• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan yang diperoleh petani berasal dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama periode produksi berlangsung. Penerimaan dihitung dari total produksi dikalikan harga jual. Pengukuran keberhasilan pengusahaan usahatani mangga dapat diukur dengan perolehan laba yang dihitung dengan menggunakan analisis pendapatan. Pendapatan usahatani buah mangga dibagi menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan usaha tani atas biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai untuk keperluan usahatani mangga dalam suatu periode. Sedangkan biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya yang tidak diperhitungkan atau tidak tunai, biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani sehingga masuk kedalam biaya yang diperhitungkan. Pendapatan yang diperoleh petani berasal dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu, penerimaan dihitung dari total produksi dikalikan harga jual.

6.4.1. Pendapatan Usahatani Mangga Gedong Gincu Dan Mangga Cengkir Penerimaan petani dari buah mangga jenis gedong gincu diperoleh dari total produksi dikalikan dengan harga jual pada tingkat petani Rp15.000,00./Kg. Pendapatan petani diperoleh berdasarkan atas jumlah produksi per 1000 m dengan rata-rata jumlah pohon yang dimiliki yaitu sebanyak 20 pohon dikalikan dengan rata-rata produksi buah perpohon kurang lebih sebanyak 50 kilogram dikalikan dengan harga penerimaan petani, faktor yang mempengaruhi besarnya penerimaan petani tersebut yaitu volume produksi. Menurut hasil wawancara dengan petani responden rata-rata jumlah produksi petani responden sebanyak 50 kg per pohonnya. Jumlah penerimaan petani mangga responden per 1000m adalah sebesar Rp 15.000.000,-. Sedangkan untuk jenis mangga cengkir sebesar

Rp 10.000,-/kg dikalikan dengan rata-rata produksi perpohon sebanyak 50 kilogram sehingga jumlah yang diperoleh mencapai Rp 10.000.000,- Jumlah tersebut menjadi acuan bagi para penyuluh agar supaya tetap dapat memberikan arahan-arahan dan masukan kepada para petani budidaya mangga supaya dapat menambah hasil produksi serta mendapatkan produksi yang berkualitas.

6.4.2. Pengeluaran Usahatani Buah Mangga

Pengeluaran usaha tani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan atau non tunai. Petani biasanya menganggap komponen- komponen biaya tidak tunai tersebut bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran, petani tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usaha tani. Oleh karena itu pada penelitian ini hanya akan memperhitungkan biaya tunai untuk melihat tingkat variasi komponen biaya secara langsung.

Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani berlangsung, mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran hasil. Biaya tunai usahatani buah mangga terdiri dari biaya saprotan, dan tenaga kerja luar keluarga. Rincian biaya yang dikeluarkan selama periode produksi budidaya buah mangga dapat dilihat dibawah ini

Tabel 16. Biaya Usahatani Mangga Pada Musim Tanam Tahun 2010

Keterangan Nilai per 1000 meter Total biaya A . biaya tunai Obat-obatan dan pestisida 7500 Rp 750.000 Pupuk anorganik: - NPK - Urea - Tsp - Kcl 3500 2500 2500 6500 Rp 350.000 Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 650.000 Pupuk kandang 1000 Rp 1000.000 Tenaga kerja: -pengolahan -penanaman -pemupukan -pemberantasan HPT -pemangkasan -panen serta pasca panen 50.000 x 5 50.000 x 5 50.000 x 5 50.000 x 5 50.000 x 5 Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000 Bbm operasional 4500 Rp 450.000 Peralatan: -pompa air -kored -galah -gunting -keranjang 10.000 x 10 Rp 2.500.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 10.000 Rp 100.000

Total biaya tunai Rp 6.950.000

B biaya yang diperhitungkan

Penyusutan Rp 1000.000

Total biaya yang diperhitungkan

Rp 1000.000 Total biaya

usahatani

Rp 7.950.000

1. Biaya Pupuk dan Obat-obatan

Biaya pupuk dan obat-obatan merupakan komponen biaya tunai dalam struktur biaya yang dikeluarkan petani mangga. Keterbatasan modal mempengaruhi masing-masing petani dalam penggunaan pupuk dan obat-obatan. Petani dengan modal rendah akan menggunakan pupuk dan obat-obatan dengan kualitas rendah dan jumlah yang sedikit.

Nilai biaya pupuk dan obat-obatan petani responden buah mangga sebesar Rp 2.350.000,- pupuk dan obat-obatan tersebut terdiri dari pupuk kandang, pupuk

kimia, serta obat-obatan yang digunakan oleh petani buah mangga di Kabupaten Indramayu. Tingkat variasi penggunaan pupuk dan obat-obatan yang digunakan masih sangat tinggi, karena penggunaan pupuk dan obat-obatan setiap petani berbeda-beda penggunaannya tergantug ketersediaan modal, sehingga sudah dapat dipastikan tingkat variasi yang terjadi akan tinggi. Ditambah lagi dengan keadaan musim yang tidak menentu, petani mengaku sulit untuk memprediksi biaya penggunaan pupuk dan obat-obatan. Kendala utamanya adalah hujan, karena air hujan dapat mencuci pupuk dan obat-obatan, sehingga intensitas penggunaan pupuk dan obat-obatan lebih sering dilakukan, hal ini membuat efektifitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan obat-obatan sulit tercapai.

2. Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga

Penggunaan tenaga kerja petani responden terdiri dari tenaga kerja luar keluarga (TKLK) atau buruh tani dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). TKLK termasuk dalam komponen biaya tunai, sedangkan TKDK termasuk kedalam komponen biaya yang diperhitungkan. Kebutuhan tenaga kerja usahatani buah mangga cenderung besar tenaga kerja yang digunakan lebih banyak berasal dari luar keluarga, hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah anggota keluarga yang berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani buah mangga.

Jumlah tenaga kerja yang biasa digunakan oleh petani mangga rata-rata berkisar antara 25 orang dengan rincian 5 orang untuk pengolahan lahan, 5 orang pemupukan, 5 orang untuk proses pengendalian HPT, dan masing-masing 5 orang untuk pemangkasan dan panen. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani responden untuk upah tenaga kerja ini termasuk biaya yang cukup besar yaitu sebesar Rp 1.250.000,- namun biaya ini tidak terlalu menjadi risiko yang tinggi bagi para petani dikarenakan kenaikan upah tenaga kerja yang tidak terlalu besar untuk kenaikan upah setiap tahunnya.

6.4.3. Analisis Perbandingan Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Buah Mangga

Berdasarkan hasil analisis usahatani yang telah dilakukan diperoleh komponen penerimaan, biaya-biaya, pendapatan serta rasio R/C, nilai pendapatan petani diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan petani. Pendapatan rata-rata usahatani buah mangga per seribu meter

permusim panen yang dihitung adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan total diperoleh dengan mengurangi penerimaan total dengan biaya total.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, diperoleh penerimaan rata-rata petani buah mangga per seribu meter adalah Rp 15.000.000,- dengan mengurai penerimaan tersebut dengan biaya tunai yang dikeluarkan petani, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 7.050.000,-. Dan untuk jenis mangga cengkir diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 10.000.000 per seribu meter dikurangi biaya usahatani buah mangga sebesar Rp 7.950.000,- maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 2.050.000,-. Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tunai usahatani buah mangga dan biaya yang diperhitungkan atau tidak tunai, sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani sehingga masuk kedalam biaya yang diperhitungkan.

6.4.4 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga

Risiko produksi akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan. Dengan demikian terjadinya fluktuasi dalam produktivitas yang dihasilkan petani menunjukkan bahwa budidaya mangga yang diusahakan oleh petani menghadapi adanya risiko dalam kegiatan produksi. Risiko yang terjadi pada budidaya buah mangga ini disebabkan oleh kondisi alam yang tidak pasti serta hama dan penyakit yang sulit diprediksi. Risiko produksi ini menyebabkan produktivitas buah mangga menjadi rendah sehingga pendapatan petani akan semakin kecil.

Produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu pada setiap kondisi dapat dilihat dari produktivitasnya yang diperoleh dari data primer. Produktivitas tertinggi, normal, dan terendah diperoleh berdasarkan pengalaman selama masa periode panen. Adanya kondisi risiko produksi tersebut menyebabkan produktivitas buah mangga di Kabupaten Indramayu berfluktuasi. Dalam hal ini akan dibahas risiko produksi buah mangga Gedong Gincu dan buah mangga Cerngkir. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 17. Rata-rata Produktivitas dan Pendapatan Petani Dalam Memperoleh Produktivitas Tertinggi, Normal, dan Terendah Tahun 2010

Komoditas Kondisi Peluang Produktivitas Kg/m Pendapatan (Rp) Mangga Gedong Gincu Tertinggi 0,3 50 7.050.000,- Normal 0,5 30 1.050.000,- Terendah 0,2 10 -4.950.000,- Mangga Cengkir Tertinggi 0,4 50 2.050.000,- Normal 0,4 45 1.050.000,- Terendah 0,2 20 -3.950.000,-

Pada Tabel 17. menunjukkan kondisi produktivitas dan pendapatan masing-masing komoditas pada kondisi tertinggi, normal dan, kondisi terendah. Dengan adanya produktivitas dan pendapatan yang berubah-ubah maka peluang para petani memperoleh produktivitas dan pendapatan tertinggi, terendah dan, normal dapat diamati dengan mempertimbangkan periode waktu selama proses produksi berlangsung. Yang dimaksud produktivitas dan pendapatan tertinggi adalah tingkat produktivitas dan pendapatan yang paling tinggi yang pernah diperoleh selama mengusahakan bududaya buah mangga tersebut. Sedangkan yang dimaksud produktivitas dan pendapatan terendah adalah tingkat produktivitas dan pendapatan yang paling rendah yang pernah diperoleh oleh petani selama periode budidaya berlangsung. Sementara itu produktivitas dan pendapatan normal dalam kajian ini adalah produktivitas dan pendapatan yang sering diperoleh petani selama mengusahakan komoditas tersebut. Produktivitas yang diharapkan oleh para petani yaitu produktivitas tinggi karena akan dapat berimplikasi terhadap pendapatan yang akan diperoleh oleh para petani.

Selain tingkat produktivitas dan pendapatan, pembahasan risiko ini juga berhubungan dengan adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang, hal tersebut dapat diukur seperti yang tertera pada Tabel 14. Dalam kegiatan usahatani, peluang terjadinya suatu kejadian yaitu kejadian produktivitas tinggi, rendah, dan normal sangat menentukan prodoktivitas yang diharapkan. Peluang ini diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali petani pernah mencapai

produktivitas tertinggi, terendah, dan normal selama periode siklus produksi berlangsung. Tabel 17 menunjukkan bahwa angka peluang dari tingkat produktivitas yang diperoleh petani dalam mengusahakan buah mangga ini sering memperoleh produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tinggi ataupun rendah. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko pada budidaya mangga, penyebab munculnya prodiktivitas tertinggi dan terendah disebabkan karena adanya curah hujan, ketidakstabilan cuaca serta serangan hama yang masih belum dapat diprediksi sebelumnya.

6.4.4.1. Penilaian Risiko Produksi Buah Mangga di Kabupaten Indramayu Penilaian risiko produksi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh dari budidaya buah mangga tersebut. Penilaian risiko produksi dapat dihitung dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Penilaian risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 18. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Tertinggi,

Terendah dan, Normal Tahun 2010

Komoditas Variance Standar Deviation Coefficieny Variation Mangga Gedong

Gincu

2,95 1,7 1,3

Mangga Cengkir 2,84 1,6 3,5

Berdasarkan Tabel 18. terlihat bahwa penilaian risiko berdasarkan produktivitas diperoleh nilai variance dan coefficient variation diukur dari rasio standar deviasi dengan ekspected return. Koefisien variasi dari mangga jenis Gedong Gincu sebesar 1,3 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,3 dan koevisien variasi untuk jenis mangga cengkir sebesar 3,5 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 3,5. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Maka tingkat risiko jenis mangga cengkir lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh jenis mangga gedong gincu. Standar deviasi yang diperoleh dari jumlah produksi adalah 42.62, dan standar deviasi dari jumlah kepemilikan pohon sebesar 14.2.

Korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi sebesar 0.999 dengan P-Value 0.000 lebih kecil dari alpha 5 persen artinya ada korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi. Maka tolak H0 yang artinya jumlah kepemilikan pohon berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi. Dimana jumlah produksi -55.6 ditambah dengan jumlah kepemilikan pohon sebanyak 29.94 yang artinya setiap peningkatan jumlah kepemilikan lahan satu pohon mampu meningkatkan jumlah produksi sebanyak 29.945 kilogram.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait