• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Risiko Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu JawaBarat (Kasus:Petani Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Risiko Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu JawaBarat (Kasus:Petani Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI

KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

(Kasus:Petani Buah Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu)

SKRIPSI

YULIA ALVIANY H34076156

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Judul Skripsi : Manajemen Risiko Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu JawaBarat (Kasus:Petani Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu)

Nama : Yulia Alviany NIM : H34076156

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Harianto, MS NIP . 19581021 19850 1 1001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR………. vi

DAFTAR LAMPIRAN………. vii

I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Perumusan Masalah……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian……….. 6

1.4 Manfaat dan Batasan Penelitian………... 7

II TINJAUAN PUSTAKA………... 8

2.1 Risiko……….……….. 8

2.2 Manajemen Risiko……… 10

2.3 Risiko Produksi….……… 10

2.4 Risiko Usaha Perkebunan Mangga di Kabupaten Indramayu……… 10

2.5 Penelitian Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian………. 11

III KERANGKA PEMIKIRAN……….. 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……….. 18

3.1.1 Agribisnis Mangga di Kabupaten Indramayu…….. 18

3.2 Risiko……….. 19

3.2.1 Bentuk-Bentuk Risiko……… 20

3.2.2 Sumber-Sumber Risiko………. 21

1. Risiko Sosial………. 21

2. Risiko Fisik………... 21

3. Risiko Ekonomi……… 21

(4)

3.2.4 Hubungan Risiko dengan Bagian Produksi……….. 25

3.2.5 Faktor-Faktor Produksi……….. 26

1. Sumberdaya Alam………. 26

2. Modal………. 26

3. Tenaga Kerja………... 27

4. Kewirausahaan……… 27

3.2.6 Masalah dalam Risiko produksi………. 27

3.2.7 Upaya Meminimalkan Risiko produksi………. 27

3.2.8 Penanggungan Risiko………. 28

3.2.9 Mengelola Risiko……… 28

3.3 Dampak Risiko……… 29

3.4 Sikap Dalam Menghadapi Risiko……… 29

3.5 Identifikasi Risiko……… 30

3.6 Ukuran Risiko………..……… 31

3.7 Kerangka Pemikiran Operasional……… 32

IV METODE PENELITIAN……… 34

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 34

4.2 Metode Pengumpulan data Serta Jenis dan Sumber Data……….. 34

4.3 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data……….. 35

4.3.1 Analisis Deskriptif………. 36

4.3.2 Analisis Risiko……… 36

4.3.2.1 Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Spesialisasi……… 36

4.3.3 Analisis Pendapatan……….. 39

4.3.4 Analisis Usahatani……… 39

(5)

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN….…….. 43

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 43

5.2 Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura……… 44

5.2.1 Potensi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Mangga di Kabupaten Indramayu ……….... 45

5.2.2 Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu……… 46

5.3 Karakteristik Responden………. 49

5.3.1 Pengalaman Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu………. 51

5.3.2 Status Penguasaan Lahan……….. 52

5.3.3 Alasan Petani Responden Mengusahakan Mangga……… 52

5.4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan penduduk………. 53

VI HASIL DAN PEMBAHASAN……… 56

6.1 Sumber Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu ………. 56

6.1.1 Sumber-Sumber Risiko Produksi Yang Disebabkan Oleh Alam……….. 57

a. Curah Hujan……… 57

b. Hama……… 58

c. Penyakit………... 60

6.1.2 Kerugian Yang Disebabkan Oleh Faktor Sumberdaya Manusia…... 61

a. Kerusakan Pada Saat Pemanenan……….. 61

b. Kerusakan Pada Saat Pengiriman Hasil…………. 62

6.2 Sumber-Sumber Risiko harga……….….. 62

(6)

b. Peningkatan Harga Pupuk……….. 64

c. Peningkatan Harga Upah Kerja……….. 65

6.3 Penilaian Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu ………. 66

6.4 Analisis pendapatan Usahatani Buah Mangga……… 66

6.4.1 Pendapatan Usahatani Petani Mangga Gedong Gincu dan Cengkir……….. 66

6.4.2 Pengeluaran Usahatani Buah Mangga……… 67

1. Biaya pupuk dan Obat-obatan……...………….… 68

2. Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga………. 69

6.4.3 Analisis Perbandingan Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Buah Mangga... 69

6.4.4 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga... 70

6.4.4.1 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga... 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN... 74

7.1 Kesimpulan... 74

7.2 Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA... 77

(7)

DAFTAR TABEL Nomor

Halaman 1. Perkembangan Produksi Mangga di Wilayah Jawa

dan Luar Jawa Tahun 2009-2011………... . 2

2. Luas Tanam, Luas Panen, dan Jumlah Produksi Mangga di Indramayu Tahun 2006-2010……….. 3

3. Fluktuasi Harga dan Produksi Buah Mangga di Kabupaten Indramayu Tahun 2010 ………. 5

4. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian……….. 16

5. Tata Guna Lahan di Kabupaten Indramayu………. 44

6. Potensi Mangga di Kabupaten Indramayu……… 45

7. Pemberian Dosis Pupuk Mangga……….. 47

8. Jumlah petani Responden Berdasarkan Umur………. 49

9. Tingkat Pendidikan Petani Responden………. 50

10.Pengalaman Petani Responden Dalam Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu……….. 51

11.Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan Jenis Kelamin……… 54

12.Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan Matapencaharian……… 55

13. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Faktor Alam.. 57

14. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Sumberdaya Manusia………... 61

15. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Faktor Harga………... 63

16. Biaya Usahatani Musim panen 2010……… 68

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produksi Mangga Menurut Wilayah Pulau Jawa

dan Luar Pulau Jawa Tahun 2009-2011……… 2 2. Sikap Dalam Pengambilan Keputusan……….. 29 3. Kerangka pemikiran Operasional……….. 33 4. Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Gender di

(9)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

Halaman

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional, sektor ini juga mampu memperoleh keuntungan yang menghasilkan devisa negara. Selain itu pertanian juga merupakan salah satu sektor yang dipersiapkan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan nilai ekonomis.

Sektor pertanian di Indonesia, dewasa ini dan dimasa mendatang masih akan menghadapi tantangan yang besar, terutama pada subsektor utama, seperti hortikultura dan buah-buahan, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan. Persaingan yang ketat antar produsen komoditas komersial diduga akan semakin terjadi. Pembangunan pertanian dibidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk mewujudkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki keadaan gizi masyarakat melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Indonesia sebagai negara tropis mempunyai potensi yang cukup besar untuk mengembangkan produk-produk pertanian khususnya produk pangan, yang di dalamnya termasuk produk hortikultura, yaitu buah-buahan dan sayuran.

(11)

Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga Menurut Wilayah Pulau Jawa dan Luar pulau Jawa dan Triwulan Pada Tahun 2009-2011

Sumber:Berita Resmi Statistik BPS no.53/08/Th.XV.2011

(12)

Gambar 1. Perkembangan Produksi Mangga Wilayah Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa Tahun 2009-2011

Sumber: berita resmi statistic BPS no.53/08/Th.XV

Gambar 1 menunjukan bahwa produksi mangga tahun 2011 sebesar 2,13 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 0,84 juta ton (65,55 persen) dibandingkan tahun 2010. Kenaikan produksi mangga dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi di pulau Jawa sebesar 0,75 juta ton (94,55 persen).

Di Propinsi Jawa Barat sudah berkembang empat jenis mangga utama yaitu harumanis, gedong, dermayu atau biasa disebut cengkir dan golek, yang tersebar di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Indramayu secara geografis terletak pada posisi 107 51-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS, dengan batas-batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Cirebon.

(13)

Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen, dan Jumlah Produksi Mangga di Indramayu Tahun 2006-2010

Tahun Luas tanam (ha) Luas panen (ha) Jumlah produksi (ton)

2006 1.391.926 840.113 169.409,83

2007 1.409.393 949.072 177.880,32

2008 1.413.123 1.040.452 160.599,24

2009 1.439.495 765.919 123.385.86

2010 1.010.905 594.693 374.458.26

Sumber: Dinas Pertanian Indramayu, (2011)

Menunjukan jumlah produksi mangga di Indramayu berfluktuasi dari tahun ketahun ini dapat dilihat dari Tabel 2. pada tahun 2006 jumlah produksi mangga di Indramayu sebesar 169.409.83 ton, dan mengalami kenaikan hingga tahun 2007, yaitu sebesar 177.880,32 ton. Pada tahun 2008 dan tahun 2009, jumlah produksi mangga di Indramayu mengalami penurunan yaitu masing-masing sebesar 160.599,24 ton dan 123.385.86, sedangkan jumlah luas tanam dan jumlah luas panen pada tahun 2008 mengalami peningkatan. Produksinya kembali meningkat pada tahun 2010 yaitu sebesar 374.458.26 ton. Produksi mangga di Indramayu berfluktuasi dari tahun ke tahun, diantaranya disebabkan belum dilakukannya pengelolaan budidaya yang baik, maupun belum dilakukannya penanganan yang baik setelah panen. (Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, 2011).

(14)

Mengingat karakteristik tersebut, perlu penanganan ekstra terhadap buah mangga ini, baik dari awal penanaman sampai penanganan pasca panen, karena usaha ini memiliki risiko yang tinggi terkait dengan sifat alamiah dari buah mangga itu sendiri, maupun faktor lainnya yang berisiko. Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi, dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha. Penerapan manajemen risiko dalam usaha ini perlu dilakukan untuk meminimalisasi risiko yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan dengan baik, paling tidak dapat membantu menghindari kejadian-kejadian yang tak terduga dan merugikan, serta dapat membantu memperbaiki atau memperbesar kemungkinan keberhasilan kegiatan usaha.

Berdasarkan topografinya, Kabupaten Indramayu sebagian besar merupakan daerah dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0-2 persen dan mempunyai ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut, dan sangat cocok untuk budidaya mangga. (Broto, 2003), menyatakan bahwa tanaman mangga hidup dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Kemiringan tanah tidak boleh lebih dari 15 , tipe iklimnya kering, curah hujan 1000-2000 milimeter pertahun, dan tingkat penyinaran sekitar 50-80.

1.2. Perumusan Masalah

(15)

Tabel 3. Fluktuasi Harga dedan Fluktuasi Produksi Mangga di Kabupaten Indramayu Pada Tahun 2010

Komoditi Masa produksi

(Bulan) Produksi

(Kg)/Pohon

Harga Jual (Rp)

Mangga Gedong Mei -Juli 30 20000-25000

Agustus -Oktober 50 15000-20000

November-Desember 20 10000-17000

Mangga Cengkir Mei -Juli 30 10000-15000

Agustus -Oktober 50 8000-10000

November-Desember 20 10000-12000

Dari Tabel 3 di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa produksi dan harga buah mangga di Kabupaten Indramayu sangat berfluktuasi, dan rata-rata pada bulan Mei-Juli produksi panennya tidak terlalu melimpah sehingga mengakibatkan harga per Kilogram pada masing-masing jenis mangga masih relative mahal.

Pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober produksi mangga di Kabupaten Indramayu berlimpah, karena pada bulan-bulan ini merupakan musimnya. Oleh karena itu, harga buah mangga cenderung lebih murah dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya, hal ini dikarenakan pada bulan-bulan tersebut produksi yang dihasilkan cukup melimpah.

Harga buah mangga di Kabupaten Indramayu mulai melonjak tinggi lagi pada bulan November sampai dengan bulan Desember, karena stok buah mangga sudah mulai habis dan memasuki masa panen periode baru. Harga untuk mangga Gedong gincu pada bulan-bulan ini berkisar antara Rp 10.000,- hingga Rp 17.000,- per Kilogramnya, sedangkan untuk mangga jenis Cengkir dihargai antara Rp 10.000,- sampai Rp 12.000,- per Kilogramnya.

(16)

sangat mencolok,selain harga yang naik-turun dengan drastis, masyarakat tidak bisa menikmati di luar musim mangga.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentfikasi sumber risiko yang dihadapi dan menganalisis tingkat risiko produksi, risiko harga dan risiko sosial.

2. Menganalisis risiko produksi yang telah dilakukan untuk mitigasi risiko-risiko tersebut.

3. Merumuskan alternatif solusi yang lebih baik untuk mitigasi risiko. 1.4. Manfaat dan Batasan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Sebagai masukan bagi pemilik usaha untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi risiko.

2. Menambah pengetahuan bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah serta melatih kemampuan penulis dalam menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan selama kuliah.

3. Sebagai tambahan referensi dan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Risiko

Terminologi dalam kamus besar bahasa Indonesia, risiko didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mengandung ketidakpastian (Diknas,2003). Menurut kamus bahasa Indonesia versi online risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Dengan kata lain, risiko merupakan kemungkinan situasi keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi individu.

Risiko dapat dikatakan, merupakan atau penyimpangan realisasi dari rencana yang mungkin terjadi secara tak terduga (Darmawi,1997). Disebutkan juga di dalam bukunya bahwa Risk is Uncertainty (risiko adalah ketidakpastian), risiko artinya sama dengan ketidakpastian, dan dapat juga disebut sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Bisa juga dikatakan bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko dihubungkan juga dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, “Kemungkinan” itu sudah menunjukan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Kondisi yang tidak pasti itu timbul karena berbagai sebab, antara lain:

1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.

2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

3. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan, tekhnik pengambilan keputusan. Risiko-risiko yang biasanya dihadapi dalam usaha agribisnis yaitu, risiko produksi (seperti penurunan volume dan mutu produk), risiko pemilikan, risiko keuangan dan pembiayaan, risiko kerugian karena kecelakaan, bencana alam, dan faktor alam lainnya, kerugian karena perikatan, serta kerugian karena hubungan tata kerja.

(18)

tersebut tidak dapat dijual, risiko karena kelangkaan bahan baku, risiko dalam hal tekhnologi seperti rusaknya mesin dan alat-alat pertanian serta terjadinya pencurian-pencurian. Disamping itu risiko perubahan harga merupakan risiko yang sering kali menghantui pikiran para pelaku dalam sistem agribisnis (Gumbira dan Intan, 2001).

Risiko juga dapat diartikan, kesempatan untuk terjadinya cedera/kerugian dari suatu bahaya, atau kombinasi dari kemungkinan. (okleqs.wordpress.com) 1

Menurut Kontur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Berdasarkan pemahaman tersebut, ada tiga unsur yang terkait dalam sebuah risiko adalah : (1) kejadian, (2) kemungkinan, dan (3) akibat.

Masih menurut (Kontur, 2006). Berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan penyebab timbulnya risiko, berdasarkan akibat yang ditimbulkan risiko dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu (1) risiko spekulatif dan (2) risiko murni. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat pula mendatangkan keuntungan, sedangkan risiko yang hanya dapat mengakibatkan kerugian dapat digolongkan kedalam risiko murni. Jika ditinjau dari penyebabnya, maka risiko juga dibedakan menjadi risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan tingkat bunga. Adapun risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti manusia, tekhnologi, alam, dan aturan.

Secara spesifik Tjoekam (1993) mengemukakan beberapa risiko yang biasanya melekat pada sebuah usaha, yaitu : (1) risiko alamiah, adalah risiko yang timbul oleh keadaan alam seperti gempa bumi, perubahan iklim, atau musim dan lain-lain yang akan mempengaruhi jalannya usaha. (2) risiko manusia, yaitu risiko yang timbul karena perbuatan manusia seperti persaingan usaha, temuan tekhnologi baru, politik, inflasi, dampak lingkungan, spekulasi, ekonomi, moneter, keamanan, sosial budaya dan sebagainya yang dapat mempengaruhi jalannya usaha yang dibiayai. (3) risiko ketidakpastian, yaitu risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian yang pada gilirannya menimbulkan spekulasi.

(19)

2.2. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi, dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktifitas perusahaan.(vibiznews.com) 2. Pengertian yang lain yaitu penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan aktivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan pemantauan serta review risiko.(okleqs.wordpress.com)

2.3. Risiko Produksi

Dalam agribisnis, para pelaku dapat menghadapi risiko-risiko, salah satunya risiko produksi, risiko penurunan produksi pertanian dapat disebabkan oleh bencana alam seperti banjir, topan, dan gempa bumi, serta bencana lainnya seperti kebakaran, serangan hama dan penyakit tanaman, pencurian dan kesalahan dalam menerapkan tekhnik budidaya. Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan tekhnologi pasca panen yang tepat (Gumbira dan Intan, 2001). Produksi agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis.

2.4. Risiko Usaha Perkebunan Mangga

Terdapat keterkaitan yang erat antara risiko dengan karakteristik usaha, adapun risiko yang sering dihadapi oleh para petani mangga di Indramayu adalah: (1) risiko produksi yaitu terjadi penurunan volume dan mutu produk yang biasanya disebabkan karena adanya pengaruh dalam kondisi alami seperti perubahan iklim, musim, serangan hama dan lain sebagainya. (2) risiko yang ditimbulkan oleh manusia dan lingkungan sekitar seperti organisasi petani belum optimal dimana petani lebih banyak melaksanakan kegiatan secara perorangan, penerapan teknologi pra panen belum sempurna, kepemilikan sarana dan alat pasca panen masih terbatas sehingga menyebabkan perlakuan panen dan pasca panen yang tidak sempurna, hingga terjadinya pencurian. (3) risiko keuangan yaitu harga jatuh pada saat panen raya serta masih lemahnya akses terhadap permodalan (Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu,2010).

(20)

2.5. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan konsep risiko dan berkaitan dengan penelitian ini yaitu penelitian mengenai risiko portofolio, manajemen risiko operasional dan mengenai risiko produksi. Penelitian mengenai manajemen risiko operasional dilakukan oleh Trangjiwani (2008), Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis risiko-risiko yang terdapat di CV Bina Mandiri terhadap berbagai jenis sayuran, serta menganalisis alternatif penanganan risiko di CV Bina Mandiri. Identifikasi risiko di CV Bina Mandiri menggunakan analisis sekuen, dan hasil identifikasi risiko yang sudah terdaftar kemudian diukur dengan menggunakan metode aproksimaksi dalam penilaian risiko. Dan pemetaan risiko menggunakan matriks frekwensi dan signifikansi yang memberikan alternatif penanganan risiko berdasarkan hasil pemetaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi risiko sistem, proses, SDM, dan risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan untuk komoditi tomat dibandingkan dengan keempat komoditi lainnya. Alternatif penanganan risiko dengan mitigasi atau detect and monitor dilakukan untuk: a) risiko sistem, SDM, proses dan eksternal pada tomat, b) risiko sistem dan eksternal pada kol, c) risiko sistem, proses dan eksternal pada lettuce head dan d) risiko sistem, proses, dan eksternal pada cabai merah. Penanganan risiko secara

low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah, yaitu a) risiko sistem dan SDM pada kentang, b) risiko proses dan SDM pada kol, c) risiko SDM pada lettuce head dan d) risiko SDM pada cabai merah.

(21)

adalah brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, sedangkan kegiatan portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktifitas pada brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari ke empat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0.225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.225. sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0.048 yang artinya setiap satu satuan yang yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0.048. hal ini dikarenakan bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan.

Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditi tersebut adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap satu satuan rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80. sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang berarti setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. hal ini karena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi.

Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversivikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi permata hati organic farm dapat dilakukan dengan pengembangan difersifikasi pada lahan yang ada. Difersifikasi menghindari kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu, difersifikasi usaha tani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input. Selain itu juga perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik

(22)

ini risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosial. Risiko-risiko tersebut sangat berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima peternak, kemampuan dalam meminimalkan risiko sangat dibutuhkan usaha peternakan X dalam menjalankan produksinya. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak untuk meminimalkan atau menghindari risiko yang dihadapinya.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha ternak, dan menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X. data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer diperoleh melalui kuisioner, observasi, dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis risiko dan analisis deskriptif, analisis risiko digunakan untuk menganalisis tingkat risiko yang dihadapi usaha peternakan X. Analisis risiko yang digunakan adalah dengan menghitung expected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), koevisien variasi (coefficient variation), dan batas bawah pendapatan. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan X.

Nilai expected return yang diterima usaha peternakan X adalah sebesar Rp 5.768.199. nilai ini menggambarkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh dari usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 5.768.199 (cateris paribus). Nilai standar deviasi yang diperoleh usaha peternakan x adalah sebesar RP 10.095.088, nilai tersebut menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi usaha peternakan X setiap periode dimasa yang akan datang adalah sebesar Rp 10.095.088 (cateris paribus). Nilai

(23)

peternakan X yaitu risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosisl sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternakan X. risiko-risiko tersebut menyebabkan usaha pendapataan usaha peternakan X berfluktuasi tajam. Pada periode ke –6 dan ke-12 usaha peternakan X mengalami kerugian masing-masing sebesar Rp 3.326.570 dan Rp 21.213.029.

Hasil kuisionernya menunjukkan bahwa manajemen risiko yang diterapkan diusaha peternakan X adalah manajemen risiko harga, manajemen risiko produksi, dan manajemen risiko sosial. Alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan X, diantaranya adalah mendatangkan tim medis yang dikepalai oleh seorang dokter hewan yang bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan ayam secara keseluruhan. Adanya tim medis, diharapkan dapat meminimalkan tingkat mortalitas akibat penyakit yang mewabah diusaha peternakan X. Alternativ lain yang diterapkan oleh usaha peternakan X adalah memperbaiaki tekhnologi dalam hal pengaturan sirkulasi kandang.

Penelitian tentang manajemen risiko juga dilakukan oleh Lestari 2009, studi kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang Provinsi Banten. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko PT. Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi baik risiko operasional maupun pasar yang di dalamnya terdapat tujuan khusus yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan pasar yang dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka dan menganalisis tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vannamei terhadap PT. Suri tani Pemuka.

(24)

penerimaan terdapat pada kuadran 3 dan risiko produksi naupli berada pada kuadran 4, sedangkan untuk kuadran 1 tidak terisi risiko.

Penelitian tentang analisis pemasaran mangga yang dilakukan oleh Rachmiyanti (2006) diketahui bahwa mangga di Indonesia mempunyai peluang untuk mengisi pasar luar negeri, karena mangga Indonesia memiliki kekhasan tersendiri dapat disimpulkan bahwa dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmiyanti, bahwa usahatani mangga gedong gincu yang dilakukan oleh petani di daerah Pasir Muncang Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka secra ekonomis menunjukkan kelayakan. Selama satu tahun produksi membutuhkan pembiayaan sebanyak Rp 5.079.547,- dan total penerimaan yang didapat mencapai Rp 36.000.000,- per hektar pertahun. Usahatani ini sangat layak secara ekonomi karena memberikan nilai R/C rasio sebesar 7,1 yang artinya setiap satu rupiah biaya usahatani akan memberikan penerimaan sebanyak Rp7,1,-

Penelitian ini bertujuan menggambarkan aspek ekonomi dari budidaya mangga gedong gincu, tingkat produksi dan pendapatan usahataninya. Selain itu untuk mengidentifikasi saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar serta permasalahan yang terjadi disetiap pelaku pemasaran.

(25)

Tabel 4. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian

2008 Manajemen risiko operasional CV

Bina Mandiri di lembang kabupaten

bandung

Analisis sekuen,metode

aproksimasi,pemetaan

risiko

Putri Eva Sari 2009 Analisis risiko produksi sayuran

organic pada permata hati organic

peternakan X desa tapos,kecamatan

tenjo kabupaten bogor

Menghitung expected

return, variance, dan

standard deviation

Siti Robi‟ah 2006 Manajemen risiko usaha peternakan broiler pada sunan kudus farm di

kecamatan ciampea kabupaten bogor

Analisis deskriptif,analisis

risiko

Sry Wisdya 2009 Analisis risiko produksi anggrek

phalaenopsis pada PT akakarya

graham flora di cikampek jawa barat

2006 Analisis Pemasaran Mangga Gedong

Gincu Di Kecamatan Panyingkiran

Kabupaten Majalengka JawaBarat

2008 Analisis Daya Saing Usahatani

Mangga Gedong Gincu Di Desa

Sliyeg Lor Kecamatan Sliyeg

Kabupaten Indramayu JawaBarat

Menghitung nilai PCR

(26)

Tabel 4. Di atas merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan mangga serta risiko yang terjadi pada agribisnis, dapat dipastikan beberapa penelitian tersebut mengolah data dengan berbagai macam alat olah data, tetapi pada penelitian ini khususnya metode alat analisis yang digunakan adalah dengan menghitung variation, coefficient variation dan

standard deviation, yang berdasarkan atas kegiatan usaha spesialisasi.

(27)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Agribisnis Mangga di Kabupaten Indramayu

Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem, dari subsistem hulu hingga subsistem hilir, di dalamnya terdiri atas kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan produksi primer (budidaya), pengolahan, dan pemasaran. Dimana setiap subsistem tersebut terdapat keselarasan dan keterpaduan, setiap subsistem dalam agribisnis mempunyai keterikatan ke belakang dan ke depan. Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistemnya, pengembangan subsistem agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya, karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari subsistem lainnya.

Dalam menghasilkan komoditas pertanian yang berkualitas dibutuhkan tekhik budidaya dan penanganan pasca panen yang benar yang mengacu pada anjuran Dinas Pertanian. Kegiatan budidaya tanaman mangga di Kabupaten Indramayu ini tidak berbeda dengan budidaya pada daerah lainnya. Kegiatan budidaya mangga ini meliputi penentuan lokasi penanaman, tekhnik penanaman, kegiatan pemangkasan, pengairan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemeliharaan buah, dan kegiatan pemanenan. Setelah itu kegiatan budidaya berlanjut pada kegiatan pasca panen yang meliputi pengangkutan, sortasi, grading, pencucian buah, pengemasan dan penyimpanan (Ditjen Bina Produksi Hortikultura 2004).

(28)

mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Saluran pemasaran mangga di Kabupaten Indramayu hingga kekonsumen melibatkan beberapa pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer lokal serta pedagang pengecer antar kota.

3.2. Risiko

Definisi risiko sangat beragam, dimana masing-masing devinisi tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga devinisi-devinisi tersebut dapat saling mengisi satu sama lain. Tampak bahwa risiko merupakan hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan manusia karena dalam setiap kegiatan pasti ada berbagai ketidakpastian. Ketidakpastian inilah yang akhirnya menimbulkan risiko pada suatu kegiatan, dalam hal ini sejumlah mendevinisikan risiko sebagai berikut:

a) Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Williams.CA, Jr. Heins. Richard. M, 1998)

b) Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian atau loss (A. Abas Salim, 1993)

c) Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu dalam kondisi tertentu (,Williams.CA, Jr. Heins. Richard. M, 1985)

d) Risiko adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William S, 1995) e) Risiko adalah kombinasi probabilita suatu kejadian dengan konsekuensi

atau akibatnya (Siahaan, 2007)

Menurut Darmawi (2007), risiko adalah penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Vaughan (1978) dalam Darmawi (2007) mengemukakan beberapa devinisi risiko sebagai berikut:

a) Risiko adalah kans kerugian (risk is the chance of loss)

Kans kerugian menunjukan suatu kejadian dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan akan terjadinya kerugian.

(29)

Kemungkinan (possibility) berarti bahwa terdapat probabilitas dari suatu kejadian. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa risiko adalah probabilitas suatu hasil yang aktual akan berbeda dari hasil yang diharapkan.

c) Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty)

Ketidakpastian (uncertainty) merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Ketidakpastian tersebut akan timbul karena berbagai sebab antara lain: (1) jarak waktu dimulai perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu berakhir, (2) Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan, (3) keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan tekhnik pengambilan keputusan.

3.2.1. Bentuk- Bentuk Risiko

Disebutkan menurut (Darmawi,1997) bentuk- bentuk risiko adalah : 1. Risiko murni, adalah risiko yang akibatnya hanya ada dua macam yaitu rugi

atau break event. Contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran.

2. Risiko spekulatif adalah risiko yang berakibat untung, rugi, atau break event, contohnya judi.

3. Risiko particular, adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya lokal.

4. Risiko yang dapat dialihkan adalah risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi atau sejenisnya, dengsn membsysr sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggunagan (beban) perusahaan asuransi.

5. Risiko yang dapat dialihkan yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.

6. Risiko internal adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proses budidaya karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, dan sebagainya.

(30)

Sedangkan menurut Trieschman, Gustavon, dan Hoyt (2001) juga mengemukakan beberapa jenis risiko yaitu 1. risiko statis, adalah risiko yang berasal dari masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat spekulatif ataupun murni. Contoh risiko spekulatif statis adalah menjalankan bisnis dalam ekonomi stabil, sedangkan contoh risiko murni statis adalah ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak (random). 2. risiko dinamis ialah risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis juga dapat bersifat murni maupun spekulatif contoh sumber risiko dinamis adalah urbanisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan Undang-undang ataupun perubahan Peraturan Pemerintah.

3.2.2. Sumber-Sumber Risiko

Darmawi (2006), menjelaskan bahwa sumber peyebab risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Risiko Sosial

Risiko sosial berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar. Sumber risiko sosial misalnya karena adanya kecemburuan sosial yang bisa mengakibatkan timbulnya kejahatan oleh lingkungan masyarakat sekitar. Citra yang buruk dari masyarakat sekitar terhadap usaha yang dijalankan dapat mengakibatkan hilangnya rasa aman, nyaman, dan ketenangan dalam menjalankan usaha.

2. Risiko Fisik

Sumber risiko fisik bisa disebabkan karena fenomena alam dan bisa karena kesalahan manusia. Contoh sumber risiko fisik diantaranya adalah kebakaran, baik yang disebabkan oleh alam seperti petir maupun kesalahan manusia. Cuaca dan iklim yang tidak menentu juga merupakan sumber risiko fisik. Saat musim hujan, suhu udara menjadi dingin, udara sangat lembab dan berpotensi mendatangkan banjir serta tanah longsor. Sebaliknya dimusim kemarau, suhu udara menjadi panas, penguapan meningkat dan kekeringan tidak bisa dihindari. 3. Risiko Ekonomi

(31)

para produsen barang dan jasa sehingga output yang dihasilkan tidak bisa terserap oleh pasar. Fluktuasi harga dan perubahan tingkat suku bunga juga dapat mengakibatkan kerugian bagi para pelaku usaha. Sedangkan menurut Harwood et al (1999) menyatakan terdapat beberapa sumber risiko yaitu meliputi:

1. Production or yield risk

Faktor risiko produksi dalam kegiatan agribisnis disebabkan adanya beberapa hal yang tidak dapat dikontrol terkait dengan iklim, dan cuaca, seperti curah hujan, temperatur udara, hama, dan penyakit. Penerapan teknologi yang tepat merupakan salah satu tindakan yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Contohnya adalah pengenalan farietas baru dan teknik produksi akan memberikan peluang bagi keberhasilan budidaya. Teknologi baru dalam penerapannya, akan memberikan hasil yang kurang memuaskan, akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama.

2. Price or market risk

Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan harga input. Pada umumnya kegiatan produksi merupakan proses yang lama sementara itu, pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga input yang dapat berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi, yang akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh pada

return yang diperoleh petani.

3. Institutional risk

Berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah yang mempengaruhi sektor agribisnis, misalnya ada kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input. Secara umum institutional risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya.

4. Financial risk

(32)

Terdapat enam faktor yang mendorong adanya risiko pada kegiatan bisnis yaitu fluktuasi produksi, fluktuasi harga, penggunaan teknologi baru, adanya program pemerintah, permasalahan legalitas, dan perubahan pada selera konsumen. Menurut Bhowmick (2005) sumber-sumber risiko usaha adalah ketidakpastian hasil produksi, ketidakpastian harga, dan ketidakpastian keuntungan.

3.2.3 Manajemen Risiko

Hasil riset George Allayannis dan James Watson (1990-1995) dari Universitas Virginia, AS ( dalam Zein, 2011) menyimpulkan bahwa manajemen risiko akan meningkatkan nilai perusahaan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan biaya modal serta mengurangi ketidakpastian aktivitas sosial. Penerapan manajemen risiko oleh perusahaan bertujuan mengidentifikasi, mengukur, dan mengatasi risiko perusahaan pada level toleransi tertentu.

Pengertian manajemen risiko sangat beragam, namun memiliki konsep yang sama. Secara umum manajemen risiko merupakan suatu alat atau instrumen yang digunakan untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Menurut

Australian Risk Management Standart (4360: 2004), manajemen risiko adalah kultur, proses dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial dan sekaligus mengelola dampak yang merugikan. Sedangkan devinisi lain menyebutkan bahwa manajemen risiko merupakan suatu pendekatan terstruktur atau metodelogi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Ini merupakan suatu rangkaian aktivitas manusia yang meliputi penilaian risiko, dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber daya.

(33)

mengidentifikasi, menganalisis, serta menjawab faktor-faktor risiko sepanjang masa proyek.

Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Lebih lanjut Darmawi menyebutkan bahwa, manajemen risiko berkaitan erat dengan fungsi perusahaan yaitu dengan fungsi akunting, keuangan, marketing, produksi, personalia, engeinering, dan

maintenance, karena bagian-bagian tersebut dapat menciptakan risiko dan sebagian dapat menjalankan fungsi manajemen risiko.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan risk manajemen melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staf, dan organisasi).

Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko. Menurut Darmawi, dalam bukunya yang berjudul manajemen risiko (1997), manajemen risiko dapat memberikan lima manfaat terhadap perusahaan, yaitu: 1. Manajemen risiko dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

2. Manajemen risiko dapat menunjang terhadap peningkatan laba perusahaan dan dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas.

3. Manajemen risiko dapat menunjang terhadap peningkatan kualitas seorang pengambil keputusan dalam mengambil keputusan bisnis.

4. Manajemen risiko dapat memberikan ketenangan bagi para manajer dalam mengendalikan risiko karena adanya perlindungan terhadap risiko yang dihadapi.

(34)

Selain itu pentingnya menajemen risko diantaranya adalah untuk menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk memaksimumkan laba. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di dalam sebuah usaha. Sumber-sumber risiko terbagi menjadi tiga bagian yaitu risiko lingkungan, yaitu kekuatan-kekuatan lingkungan yang menghalangi pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan, risiko proses yaitu proses bisnis yang dapat menimbulkan pemisah antara strategi dan tujuan bisnis, serta risiko informasi yaitu adanya informasi yang tidak relevan dan tidak dapat diandalkan. Dalam perkembangannya risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi risiko operasional, risiko hazard, risiko finansial, risiko strategik.

Menurut Lam (2008), manajemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko adalah mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan, sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profit. Hal penting untuk mengoptimalkan profit adalah dengan mengintegrasikan manajemen risiko kedalam proses bisnis perusahaan.

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada beberapa cara yaitu dengan diversifikasi, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Manfaat Manajemen Risiko yaitu mengurangi kerugian, menjaga arus kas, mengurangi financial distress, dan mengurangi penerbitan surat berharga.

3.2.4 Hubungan Risiko dengan Bagian Produksi

(35)

terkait dengan proses dan produk yang dihasilkan. Pengawasan produksi biasanya dijalankan mulai dari desain, pengawasan operasi, pengujian mutu bahan dan hasil akhir, pemakaian package yang tidak beracun dan sebagainya (Darmawi,1997).

Produksi adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian yang lebih luas, produksi didefinisikan sebagai setiap tindakan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah „nilai‟ guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang-barang yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dapat dibedakan menjadi

Barang konsumsi, yakni barang-barang yang langsung dapat memuaskan konsumen atau pemakai.

Barang produksi, yakni barang-barang yang sengaja diproduksi untuk proses produksi selanjutnya.

Kegiatan produksi juga banyak menciptakan risiko dalam mendesain atau membuat produk, juga memberikan pelayanan (service). Demikian pula produk atau layanan yang dijualnya mungkin bisa menciptakan kerusakan atau kecelakaan badan bagi pemakainya. Oleh karena itu perusahaan harus selalu siap menghadapi tuntutan hukum dari pihak ketiga.

3.2.5 . Faktor- Faktor Produksi

Beberapa faktor produksi akan mempengaruhi hasil produksi buah mangga dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Sumber-sumber produksi di bawah inilah yang merupakan sebagian faktor pendukung usaha budidaya mangga di Kabupaten Indramayu antara lain:

1. Sumber daya alam

Alam berkaitan dengan seluruh sumber daya yang bersifat alami, semua yang sudah tersedia di bumi yang dapat digunakan dalam proses produksi. Tanah, air, matahari, hutan, mineral, dan minyak bumi termasuk primary factor

(faktor utama) bagi produksi disamping tenaga kerja. Seluruh sumber daya alam merupakan faktor produksi asli karena sudah tersedia dengan sendirinya tanpa harus diminta oleh manusia.

2. Modal

(36)

alat yang dilibatkan dalam proses produksi seperti alat (perkakas), mesin, perlengkapan, pabrik, gudang, pengangkutan, dan fasilitas distribusi yang digunakan memproduksi barang dan jasa bagi konsumen ahir. kapital berhubungan dengan bangunan, peralatan, persediaan, dan sumber daya produksi lainnya yang memberikan kontribusi pada aktivitas produksi, pemasaran, dan pendistribusian barang-barang. Modal tidak hanya terbatas pada uang tetapi lebih mengarah pada keseluruhan kolektivitas atau akumulasi barang-barang modal.

3. Tenaga Kerja

Merupakan istilah yang luas yang digunakan para ahli ekonomi yang menunjuk pada bakat mental yang dimiliki laki-laki maupun perempuan yang dapat digunakan dalam memproduksi barang dan jasa, tenaga kerja dalam proses produksi merupakan unsur yang paling mendasar. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan banyak bergantung pada aktivitas yang dilakukan orang tersebut dalam proses produksi. Singkatnya, keterlibatan dalam produksi merupakan sumber utama pengetahuan seseorang.

4. Kewirausahaan

Wirausaha walaupun sama-sama merupakan human resources seperti labour, namun dalam pembahasan faktor produksi dipisahkan karena dalam diri seorang wirausaha terdapat seperangkat bakat.

3.2.6 Masalah dalam risiko produksi

Input, proses hingga penanganan output akan mempengaruhi produktifitas dari kegiatan produksi, risiko produksi bisa disebabkan oleh: kualitas bahan yang rendah, tidak terjaminnya ketersediaan bahan, lemahnya tenaga kerja di bagian produksi, lemahnya mesin maupun peralatan pada bagian produksi, lemahnya lokasi ataupun ketidakstrategisan lokasi, serta lemahnya tata letak dan desain fasilitas.

3.2.7 Meminimalkan risiko produksi

(37)

usaha yang strategis, penyusunan tata letak yang tepat, desain fasilitas yang baik, manajemen mutu, perencanaan dan pengendalian persediaan lahan dan barang dalam proses dan produk jadi termasuk pergudangannya, penerapan metode kerja yang baik, pemilihan teknologi dan peralatan atau mesin yang tepat.

3.2.8 Penanggungan Risiko

Penanggungan risiko merupakan salah satu unsur biaya atau penyedot biaya yang sulit diperkirakan besarnya dalam setiap aktivitas bisnis, baik risiko penurunan produksi maupun risiko penurunan dalam nilai produk atau pendapatan bersih usaha bisnis. Risiko penurunan produksi pertanian dapat disebabkan oleh bencana alam, dan bencana lainnya, seperti kesalahan dalam menerapkan tekhnik budidaya. Risiko penurunan dalam nilai terjadi karena adanya penurunan mutu, perubahan harga yang disebabkan oleh perubahan preferensi, cita rasa dan selera konsumen, perubahan kondisi pasokan, atau perubahan kondisi perekonomian secara umum.

Fungsi penanggungan risiko dilaksanakan oleh semua pelaku dalam setiap tahapan proses usaha, para petani mangga harus menerapkan tekhnik dan tekhnologi budidaya yang baik, untuk mengurangi risiko produksi dan penanganan pasca panen yang tepat untuk mengurangi risiko penurunan mutu buah mangga yang dihasilkan, proses-proses usaha tersebut dilakukan guna untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul.

3.2.9 Mengelola Risiko

(38)

Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan tekhnologi budidaya dan tekhnologi pasca panen yang tepat. Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan beberapa cara antara lain yaitu diversivikasi, integrasi vertikal, kontrak dimuka, pasar masa depan, usaha perlindungan, dan opsi pertanian.

3.3 Dampak Risiko

Menurut Fleisher (1990) dalam Gumbira dan Intan (1990), menyebutkan bahwa dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi dengan baik dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan.

Sudut pandang masyarakat yang menyangkut dampak dan biaya sosial dari risiko yang terjadi dan pengelolaannya.

Sudut pandang petani atau produsen produk agribisnis yang menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya.

Sudut pandang pembuat kebijakan yang harus mampu memprediksi mengenai respon sektoral apa yang akan dilakukan untuk mengubah kondisi tersebut dan dampak berikutnya atas kemungkinan kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut.

3.4 Sikap dalam Menghadapi Risiko

Terdapat tiga sikap manajemen atau pengambil keputusan daam menghadapi risiko, yaitu: (1) Risk Averter, (2) Risk Netral atau Indifferent to risk, dan (3) risk taker. Sikap manajemen atau pengambilan keputusan dalam menghadapi risiko disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Sikap Pengambilan Keputusan

Sumber:Robinson dan Barry (1987)

Risk Return

Risk averter

Risk netral

(39)

Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko menurut Robinson dan Barry (1987), dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Pembuat keputusan yang takut pada risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang mrupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa, jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dan menurunkan keuntungan yang diharapkan.

3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka, pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.

3.5 Identifikasi Risiko

Pengertian identifikasi risiko secara singkat adalah suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan secara sistematis dan terus menerus dalam mengidentifikasi properti dan liabilitas. Terdapat tiga unsur penting dalam proses identifikasi risiko, yakni mengetahui keberadaan risiko, mengetahui penyebab timbulnya risiko dan mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab risiko. Metode-metode pengidentifikasian risiko antara lain:

a. Laporan keuangan, dengan menganalisis neraca, laporan laba rugi, dan catatan-catatan lain yang mendukung, melalui penggabungan laporan keuangan inilah akan menemukan risiko yang bakal dihadapi, karena transaksi bisnis pada akhirnya akan menyangkut uang ataupun hak milik.

b. Kuesioner analisis risiko, semua harus mempertimbangkan sumber informasi yang digunakan dalam kuesioner yang menjurus pada penyelidikan sebelumnya.

(40)

d. Metode interaksi adalah metode yang digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan maupun penyebab risiko melalui: observasi, wawancara dan studi dokumen.

e. Inspeksi langsung f. Interaksi eksternal g. Analisis lingkungan

h. Brainstorming

i. Pengalaman pribadi dan intuisi

Sedangkan langkah-langkah pengidentifikasian antara lain:

Pembentukan tim, Pengumpulan informasi, analisis sumber penyebab risiko, analisis permasalahan dan skenario alternatif.

3.6 Ukuran Risiko

Risiko dapat ditunjukan dengan indikator adanya fluktuasi dari return atau hasil yang diharapkan. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat ukuran risiko yang dapat dianalisis yaitu nilai ragam, simpangan baku, dan koefisien variasi. Ketiga ukuran tersebut saling berkaitan satu sama lain. Semakin bervariasi hasil (return) maka semakin besar risiko. Ukuran acak yang digunakan adalah ukuran simpangan baku (standard deviation) yang menggambarkan rata-rata perbedaan penyimpangan atau kecenderungan. Semakin bervariasi hasil (return) maka semakin besar risiko. Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh. Coefficient variation

merupakan ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan satuan yang sama.

(41)

kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya risiko, (2) kualitas risiko yaitu probabilitas dar kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko.

Yang akan diketahui dari pengukuran risiko adalah:1) nilai rata-rata dari kerugian selama satu periode anggaran, 2) mengetahui variasi nilai kerugian satu periode anggaran ke periode anggaran lain, 3) mengetahui dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut terutama kerugian yang ditanggung sendiri. 3.7 Kerangka Pemikiran Operasional

Mangga merupakan salah satu komoditi hortikultura penting yang berperan sebagai sumber vitamin dan mineral, sumber pendapatan dan lapangan pekerjaan serta salah satu penghasil devisa negara. Mangga di Indonesia mempunyai peluang untuk mengisi pasar luar negeri karena mangga di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri, salah satu contohnya adalah mangga dermayu dan mangga gedong gincu.

(42)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Pada Gambar 3. di atas dapat dijelaskan bahwa budidaya usahatani mangga yang dilakukan di Kabupaten Indramayu memiliki beberapa risiko yaitu diantaranya: risiko operasional yang penyebabnya berasal dari manusia, tekhnologi, serta kondisi alam yang sulit diprediksi. Dan risiko keuangan yang beberapa diantaranya disebabkan oleh fluktuasi harga output dan input, serta perubahan suku bunga. Untuk besaran risiko dan dampak risikonya dapat diketahui dengan cara menghitung coefficient variation, simpangan baku, dari hal tersebut maka akan diperoleh seberapa besar peluang risiko yang didapat pada budidaya mangga di Kabupaten Indramayu tersebut yang nantinya akan menpengaruhi sikap petani dalam mengambil keputusan. Sedangkan identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui solusi kemudahan apa saja yang diperoleh untuk meminimalisir risiko pada budidaya buah mangga tersebut.

Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu

Pasar

Risiko Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu

Fluktuasi Produksi:

-Cuaca, Kerusakan mekanis

-Hama dan Penyakit Tanaman

-Kesalahan Sumberdaya Manusia

Spesialisasi Risiko Tingkat dan Besaran Risiko

(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Angling Darma yang berada di daerah atau di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu. Responden merupakan petani yang tergabung dalam kelompok tani angling darma, anggota kelompok tani ini rata-rata telah menjalankan usahatani mangga lebih dari lima tahun, data-data responden dapat dilihat pada lampiran 2. Penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan dasar pertimbangan adalah bahwa Kabupaten Indramayu adalah salah satu sentra penghasil mangga di Propinsi Jawa Barat, selain itu buah mangga memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2011.

4.2. Metode Pengumpulan Data Serta Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau objek penelitian melalui:

1. Pengamatan langsung, dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik lingkungan, proses penanganan buah mangga, serta pengidentifikasian risiko yang yang terjadi dan risiko yang mungkin akan dihadapi.

2. Wawancara langsung serta pembagian kuisioner dengan pihak-pihak terkait, seperti wawancara langsung dengan petani yang tergabung dalam kelompok tani Angling Darma, serta penyuluh, untuk mengetahui usaha budidaya mangga di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu.

3. Permasalahan dan risiko yang dapat terjadi, penyebab suatu risiko, atau pengisian kuisioner yang dijawab oleh anggota yang tergabung dalam kelompok tani budidaya mangga. Data sekunder merupakan data yang sudah diterbitkan, dan dapat diperoleh dari: artikel, skripsi, dan publikasi lainnya.

Sumber data yang dipergunakan untuk membantu dalam perolehan data baik data primer maupun data sekunder adalah:

(44)

2. Badan Pusat Statistik (BPS) yang banyak menerbitkan data, baik data bulanan maupun data tahunan.

3. Dokumen-dokumen instansi lain yang memberikan data profil Kabupaten Indramayu.

4.3. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dengan bantuan Excel windows, spss dan kalkulator. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dan metode analisis risiko. Metode deskriptif ini digunakan untuk menganalisis alternatif manajemen yang diterapkan, untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu menganalisis risiko yang dihadapi, dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu. Penilaian risiko dapat dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap return dari suatu aset, terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standart deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation).

Nilai ragam (variance), merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari

return dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance menunjukan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha, dan semakin besar nilai variance maka semakin besar penyimpangannya, sehingga semakin besar risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Nilai standar deviasi merupakan akar dari variance. Nilai standard deviation menunjukan bahwa semakin kecil nilai standard deviation maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha, semakin besar nilai standard deviation maka semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Coefficient variation diukur dari rasio standard deviasi dengan return yang diharapkan, semakin kecil nilai coefficient variation

(45)

Ukuran risiko yang dapat dijadikan sebagai ukuran paling tepat dalam memilih alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha tersebut untuk setiap return yang diperoleh adalah koefisien fariasi (coefficient variation). Coefficient variation

merupakan ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif dari beberapa kegiatan usaha.

4.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam penelitian status, kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan ke lapangan atau ke tempat penelitian yaitu di desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, menemui 30 orang responden, yaitu dalam hal ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani, untuk mengetahui secara langsung tentang budidaya usahatani mangga hingga mengamati tentang risiko-risiko yang dihadapi petani budidaya buah mangga tersebut. Selain itu penulis melakukan pendekatan terhadap para petani yang dibantu oleh anggota Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu untuk mengetahui seluruh proses budidaya hingga pemasaran buah mangga di Kabupaten Indramayu. Yang pada akhirnya penulis dapat menyimpulkan dan dapat mendeskripsikan tentang budidaya buah mangga di Kabupaten Indramayu khususnya di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang.

4.3.2. Analisis Risiko

4.3.2.1. Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Spesialisasi

(46)

P= f / T

Keterangan : f : frekuensi produksi panen dari 30 orang petani (kondisi tertinggi, normal, terendah)

T : periode waktu proses produksi

Peluang yang dihitung berdasarkan komoditas buah mangga jenis Gedong gincu dan cengkir. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu, dan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

n

p

ij

= 1

i=1

Penelitian ini mengunakan peluang berdasarkan tiga kondisi yaitu kondisi tertinggi, normal, dan kondisi terendah. Hal ini dilakukan berdasarkan acuan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Fariyanti (2008) dan Putri (2009).

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut:

m

R

i =

p

ij

R

ij

j = 1

Dimana :

pij = Peluang dari suatu kejadian (i=aset, j =kejadian)

Rij = Return

Ri = Expected return

(47)

Variance

Ragam atau Variance (σ2), pengukuran ragam dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari rerturn dan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap peluang. (Elton dan Gruber 1995)

m

σ

i

2

=

p

ij

( R

ij

Rj)

j = 1

Dimana :

σi2 = Variance dari Return

pij = Peluang dari suatu kejadian

Rij = Return

Rj = Expected Return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai

variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :

σ

=

σ

2

Dimana :

σ = Simpangan baku atau Standard Deviation (Rp/Periode) σ2

= Ragam atau Variance (Rp/Periode) Coefficient Variation

Coefficient Variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan

(48)

Rumus coefficient variation adalah :

CV =

σi

/

R

i

Dimana :

CV = coefficient fariation

σ

i = standard deviation

R

i = expected return

Rumus-rumus di atas berfungsi untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi petani buah mangga di Kabupaten Indramayu, dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh oleh petani buah mangga. Misalnya dari pengukuran variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi petani dalam melakukan usaha budidaya mangga tersebut. Untuk nlai standard deviation dapat menentukan semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi petani buah mangga dalam menjalankan usahanya. Sedangkan nilai coefficient variation dapat diartikan, semakin kecil nilai coefficient variation

maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi oleh petani buah mangga dalam menjalankan usahanya.

4.3.3. Analisis pendapatan

Analisis pendapatan dapat diperoleh dari penerimaan (total return/ TR) usaha dikurangi biaya-biaya (total cost / TC) (input, tenaga kerja, operasional, pemasaran dan lain-lain) yang dikeluarkan selama masa periode usaha berlangsung, secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut (Kadarsan, 1992) :

π TR TC Dimana :

π = laba

TR = total return (total penerimaan) TC = total cost (total biaya-biaya) 4.3.4. Analisis Usahatani

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga Menurut Wilayah Pulau Jawa dan Luar
Gambar 1. Perkembangan Produksi Mangga Wilayah Pulau Jawa dan Luar
Tabel 4. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian
Tabel 4. Di atas merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Program ini bertujuan untuk mengarahkan Gapoktan Tekad Tani untuk memproduksi beras organik, mengurangi ketergantungan petani-petani Gapoktan Tekad Tani menggunakan pupuk dan

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadapa produksi usahatani tumpangsari wortel ini adalah benih, pupuk organik, dan pupuk urea,

Penggunaan faktor produksi lahan, urea, pupuk kandang, dan tenaga kerja belum efisien sehingga perlu ditambah, sedangkan penggunaan faktor produksi bibit dan pupuk

Sedangkan harga bibit, harga pupuk kandang, harga pestisida organik, dan biaya pemasaran berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk

Penggunaan pupuk organik POB 5.000 kg /ha + Urea 100 kg/ha + SP-36 200 kg/ha + NPK Phonska 300 kg/ha memberikan hasil umbi dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan tanpa

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organik, pupuk kimia, pestisida hayati, dan pestisida kimia secara simultan berpengaruh

Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P3 tidak mengaplikasikan bahan organik dan walaupun aplikasi pupuk anorganik yang diberikan ke lahan pada perlakuan P3 lebih banyak

Pertanian organik merupakan praktik bertani secara alami tanpa pupuk kimia (anorganik) dan pestisida. Pelaksanaan pertanian organik yang ada di Desa Jayapura ini, di