• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penawaran Daging Sapi di Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6 Analisis Penawaran Daging Sapi di Sumatera Utara

perhitungan SPSS 18 for Windows (Lampiran 4-Tabel Correlations) terdapat hubungan

yang kuat antara penawaran daging dengan harga daging (0.877); penawaran daging dengan harga sapi (0,871); penawaran daging dengan jumlah populasi sapi (0.824); penawaran daging dengan jumlah sapi import (0.894); penawaran daging dengan daging impor (0.828) dan penawaran daging dengan jumlah sapi yang di inseminasi (0.877). Santoso (2010) menyatakan bahwa besarnya hubungan (koefisien korelasi) tersebut berkisar antara -1 sampai dengan 1, dimana nilai 1 dan -1 memiliki hubungan yang sempurna. Dengan demikian urutan keeratan dari tertinggi hingga terendah adalah: jumlah sapi impor, harga daging, jumlah sapi yang di inseminasi, harga sapi, daging import dan jumlah populasi sapi.

Lampiran 4 - Tabel Corelations juga memperlihatkan bahwa tingkat signikansi (sig 2 - tailed) koefisien korelasi dua sisi (diukur dari probabilitas) menghasilkan angka 0.003 dan 0.001, jauh diangka 0.01 maka terbukti korelasi sangat nyata (**).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan

menggunakan SPSS 18 for windows (Lampiran 4 - Tabel Model Summary), diketahui

bahwa penawaran daging secara simultan dapat dijelaskan hampir secara sempurna = 95.7 persen (R square = .957) oleh jumlah sapi impor, harga daging dan jumlah sapi yang di

inseminasi, harga sapi, daging import dan jumlah populasi Sapi. Sedangkan sisanya 4.3 persen ditentukan oleh varibel lain yang tidak termasuk dalam perhitungan.

Lampiran 4 - Tabel Model Summary memperlihatkan bahwa Standar Error of the

Estamet dari variabel penawaran daging (QS) adalah 1229.694, lebih kecil dari Standard Deviation-nya yaitu 3418.905 (Lampiran 2-Tabel Descriptive Statistics). Karena lebih kecil dari standard deviasi maka model regresi yang dihasilkan lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor penawaran daging dari pada rata-rata penawaran daging itu

sendiri (Santoso, 2010). Uji Anova atau F test, (Lampiran 4 - Tabel Anova)

memperlihatkan bahwa nilai F adalah 11.095 dengan tingkat signifikansi 0,037. Karena probabilitas (0,037) lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ganda bisa dipakai untuk memprediksi penawaran daging. Atau dapat dikatakan variabel harga daging sapi; harga sapi; populasi sapi; sapi import; daging impor; dan sapi yang di inseminasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel jumlah penawaran daging sapi.

Lampiran 4-Tabel Cofficients,

memperlihatkan model persamaan linier penawaran daging (QS) adalah:

QS = 10102.334 + 0.015HD – 0.002HS – 0.010JS + 0.236SI + 0.068DI + 0.199IB

Dimana : QS

= Jumlah penawaran daging (Ton) HD = Harga

daging sapi (Rp/kg) HS = Harga sapi hidup

(Rp/ekor) JS = Jumlah populasi sapi (ekor)

SI = Jumlah impor sapi (ekor)

DI = Jumlah impor daging sapi (kg)

IB = Sapi yang di inseminasi (ekor)

Apabila kita perhatikan bahwa koefisien dari harga daging sapi (HD) adalah 0,015 , hal ini berarti apabila harga daging sapi naik Rp. 1.000 per kg maka jumlah penawaran akan naik 15 ton, demikian sebaliknya. Hal ini sesuai dengan dasar teorinya hukum penawaran (law of supply) menyebutkan bahwa, jika semua dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah penawarannya akan meningkat, dan ketika harganya turun, maka jumlah penawarannya akan ikut menurun. Dapat dikatakan bahwa jumlah penawaran berhubungan positif dengan harga.

Koefisien harga sapi hidup (HS) adalah –0,002, hal ini berarti peningkatan harga sapi Rp 100.000 per ekor akan mengakibatkan berkurangnya penawaran daging sapi sebesar 200 ton. Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi yang menyatakan bahwa jika harga input produksi (dalam hal ini sapi sebagai bahan baku daging) turun maka penawaran daging sapi akan naik, demikian sebaliknya. Hal ini dikarenakan apabila harga input produksi turun maka produsen akan menjual lebih banyak pada tingkat harga yang sama, atau menjual dalam jumlah yang sama pada tingkat harga yang lebih rendah

(Hanafie,2010). Koefisien jumlah populasi sapi (JS) adalah –0,010, hal ini berarti

peningkatan populasi sebesar 1.000 ekor tidak membuat jumlah penawaran daging sapi meningkat, bahkan justru menurun sebesar 10 ton. Hal ini dapat di pahami karena sebagian besar (87.08%) sumber penawaran sapi berasal dari peternakan rakyat. Dimana tujuan utama pemeliharaan tidaklah murni untuk usaha produksi, melainkan untuk tabungan. Perencanaan penjualan tidak dilakukan peternak sehingga respon penawaran tidak diperhatikan oleh peternak. Soedjana (2005) menyatakan bahwa bagi peternakan rakyat, keputusan untuk menjual semata-mata hanya didasarkan kepada keadaan dimana atau kapan mereka membutuhkan uang tunai. Selanjutnya disebutkan bahwa, keterbatasan kemampuan memasarkan dan rendahnya produktivitas ternak (rendahnya pertambahan berat badan) adalah beberapa alasan rendahnya respons peternak terhadap peningkatan

penawaran daging sapi. Koefisien jumlah import sapi

(SI), jumlah impor daging (DI) sapi dan banyaknya sapi betina yang di inseminasi (IB), masing-masing adalah 0,236; 0,068 dan 0,199. Hal ini berarti peningkatan 1.000 ekor sapi impor akan menyebabkan peningkatan penawaran daging sapi sebesar 236 ton. Peningkatan pemasukan daging import sebesar 1.000 kg akan mengakibatkan peningkatan penawaran 68 ton. Peningkatan jumlah sapi yang di inseminasi sebesar 1.000 ekor akan mengakibatkan peningkatan jumlah penawaran 199 ton. Ketiga variabel ini dapat dikatakan berhasil meningkatkan jumlah penawaran sapi di Sumatera Utara. Hal ini dapat dipahami karena ketiga pelaku dari jenis ini relatif lebih maju (lebih merespon peningkatan penawaran daging) dan berorientasi kepada keuntungan, sehingga konstribusi ketiganya relatif lebih berpengaruh terhadap peningkatan penawaran daging sapi di Sumatera Utara. Bahkan kualitas sapi import lebih cepat terserap oleh pasar karena dari segi kualitas daging yang dihasilkan relatif lebih bagus dari sapi lokal. Daging impor juga dapat terserap lebih

cepat karena untuk item karkas tertentu mempunyai harga yang relatif lebih murah dan banyak digunakan sebagai bahan baku oleh industri pengolahan, hotel dan restoran. Trend meningkatnya jumlah sapi yang di inseminasi diharapkan juga dapat meningkatkan jumlah kelahiran anak hasil inseminasi, sehingga pada akhirnya meningkatkan kualitas dan

kuatitas sapi bakalan. Secara ringkas pada Tabel 12 akan diberikan

hubungan antara variabel dan tanda koefisien model penawaran daging di Sumatera Utara. Taraf signifikansi (significance levels) menunjukkan angka 20%, artinya hasil penelitian ini ada kemungkinan sebanyak 0.20 (20%) secara kebetulan benar. Jadi, jika ada 100 data, maka ada 20 data hanya secara kebetulan saja benar. Atau taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80% yang bisa diyakini. Dalam penelitian sosial dan ekonomi para ahli sepakat bahwa taraf kepercayaan 80% masih dapat digunakan.

Tabel 12. Hubungan antara Variabel dan Tanda Koefisien dari Model Penawaran Daging di Sumatera Utara

Variabel Notasi Parameter Analisis sig

Dugaan Regresi Ganda

Penawaran Daging Sapi QSt

1 Harga Daging Sapi HDt b1 + tn

2 Harga Sapi Hidup HSt b2 - n

3 Jumlah Populasi Sapi JSt b3 - tn

4 Jumlah Impor Sapi SIt b4 + n

5 Jumlah Daging Impor DIt b5 + n

6 Jumlah Sapi Yg Di Inseminasi IBt b6 + n1

Keterangan : + = Nilai > 0 – =

Nilai < 0 n = nyata pada taraf 20%

n1 = nyata pada taraf 50%

tn = tidak nyata pada taraf 20%

Lampiran 4-Tabel Coefficients memperlihatkan bahwa kita melakukan Uji t untuk menguji sigfikansi konstanta dan variabel terikat penawaran daging sapi. Dari tabel tersebut terlihat nilai sig ada diatas 0.05 . Hal ini berarti tak satupun varibel bebas dapat secara individu dapat mempengaruhi secara signifikan jumlah penawaran daging.

4.7. Analisis Elastisitas Daging Sapi di Sumatera Utara

Dokumen terkait