• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI DAMPAK SOSIO-EKOLOGIS AKIBAT INDUSTR

6.8 Analisis Pembangunan Berkelanjutan

Menurut Sumarwoto dalam Sugandhy dan Hakim (2007), pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar, dan terencana dalam proses pembangunan, berbasis lingkungan hidup untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Menurut Prof. Dr. Emil Salim dalam Utomo (tanpa tahun), pembangunan berkelanjutan (sustainable development) diartikan sebagai suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber

daya manusia dengan menyerasikan sumber alam dan manusia dalam pembangunan.

Menurut Salim, konsep pembangunan berkelanjutan didasari oleh lima ide pokok besar yaitu pertama, proses pembangunan harus berlangsung secara berlanjut, terus-menerus, dan kontinyu, yang ditopang oleh sumber daya alam, kualitas lingkungan, dan manusia yang berkembang secara berlanjut pula. Kedua, sumber daya alam (terutama udara, air, dan tanah) memiliki ambang batas, di mana penggunaannya akan menurunkan kuantitas, dan kualitasnya. Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Keempat, bahwa pola penggunaan sumber daya alam saat ini seharusnya tidak menutup kemungkinan memilih pilihan lain di masa depan. Kelima, pembangunan berkelanjutan mengandaikan solidaritas transgenerasi, sehingga kesejahteraan bagi generasi sekarang tidak mengurangi kemungkinan bagi generasi selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraannya pula.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, industri yang berada di Kampung Tangsi terlihat dari aspek ekonomi tidak memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar kawasan. Hal ini disebabkan oleh kesempatan bekerja bagi masyarakat asli tidak berhubungan dengan hadirnya industri, sedangkan untuk masyarakat pendatang kesempatan bekerja di perusahaan sangat luas meskipun pendapatan yang dihasilkan dari bekerja tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari. Pada aspek sosial, hadirnya industri tidak mempengaruhi hubungan sosial masyarakat baik sesama masyarakat lokal maupun antar masyarakat lokal dengan pendatang. Hal ini terlihat dari beberapa pendapat masyarakat yang mengatakan hubungan antar sesama masyarakat lokal atau antar masyarakat lokal dengan pendatang masih terjalin kontak dan komunikasi serta peduli dan masih suka membantu. Meskipun terdapat kegiatan sosial seperti arisan, pengajian, dan gotong royong membersihkan lingkungan, hal tersebut sudah terjalin sebelum datangnya industri.

Pada aspek ekologi, industri yang berada di Kampung Tangsi menghasilkan polutan yang mencemari lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan dari hasil olahan besi dan baja dikeluarkan industri sehingga mencemari air tanah

80

di sekitar wilayah Kampung Tangsi, sehingga masyarakat tidak seharusnya menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti minum, mencuci, dan mandi. Selain itu, hasil dari olahan besi dan baja juga menghasilkan asap dari pembakaran yang dilakukan dan dikeluarkan melalui cerobong asap sehingga mengganggu udara di wilayah Kampung Tangsi. Pengolahan besi dan baja tersebut juga menghasilkan suara yang mengganggu pendengaran masyarakat Kampung Tangsi baik dalam melakukan aktivitas ataupun dalam beristirahat. Polutan yang mencemari air, udara, maupun suara tersebut sangat mengganggu kesehatan masyarakat Kampung Tangsi yang berada di wilayah tersebut. Penyakit yang biasa terjadi pada masyarakat adalah gatal- gatal dan sesak napas. Pencemaran tersebut apabila terus terjadi dalam hidup manusia akan membahayakan kesehatan masyarakat untuk waktu yang akan datang. Pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat sebagian hanya dilakukan oleh masyarakat yang pendapatannya tinggi dan masyarakat yang bekerja di perusahaan yang mendapat tunjangan kesehatan seperti pengobatan gratis.

7.1 Kesimpulan

Perkembangan industri yang semakin pesat memberikan dampak bagi kehidupan manusia. Dampak tersebut terjadi pada aspek sosial ekonomi dan sosial ekologi. Dampak sosial ekonomi terlihat dari kesempatan kerja setelah adanya industri. Kehadiran para pendatang yang ingin bekerja di perusahaan mempengaruhi kesempatan kerja bagi masyarakat lokal yang semakin berkurang. Hal tersebut akan berpengaruh juga pada tingkat pendapatan masyarakat. Berdasarkan data pendapatan yang diperoleh dari masyarakat Kampung Tangsi diketahui bahwa rata-rata pendapatan masyarakat berada jauh dibawah garis kemiskinan apabila dibandingkan dengan standar garis kemiskinan menurut World Bank yaitu USD 2/kapita/hari atau kira-kira Rp 18.000,00/kapita/hari yaitu sebesar Rp 9.905 perkapita per hari. Kehadiran industri tidak hanya memberikan dampak negatif, dampak positif dari hadirnya industri yaitu menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Kehadiran para pendatang di Kampung Tangsi tidak berdampak besar pada hubungan masyarakat. Hubungan masyarakat baik masyarakat lokal maupun pendatang masih terjalin komunikasi bahkan sering melakukan interaksi seperti pengajian, arisan, dan gotong royong membersihkan lingkungan.

Pada aspek sosial ekologi, kegiatan industri yang menghasilkan buangan atau limbah memberikan pengaruh buruk bagi lingkungan hidup. Seperti kualitas air yang semakin menurun akibat pencemaran logam berat, kualitas udara akibat asap dan debu yang ditimbulkan oleh pengolahan besi dan baja serta kendaraan kontainer dan truk yang melintas di jalan sekitar rumah warga, serta polusi suara yang ditimbulkan oleh mesin produksi dan kendaraan kontainer dan truk. Pencemaran tersebut selanjutnya akan mempengaruhi kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar wilayah indutri, yaitu meningkatnya jumlah masyarakat yang mengidap penyakit seperti sesak napas dan gatal-gatal. Hadirnya industri dilihat dari aspek ekologi memberikan dampak buruk bagi kehidupan sosial masyarakat. Pencemaran yang terjadi membuat masyarakat mengeluh dan merasa tidak

82

nyaman dengan kehidupan, tetapi karena masyarakat bergantung hidup pada pendapatan dari hadirnya industri sehingga hanya bisa menerima.

7.2 Saran

Terdapat beberapa saran yang terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan, diantaranya:

1. Menurunnya kualitas lingkungan akibat dari kegiatan industri mempengaruhi kehidupan manusia sehingga diperlukan perbaikan prosedur lingkungan yang baik dari pihak industri. Manajemen perusahaan seharusnya mengelola kegiatan industri dengan baik agar kesejahteraan masyarakat serta kondisi lingkungan dapat terjaga dan teknologi yang digunakan seharusnya memenuhi standar kualitas lingkungan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan, baik air, udara maupun suara.

2. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri akan mempengaruhi kualitas lingkungan dan kualitas hidup manusia dalam jangka panjang, oleh sebab itu diperlukan adanya pengontrolan dari pemerintah mengenai hasil buangan yang diakibatkan kegiatan industri.

Abu H. 2008. Pengoragnisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model & Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora.

Andrianto D. 2009. http://aanforsmart.blogspot.com/2009/07/konsep- pembangunan-berkelanjutan.html. diunduh pada tanggal 13 Desember 2011 jam 14.30

Anonim. 2009. Dampak Industrialisasi Di Indonesia. Jakarta http://uwityangyoyo.wordpress.com/jurnal-lingkungan/ diunduh pada tanggal 14 November 2010, jam 14. 25

Asmah. 2010. Dampak Kemajuan Investasi Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup. Makassar [ID]: Universitas Sawerigading.

Dilla S. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Djojohadikusumo S. 1960. Ekonomi Pembangunan. Jakarta [ID]: PT Pembangunan.

Emil Salim. 2010. Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Everest MR. 2006. Komunikasi dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Gibson, James L. et al. 1977. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Alih bahasa oleh Adriani. Jakarta [ID]: Binarupa Aksara.

Handoko M. 1998. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta [ID]: Kanisius.

Harmayani KD, Konsukarta IGM. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh, Studi Kasus Banjar Ubung Sari, Kelurahan Ubung. Jurnal Permukiman Natah Vol. 5, No. 2. Hendrawan D. 2005. Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta. Jakarta [ID]:

Universitas Trisakti.

Kartodiharjo H, Jhamtani H. 2006. Politik Lingkungan dan kekuasaan di Indonesia. Jakarta [ID]: PT Equinox Publishing Indonesia.

84

Latief C. dkk. 1991. Penyajian Informasi Lingkungan: Bekasi International Industrial Estate PT Hyundai Inti Development. Jakarta [ID]: PT Gold Hill. Macklin B. 2009. Strategi Pembangunan Ekonomi Melalui Pemanfaatan Sumber

Daya Alam. http://onlinebuku.com/2009/05/05/strategi-pembangunan- ekonomi-melalui-pemanfaatan-sumber-daya-alam diunduh pada tanggal 3 Februari 2011jam 14.45

Mardiyaningsi DI. 2003. Industri Pariwisata dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Lokal: Kasus Dua Desa Di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Mediansyah SR. 2009. Analisis Sosial-Ekonomi dari Pencemaran Lingkungan DAS Cikijing (Studi Kasus Rumahtangga Desa Bojongloa, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Novran MD. 2009. Dampak Pembangunan Tehadap Sumber Daya Air. Skripsi. Bengkulu [ID]: Universitas Bengkulu.

Poppo A, et al. 2008. Studi Kualitas Perairan Pantai di Kawasan Industri Perikanan, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jemrana. Skripsi. Bali [ID]: Universitas Udayana.

Rahayu SS. 2009. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia- industri/limbah-industri/limbah-cair/ diunduh pada tanggal 3 Februari 2011 Jam 15.00

Satria A. 2010. Ekologi-Politik Banjir. Bogor [ID]: Kompas.

Soemarwoto O. 1991. Berbagai Tonggak Pemikiran: Ekologi dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Bandung [ID]: Panitia Penghormatan Purnabakti.

Sudiran FL. 2005. Instrumen Sosial Masyarakat Karangmumus Kota Samarinda dalam Penanganan Sampah Domestik. Jurnal, Sosial Humaniora, Vol.9, No. 1.

Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Cetakan I. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhandi A. 1989. Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Akibat Perubahan Industri (Studi Kasus: Jawa Barat). Jakarta [ID]: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Supardi I. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Cetakan Ke-3. Bandung [ID]: PT Alumni.

Tambunan TTH. 2001. Industrialisasi di Negara sedang Berkembang. Jakarta [ID]: Ghalia Indonesia.

Totok M. 2010. Pembangunan Komunikasi. Sukoharjo: Sebelas Maret University Press.

Utomo, Widodo. Tanpa Tahun. Keseimbangan Kepentingan Ekonomis dan Ekologis dalam Menunjang Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Makalah. Bandung: Universitas Padjadjaran (UNPAD). http://aanforsmart.blogspot.com/2009/07/konsep-pembangunan- berkelanjutan.html di unduh pada tanggal 13 Desember 2011 pukul 14.15 Wacana P. 2009. Bencana Ekologi Sebagai Dampak Perubahan Iklim Global dan

Upaya Peredaman Risiko Bencana. Jakarta [ID]: Kompas.

Wardhana WA. 2004. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta [ID]: Andi.

Zulkarimen N.2000. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya.Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lampiran 1

Tabel 1. Daftar Responden Kampung Tangsi, Desa Sukadanau Tahun 2011

No. Nama No. Nama

1. EDN 21. LUI 2. NMN 22. SMD 3. KRA 23. MHI 4. KRA 24. JRD 5. YAI 25. SRA 6. YUI 26. CRI 7. MSH 27. MMN 8. SKM 28. YNH 9. JLN 29. AUS 10. SMA 30. RNI 11. SNI 31. MSR 12. SAT 32. IUM 13. WDD 33. YHA 14. SMN 34. GMN 15. KMN 35. PRN 16. JII 17. LPH 18. TRN 19. DYT 20. DDI

88

Lampiran 2

Tabel 2. Jadwal Penelitian di Desa Sukadanau Tahun 2011

Rencana Kegiatan Bulan Fe brua ri M are t

April Mei Juni Juli Agus

tus Se pte mbe r Oktobe r Nove mbe r De se mbe r Penyusunan proposal penelitian Kolokium Penyempurnaan proposal dan instrumen penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Ujian skripsi Perbaikan laporan penelitian

Lampiran 3

90

Lampiran 4

The manufacturing industry is a business or activity processing the raw materials or intermediate goods into finished goods that have value added to profit. Activities of manufacturing industry was providing both positive and negative impacts on the social aspects of economic and social ecology. The purpose of this study was to clarify the effect of manufacturing activities on socioeconomic aspects of the community and explain the impact of manufacturing activities on the social aspects of ecology. The results showed that industrial activity affects the socio-economic aspects. This is evident from the increasing number of immigrants who want to work in a company that manages the iron and steel, so the opportunity to work less and less as well. On the social aspect of ecology, industrial activities that produce waste or waste cause environmental changes such as the condition of the air is getting hot, arid and dusty, metal-contaminated water quality, noise pollution caused by production machinery and vehicles transporting processed. Of these environmental changes will affect the health of communities living around industrial areas that declined. In addition, environmental changes also resulted in public complaints.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut Macklin (2009), pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk meningkatkan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk pendapatan nasional. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi dipacu melalui upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi akan berdampak untuk memperlancar proses pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Faktor tersebut diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Praktik pembangunan di banyak negara, setidaknya pada tahap awal pembangunan umumnya berfokus pada peningkatan produksi. Meskipun banyak berbagai pemikiran, pada dasarnya yang utama dalam pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan melakukan industrialisasi. Peranan sumber daya manusia (SDM) dalam strategi semacam ini hanyalah sebagai “instrumen” atau salah satu “faktor produksi” saja. Manusia ditempatkan sebagai posisi instrumen dan bukan merupakan subyek dari pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan produktivitas telah mereduksi manusia sebagai penghambat maksimisasi kepuasan maupun maksimisasi keuntungan (Djojohadikusumo, 1960).

Pembangunan industri merupakan salah satu strategi pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera

lahir batin, sebagai landasan bagi pembangunan tahap berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Selain berperanan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produktivitas masyarakat, pembangunan industri juga berperan menciptakan lapangan usaha serta memperluas kesempatan kerja, meningkatkan serta menghemat devisa, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan serta memeratakan pendapatan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Proses industrialisasi dalam pembangunan industri juga penting dalam mendukung berlangsungnya perubahan tata nilai masyarakat dan pranata sosial yang lebih dinamis dan berkualitas (Supardi, 2003).

Perkembangan industri banyak terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia. Misalnya industri manufaktur, industri pertambangan, industri pariwisata, industri pertanian dan peternakan. Adanya pembangunan dengan kemajuan teknologi yang terbawa oleh industrialisasi akan membawa dampak pada kehidupan manusia seperti dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan akan berdampak positif maupun negatif. Dampak positif, dapat dilihat dari kemajuan pembangunan yang menambah anggaran negara. Sedangkan dampak negatif terlihat jelas bahkan telah dirasakan oleh sebagian penduduk dunia adalah kerusakan lingkungan baik di tingkat lokal maupun di tingkat global. Kerusakan atau degradasi lingkungan juga dapat menurunkan laju pembangunan ekonomi tingkat produktivitas sumber daya alam yang semakin berkurang, munculnya berbagai masalah kesehatan dan gangguan kenyamanan hidup serta perubahan yang ditimbulkan dari pembangunan itu sendiri seperti sering terjadi konflik antar sesama manusia, persaingan dalam mencari pekerjaan serta kerusakan ekologi karena teknologi yang tidak ramah lingkungan.

Menurut Supardi (2003), pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas penyebab efek rumah kaca adalah suatu keniscayaan. Perkembangan industri dan pembangunan di seluruh dunia banyak ikut andil dalam penciptaan pemanasan global. Meskipun tidak sedikit juga upaya untuk menekan atau mencegah peningkatan pemanasan global, baik di level internasional, nasional,

3

maupun lokal. Pemanasan global dan perubahan iklim mempersulit kehidupan masyarakat pada umum, padahal sumbangan mereka terhadap emisi gas rumah kaca sangat sedikit dibandingkan Negara-negara industri. Menurut Toruan dalam Oetama (1990) gejala memanasnya bola bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect) akibat menipisnya lapisan ozon, menciutnya luas hutan tropis, dan meluasnya gurun, serta melumernnya lapisan es di Kutub Utara dan Selatan Bumi dapat dijadikan sebagai indikasi dari terjadinya pencemaran lingkungan kerena penggunaan energi dan berbagai bahan kimia secara tidak seimbang. Hal tersebut diindikasikan oleh teknologi yang semakin maju.

Pembangunan yang menggunakan lahan, misalnya industri, telah menimbulkan masalah konversi lahan yang rawan dan menaikan tekanan penduduk yang selanjutnya akan meningkatkan laju kerusakan lingkungan. Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai sebagaimana mestinya. Teknologi yang lahir akibat era globalisasi, sehingga membawa masyarakat untuk terus mengadakan pembangunan yang akhirnya akan berakibat pada lingkungan. Apalagi teknologi yang digunakan tidak ramah lingkungan, sehingga lingkungan akan semakin rusak (Supardi, 2003).

Menurut Kristanto (2004) faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertambahan penduduk), sebab dengan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan pangan, bahan bakar, pemukiman, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lain juga akan meningkat pula, yang pada akhirnya akan meningkatkan limbah domestik maupun limbah industri, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup, terutama di Negara sedang berkembang, dimana tingkat ekonomi dan tingkat penguasaan teknologi masih rendah.

Salah satu kawasan industri besar di Indonesia adalah Kecamatan Cibitung, Kabupaten Cikarang Barat yang termasuk juga Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini merupakan kawasan yang tingkat pencemaran limbahnya tinggi karena berbagai industri misalnya seperti industri obat-obatan, makanan, ban atau karet, terletak disana, sehingga banyak mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di berbagai sektor. Seperti perubahan ekologis dan sosio- ekonomi masyarakat yang hidup di sekitar kawasan industri tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Negara-negara sedang berkembang secara umum keadaannya sangat berbeda dengan Negara-negara maju. Tingkat hidup masih rendah, produksi bahan makanan masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya sehingga kekurangan pangan masih sering terjadi, bahaya erosi, kekeringan dan banjir merupakan ancaman yang hampir terjadi setiap tahun. Dengan kondisi tersebut diatas, untuk memecahkan atau paling tidak mengurangi masalah tersebut Negara-negara berkembang, harus melaksanakan pembangunan. Tanpa pembangunan, kesejahteraan Negara-negara berkembang akan semakin menurun, yang pada akhirnya akan membawa kehancuran. Karena sebagian dari pembangunan tersebut membutuhkan teknologi tinggi, misalnya bendungan, pelabuhan, industri untuk mengolah sumberdaya alam, maka negara-negara berkembang tidak dapat menolak penggunaan teknologi tinggi. Walaupun pembangunan dapat memecahkan sebagian masalah sebagaimana disebutkan di atas, namun pengalaman menunjukan bahwa pembangunan dapat dan telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan adanya dampak negatif tersebut maka perlu diperhatikan lagi bentuk kebijaksanaan dan corak pembangunan yang akan dilaksanakan (Supardi, 2003).

Pembangunan pada suatu negara berkembang selalu didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Semakin banyak negara tersebut memiliki sumberdaya alam dan memanfaatkannya dengan seefisien mungkin, maka semakin baik harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi yang baik untuk jangka panjang. Tujuan pembangunan suatu negara pada dasarnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, atau dengan kata

5

lain meningkatkan kualitas hidup. karena kualitas hidup berkaitan dengan kualitas lingkungan, sedangkan lingkungan merupakan sumberdaya, maka kualitas hidup juga berkaitan dengan sumberdaya. Jadi pada intinya pembangunan merupakan suatu upaya untuk dapat meningkatkan manfaat yang didapat dari sumberdaya Supardi, 2003).

Manusia sebagai subjek dan objek pembangunan merupakan sumberdaya utama pembangunan yang akan menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan yang dilaksanakan. Keberhasilan suatu pembangunan pada dasarnya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas sumberdaya manusianya. Penduduk yang terlalu padat akan membuat setiap orang menggunakan persediaan yang ada di bumi seperti air, tanah, bahan bakar, logam, bahan makanan, dan yang pada akhirnya akan mengakibatkan semua sumber tersebut habis jika tidak digunakan seefisien dan sebijaksana mungkin (Kristanto, 2004).

Manusia banyak menciptakan gaya hidup yang bersifat konsumtif sehingga mendorong terciptanya kesenjangan sosial pada masyarakat negara tersebut. Gaya hidup konsumtif dan kesenjangan sosial merupakan kondisi lingkungan yang tidak mendukung pembangunan. Sebagai bagian dari lingkungan hidupnya, maka kualitas sumberdaya manusia harus pula mencakup sikapnya terhadap lingkungan (Kristanto, 2004).

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, terus mendukung dilaksankannya pembangunan karena tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi disamping itu, pemerintah negara khususnya negara berkembang kurang memperhatikan kualitas lingkungan dengan adanya pembangunan tersebut, karena hanya bermotif ekonomi. Oleh karena itu pemerintah harus lebih mencanangkan program pembangunan ramah lingkungan agar kualitas lingkungan tetap terjaga (Supardi, 2003).

Pembangunan yang banyak dilakukan dalam bidang industri banyak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Permasalahan yang ditimbulkan oleh perkembangan industri dalam pembangunan perlu mendapatkan perhatian besar karena dampak yang ditimbulkan mencakup ketahanan hidup manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri sangat terlihat jelas, baik bagi

masyarakat maupun lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu upaya nyata dalam mengatasi dampak tersebut dengan kerjasama antar berbagai stakeholder. Hal ini disebabkan agar para pemangku kepentingan dapat mengendalikan dampak negatif yang ditimbulkan akibat pembangunan. Studi pustaka ini berfokus pada perkembangan industri manufaktur yang banyak

Dokumen terkait