HASIL DAN PEMBAHASAN
5.6 Analisis Pendapatan Pelaku Pemasaran Kayu Rakyat
Analisis pendapatan pada pelaku pemasaran dapat dilakukan diantaranya petani, pedagang pengumpul, dan industri penggergajian. Pada penelitian ini analisis dilakukan untuk mengetahui pendapatan pada setiap pelaku pemasaran kayu rakyat.
5.6.1 Analisis Pendapatan Petani Hutan Rakyat
Pada umumnya petani mendapatkan pendapatan dari hasil panen padi yang dapat dipanen dua kali selama satu tahun. Kayu yang dijual oleh petani pada
umumnya jenis sengon yang telah masak tebang. Harga beli kayu sengon rata-rata Rp 600.000/m³ dari petani. Kayu yang dijual rata-rata memiliki diameter 20-29 cm yang masuk kedalam kualitas OD. Untuk saat ini kualitas OP dengan diameter 10-19 cm dianggap masih kecil oleh petani sehingga akan menghasilkan harga yang lebih murah. Sedangkan kualitas OGD dengan diameter > 30 cm up, jarang sekali petani menghasilkan kayu dengan diameter yang besar karena kebutuhan petani tidak dapat diduga.
Berdasarkan analisis data primer yang diperoleh dari responden petani hutan rakyat, diketahui bahwa pendapatan rata-rata petani yang diperoleh dari hasil hutan rakyat per tahunnya sebesar 31,5% dari total pendapatan petani. Tabel 16 dibawah ini merupakan tabel analisis pendapatan petani hutan rakyat di kedua desa.
Tabel 16 Pendapatan petani hutan rakyat pada masing-masing desa
Desa N Sumber Pendapatan (Rp/tahun) Total (Rp)
Sawah (%) Kayu Rakyat (%)
Margajaya 30 115.600.000 70 50.560.000 30 166.160.000
Sidamulih 30 115.800.000 67 56.310.000 33 172.110.000
Jumlah 60 231.400.000 106.870.000 338.270.000
Rata-rata 3.856.667 68,5 1.781.167 31,5 5.637.834
Tabel 16 menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata setiap petani dari kedua sumber pendapatan sebesar Rp 5.637.834/tahun. Pendapatan yang diperoleh dari hasil kayu rakyat pertahunnya sebesar Rp 1781.167 atau setara dengan 31,5%, sedangkan pendapatan dari hasil sawah sebesar Rp 3.856.666/tahun atau setara dengan 68,5%. Data tersebut menunjukkan bahwa kontribusi nilai ekonomi hutan rakyat relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan karena masa panen sawah lebih cepat dua kali dalam satu tahun, sedangkan kayu rakyat dapat dipanen jika pohon sudah lebih dari lima tahun.
Namun hutan rakyat tetap dipelihara dan dilestarikan, karena dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang sifatnya mendadak. Selain itu masyarakat menyadari dengan adanya hutan rakyat dapat menjaga kesuburan tanah dan menjaga agar tidak terjadi erosi. Tanaman yang berada di bawah tegakan kayu
pun dapat membantu penghasilan keluarga, karena tanaman dibawah tegakan tidak akan tumbuh baik jika di lahan terbuka.
5.6.2 Analisis Pendapatan Pedagang Pengumpul
Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul dalam memperoleh kayu, antara lain: upah buruh, transportasi, dan ijin tebang. Upah untuk buruh sebesar Rp 22.500/m³, sedangkan biaya untuk membuat surat ijin tebang oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 4.000/m³. Surat ijin ini berbentuk lembaran SKAUK (Surat Keterangan Asal Usul Kayu) yang dibuat di desa setempat. Menurut peraturan daerah Kabupaten Ciamis No. 19 tahun 2004, SKAUK adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang sebagai bukti kepemilikan kayu rakyat. Setiap orang atau badan usaha yang akan menebang pohon kayu rakyat untuk diperjualbelikan wajib membuat SKAUK sebagai bukti kepemilikan. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki rata-rata 10 orang. Rincian biaya pedagang pengumpul dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Rincian biaya pedagang pengumpul
Kategori Biaya Jumlah (Rp/bulan) Persentase (%)
Upah 562.500 65
Transportasi 210.000 24
Ijin Tebang 100.000 11
Total 872.500 100
Pedagang pengumpul memiliki kapasitas pembelian kayu yang berbeda- beda tergantung modal yang dimiliki. Pembelian kayu yang dilakukan pedagang pengumpul per bulannya sekitar 4-20 kali pembelian dengan volume rata-rata pembelian sebesar 25 m³/bulan. Rata-rata harga pembelian kayu rakyat dari petani sebesar Rp 600.000/m³. Kemudian pedagang pengumpul akan menjual kayunya kepada industri penggergajian dengan rata-rata harga sebesar Rp 700.000/m³ dengan biaya total yang ditanggung perbulannya sekitar Rp 872.500. Maka dapat dihitung pendapatan rata-rata pedagang pengumpul per bulannya yaitu sebesar Rp 1.627.500 atau Rp 65.100/m³. Analisis pendapatan pedagang pengumpul dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Analisis pendapatan pedagang pengumpul kayu rakyat
Kategori Jumlah
Volume rata-rata pembelian (m³/bulan) 25
Harga (Rp/m³) Beli 600.000
Jual 700.000
Biaya (Rp) perbulan (Rp/bln) 872.500
Pendapatan perbulan (Rp/bln) 1.627.500
Per m³ (Rp/m³) 65.100
5.6.3 Analisis Pendapatan Industri Penggergajian
Biaya yang dikeluarkan industri penggergajian sangat besar, yaitu: fixed cost dan variable cost. Biaya fixed cost merupakan biaya tetap atau biaya yang tidak berubah-ubah jika dikeluarkan setiap bulannya walaupun jumlah barang yang dihasilkannya berubah. Pada umumnya industri penggergajian memiliki tempat sendiri sehingga tidak perlu menyewa tempat untuk dijadikan TPK. Sedangkan variable cost merupakan biaya yang dapat berubah-ubah tergantung dari jumlah barang yang dikeluarkannya. Biaya tersebut diantaranya biaya dokumen dan transportasi. Jenis yang diperjualbelikannya adalah jenis produk olahan berupa kayu gergajian. Rincian dan persentase biaya industri penggergajian produk olahan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Rincian dan persentase biaya industri penggergajian produk olahan kayu gergajian
Fixed Cost Jumlah (Rp/bln) % Variable Cost Jumlah (Rp/bln) %
Upah buruh 2.781.000 9,28 Dokumen 4.944.000 16,49
0 Transportasi 22.248.000 74,23
Total 2.781.000 9,28 Total 27.192.000 90,72
Tabel 19 menunjukkan bahwa persentase biaya variable sebesar (90,72%) lebih besar dibandingkan dengan biaya tetap sebesar 9,23%. Biaya dokumen untuk jenis olahan yang dikeluarkan salah satunya Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO). Dalam pengiriman produk olahan ke luar kota harus disertai dengan FAKO, dokumen ini harus dibuat sebelum kegiatan pengiriman barang ke industri yang berada di luar kota. Dokumen tersebut menunjukkan bahwa kayu yang dikirim merupakan kayu legal. Biaya untuk pembuatan dokumen FAKO rata-rata sebesar Rp 40.000/m³, sedangkan biaya transportasi tiap pengiriman produk olahan kayu gergajian ke luar kota yaitu rata-rata sebesar Rp 180.000/m³. Dari
biaya-biaya diatas dapat dihitung pendapatan yang diterima oleh industri penggergajian dalam bentuk produk olahan yang dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Analisis pendapatan industri penggergajian produk olahan kayu gergajian
Jenis Produk
Volume Jual (m³/bln)
Harga (Rp/m³) Biaya Total
(Rp/bln)
Pendapatan (Rp/bln)
Beli Jual
Palet 123,6 700.000 1.200.000 29.973.000 31.827.000
Berdasarkan data primer yang telah diolah, volume jual industri penggergajian dalam bentuk kayu olahan perbulannya rata-rata 123,6 m³. Industri penggergajian ini mendapatkan bahan baku kayu dalam bentuk log dari pedagang pengumpul dengan harga Rp 700.000/m³. Bahan baku yang diperoleh diolah menjadi produk kayu olahan yang dijual ke luar kota dengan harga rata-rata Rp 1.200.000/m³, sehingga industri penggergajian ini memperoleh pendapatan sebesar Rp 31.827.000/bulan.
5.7 Analisis Marjin dan Efisiensi Pemasaran Kayu Rakyat