seni Fitriani Idris (2012)
a. Judul “ Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Pengetahuan
Dan Persepsi Etis Terhadap Audit Judgement”
b. Hipotesis
H1: Tekanan kataatan berpengaruh secara negatif terhadap audit
judgement yang diambil auditor.
H2: Kompleksitas tugas berpengaruh secara negatif terhadap audit
judgement yang diambil auditor.
H3: Pengetahuan berpengaruh secara positif terhadap audit judgement
yang diambil auditor.
H4: Persepsi etis berpengaruh secara positif terhadap audit judgement
yang diambil auditor.
c. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah auditor
independen yang bekerja pada Instansi Pemerintah yaitu Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang berada di
d. Kesimpulan
Penelitian ini menemukan hasil statistik yang tidak signifikan dari
pengaruh tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit
judgement. Sementara pengetahuan dan persepsi etis memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap audit judgement. Penemuan ini dapat
digunakan oleh auditor untuk terus meningkatkan profesionalismenya
khususnya dalam membuat audit judgement. Penelitian ini menemukan
bahwa pengelolaan Sumber Daya Manusia sangat diperlukan oleh
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk meningkatkan
kemahiran auditor dalam menghasilkan audit judgement yang tepat.
2. Elisabeth Mariana Andita Tielman (2012)
a. Judul “Pengaruh Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu,
Kompleksitas Tugas, Pengetahuan Dan Pengalaman Auditor Terhadap
Audit Judgment”.
b. Hipotesis
H1: Tekanan Ketaatan berpengaruh negatif terhadap audit judgment
H2: Tekanan Anggaran Waktu berpengaruh negatif terhadap audit
judgment.
H3: Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment
H4: Pengetahuan berpengaruh positif terhadap audit judgment
c. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada kantor
akuntan publik (KAP) di Semarang. Metode pengambilan sampel
mengunakan teknik purposive sampling, yang didasarkan pada kriteria:
(1) auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang
yang terdaftar pada Directory Kantor Akuntan Publik; (2) level auditor
senior dan yunior. Sampel yang dipilih adalah staf akuntan yang bekerja
sebagai tenaga professional (auditor) pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Semarang sebanyak 50 responden.
d. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh
negatif terhadap audit judgment. Variabel tekanan anggaran waktu
berpengaruh negatif terhadap audit judgment. Variabel komplekstitas
tugas berpengaruh negatif terhadap audit judgment. Sedangkan variabel
pengetahuan dan pengalaman berpengaruh positif terhadap audit
judgment.
3. Zulaikha (2006)
a. Judul “Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas Dan
Pengalaman Auditor Tehadap Audit Judgment”.
b. Hipotesis
H1 : Auditor laki-laki lebih menunjukkan kinerja lebih akurat dalam
menyelesaikan tugas yang kompleks untuk pembuatan suatu judgment
wajar) dibanding auditor perempuan. Selanjutnya isu gendser yang
berinteraksi dengan kompleksitas tugas dan pengalaman sebagai auditor
dirumuskan hipotesis kedua dan ketiga dengan mengambil kasus yang
sama yaitu :
H2 : Interaksi gender dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap
keakuratan audit judgment atas penilaian saldo akun persediaan (apakah
disajikan secara wajar)
H3 : Interaksi gender dan pengalaman sebagai auditor berpengaruh
terhadap keakuratan audit judgment atas penilaian saldo akun persediaan
(apakah disajikan seacara wajar).
c. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah auditor independen yang di surrogate
dengan sarjana S1 Akuntansi sebagaimana dijelaskan diatas. Sampel
diambil dengan convenience sampling yaitu dua kelas PPA dan satu
kelas dari Program Maksi. Dari tiga kelas tersebut diperoleh +
81mahasiswa.
d. Kesimpulan
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perempuan masih
mendominasi peran domestik, dan peran ganda perempuan tidak
berpengaruh signifikan dalam pembuatan judgment. Hipotesis pertama
yang diajukan ditolak. Hal ini memberikan implikasi dalam penugasan
audit bahwa isu gender atau peran ganda perempuan tidak berpengaruh
Hipotesis kedua yang diajukan. Hal ini membawa implikasi pada profesi
auditor, bahwa isu gender tidak perlu dibesar-besarkan karena secara
statistik isu gender tidak berpengaruh terhadap kemampuan kognitif
perempuan dalam pembuatan judgment, bahkan dalam penugasan audit
yang kompleks. Variabel pengalaman sebagai auditor berpengaruh
langsung (main effect) terhadap judgment. Demikian pula ketiga isu
gender berinteraksi dengan pengalaman tugas sebagai auditor, maka
interaksi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap judgment.
Tabel 2.1 Adapun perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekar ang
No. Peneliti Objek Penelitian Uji Analisis Var iabel
2.2. Landasan Teori
Pada penelitian ini disajikan beberapa teori yang merupakan dasar utama
dari kerangka pikir dalam usaha pencarian cara ilmiah untuk memecahkan
masalah yang diajukan dalam penelitian.
2.2.1. Tekanan Kerja
2.2.1.1. Definisi Tekanan Kerja
Tekanan kerja disini sama halnya dengan stres kerja dimana kondisi
seseorang mengalami tekanan yang tidak menyenangkan yang berasal luar diri
seseorang. Tekanan pekerjaan (Job-Related Stress) ini timbul karena
meningkatnya stres sebagai akibat dari permintaan pekerjaan secara meningkat
melebihi kemampuan kinerja dari pekerja (Kiryanto, 2006: 8).
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi,
artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan
sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan
perannya tanpa menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya peran, yang
merupakan pembangkit stres yaitu meliputi: konflik peran dan ketaksaan peran
(role ambiguity) (Novitasari, 2003).
Tekanan kerja biasanya adalah sebuah tanggapan atas ketegangan emosi
yang terus-menerus. Selanjutnya, kondisi itu akan mengarah pada perasaan
seseorang yang tidak berguna, motivasi rendah untuk bekerja, kurang memiliki
kepercayaan diri dan akhirnya menimbulkan kelelahan (Novitasari, 2003). Namun
job tension diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
2.2.1.2. Dampak Tekanan Kerja Pada Karyawan
Pengaruh tekanan kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan
bagi perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan
perusahaan diharapkan akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan scbaik-baiknya. Reaksi terhadap tekanan kerja dapat merupakan
reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stress
akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri
manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa
perilaku melawan stress (flight) atau freeze (berdiam diri).
Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara
bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres. Perubahan-perubahan ini di tempat
kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami stres antara lain
(Margiati, 2001:78-79): (a) bekerja melewati batas kemampuan, (b) kelerlambatan
masuk kerja yang sering, (c) ketidakhadiran pekerjaan, (d) kesulitan membuat
kepulusan, (e) kesalahan yang sembrono, (f) kelalaian menyelesaikan pekerjaan,
(g) lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri, (h) kesulitan
berhubungan dengan orang lain, (i) kerisauan tentang kesalahan yang dibuat, (j)
Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi,
2.2.2. Komlpleksitas Tugas
Definisi kompleksitas tugas adalah keragaman aspek tugas dalam suatu
jabatan dan persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas yang disebabkan oleh
terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan
masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan.
Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu
sendiri (Sanusi dan Iskandar, 2007). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang
tidak terstruktur, sulit untuk dipahami dan ambigu (Puspitasari, 2010).
Kompleksitas dapat muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam
tugas-tugas utama maupun tugas-tugas yang lain (Restuningdiah dan Indriantoro,
2000). Pada tugas yang membingungkan, ambigu, dan tidak terstruktur,
alternatif-alternatif yang ada menjadi tidak dapat diidentifikasi sehingga tidak dapat
memperoleh data dan tidak bisa memprediksi output dari data tersebut. Menurut
Wood dalam Nadhiroh (2010), kompleksitas tugas memiliki tiga dimensi, yaitu
kompleksitas komponen (jumlah dari isyarat informasi dan tindakan yang
berbeda), kompleksitas koordinatif (jenis dan jumlah hubungan antara tindakan
dan isyarat), dan kompleksitas dinamis (perubahan dalam tindakan dan isyarat dan
hubungan di antaranya).
Tugas melakukan audit cenderung merupakan tugas yang banyak
menghadapi persoalan kompleks. Auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang
kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya.
Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu
sebagai tugas dengan kompleksitas tinggi dan sulit, sementara auditor lain ada
yang mempersepsikan sebagai tugas yang mudah. Bonner dalam Jamilah, dkk.
(2007) mengemukakan ada tiga alasan mendasar mengapa pengujian terhadap
kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama,
kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah
dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada
kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah
tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi
terbaik bagi staf audit dan tugas audit.
Menurut Chung dan Monroe (2001) mengemukakan bahwa kompleksitas
dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak
konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan.
2. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya hasil yang diharapkan oleh
entitas yang diperiksa dari kegiatan pengauditan.
Restuningdiah dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa peningkatan
kompleksitas tugas dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Terkait
dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit ini dapat
menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan seorang
auditor menjadi tidak konsistensi dan tidak akuntanbilitas. Adanya kompleksitas
Semakin kompleks tugas seorang auditor, maka hal ini dapat
mempengaruhi judgment yang akan diberikan. Proses pengolahan informasi
terdiri dari tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada tahap input dan proses,
kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor cues. Terdapat
perbedaan antara pengertian banyaknya cues yang diadakan (number of cues
available) dengan banyaknya cues yang terolah (number of cues processed.
Banyaknya cues yang ada, seorang decision maker harus berusaha melakukan
penilaian terhadap cues-cues tersebut (meliputi upaya penyeleksian dan
pertimbangan-pertimbangan) dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam suatu
judgment (pendapat). Dengan adanya tugas yang semakin kompleks akan
mendorong seorang auditor untuk melakukan tugasnya tidak semudah yang
dibayangkan.
2.2.3. Gender
Gender sering diidentikkan dengan jenis kelamin (sex), padahal gender
berbeda dengan jenis kelamin. Marzuki (n.d.) menjelaskan bahwa secara umum
jenis kelamin digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dari segi anatomi biologis, sedangkan gender lebih mengarah kepada
aspek sosial, budaya, dan aspek nonbiologis lainnya. Secara etimologis kata
gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Gender dapat
diartikan sebagai pembedaan peran antara laki-laki dan wanita yang tidak hanya
mengacu pada perbedaan biologis atau seksualnya, tetapi juga mencakup
Webster’s New World Dictionary gender diartikan sebagai perbedaan yang
tampak antara laki-laki dan wanita dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam
Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah konsep cultural
yang berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalis, dan
karakteristik emosional laki-laki dan wanita yang berkembang dalam masyarakat
(Fitrianingsih, 2011). Gender muncul akibat pengaruh sosial budaya dan
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat setempat. Gender
adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat, bukannya suatu yang sifatnya kodrat
(Puspitasari, 2007).
Perbedaan peran dan perilaku antara laki-laki dan perempuan dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti sosialisasi, budaya yang berlaku, serta
kebiasaan yang ada. Pandangan tentang gender dapat diklasifikasikan ke dalam
dua stereotipe, yaitu Sex Role Stereotypes dan Managerial Stereotypes. Pengertian
klasifikasi stereotypes merupakan proses pengelompokan individu kedalam suatu
kelompok, dan pemberian atribut karakteristik pada individu berdasarkan anggota
kelompok (Ulfa, 2011). Berdasarkan Sex Role Stereotypes, laki-laki dipandang
lebih berorientasi pada pekerjaan, mampu bersikap obyektif, independen, dan
pada umumnya mempunyai kemampuan yang lebih dalam pertanggungjawaban
manajerial jika dibandingkan dengan wanita. Sedangkan wanita dipandang lebih
pasif, lemah lembut, memiliki orientasi pada pertimbangan dan posisinya pada
pertanggungjawaban dalam organisasi lebih rendah dibandingkan laki-laki.
seseorang yang memiliki sikap, perilaku, dan temperamen, dimana sikap ini pada
umumnya lebih dimiliki oleh laki-laki.
Dalam literatur psikologis kognitif dan pemasaran dinyatakan bahwa
wanita dikenal lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat adanya
kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan pria.
Selain itu, laki-laki relatif kurang mendalam dalam menganalisis inti dari suatu
keputusan. Wanita pada umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang
lebih tinggi daripada laki-laki, sehingga membuat adanya perbedaan persepsi etika
pada saat proses pengambilan keputusan. Pada sebagian besar organisasi
perbedaan gender masih mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan kekuasaan
(power). Perbedaan tersebut dapat menyebabkan diskriminasi gender dalam
pekerjaan. Hal ini dapat menurunkan kinerja serta prospek karier seorang wanita
karena adanya kesempatan yang terbatas dalam peningkatan kemampuan dan
pengembangan hubungan kerja.
2.2.4 Pengalaman Audit
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku (Asih, 2006). Pengalaman seseorang dapat
diartikan sebagai suatu proses yang dapat membawa seseorang kepada suatu pola
tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman dapat memberikan peluang bagi
seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Semakin luas
sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004).
Pengalaman pada umumnya dikaitkan dengan masa kerja. Masa kerja
merupakan hasil penyerapan dari berbagai aktivitas manusia, sehingga mampu
menumbuhkan keterampilan yang muncul dalam tindakan yang dilakukan
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan (Ulfa, 2011). Seseorang yang telah
lama bekerja pada perusahaan tertentu telah terbiasa melaksanakan pekerjaannya
sehari-hari dan memperoleh banyak pengalaman yang dapat menunjang
peningkatan kinerjanya. Penelitian di bidang psikologi menunjukkan bahwa
seseorang yang berpengalaman dalam bidang substantif memiliki lebih banyak hal
yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman
yang baik mengenai suatu peristiwa.
Di bidang audit, pengalaman auditor merupakan faktor penting yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengalaman audit adalah
pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan audit atas
laporan keuangan suatu entitas. Semakin berpengalaman seorang auditor maka dia
akan semakin mampu dalam menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam
tugas-tugas yang kompleks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan.
Akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang
relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional dibanding dengan akuntan
pemeriksa yang belum berpengalaman (Butts dalam Herliansyah dan Meifida,
2006). Seorang auditor yang berpengalaman akan semakin peka dalam memahami
diambilnya. Selain itu, auditor juga semakin peka dengan kesalahan penyajian
laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan
yang ditemukan tersebut.
2.2.5. Pengetahuan
Libby (1995) dalam Mariana (2012) mengatakan bahwa kinerja seseorang
dapat diukur dengan beberapa unsur antara lain kemampuan (ability),
pengetahuan (knowledge) dan pengalaman (experience). Auditor yang memiliki
pengetahuan yang luas melakukan judgment dengan lebih baik dari yang tidak
berpengetahuan luas. Untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan audit, auditor
dituntut untuk memiliki keahlian (expertise), yang terdiri dari unsur pengalaman
dan pengetahuan. Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum
maupun yang khusus, yang meliputi pengetahuan area auditing, akuntansi, dan
karakteristik yang dimiliki oleh kliennya. Pengetahuan yang memadai mengenai
karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor
terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.
Menurut Tubbs (1992) yang dikutip Ashton (2002), dalam mendeteksi
sebuah kesalahan, seseorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang
apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi. Secara umum seorang auditor harus
memiliki pengetahuan-pengetahuan mengenai General Auditing, Functional Area,
Computer Auditing, Accounting Issue, Specific Industri, General World
Knowledge (pengetahuan umum), dan Problem Solving Knowledge (Bedard dan
2.2.6. Audit Judgment
2.2.6.1. Definisi Audit Judgment
Audit Judgment mengacu pada aspek kognitif dalam proses pengambilan
keputusan dan mencerminkan perubahan dalam evaluasi, opini atau sikap
(Bazerman dalam Suartana, 2005: 955). Auditor diharapkan memiliki judgment
yang berkualitas untuk memberi keyakinan bahwa penilaian mereka terhadap
laporan keuangan adalah benar. Profesi akuntan adalah sebuah profesi yang
menuntut adanya kemampuan dalam memproses informasi (secara kognitif)
dalam menentukan judgment dalam sebuah penugasan audit.
Hogart (1992) dalam Mariana (2012) mengartikan audit judgment sebagai
proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judgment
merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi,
(termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya) pilihan untuk bertindak atau
tidak bertindak, dan penerimaan informasi lebih lanjut. Cara pandang auditor
dalam menanggapi informasi tersebut berhubungan dengan tanggung jawab dan
resiko audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan dengan judgment yang
dibuatnya (Djaddang dan Parmono, 2002).
2.2.6.2. Definisi Judgment
Judgement merupakan suatu kegiatan yang selalu dibutuhkan oleh
auditor dalam melaksanakan audit laporan keuangan dari suatu entitas. Judgement
dalam audit tergantung pada kualitas dari keyakinan yang diperoleh melalui
pengembangan bukti-bukti memerlukan upaya analisis atas fakta-fakta yang
terjadi yang melatarbelakangi asersi yang sedang diaudit.
Sebagai gambaran, akuntan publik mempunyai tiga sumber informasi
yang potensial untuk membuat suatu pilhan: (1) teknik manual, (2) refrensi yang
lebih detail dan (3) teknik keahlian. Berdasarkan proses informasi dari ketiga
sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat sumber yang pertama, bergantung
pada keadaan perlu tidaknya diperluas dengan sumber yang pertama, bergantung
pada keadaan perlu tudaknya diperluas dengan sumber informasi kedua, atau
dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi jarang memakai keduanya (Gibbin,
2004).
2.2.6.3. Perbedaan Audit dengan auditor
Pengertian audit Menurut William F. Meisser, Jr (Auditing and
Assurance Service, A Systematic Approach, 2003:8) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang
telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak
pengguna yang berkepentingan. Menurut Arens and Loebbecke (Auditing: An
Integrated Approach, eight edition, 2000:9), Audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten
Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam
melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau
organisasi. Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah
pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan trsebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi,2002).
2.2.6.4. J enis-J enis Audit
Pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga golongan, antara lain: audit
laporan keuangan, audit operasional, dan audit ketaatan atau audit kesesuaian
(Mulyadi,2002). Penjelasan tentang ketiga audit sebagai berikut.
(1) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang diverifikasi telah
disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya kriteria ini berupa
prinsip akutansi yang berlaku umum. Asumsi dasar dari suatu audit laporan
keuangan adalah laporan tersebut akan dimanfaatkan kelompok-kelompok
berbeda untuk maksud berbeda. Oleh karena itu, jauh lebih efisien
memperkerjakan satu auditor untuk melaksanakan audit dan membuat kesimpulan
yang dapat diandalkan oleh semua pihak daripada membiarkan masing-masing
audit umum yang dilakukan tersebut tidak sanggup memberikan informasi yang
memadai, tetap mempunyai kesempatan mendapatkan data tambahan.
(2) Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian maupun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektivitasnya. Umumnya pada saat selesai audit operasional, auditor akan
memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya
operasi perusahaan. Pelaksanaan audit oeprasional dan hasil yang dilaporkan lebih
sulit untuk didefinisikan daripada jenis audit lainnya. Efisiensi dan efektivitas
operasi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya secara objektif
dibandingkan penerapan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akutansi yang berlaku umum. Kriteria untuk pengukurannya relatif subjektif. Pada
prakteknya, auditor operasional lebih sering memberikan saran perbaikan prestasi
kerja dibandingkan melaporan keberhasilan prestasi kerja yang sekarang; lebih
merupakan konsultasi manajemen daripada audit.
(3) Audit Ketaatan/ Kesesuaian
Audit ketaatan atau kesesuaian bertujuan mempertimbangkan apakah
audit (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan
pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada perusahaan
swasta, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana akutansi telah mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan perusahaan, peninjauan tingkat upah untuk
perjanjian dengan bank atau kreditor lain untuk memastikan bahwa perusahaan
tersebut telah memenuhi ketentuan hokum yang berlaku.
2.2.6.5. J enis-J enis auditor
Auditor dibedakan menjadi beberapa jenis menurut Arens dan
Loebbecke (2000:3) terbagi menjadi empat jenis auditor:
(1) Auditor Independen
independen bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis dari
seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya. Umumnya di masyarakat
menyebut akuntan publik sebagai auditor atau auditor independen.
(2) Auditor Pemerintah
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggung
jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan
Negara. Sebagian tugas BPK tidak berbeda dengan auditor. Sebagian besar
informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai badan pemerintahan telah diaudit
oleh BPK. Di samping audit atas laporan keuangan, pada masa sekarang BPKP
sering melakukan evaluasi, efisiensi dan efektivitas operasi berbagai program
pemerintah dan BUMN.
(3) Auditor Pajak
Direktorat Jendral Pajak yang berada di bawah Departemen Keuangan
RI, bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan
penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Pekerjaan audit ini
(4) Auditor Interen
Auditor interen bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi
kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah
bagi pemerintah. Bagian audit dari suatu perusahaan bisa beranggotakan
lebih dari seratus orang dan biasanya bertanggung jawab langsung kepada
presiden direktur, direktur eksektif, atau kepada komite audit dari dewan
atau komisaris. Tugasnya bermacam-macam tergantung pada atasannya.
Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor intern harus berada di luar
fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan bawahan
atasan seperti lainnya. Keterbatasan indepedensi ini merupakan perbedaan
utama antara auditor intern dengan akuntan publik
2.2.7. Pengaruh Antar Variabel
2.2.7.1. Pengaruh Tekanan Kerja Terhadap Kinerja Auditor Dalam
Pembuatan Audit Judment
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa auditor dalam
kondisi adanya perintah dari atasan dan tekanan dari klien untuk berperilaku
menyimpang dari standart profesional auditor junior cenderung akan mentaati
perintah tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa auditor junior tidak memiliki
keberanian untuk tidak mentaati perintah atasan dan keinginan klien untuk
mengambil risiko untuk mencari pekerjaan lain dan kehilangan klien sebagai
konsekuensi menentang perintah atasan dan keinginan klien yang tidak tepat yang
menyimpang dan dari standart profesional.hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (1999).
2.2.7.2. Pengaruh Kompleksitas Tugas Ter hadap Kinerja Auditor Dalam
Pembuatan Audit Judment
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompleksitas tugas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan
bahwa pada situasi tugas yang kompleks tidak berpengaruh terhadap judgment
yang diambil oleh auditor dalam menentukan pendapat terhadap hasil auditnya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Cheng, dkk, (2003) yang
mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja keputusan. Penelitian yang bertentangan dengan hasil
penelitian ini antara lain, penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa
interaksi antara gender dengan kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan
terhadap audit judgment. Hal ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan
Abdolmohammadi dan Wright (1986) menunjukkan bahwa perbedaan judgment
yang signifikan ditemukan antara kelompkok berpengalaman pada masing-masing
tugas.
Ketika seluruh subyek dikumpulkan bersama-sama, maka hanya
menunjukkan perlunya mempertimbangkan secara eksplisit dan mengontrol
keahlian. Stuart (2001) menunjukkan bahwa kinerja auditor tergantung pada
interaksi antara kompleksitas tugas dan struktur audit yang digunakan dalam
pelaksanaan audit. Hal ini dibuktikan bahwa untuk tugas yang tidak terlalu
kompleks, auditor dari perusahaan audit terstruktur dan tidak terstruktur
menunjukkan kinerja yang sepadan. Sebaliknya, pada tugas yang relatif kompleks,
maka auditor dari perusahaan yang tidak terstruktur jauh berada di bawah
perusahaan audit terstruktur.
2.2.7.3. Pengaruh Gender Ter hadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan
Audit Judment
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gender tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita dengan perbedaan berbagai sifat
dan karakter individu masing-masing tidak berpengaruh terhadap audit judgment
yang diambil oleh auditor pria dan wanita. Hal ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hartanto (1999) yang mengatakan bahwa gender tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap judgment auditor yang mendapatkan
tekanan. Hal ini senada dengan hasil penelitian Thoma (1986) yang menemukan
bahwa pengaruh gender sangat kecil. Trisnaningsih dan Iswati (2003)
mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja auditor dilihat dari perbedaan
gender antara pria dan wanita jika dilihat dari kesetaraan komitmen
organisasional, komitmen profesional, motivasi dan kesempatan kerja, kecuali
wanita. Penelitian yang dilakukan Chung dan Monore (2001) mengatamakan
bahwa gender berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment jika
berinteraksi dengan kompleksitas tugas. Hal ini senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Giligan (1982) yang berhasil mengindikasikan bahwa
pertimbangan moral dan alasan mendasar dalam etika pada pria dan wanita
berbeda. Ruegger dan King (1992) juga mengindikasikan bahwa wanita berbeda.
Ruegger dan King (1992) juga mengindikasikan bahwa wanita memiliki
pertimbangan moral yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2.2.7.4. Pengaruh Pengalaman Audit Ter hadap Kinerja Auditor Dalam
Pembuatan Audit Judment
Menurut Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Mariana (2012)
mengatakan bahwa adanya perbedaan judgment antara auditor yang
berpengalaman dan yang tidak berpengalaman. Dari pengalaman seseorang dapat
belajar dari kesalahan-kesalahannya di masa lalu, sehingga nantinya akan
menambah kinerjanya dalam melakukan tugas. Pengalaman dapat mempengaruhi
kemampuan auditor dalam memprediksi dan mendeteksi kecurangan yang terjadi
dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan yg di auditnya sehingga dapat
mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor. Dengan demikian maka akan
mengurangi kesalahan auditor di masa kini dan masa yang akan datang. Semakin
banyak pengalaman seorang auditor maka kemampuannya untuk memprediksi
suatu kejadian pun akan semakin baik. Auditor yang berpengelaman biasanya
oleh seorang auditor dalam melakukan tugas auditnya memberikan pelajaran
kepada auditor tersebut dalam melakukan judgment
2.2.7.5. Pengaruh Pengetahuan Ter hadap Kinerja Auditor Dalam
Pembuatan Audit Judment
Menurut Libby (1995) dalam Mariana (2012) mengatakan bahwa kinerja
seseorang dapat diukur dengan beberapa unsur antara lain kemampuan (ability),
pengetahuan (knowledge) dan pengalaman (experience). Auditor yang memiliki
pengetahuan yang luas melakukan judgment dengan lebih baik dari yang tidak
berpengetahuan luas. Untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan audit, auditor
dituntut untuk memiliki keahlian (expertise), yang terdiri dari unsur pengalaman
dan pengetahuan. Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum
maupun yang khusus, yang meliputi pengetahuan area auditing, akuntansi, dan
karakteristik yang dimiliki oleh kliennya. Pengetahuan yang memadai mengenai
karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor
terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.
Menurut Shanteau dan Peters (1989) dalam Mariana (2012) menyatakan
bahwa pengetahuan akan mempengaruhi penilaian atau pendapat seseorang. Tan
dan Kao (1999) menemukan bahwa pengetahuan yang tinggi dari seorang auditor
memungkinkannya untuk meningkatkan kinerja akuntabilitasnya. Pengetahuan
yang dimiliki merupakan suatu faktor yang sangat mempengaruhi seorang auditor
dalam melaksankan tugasnya. Semakin tinggi pengetahuan seorang auditor maka
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan telaah teori yang telah di
kemukakan di atas, maka dapat dibuat kerangka pikir yang dapat digunakan dalam
penyelesaian permasalahan ini. Sumber kerangka pemikiran adalah bahasa
landasan teori yang dihubungkan dengan variabel penelitian dalam upaya untuk
memecahkan masalah, dapat digambarkan pada gambar. 1 sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Pikir
Analisis Regresi Linear Berganda
Tekanan Kerja
X1
Kompleksit as Tugas
X2
Gender
X3
Pengalaman Audit
X4
Penget ahuan
X5
Audit Judgm ent
2.4. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka peneliti menetapkan hipotesis
penelitian adalah Apakah terdapat pengaruh antara tekanan kerja, kompleksitas
tugas, gender, pengalaman audit dan pengetahuan terhadap kinerja auditor dalam
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan
suatu penelitian yang berdasarkan sifat-sifat atau hal-hal yang didefinisikan atau
diamati. Definisi operasi setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
A. Tekanan Kerja (X1)
Tekanan kerja adalah tekanan yang diterima oleh pekerja dalam menghadapi
tugas yang melebihi kemampuan kinerja pekerja. Variabel tekanan kerja di
ukur dengan 10 item pertanyaan yaitu:
1. Tuntutan tugas yang berlebihan dari atasan
2. Ketidakpuasan mengerjakan tugas sebagai auditor terhadap hasil kerja
yang di lakukan.
3. Ketidakpuasan dengan apa yang selama ini di hasilkan/terhadap hidup
(apa yang diraih)
4. Penurunan kinerja saat melakukan pekerjaan
5. Adanya deadline dalam menyelesaikan pekerjaan
6. Adanya ketidak sabaran dalam mengerjakan pekerjaan
7. Tekanan kerja dapat membuat ketidaklancaran dalam berkomunikasi
8. Tekanan kerja dapat menimbulkan mengambil keputusan yang salah
9. Konsentrasi pada satu pekerjaan pada waktu yang sama
10. Adanya kompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau
peristiwa yang non kompetitif.
B. Kompleksitas Tugas (X2)
Kompleksitas tugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sulitnya suatu
tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta
kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang
pembuat keputusan (Jamilah, et al 2007). Variabel kompleksitas tugas diukur
dengan 6 item pertanyaan yaitu:
1. Kejelasan tugas yang harus dan akan di kerjakan.
2. Mengerjakan setiap jenis tugas yang diberikan (dari bermacam-macam
tugas yang ada).
3. Pengetahuan tentang tugas yang diberikan harus dapat diselesaikan tepat
waktu.
4. Adanya ketidakjelasan atau membingungkan sejumlah tugas yang
berhubungan dengan seluruh fungsi bisnis yang ada.
5. Mengetahui dengan jelas pekerjaan mana yang harus dikerjakan secara
khusus.
6. Cara mengerjakan setiap jenis tugas yang harus di lakukan.
C. Gender (X3)
Gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
anggapan tentang peran sosial dan budaya perempuan dan laki-laki. Gender
merupakan variabel independen yang dibedekan menjadi dua kategori yaitu
pria dan wanita. Gender di ukur dengan skala nominal. Gender merupakan
variabel dummy dimana 1 = pria dan 0 = wanita.
D. Pengalaman Audit (X4)
Pengalaman audit merupakan suatu pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi dalam bertingkah laku baik dari pendidikan formal
maupun nonformal yang pernah dialami atau dijalani. Pengalaman kerja
menunjukan berapa lama agar supaya pekerja dapat bekerja dengan baik.
Disamping itu pengalaman kerja meliputi banyaknya jenis pekerjaan atau
jabatan yang pernah diduduki oleh seseorang dan lamanya mereka bekerja
pada masing-masing pekerjaan atau jabatan tersebut (Siagian, 2000). Variabel
pengalaman audit diukur berdasarkan 2 pertanyaan yaitu
1. Lama bekerja sebagai auditor, diukur berdasarkan nilai 1= <1 tahun, 2 =
2-4 tahun, 3 = 5-7 tahun, 4 = 8-10 tahun, 5 = 10 tahun lebih.
2. Jumlah kasus yang pernah ditangani diukur dengan nilai 1= < 2x, 2 =
3-7x, 3 = 8-11x, 4 = 12-15x, 5 = 15x lebih.
E. Pengetahuan (X5)
Pengetahuan merupakan tingkat pemahaman auditor terhadap sebuah
pekerjaan, secara konseptual atau teoritis. Variabel pengetahuan diukur
1. Program pelatihan yang pernah diikuti.
2. Buku-buku atau majalah-majalah audit dan keuangan yang pernah di
baca.
3. Pengalaman bekerja yaitu lamanya bekerja sebagai auditor
4. Diskusi audit dengan rekan sekerja
5. Tipe-tipe industri yang pernah diaudit
F. Audit Judment (Y)
Audit judgement merupakan kebijakan auditor dalam menentukan pendapat
mengenai hasil auditnya yang mengacu ada penentuan suatu gagasan,
pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, status atau peristiwa lainnya
(Jamilah, dkk 2007). Judgement merupakan cara pandang auditor dalam
menanggapi semua informan yang berhubungan dengan tanggung jawab dan
risiko audit yang dihadapi oleh auditor. Variabel audit judgement diukur
dengan 10 item pertanyaan yaitu:
1. Mencoba untuk mencegah akuntan internal ikut dalam pencatatan
informasi.
2. Mengijinkan akuntan internal ikut dalam pencatatan informasi.
3. Melawan instruksi pimpinan dan mencoba mencegah akuntan internal
ikut dalam pencatatan informasi.
4. Mengikuti instruksi pimpinan dalam mengijinkan akuntan internal
meneruskan pencatatan sampel pengujian.
5. Mengeluarkan pelanggan dari proses konfirmasi seperti yang diminta