• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik hubungan serta penjelasan-penjelasan yang didapat dari :

46

1. Hasil dari pengujian sampel tanah asli yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan digolongkan berdasarkan sistem klasifikasi tanah AASHTO dan USCS.

2. Dari hasil pengujian sampel tanah asli terhadap masing-masing pengujian seperti uji analisis saringan, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas atterberg, uji pemadatan tanah dan uji CBR ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik yang nantinya akan didapatkan kadar air kondisi optimum.

3. Dari hasil pengujian CBR terhadap masing-masing variasi campuran prosentasi abu vulkanik Merapi, yaitu 5%, 10%, 15% dan 20% setelah waktu pemeraman ataupun perendaman ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

4. Analisis mengenai perubahan karakteristik pada pencampuran abu Merapi dengan sampel tanah setelah pemeraman 14 hari serta perendaman selama 4 hari dengan mengacu pada perubahan nilai dari parameter-parameter pengujian seperti pengujian CBR, pengujian batas-batas atterberg dan pengujian berat jenis, sebagai berikut :

a. Dari hasil pengujian berat jenis didapatkan hasil pengujian yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dari tabel dan grafik nilai berat jenis tersebut maka akan didapatkan penjelasan perbandingan antara pengaruh masing-masing kadar prosentasi abu Merapi terhadap nilai berat jenisnya.

b. Dari hasil pengujian laboratorium untuk parameter batas-batas konsistensi yang terdiri dari 3 parameter yaitu batas plastis (PL), batas

cair (LL) dan indeks plastisitas (PI), yang kemudian dipaparkan hasilnya bentuk tabel dan grafik. Dari tabel dan grafik nilai batas cair dan batas plastis tersebut maka akan didapatkan penjelasan perbandingan antara pengaruh masing-masing kadar prosentasi abu Merapi dengan nilai batas cair dan batas plastisnya (batas atterberg). c. Hasil pengujian parameter CBR, nilai kekuatan daya dukung

campuran akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik hubungan antara nilai peningkatan/penurunan nilai CBR dalam kondisi pemeraman selama 14 hari serta rendaman selama 4 hari. Dari tabel dan grafik nilai CBR tersebut maka akan didapatkan penjelasan mengenai perbandingan kualitas daya dukung tanah yang terjadi pada masing-masing penetrasi.

5. Dari seluruh analisis hasil penelitian tersebut, maka akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan tabel dan grafik yang telah ada terhadap hasil penelitian yang didapat.

48

Gambar 10. Bagan Alir Penelitian Uji CBR

Uji Berat Jenis Uji Batas Atterberg

Pengujian

Analisis Hasil Kesimpulan

Selesai Mulai

Persiapan Tanah danPeralatan

Kadar Air Analisa Saringan Berat Jenis Batas Atterberg Pemadatan tanah CBR Pemeriksaan Awal Sampel 2 Kadar Abu Merapi : 5% Sampel 3 Kadar Abu Merapi :10%

Pembuatan Sampel Tanah Stabilisasi (Tanah Asli + Kadar Abu Vulkanik Merapi)

Pemeraman selama 14 hari Tanpa Perendaman

Sampel 4 Kadar Abu Merapi : 15%

Pemeraman selama 14 hari dengan Perendaman

Sampel 5 Kadar Abu Merapi : 20%

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap sampel tanah lempung Organik yang distabilisasi menggunakan abu gunung Merapi, maka diperoleh beberapa kesimpulan :

1. Dari hasil pengujian Atterberg diperoleh nilai batas cair sebesar 55,27 % dan batas plastis sebesar 39,29 % dengan Indeks Plastisitas 15,98 %, maka berdasarkan klasifikasi USCS tanah penelitian yang berasal dari kecamatan Rawa Sragi kabupaten Lampung Timur ini termasuk kedalam kelompok OH yaitu tanah lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi, tanah golongan ini termasuk golongan kurang baik digunakan sebagai tanah dasar pondasi.

2. Berdasarkan nilai prosentase lolos saringan No. 200, sampel tanah di atas memiliki prosentase lebih besar dari 50 %, maka berdasarkan klasifikasi USCS tanah ini secara umum dikategorikan golongan tanah berbutir halus dengan simbol kelompok O untuk lempung organik.

3. Pemakaian kadar abu gunung Merapi sebagai bahan stabilisasi terhadap tanah lempung organik mampu menaikkan nilai berat jenis tanah pada setiap penambahan kadar abunya karena berat jenis dari Abu Gunung Merapi lebih besar dari berat jenis tanah.

71

4. Pada hasil pengujian batas Atterberg, kadar abu gunung Merapi dapat menurunkan nilai batas cair. Nilai batas plastis pada masing-masing kadar abu gunung Merapi juga mengalami penurunan. Dan untuk nilai indeks plastisitas pada kadar abu gunung Merapi mengalami penurunan karena pengaruh dari nilai batas cair dan batas plastisnya, secara garis besar penambahan abu gunung Merapi menurunkan nilai indeks plastisitas terhadap tanah asli.

5. Nilai CBR tanpa rendaman dengan waktu pemeraman selama 14 hari mengalami peningkatan sebesar 53,33% dari nilai CBR tanah asli sebesar 10,5% menjadi 16,10% pada kadar abu gunung Merapi 10%. Nilai CBR rendaman dengan waktu perendaman selama 4 hari mengalami peningkatan sebesar 100,0% dari nilai CBR tanah asli sebesar 3,1% menjadi 6,2% pada kadar abu gunung Merapi 10%.

6. Melihat hasil pengujian CBR perendaman dapat disimpulkan bahwa tanah yang telah distabilisasi dengan campuran abu gunung Merapi dengan kadar 10% dapat digunakan sebagai subgrade pada konstruksi jalan, karena nilai CBRnya ≥ 6 %.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya mengenai stabilisasi tanah dengan menggunakan bahan abu gunung Merapi, disarankan beberapa hal dibawah ini untuk dipertimbangkan :

1. Untuk mengetahui efektif atau tidak campuran abu gunung Merapi perlu diteliti lebih lanjut untuk tanah dari jenis lainnya dengan menggunakan komposisi campuran yang sama atau berbeda, sehingga akan diketahui perilaku tanah yang terjadi dan perubahan sifat fisik/mekanik akibat pengaruh penambahan abu gunung Merapi ke dalam campuran tanah. 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sifat campuran

kadar abu gunung Merapi terhadap kadar campuran yang bervariasi dan waktu pemeraman serta perendaman yang berbeda.

3. Untuk kondisi perlakuan stabilisasi tanah lempung organik menggunakan campuran abu gunung Merapi di lapangan, disarankan untuk menggunakan abu dengan komposisi abu gunung Merapi pada kadar 10%. Maka pada saat pencampuran di lapangan untuk 1 m3 campuran memerlukan 0,10 m3 abu gunung Merapi dan 0,90 m3 tanah lempung organik, agar diperoleh kekuatan daya dukung tanah yang baik.

4. Penelitian yang lebih luas dan komprehensif masih diperlukan, khususnya untuk meningkatkan kualitas stabilitas tanah lempung organik terhadap efek jangka panjangnya (long term effect) terhadap pengaruh campuran tanah dengan abu gunung Merapi.

Dokumen terkait