A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pajak
Pajak menurut Prof. Rochmat Soemitro, SH adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang - undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal (kontra-prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo : 2003).
a. Ada dua fungsi pajak, yaitu :
1) Fungsi Budgeter, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran – pengeluarannya.
2) Fungsi Regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakasanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
b. Penggolongan Pajak
1) Berdasarkan golongan pajak, yaitu :
a) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tdak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
commit to user
18
2) Berdasarkan sifat pajak, yaitu :
a) Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
b) Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
3) Berdasarkan lembaga pemungutnya, yaitu :
a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. 2. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas Barang Kenak Pajak dan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean.
Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha. b. Impor Barang Kena Pajak
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean.
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
g. Kegiatan membangun sendiri yang tidak dilakukan dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan.
h. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN. Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
commit to user
20
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landas Kontinen yang didalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen), tarif ini dapat diubah dengan Peraturan Pemerintah serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen). Tarif PPN atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen).
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN adalah jumlah harga jual atau penggantian atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung PPN yang terutang.
3. Pengertian PKP dan Pedagang Eceran
Terhitung mulai tanggal 31 Maret 2008, berlaku Keputusan Menteri Keuangan Nomor 45/KMK.03/2008 sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 252/KMK.04/2002 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 memilih dikenakan Pajak dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Berdasarkan KMK Nomor 45/KMK.03/2008, Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi yang memilih dikenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Adapun
Pedagang Eceran yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto selama 1 (satu) tahun buku tidak lebih dari Rp. 1.800.000.000,00 (satu milyar delapan ratus juta rupiah) yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaan utamanya adalah melakukan usaha perdagangan dengan cara sebagai berikut :
a. Menyerahkan Barang Kena Pajak melalui suatu tempat penjualan
eceran seperti toko, kios atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir, atau dengan cara penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah.
b. Menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan di tempat penjualan secara eceran tersebut.
c. Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak atau lelang dan pada umumnya bersifat tunai, dan pembeli pada umumnya datang ke tempat penjualan tersebut langsung membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya.
commit to user
22
Dalam menghitung PPN yang terutang, PKP Pedagang Eceran dapat menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak dengan cara sebagai berikut :
a. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran adalah sebesar 10% X Harga Jual Barang Kena Pajak.
b. Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran adalah sebesar 10% X 20% X jumlah seluruh penyerahan barang dagangan.
Terhadap PKP Pedagang Eceran yang menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Pajak Keluaran dihitung dengan cara mengalihkan nilai peredaran bruto dan atau penerimaan bruto yang terutang Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak yang bersangkutan dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai.
b. Nilai peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
c. Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan ditetapkan sebagai berikut :
1) Untuk penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pedagang Eceran
dengan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, sebesar 80% (delapan puluh persen) dikalikan dengan Pajak Keluaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Untuk penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan Pengusaha
Kena Pajak selain Pedagang Eceran, sebesar 70% (tujuh puluh persen) dikalikan dengan Pajak Keluaran.
3) Untuk penyerahan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak,
sebesar 40% (empat puluh persen) dikalikan dengan Pajak
Keluaran.
4. Mekanisme Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPN
Pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN dilakukan oleh PKP penjual. Pemungutan dilakukan PKP penjual saat terjadi penyerahan BKP dan/atau JKP kepada pembeli. Pemungutan PPN dilakukan dengan cara membuat Faktur Pajak. Sehubungan dengan hal tersebut, PKP penjual membuat Faktur Pajak dengan jumlah PPN sebesar 10% dari Dasar Pengenaan PPN kepada PKP pembeli. Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007, penyetoran PPN dilakukan oleh PKP pemungut ke Kas Negara melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya. Pelaporan PPN yang telah dipungut dan dibayar ke Kas Negara dilakukan oleh PKP penjual dengan menyampaikan SPT Masa PPN dengan melampirkan SSP lembar ke-2 selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
commit to user
24
B. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan rumusan masalah sebelumnya, maka masalah yang akan dibahas dalam bab ini meliputi tiga hal, yaitu mencakup peranan Pengusaha Kena Pajak KLU Pedagang Eceran dalam penerimaan PPN . Dengan demikian dapat ditemukan masalah-masalah yang terjadi selama yang mempengaruhi penerimaan PPN dan cara untuk yang ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut.
1. Potensi Penerimaan PPN di KPP Pratama Karanganyar
Sektor ekonomi yang menonjol di KPP Pratama Karanganyar adalah perdagangan, jasa konstruksi dan industri besar. Potensi penerimaan pajak dari industri besar sangatlah tinggi mengingat kabupaten Karanganyar dan Sragen merupakan sentra industri besar. Potensi pajak dari industri besar berada di wilayah Jaten, Kebakkramat, Tuban dan Sidoharjo.
Data jumlah penerimaan dihitung sejak beroperasinya KPP Pratama Karanganyar, yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2008. Jumlah penerimaan PPN Dalam Negeri industri besar tersebut dapat dilihat berikut ini :
Tabel II.1
Jumlah Target dan Penerimaan PPN Dalam Negeri di KPP Pratama Karanganyar Tahun Target (dalam Rupiah) Penerimaan (dalam Rupiah) 2007 2008 0 80.395.730.000 27.463.470.122 137.246.799.734
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pada tahun 2007 penerimaan PPN di KPP Pratama Karangayar dikatakan lebih sedikit dibandingkan tahun 2008, jumlah penerimaan PPN yang di tabel II.1 jumlah penerimaan selama bulan Oktober sampai dengan Desember tahun 2007, hal disebabkan pada Oktober 2007 KPP Pratama Karanganyar baru dipindahan dari ex Karikpa Surakarta ke Gedung Megaria Jalan Raya Palur karena banjir bandang Sungai Bengawan Solo yang mengakibatkan sebagian besar dokumen hanyut terbawa banjir. Adapun, data jumlah WP di KPP Karanganyar sebagai berkut :
Tabel II.2
Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2007 dan 2008
Tahun Jumlah WP Jumlah
OP Badan 2007 2008 24.921 30.518 3.106 3.594 28.027 34.112
Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar
Berdasarkan Tabel II.2 dapat dilihat kenaikan jumlah WP dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 21,71%. Data jumlah PKP di KPP Pratama Karanganyar sebagai berikut :
Tabel II.3
Jumlah PKP di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2007 dan 2008
Tahun Jumlah PKP Jumlah
OP Badan 2007 2008 153 181 1.257 1.372 1.410 1.553
Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar
Berdasarkan tabel II.3 dapat dilihat kenaikan jumlah PKP dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar10,14%. Dari data jumlah PKP tahun 2008 sebanyak 181 yang menjadi PKP OP, sedangkan yang berstatus sebagai
commit to user
26
pedagang eceran hanya 139 WP atau 8,95% dari jumlah seluruh PKP yang terdaftar di KPP Pratama Karanganyar.
Tabel II.4
Jumlah Penerimaan PPN Sektor Perdagangan di KPP Pratama Karanganyar
Tahun 2007 dan 2008
Tahun Bulan Penerimaan
(dalam Rupiah) 2007 Oktober 2.036.968.023 November 2.149.212.881 Desember 2.261.457.739 Jumlah 6.447.638.643 2008 Januari 2.414.789.312 Februari 2.631.248.365 Maret 2.759.058.286 April 2.896.315.476 Mei 3.015.496.301 Juni 3.212.600.284 Juli 3.398.197.812 Agustus 3.535.195.300 September 3.632.612.005 November 3.914.821.674 Desember 4.019.642.113 Jumlah 39.225.135.364
Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar
Berdasarkan tabel II.4 dapat dihitung persentase kontribusi penerimaan PPN sektor perdagangan terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama Karanganyar dengan rumus :
y x
x 100%
Keterangan:
x = jumlah penerimaan PPN sektor perdagangan di KPP Pratama Karanganyar
y = jumlah penerimaan PPN dalam negeri di KPP Pratama Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sehingga, persentase kontribusi penerimaan PPN sektor perdagangan terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama Karanganyar untuk tahun 2007, dihitung dari bulan Oktober sampai dengan Desember adalah sebagai berikut : y x x 100% = 122 . 470 . 463 . 27 643 . 638 . 447 . 6 x 100% = 23,48 %
persentase kontribusi penerimaan PPN sektor perdagangan terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama Karanganyar untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut : y x x 100% = 734 . 799 . 246 . 137 364 . 135 . 225 . 39 x 100% = 28,58 %
Dari perhitungan diatas dapat dilihat, ada kenaikan kontribusi penerimaan PPN sektor perdagangan terhadap penerimaan PPN di KPP Pratama Karanganyar dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 5,10 %.
commit to user
28
Tabel II.5
Jumlah Penerimaan PPN KLU Pedagang Eceran di KPP Pratama Karanganyar
Tahun 2007 dan 2008
Tahun Bulan Penerimaan
(dalam Rupiah) 2007 Oktober 1.012.365.759 November 1.165.249.762 Desember 1.189.986.142 Jumlah 3.367.601.663 2008 Januari 1.204.420.798 Februari 1.323.546.721 Maret 1.367.842.695 April 1.468.510.369 Mei 1.675.253.744 Juni 1.789.334.651 Juli 1.985.354.210 Agustus 2.014.589.661 September 2.267.954.320 Oktober 2.386.535.423 November 2.768.542.152 Desember 2.863.487.526 Jumlah 23.115.372.270
Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar
Berdasarkan tabel II.5 dapat dihitung persentase kontribusi penerimaan PPN KLU pedagang eceran terhadap penerimaan PPN sektor perdagangan di KPP Pratama Karanganyar dengan rumus :
x u
x 100%
Keterangan:
u = jumlah penerimaan PPN KLU pedagang eceran di KPP Pratama
Karanganyar
x = jumlah penerimaan PPN sektor perdagangan di KPP Pratama Karanganyar
Sehingga, persentase kontribusi penerimaan PPN KLU pedagang eceran terhadap penerimaan PPN sektor perdagangan di KPP Pratama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Karanganyar untuk tahun 2007, dihitung dari bulan Oktober sampai dengan Desember adalah sebagai berikut :
x u x 100% = 643 . 638 . 447 . 6 663 . 601 . 367 . 3 x 100% = 52,23 %
persentase kontribusi penerimaan PPN KLU pedagang eceran terhadap penerimaan PPN sektor perdagangan di KPP Pratama Karanganyar untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut :
x u x 100% = 364 . 135 . 225 . 39 270 . 372 . 115 . 23 x 100% = 58,93 %
Dari perhitungan diatas dapat dilihat, ada kenaikan kontribusi penerimaan PPN KLU pedagang eceran terhadap penerimaan PPN sektor perdagangan di KPP Pratama Karanganyar dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 6,70 %.
Analisis terhadap tabel II.4 dan II.5 dapat diketahui peranan penerimaan PPN klu pedagang eceran terhadap PPN di KPP Pratama Karanganyar. Persentase kontribusi penerimaan PPN KLU pedagang eceran terhadap penerimaan PPN dalam negeri di KPP Pratama Karanganyar dengan rumus :
y u
x 100%
Keterangan:
u = jumlah penerimaan PPN KLU pedagang eceran di KPP Pratama
Karanganyar
commit to user
30
Sehingga, persentase kontribusi penerimaan PPN KLU pedagang eceran terhadap penerimaan PPN dalam negeri di KPP Pratama Karanganyar untuk tahun 2007, dihitung dari bulan Oktober sampai dengan Desember adalah sebagai berikut :
y u x 100% = 122 . 470 . 463 . 27 663 . 601 . 367 . 3 x 100% = 12,26 %
persentase kontribusi penerimaan PPN KLU pedagang eceran terhadap penerimaan PPN dalam negeri di KPP Pratama Karanganyar untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut :
y u x 100% = 734 . 799 . 246 . 137 270 . 372 . 115 . 23 x 100% = 16,84 %
Pada tahun 2007 PPN KLU pedagang eceran menyumbang 12,26% dari total penerimaan PPN, sedangkan tahun 2008 PPN klu pedagang eceran menyumbang 16,84% dari total penerimaan PPN di KPP Pratama Karanganyar. Ada kenaikan kontribusi penerimaan PPN KLU pedagang eceran terhadap penerimaan PPN dalam negeri di KPP Pratama Karanganyar dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 4,58 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Masalah yang Dihadapi dalam Penerimaan PPN di KPP Pratama
Karanganyar
KPP Pratama Karanganyar mengalami kendala dalam pengenaan PPN Pedagang Eceran. Permasalahan yang dihadapi antara lain :
a. Rendahnya potensi Wajib Pajak
Berdasarkan tabel II.3 jumlah PKP OP sampai dengan tahun 2008 yang terdaftar di KPP Pratama Karanganyar hanya sebanyak 181 PKP, dari jumlah PKP OP yang berstatus sebagai pedagang eceran hanya 139 WP. Selain itu, di wilayah KPP Pratama Karanganyar belum begitu banyak ditemukan Supermarket, Mall, Gerai atau sejenisnya sehingga penerimaan PPN atas Pedagang Eceran relatif kecil. Sebagian besar wilayah di KPP Pratama Karanganyar banyak terdapat industri besar, dan lahan pertanian.
b. Rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan PKL di KPP Pratama Karanganyar, kegiatan pelaporan SPT Masa, khususnya SPT Masa PPN, terkendala pada tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT Masa. Masih banyak Wajib Pajak yang tidak menyetor PPN. Selain itu, banyak ditemukan SPT Masa PPN yang salah cara pengisiannya dan tidak adanya lampiran-lampiran, seperti SSP lembar ke-2, yang dilampirkan di SPT Masa PPN yang dilaporkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ./2001. Minimnya sosialisasi tentang tata cara pengisian
commit to user
32
dan penyampaian SPT, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan serta Tata Cara Pengambilan Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan, oleh pihak KPP Pratama Karanganyar kepada Wajib Pajak berperan dalam tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT Masa PPN.
Kendala lain yang dihadapi oleh KPP Pratama Karanganyar adalah lambannya penatausahaan SPT yang telah dilaporkan. SPT yang telah diterima dibiarkan begitu saja tanpa tindak lanjut yang cepat dan tidak ditatausahakan berdasar bulan pelaporan, sehingga banyak SPT yang tercampur antara bulan yang satu dengan bulan yang lain. Selain itu, perekaman SPT dilakukan sangat lamban karena tidak adanya target perekaman SPT tiap bulannya, sehingga SPT menumpuk. Hal ini membuat penulis mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data jumlah pelaporan SPT Masa PPN, sehingga penulis hanya dapat menyajikan jumlah pelaporan SPT Masa PPN tahun 2007 mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel II.6
Pelaporan SPT Masa PPN Wajib Pajak KLU Pedagang Eceran di KPP Pratama Karanganyar Tahun 2007 dan 2008
Tahun Bulan Jumlah
SPT Nihil Jumlah SPT Kurang Bayar Jumlah SPT Lebih Bayar Total 2007 Oktober 28 10 32 110 November 32 46 34 112 Desember 30 39 40 109 2008 Januari 32 39 32 103 Februari 31 39 31 101 Maret 24 46 37 107 April 26 37 38 101 Mei 33 33 35 101 Juni 32 33 43 108 Juli 31 38 32 101 Agustus 28 35 37 100 September 35 48 31 114 Oktober 34 38 34 106 November 29 46 35 110 Desember 34 35 43 112
Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Karanganyar
Uraian analisis di atas menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN maupun pembayaran PPN oleh Wajib Pajak KLU pedagang eceran sangat kecil. Terlihat dari penerimaan yang selalu meningkat walaupun jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT tidak stabil. Akan tetapi, jika dianalisis lebih lanjut, hal tersebut berpengaruh terhadap kegiatan pengefektifan penerimaan PPN di KPP Pratama Karanganyar. Rata-rata tingkat kepatuhan Wajib Pajak Pedagang Eceran dalam pelaporan SPT Masa PPN dilakukan dengan rumus di bawah ini:
j i
commit to user
34
Keterangan:
i = rata-rata Wajib Pajak klu Pedagang Eceran yang melaporkan
SPT Masa PPN
j = jumlah Wajib Pajak klu Pedagang Eceran yang terdaftar di KPP
Pratama Karanganyar
Sehingga, tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN untuk tahun 2007, dihitung dari bulan Oktober sampai dengan Desember adalah sebagai berikut : j i x 100% = 125 110 x 100% = 88%
tingkat kepatuhan tahun 2008 adalah sebagai berikut :
j i x 100% = 139 105 x 100% = 75,54%
Rata-rata Wajib Pajak Pedagang Eceran yang melaporkan SPT Masa PPN pada tahun 2008 lebih sedikit dibanding dengan rata-rata wajib pajak yang melaporkan SPT Masa PPN pada tahun 2007. Meskipun demikian, penerimaan PPN Dalam Negeri sektor pedagang eceran secara keseluruhan lebih tinggi dibanding dengan penerimaan pada tahun 2007. Jumlah penerimaan PPN tahun 2008 akan meningkat lebih tinggi jika tingkat kepatuhan Wajib Pajak dan PKP terdaftar dalam melakukan pelaporan SPT Masa PPN dan pembayaran PPN terutang juga tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
c. Ekstensifikasi Wajib Pajak yang kurang maksimal
Masih banyak usaha yang bergerak di perdagangan eceran yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar yang telah memiliki peredaran bruto usaha tidak lebih dari Rp 1.800.000.000,00 tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi penerimaan PPN Dalam Negeri khususnya dari sektor pedagang eceran yang belum diefektifkan di KPP Pratama Karanganyar. Saat ini, seksi ekstensifikasi sedang melakukan berbagai langkah pendataan untuk menjaring lebih banyak Wajib Pajak di KPP Pratama Karanganyar. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan PKL di KPP Pratama Karanganyar, usaha tersebut bergerak sangat lamban karena jumlah anggota Seksi Ekstensifikasi di KPP Pratama Karanganyar sangat terbatas. Dari 7 orang anggota Seksi Ekstensifikasi, 5 orang adalah pegawai tetap dan 2 orang lainnya adalah pegawai honorer yang tentu saja keahliannya masih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dari 5 orang pegawai tetap tersebut, hanya 4 orang yang terjun di lapangan, 1 orang tidak dapat bekerja secara optimal karena alasan kesehatan. Selain itu, ekstensifikasi tersebut sejauh ini hanya dilakukan di kecamatan-kecamatan yang lokasinya relatif dekat dengan lokasi KPP Pratama Karanganyar. Secara tidak langsung, hal ini berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan PPN, khususnya dari perdagangan eceran. Usaha peningkatan penerimaan
commit to user
36
PPN terkendala lambannya usaha ekstensifikasi yang dilakukan di KPP Pratama Karanganyar.
3. Cara yang Ditempuh dalam Menghadapi Masalah yang Terjadi di KPP
Pratama Karanganyar
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi KPP Pratama Karanganyar dalam mengalami kendala dalam pengenaan PPN Pedagang Eceran, usaha yang dilakukan KPP Pratama Karanganyar dengan cara sebagai berikut : a. Redahnya potensi Wajib Pajak
Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan PKL di KPP Pratama Karanganyar, usaha yang dilakukan oleh KPP Pratama Karanganyar yaitu melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada WP. Sosialisasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Karanganyar berupa Talk Show, Iklan di Media Massa dan Media Cetak, Pamflet, Spanduk. Adapun penyuluhan dilakukan oleh staf KPP Pratama Karanganyar kepada Wajib Pajak dengan cara mendatangi kantor Wajib Pajak. b. Rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak
KPP Pratama Karanganyar melakukan himbauan dalam rangka peningkatan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak, himbauan tersebut bertujukan supaya Wajib Pajak segera menyetor pajak dan menyampaikan SPT sebelum batas waktu yang telah ditetapkan berdasarkan Undang – Undang Perpajakan. Himbauan tersebut mendapatkan hasil yang cukup baik, sebagian besar Wajib Pajak menyetor pajak dan menyampaikan SPT sebelum batas waktu, tapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
masih banyak Wajib Pajak yang telat menyetor pajak dan menyampaikan SPT setelah batas waktu yang telah ditetapkan, bahkan ada juga Wajib Pajak yang tidak membayar pajak.
c. Ekstensifikasi Wajib Pajak yang kurang maksimal
Usaha yang dilakukan KPP Pratama Kanganyar yaitu melakukan himbauan kepada anggota Ekstensifikasi KPP Pratama Karanganyar supaya kegiatan ekstensifikasi sejauh tidak hanya dilakukan di kecamatan-kecamatan yang lokasinya relatif dekat dengan lokasi KPP