• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kedudukan Hukum Hak Imunitas Anggota Dewan Perwakilan

Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut sebagai hak. Dengan demikian setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut hak. Pengertian hak pada akhirnya juga dipakai dalam arti kekebalan terhadap kekuasaan hukum orang lain. Lembaga legislatif merupakan salah satu lembaga negara yang diberikan hak kekebalan hukum yang kemudian disebut hak imunitas anggota DPR.

Hak imunitas anggota DPR merupakan bagian yang penting dalam sistem ketatanegaraan dari suatu negara yang demokratis dalam menjalankan fungsi parlemen sebab hak imunitas dapat diartikan sebagai penjewantahan mengenai asas kedaulatan rakyat.

Hak imunitas bukan hanya dimaksud untuk melindungi kebebasan anggota DPR, melainkan kemampuan atas nama demokrasi atau

48 kedaulatan rakyat untuk bertindak yang sesuai dengan amanah yang diembannya sebagai anggota DPR yang dipilih oleh rakyat.

Pelaksanaan hak imunitas sendiri masih jauh dari ideal. Sebab masih banyak anggota dewan perwakilan rakyat yang menggunakan hak imunitas tidak pada tempatnya/ melanggar kode etik dan tata tertib anggota dewan perwakilan rakyat serta hak imunitas umumnya dijadikan sebagai tameng untuk menghindari penjatuhan sanksi hukum.

Seperti beberapa kasus yang telah terjadi antara lain kasus anggota DPR komisi III, anhar SE yang mengibaratkan Jaksa Agung sebagai ustad di kampung maling dalam forum Rapat Kerja Gabungan Komisi II dan Komisi III DPR dengan Jaksa Agung 17 Februari 2005.

Hal itu kemudian mengakibatkan Rapat Kerja Gabungan Komisi II dan Komisi III DPR dengan Jaksa Agung diskors selama 15 menit. Ketua Komisi III pada saat itu, Teras Narang membela anggota DPR komisi III, Anhar SE dengan menyatakan bahwa pada saat itu anggota DPR Anhar SE sedang dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan sehingga anggota DPR yang bersangkutan memiliki hak imunitas tanpa mengindahkan kewajiban DPR untuk menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain. 47

47 Nay, Hak Imunitas DPR Bukan Tak Terbatas, diakses dari : http://m.hukumonline.com/berita/baca/hol12252/hak-imunitas-dpr-bukan-tak-terbatas , pada tanggal 27 Mei 2018 pukul. 23.18

49 Selain itu kasus lain pelaksaan hak imunitas yang kontroversial yakni kasus yang sudah dibahas sebelumnya, kasus ujaran kebencian anggota DPR fraksi Partai Nasdem Viktor Laiskodat pada masa reses tanggal 1 Agustus 2017 di kupang, Nusa Tenggara Timur yang menuduh Partai PAN, PKS, Gerindra dan Demokrat sebagai pendukung kaum ekstrimis dan intoleran. Pidato kontroversial Viktor Laiskodat yang diduga berbau SARA itu dilakukan saat Viktor saat melaksanakan tugas sebagai anggota Dewan yang sedang menjalani masa reses dan menemui konstituen di daerah pemilihannya, sehingga Viktor Laiskodar dianggap memiliki hak imunitas karena sedang menjalankan tugas sebagai anggota dewan perwakilan rakyat.

Ujaran kebencian yang mengandung SARA dalam pidato Viktor Laiskodat pada masa reses tersebut bisa berujung pada pecahnya persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya di NTT.48 Hal ini kemudan bertentangan dengan kewajiban anggota DPR mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kasus menyimpang lain terkait pelaksanaan hak imunitas adalah kasus penghinaan anggota DPR fraksi PDI Arteri Dahlan terhadap kementerian agama dalam rapat komisi III DPR bersama jaksa agung 28 Maret 2018 yang membahas kasus First Travel .

48 Ihsanuddin, Kasus Ujaran Kebencian Viktor Laiskodat, Polisi Minta Keterangan

Wasekjen PAN diakses dari :

http://nasional.kompas.com/read/2017/09/13/21163701/kasus-ujaran-kebencian-viktor-laiskodat-polisi-minta-keterangan-wasekjen-pan pada tanggal 28 Mei 2018 pukul.00.43

50 Dalam rapat tersebut Arteri mengemukakan kekesalannya hingga akhirnya menyebut kementerian Agama dan orang yang ada di dalamnya ‘bangsat’ . Menurut dia, kasus penipuan tersebut terjadi lantaran pengawasan kementerian Agama yang lemah. Sama halnya dengan pelaksanaan hak imunitas yang sudah dipaparkan sebelumnya Arteri Dahlan tetap dianggap memiliki hak imunitas karena pernyataannya dikemukakan dalam rangka menjalankan fungi pengawasannya tanpa mengindahkan kewajiban DPR untuk menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain.49

Hak imunitaspun sering dijadikan upaya anggota DPR agar terhindar dari jeratan hukum. Seperti halnya kasus mantan ketua DPR Setya Novanto yang melakukan tindak pidana korupsi e-KTP kemudian ingin berlindung di balik hak imunitas (Pasal 20A UUD 1945) untuk tidak memenuhi panggilan KPK, menurut tim hukum Setya Novanto implikasi dimilikinya hak imunitas itu membuat Setya Novanto tidak bisa semena-mena dipanggil oleh penegak hukum, termasuk KPK.50 Secara umum anggota DPR, termasuk ketua DPR memiliki hak imunitas hak imunitas kekebalan tertentu untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Tetapi terdapat pengecualian bahkan ketika anggota dewan melaksanakan tugas dan

49 Jabbar Ramdhani, Arteri Dahlan ‘Anggota DPR Yang Terhormat’ yang maki kemenag, diakses dari : https://m.detik.com/news/berita/3942454/arteria-dahlan-anggota-dpr-yang-terhormat-yang-maki-kemenag pada tanggal 27 Mei 2018 pukul.19.49

50 Fathiyah Wardah, Revisi UU MD3 Berimplikasi Buruk Pada Proses Demokrasi, diakses dari : http://www.voaindonesia.com/a/revisi-uu-md3-berimplikasi-buruk-pada-proses-demokrasi/4251478.html pada tanggal 28 Mei 2018 pukul.03.19

51 kewajibannya, terhadap hal-hal tertentu anggota dewan melakukan melanggar, misalnya membuka perkara yang dinyatakan tertutup untuk publik dalam hal ini hak imunitas tidak berlaku. Sehingga jelas hak imunitas pada kasus korupsi yang dilakukan Setya Novanto tidak berlaku.

Hak imunitas pada dasarnya bagian integral dari posisi, bukan individu. Tujuannya adalah untuk melindungi integritas jabatan dan lembaga Dewan Perwakilan Rakyat. Bukan sebagai sarana untuk melindungi individu – individu yang jelas-jelas terlibat kegiatan kriminal maupun individu yang menggunakan hak imunitas secara menyimpang .

Hak imunitas sebagai perlindungan terhadap kebebasan berbicara dan berpendapat anggota DPR memang memiliki potensi terjadinya penyalahgunaan terhadap hak tersebut. Dalam hal ini, anggota DPR harus memaknai bahwa keberadaan hak imunitas anggota DPR tidak berdiri sendiri sebagai hak yang bebas nilai melainkan didukung oleh tingkah laku atau etika politik anggota DPR.

Hal inilah yang menjewantahkan nilai-nilai dari demokrasi sebagai wujud kedaulatan rakyat terhadap keberadaan hak imunitas anggota DPR.

52 Ruang Lingkup/ Batasan Hak Imunitas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Hak imunitas memang menjadi hak dasar yang tanpanya, maka pelaksanaan tugas anggota parlemen (DPR) akan terhambat. Hal tersebut juga memungkinkan anggota parlemen (DPR) untuk berbicara dalam parlemen terhadap materi atau terhadap pendapat anggota parlemen (DPR) yang mereka inginkan atau yang perlu mereka katakan. Namun demikian, pelaksanaan hak imunitas anggota DPR juga tidak bisa dijalankan secara mutlak mengingat ketentuan dalam Pasal 224 Ayat (4) Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2014, mengecualikan hak imunitas tersebut terhadap anggota DPR yang mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dinyatakan sebagai rahasia negara menurut ketentuan peraturan perundang-undangan serta pengecualian terhadap anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana sehubungan dengan pelaksanaan tugas.

Pengaturan mengenai hak imunitas anggota DPR di Indonesia sendiri telah mengalami berbagai perkembangan mulai dari awal ketentuan hak imunitas anggota DPR diberlakukan, yaitu dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1948 dimaknai sebagai bentuk pembangunan demokrasi khususnya dalam bingkai pemerintahan

53 (parlementarisme) ke arah kemajuan yang dihendaki. Hal tersebut yang menjadi penegasan kedudukan wakil-wakil rakyat dalam hidup bernegara dengan memproyeksikan kebebasan menyatakan pikiran dalam rapat-rapat dewan (dengan lisan maupun tulisan).

Perkembangan pengaturan tentang hak imunitas terus berkembang hingga Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.51

Lebih jauh perkembangan hak imunitas anggota DPR dalam Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014, memberikan gambaran pelaksanaan hak imunitas sangat erat kaitannya dengan fungsi, tugas dan kewenangan serta hak dan kewajiban konstitusional anggota DPR. Sehingga jelas terkait keberadaannya hak imunitas merupakan instrumen atau perangkat yang menjamin pelaksanaan tugas dan kewenangan anggota DPR secara efektif untuk menyuarakan kepentingan bangsa dan negara. Namun demikian harus tetap dalam koridor ketentuan perundang-undangan yang berlaku agar tidak terjadi abuse of power terkait hal ini maka penting

51 AlQadri Nur,SH., 2016, Hak Imunitas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Tesis Program Studi Magister Ilmu Hukum, pada Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, tidak diterbitkan, hlm.9.

54 untuk membatasi kemampuan anggota DPR dalam melaksanakan peran perwakilannya.52

Pembatasan hak imunitas ini merujuk pada masa kerja anggota DPR terkait pelaksanaan fungsi, wewenang dan tugas anggota DPR.

Dimana masa kerja tersebut disebut sebagai Tahun Sidang. Tahun Sidang DPR diawali setiap tanggal 16 Agustus dan diakhiri tanggal 15 Agustus. Dalam satu Tahun Sidang, waktu kerja DPR dibagi menjadi 4 (empat) atau 5 (lima) masa persidangan. Dimana setiap masa persidangan terdiri dari masa sidang dan masa reses.53

Masa sidang adalah masa dimana DPR bekerja di dalam gedung DPR. Pada masa ini, berbagai aktifitas dilakukan anggota dewan di dalam kompleks gedung Senayan, mulai dari kegiatan rapat-rapat dalam rangka pelaksanaan fungsi legislasi (membentuk undang-undang), fungsi anggaran (penetapan APBN), maupun fungsi pengawasan yang melibatkan rapat-rapat dengan pemerintah, sampai kegiatan menerima dan memperjuangkan aspirasi rakyat, baik yang datang ke DPR secara individu maupun kelompok (termasuk para demonstran) .54

Sementara masa reses merupakan masa dimana para anggota dewan bekerja di luar gedung DPR, menjumpai konstiituen di daerah

52 Ibid., hlm. 10-11.

53 Dikutip dari www.dpr.go.id/tentang/tahun-sidang , diakses pada tanggal 13 Mei 2017 pukul.01.57

54 Ibid.

55 pemilihannya (Dapil) masing-masing. Pelaksanaan tugas anggota dewan di dapil dalam rangka menjaring, menampung aspirasi konstituen serta melaksanakan fungsi pengawasan dikenal dengan kunjungan kerja. Kunjungan kerja ini bisa dilakukan oleh anggota dewan secara perseorangan maupun secara berkelompok.55

Dalam Pasal 221 Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib yang menyatakan :

(1) Tahun sidang DPR dimulai pada tanggal 16 Agustus dan diakhiri pada tanggal 15 Agustus tahun berikutnya dan apabila tanggal 16 Agustus jatuh pada hari libur pembukaan tahun sidang dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

(2) Tahun sidang dibagi dalam 4 (empat) atau 5 (lima) masa persidangan sesuai dengan keputusan Badan Musyawarah.

(3) Masa persidangan meliputi masa sidang dan masa reses, kecuali pada persidangan terakhir dari satu periode keanggotaan DPR, masa reses ditiadakan.

Kemudian dalam Pasal 226 Peraturan RI Nomor 1 Tahun 2014, Tentang Tata Tertib menyatakan :

55 Ibid.

56 (1) Waktu rapat DPR adalah :

a. Pada siang hari, hari senin sampai hari kamis, dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 dengan waktu istirahat pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00; hari Jumat dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 dengan waktu istirahat dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 13.30; dan

b. Pada malam hari dari pukul 19.30 sampai dengan pukul 22.30 pada setiap hari kerja.

(2) Perubahan waktu rapat sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditentukan oleh rapat yang bersangkutan.

(3) Semua jenis rapat DPR dilakukan di gedung DPR, kecuali ditentukan lain, rapat dapat dilakukan di luar gedung DPR atas persetujuan pimpinan DPR.

Terkait ketentuan mengenai masa sidang, dikenal beberapa jenis rapat sidang DPR, yaitu disebutkan di dalam Pasal 227 Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib, yang menyatakan bahwa jenis rapat DPR adalah:

a. Rapat Paripurna;

b. Rapat paripurna luar biasa;

c. Rapat pimpinan DPR;

d. Rapat konsultasi;

57 e. Rapat Badan Musyawarah;

f. Rapat Komisi;

g. Rapat gabungan komisi;

h. Rapat Badan Legislasi;

i. Rapat Badan Anggaran;

j. Rapat BURT;

k. Rapat BKSAP;

l. Rapat Mahkamah Kehormatan Dewan;

m. Rapat Panitia Khusus;

n. Rapat Panitia Kerja;

o. Rapat tim;

p. Rapat Kerja;

q. Rapat dengar pendapat;

r. Rapat dengar pendapat umum;

s. Rapat Fraksi.

Berdasarkan ketentuan yang mengatur tentang masa kerja anggota DPR tersebut maka diketahui bahwa anggota DPR hanya mengenal 2 (dua) masa kerja yakni masa sidang dan masa reses, diluar dari kedua waktu tersebut anggota DPR tidak melaksanakan fungsi, wewenang dan tugasnya sebagai anggota DPR sehingga secara otomatis hak imunitas pun tidak berlaku.

58 Mengenai hak imunitas anggota DPR dalam pelaksanaan masa sidang dan masa reses DPR, dimana anggota DPR dalam pelaksanaan hak imunitasnya tidak bisa dilepaskan dari keterikatan terhadap ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai kelembagaan DPR. Ketentuan-ketentuan tersebut mengatur mengenai tata tertib anggota DPR dalam rapat sidang DPR.

Selain itu, dalam masa sidang dan masa reses tersebut, dimana anggota DPR dalam pelaksanaan terhadap fungsi, wewenang dan tugas serta hak dan kewajiban konstitusionalnya juga dibingkai dengan kode etik. Kode etik yang menjadi paduan terhadap segala bentuk kegiatan maupun tingkah laku anggota DPR dalam melaksanakan fungsi, wewewang dan tugas serta hak dan kewajiban konstitusionalnya.

B. Implementasi Hak Imunitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Pembahasan mengenai hak imunitas anggota DPR dalam UUD NRI 1945 dikenal dalam pembahasan Materi Rancangan Perubahan Kedua UUD NRI 1945 yang dipersiapkan oleh Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sesuai dengan penugasan yang dituangkan dalam ketetapan MPR RI No. IX/MPR/1999 mengambil keputusan menyetujui Rancangan Perubahan Kedua UUD NRI 1945

59 yang diantaranya dalam Pasal 20A Ayat (1) “Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan”, Pasal 20A Ayat (2) “Dalam melaksanakan fungsinya selain hak yang diatur dalam Pasal-Pasal lain Undang-Undang Dasar ini Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat”, Pasal 20A Ayat (3) “Selain hak yang diatur di dalam Pasal-Pasal lain UUD ini setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas”.56

Selanjutnya sesuai ketetapan dalam Pasal 20A Ayat (4)

“ketentuan lebih lanjut tentang hak dewan perwakilan rakyat dan hak anggota dewan perwakilan rakyat diatur dalam undang-undang, maka pengaturan hak imunitas kemudian tertuang dalam undang-undang nomor 9 tahun 1948 Tentang Anggauta B.P.K.N.I.P. Dan K.N.I.P.

Tidak Diperkenankan Merangkap Jabatan Negeri Yang Tertentu, Sumpah Jabatan Dan Kedudukan Hukumnya.

Pengaturan mengenai hak imunitas anggota DPR di Indonesia sendiri telah mengalami berbagai perkembangan mulai dari awal ketentuan hak imunitas anggota DPR diberlakukan, yaitu dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1948 dimaknai sebagai bentuk pembangunan demokrasi khususnya dalam bingkai pemerintahan

56 AlQadri Nur, S.H., Op.cit., hlm.4

60 (parlementarisme) ke arah kemajuan yang dihendaki. Perkembangan pengaturan tentang hak imunitas terus berkembang hingga Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pengaturan hak imunitas anggota DPR dalam Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, memberikan pemaknaan yang luas dari ketentuan-ketentuan sebelumnya mengenai hak imunitas anggota DPR. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan hak imunitas anggota DPR bukan hanya dilaksanakan dalam rapat-rapat DPR, melainkan bahwa pelaksanaan hak imunitas anggota DPR juga dapat dilaksanakan di luar rapat DPR. Hal tersebut hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan pengumuman materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan dan hal lain yang berkaitan dengan rahasia negara menurut peraturan perundang-undangan sebagaimana yang diatur dalam ketentuan berikut.

Pasal 224 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menyatakan bahwa :

61 (1) Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.

(2) Anggota DPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena sikap, tindakan, kegiatan di dalam rapat DPR ataupun di luar rapat DPR yang semata-mata karena hak dan kewenangan konstitusional DPR dan/atau anggota DPR.

(3) Anggota DPR tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPR maupun di luar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dinyatakan sebagai rahasia negara menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anggota DPR dilindungi oleh undang-undang dalam menjalankan tugasnya karena memiliki hak imunitas. Hak istimewa tersebut dianggap sebagai upaya untuk menjaga kehormatan dewan

62 dan bukan untuk melindungi anggota DPR dari permasalahan hukum.

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memang diatur bahwa anggota DPR tidak dapat dikenakan sanksi hukum ketika sedang menjalankan tugas namun hak imunitas tidak berlaku jika anggota DPR terlibat tindak pidana khusus. Dengan kata lain keberadaan hak imunitas menjadikan anggota DPR dapat menjalankan tugas dan kewenangannya secara efektif sehingga dalam penerapannya hak imunitas di lembaga DPR Indonesia bersifat terbatas, harus tetap dalam koridor ketentuan perundang-undangan yang berlaku agar tidak terjadi abuse of power57, artinya anggota DPR dapat diperiksa oleh pengadilan apabila hak imunitas yang dimiliki tersebut melanggar ketentuan dalam Konstitusi atau Undang-Undang.

Pelaksanaan hak imunitas yang ketentuannya diatur dalam pasal 224 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 pun tidak terlepas dari peraturan Tata Tertib dan juga Kode Etik Lembaga. Selain itu anggota legislatif memiliki kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintah, sehingga dalam hal mengajukan pertanyaan dan pernyataan harus dilakukan dengan tata cara

57 Akhmad Aulawi, Perspektif Pelaksanaan Hak Imunitas Anggota Parlemen Dan Pelaksanaannya di Beberapa Negara dalam AlQadri Nur,SH., 2016, Hak Imunitas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Tesis Program Studi Magister Ilmu Hukum, pada Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, tidak diterbitkan, hlm.11

63 mengindahkan etika politik & pemerintahan dan senantiasa menggunakan tata krama, sopan santun, norma serta adat budaya bangsa.

Adapun ketentuan yang mengatur terkait Tata Tertib dan Kode Etik dalam pelaksanaan Hak imunitas anggota DPR tertuang dalam Peraturan DPR RI Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib serta dalam Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

64 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kedudukan hukum hak imunitas anggota DPR merupakan bentuk hak yang diberikan kepada individu anggota DPR untuk menjamin terlaksananya fungsi, tugas, dan wewenang anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat. Namun tentunya dengan batasan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang anggota DPR itu sendiri. Dimana pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang tersebut dibingkai dengan tata tertib dan kode etik anggota DPR sebagai mana yang diatur dalam Undang-Undang MD3 dan Peraturan DPR RI Nomo 1 Tahun 2015 Tentang Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Implementasi hak imunitas anggota DPR dalam peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 20A Ayat (3) UUD 1945, yang kemudian ketentuan lanjutannya tertuang dalam Pasal 224 Ayat (1), (2), (3) dan (4) UUD MD3 Nomor 17 Tahun 2014 dan Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata

65 Tertib. Serta peraturan pelaksana, Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2015 tentang kode etik Dewan Perwakilan Rakyat yang digunakan dalam pelaksanaan hak imunitas anggota DPR.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun saran penulis yakni diperlukan penegasan secara spesifik terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pelaksanaan hak imunitas anggota DPR agar tidak terjadi penafsiran yang subjektif oleh anggota DPR dalam menggunakan hak imunitas tersebut dan peningkatan kualitas kinerja Mahkamah Kehormatan Dewan serta peningkatan sanksi dalam hal menangani pelanggaran dalam pelaksanaan hak imunitas.

66 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bahder Johan Nasution . 2011. Negara Hukum Dan Hak Asasi Manusia . Bandung : Mandar Maju.

Diana Halim Koentjoro . 2004. Hukum Administrasi Negara. Bogor : Ghalia Indonesia.

Inu Kencana Syafiie . 2011 . Sistem Pemerintahan Indonesia . Jakarta : Rineka Cipta.

Jimly Assihiddiqie . 2005 . Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta : Konstitusi Pers.

Majda El Muhtaj . 2005 . Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia . Jakarta : Kencana.

Mexsasai Indra . 2011. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung : Refika Aditama.

Miriam Budiarjo . 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik . Jakarta . PT.Gramedia Pustaka Utama.

Moh Kusnardi . 1987 . Hukum Tata Negara Indonesia . Jakarta : Sinar Bakti.

Munir Fuady. 2010 . Konsep Negara Demokrasi. Bandung : Refika Aditama.

67 Ni’matul Huda . 2005. Negara Hukum, Demokrasi Dan Judicial Review .

Yogyakarta : UII Pers.

____________. 2012. Hukum Tata Negara Indonesia . Jakarta : Rajawali Pers.

Ridwan HR . 2006 . Hukum Administrasi Negara . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Rozikin Daman . 1993 . Hukum Tata Negara . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Ruslan Abdulgani . 1995 . Beberapa Catatan tentang Pengalaman Pancasila dengan Penekanan kepada Tinjauan Sila ke-4 yaitu Demokrasi Pancasila, dalam Demokrasi Indonesia Tinjauan

Politik, Sejarah, Ekonomi-Koperasi dan Kebudayaan . Jogyakarta : Yayasan Widya Patria.

Tahir Azhary . 1995 . Negara Hukum Indonesia . Jakarta : UI Press.

Titik Triwulan Tutik . 2011 . Konstruksi Negara Hukum Tata Negara Indonesai Pasca Amandemen UUD 1945 . Jakarta : Kencana.

Kamus

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional . 2008 . Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

68 Peraturan Perundang – Undangan Republik Indonesia

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah . Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan

International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik) .

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib.

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia .

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah .

69 Skripsi / Tesis / Disertasi

AlQadri Nur,SH., 2016, Hak Imunitas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Tesis Program Studi Magister Ilmu Hukum, pada Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, tidak diterbitkan.

Indah Sari . 2017 . Tinjauan Yuridis Terhadap Pengalihan Kewenangan Pengelolaan Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan Kepada Pemerintah Provinsi . Skripsi Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Tidak diterbitkan

Quartas Ivan Raharjo Putra. 2015. Analisis Terhadap Hak Imunitas Anggota DPR Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR,DPD DAN DPRD Ditinjau Dari Prinsip Negara Hukum. Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak diterbirkan.

Sumber Lain

Awaluddin . Konsepsi Negara Demokrasi yang Berdasarkan Hukum . http://www.jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2319 . Diunduh pada 16 Agustus 2017.

Jimly Asshidiqie . Prinsip Pokok Negara Hukum .

http://www.jimly.com/pemikiran/view/11 . Diunduh pada 16 Agustus 2017.

Taufik Rahadian . Pidato Lengkap Victor Laiskodat yang Menuai Polemik . http://m.kumparan.com/taufik-rahadian/pidato-lengkap-victor-laiskodat-yang-menuai-polemik . Diunduh pada 14 Agustus 2017.

Dokumen terkait