• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

3. Bagi Gereja Protestan HKBP Yogyakarta agar mempertahankan praktik akuntabilitas yang dijalankan saat ini, dan bisa terus mengembangkan mekanisme pertanggungjawaban sesuai dengan kebutuhan kedepannya.

4. Bagi gereja protestan lainnya agar dapat mencontoh Gereja Protestan HKBP Yogyakarta dalam memahami dan menerapkan akuntabilitas keuangan agar terhindar dari penyelewengan.

5. Bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama, untuk melakukan penelitian lebih mendalam terkait:

input: meneliti faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi

praktik akuntabilitas berupa karakteristik dari pelaku akuntabilitas karena masih ada karena masih ada karakteristik-karakteristik lainnya.

Output: untuk melakukan wawancara dari jemaat sebagai pihak

eksternal gereja untuk mendapatkan informasi terkait dampak atau

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin dkk. 2018. “Relasi Intra-Kristiani di Indonesia: Gereja-Gereja Arus Utama dan Pentakosta”. Costly Tolerance: Tantangan Baru Dialog Muslim

Kristen di Indonesia dan Belanda. Ed. Suhadi. Yogyakarta. CRCS (Center Of

Religious and Cross-cultural Studies).

Ashaf.A.F. 2006. “Pola Relasi Media, Negara, dan Masyarakat: Teori Strukturisasi Anthony Giddens Sebagai Alternatif”. Jurnal Nasional

Sosiohumaniora. Vol.8, No.2, 205-218.

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana, Jakarta.

Dewi, K.G.S.S., Atmadja, A.W.T., & Adiputra,M.P.2015. “Konsep Akuntabilitas Keuangan Dalam Organisasi Keagamaan (Studi Kasus pada Gereja Kerasulan Baru di Indonesia, Distrik Jawa Timur dan Bali)”. Jurnal

Akuntansi Program S1. Vol.3, No.1. Diakses pada Oktober 2019.

Dhanani,A., & Connoly,C. 2012. “Discharging not-for-profit accountability: UK charities and public discourse”. Accounting, Auditing & Accountability

Journal, Vol.25, No.7, 1140-1169. Doi:10.1108/09513571211263220.

Fitria, Y. 2017. “Akuntabilitas pada Organisasi Religi; Studi Kasus Masjid-Masjid di Balikpapan, Kalimantan Timur”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.4, No.1.

http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/AKUNTABEL/issue/view/78. Diakses tanggal 9 oktober 2019.

Giddens, A.1984. The Constitution of Society: Outline Of The Theory of

Structuration. Terjemahan oleh Sujono, Adi Loka. 2003. Penerbit Pedati,

Malang.

Ginting,D.A. 2014. Akuntabilitas Keuangan dalam Organisasi Gereja Protestan

(Studi Fenomenologi pada gereja GBKP di Perumnas Simalingkar).

Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Medan: Medan.

Halim, Abdul; Kusyufi, Muhammad Syam. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Dari

Anggaran Hingga Laporan Keuangan, Dari Pemerintah Hingga Tempat

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu

sosial. Salemba Humanika, Jakarta.

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). 2002. Tata Dasar dan Tata Laksana

HKBP 2002 Setelah Amandemen Ketiga. HKBP.

HKBP Yogyakarta. 2014. Sejarah Berdirinya HKBP Yogyakarta.

http://www.hkbpjogja.org/index.php/profile/2014-03-21-05-29-06. Diakses bulan April 2020.

LAN dan BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Penerbit LAN, Jakarta.

Mahsun, Mohammad., Sulistyowati, Firmas., & Purwanugraha, Heribertus Andre. 2007. Akuntansi Sektor Publik edisi kedua. BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Mahsun, Mohammad., Sulistyowati, Firmas., & Purwanugraha, Heribertus Andre. 2011. Akuntansi Sektor Publik edisi ketiga. BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Terbaru. Andi. Yogyakarta. Mashaw, J. L. 2006. “Accountability and Institutional Design: Some Thoughts on

The Grammar of Governance”. Public Working Papers: Public

Accountability: Designs, Dillemas and Experiences, 115-377.

Novitasari, 2016. Praktik Akuntabilitas di Organisasi gereja (Studi Kasus Pada

Gereja Bethel Indonesi Dr. Cipto Ambarawa). Tesis. Fakultas Ekonomi.

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Pratiwi, wiwik. 2016. AUDIT SEKTOR PUBLIK Mencapai Akuntabilitas Melalui

Laporan Keuangan untuk Menjamin Transparansi Organisasi Sektor Publik. Penerbit IN MEDIA, Bogor.

Raharjo, E. 2007. “Teori Agensi dan Teori Stewardship Dalam Perspektif Akuntansi”. Fokus Ekonomi. Vol 2, No 1, 37-46. ISSN: 1907-6304.

Randa, F. 2011. “Rekonstruksi Konsep Akuntabilitas Organisasi Gereja (Studi Etnografi Kritis Inkulturatif Pada Gereja Katolik di Tana Toraja).

Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. Universitas Atma Jaya

Makassar.

Redaksi Spektrum. 2020. “Gereja Pribadi vs Gereja Jemaat”. Majalah Spektrum.

https://majalahspektrum.com/2020/03/24/gereja-pribadi-vs-gereja-jemaat/.

Diakses tanggal 17 September 2020.

Sanica, I Gede., Ayu, Putu Citra dan Suidarma, I Made. 2019. “Paradigma Baru Akuntabilitas Keuangan: Sebuah Tinjauan Kelembagaan Organisasi Subak Jatiwuluh Tabanan Bali”. Ed. Vega, Eric. Jawa Timur. CV. Pustaka Abadi.

Sari,E.N. 2018. Akuntabilitas Keuangan Dalam Organisasi Keagamaan (Stusi

Kasus di Gereja Kristen Jawa Temon). Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas

Ekonomi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.

Silvia J. dan Ansar M. 2011. “Akuntabilitas Dalam Perspektif Gereja Protestan (Studi Fenomenologis Pada Gereja Protestan Indonesia Donggala Jemaat Manunggal Palu)”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Sugiarti,Y. 2014. Akuntabilitas Pada Gereja X di Surabaya. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Surabaya.Vol.3 no.2.

http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/download/1355/1093/. Diakses tanggal 9 Oktober 2019.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.

Sukmawati,F., Pujiningsih,S., dan Laily.N. 2016. “Akuntabilitas Gereja dalam Perspektif Alkitabiah dan Stewardship Theory (Studi Kasus Gereja X di Jawa Timur)”. Jurnal Akuntansi Aktual. Vol.3, No.4, 301-310. Diakses pada Oktober 2019.

Sumarwan, A dkk. 2019. “Examining credit union accountability to government in a lightly regulated context”. Eleventh Asia Pacific Regional Conference

of the International Society for Third Sector Research (ISTR), Bangkok.

Sumarwan, A dkk. 2019. “Third Sector Accountability: Re-examining the ‘Promises’ of Accountability Through a Structuration Theory Lens”.

Eleventh Asia Pasific Regional Conference of the International Society fo Third Sector Research (ISTR), Bangkok.

Wibowo, E. A., & Kristanto, H. 2017. Korupsi Dalam Pelayanan Gereja: Analisis Potensi Penyimpangan dan Pengendalian Internal. Integritas, 105-136. Winarni, Endang Widi. 2018. Teori dan Praktik. Penelitian Kuantitatif Kualittatif

(Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Research and Development (R&D)).

Bumi Aksara, Jakarta, Indonesia.

Zulganef. 2018. Metode Penelitian Bisnis dan Manajemen. PT Refika Aditama, Bandung, Indonesia.

Lampiran 1.1

Pedoman Wawancara (Interview Guide)

Topik : Analisis Penerapan Akuntabilitas Keuangan Berlandaskan Teori Strukturasi (Structuration Theory) Dalam Organisasi Keagamaan Gereja Protestan

(

Studi Kasus pada Gereja Protestan HKBP Yogyakarta)”.

Tentang interview ini:

1. Tujuan wawancara: untuk mendapatkan informasi tentang gambaran praktik akuntabilitas keuangan Gereja Protestan HKBP Yogyakarta yang melibatkan sejumlah pengurus pada masing-masing bidang yang ada di gereja tersebut. Sebagai fokus bahasan, peneliti ingin mengetahui bagaimana alur pertanggungjawaban keuangan di Gereja Protestan HKBP Yogyakarta dimulai dari proses penyusunan anggaran, pelaksanaan program dan penggunaan dana gereja, proses pencatatan keuangan gereja, hingga pertanggungjawaban keuangan gereja.

2. Pihak yang akan diwawancarai adalah: a. Pendeta

b. Bendahara c. Sekretaris

d. Ketua Dewan Diakonia e. Ketua Dewan Koinonia f. Ketua Dewan Marturia g. Ketua Yayasan

3. Wawancara ini akan dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

A. Mengetahui tugas dan program kerja yang ada di masing-masing bidang pengurus gereja

B. Proses penyusunan anggaran keuangan Gereja Protestan HKBP Yogyakarta

C. Pelaksanaan program kerja

E. Penutup

Beberapa hal yang ditanyakan atau dipastikan kepada responden sebelum wawancara dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menanyakan identitas responden dan menanyakan kesediaan untuk diwawancara, yang terdiri atas:

a. Nama responden b. Umur responden

c. Jenis kelamin responden d. Alamat responden

e. Jabatan kepengurusan responden f. Lama jabatan

g. Pendidikan responden

2) Menanyakan kepada responden apakah diijinkan untuk merekam atau melakukan pencatatan selama wawancara berlangsung. Rekaman dan catatan hanya digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi.

3) Menyampaikan kepada responden tentang hak responden untuk menolak jika tidak ingin direkam terkait dengan informasi tertentu.

4) Menanyakan kepada responden apakah ada dokumen yang mendukung proses wawancara.

5) Apakah responden ingin menanyakan sesuatu terkait wawancara atau penelitian ini.

Poin-poin pertanyaan yang akan diajukan selama wawancara meliputi:

A. Tugas dan program kerja di masing-masing bidang pengurus gereja

a. Apa saja tugas Bapak/Ibu/Sdr sebagai pengurus di Gereja Protestan HKBP Yogyakarta?

B. Proses penyusunan anggaran keuangan gereja

a. Kapan dilaksanakan proses penyusunan anggaran keuangan gereja?

b. Siapa saja yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran keuangan tersebut?

c. Bagaimana proses penyusunan anggaran keuangan tersebut? C. Pelaksanaan program kerja

a. Apakah selama ini program kerja di masing masing bidang bisa terlaksana semua dan sesuai dengan rencana?

b. Jika ada program kerja yang tidak terlaksana dan tidak sesuai dengan rencana, apa saja kendala yang menyebabkan itu terjadi? c. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?

d. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Sdr terkait program kerja yang tidak berjalan tersebut? (dilihat dari segi keuangan dan segi tercapainya tujuan gereja)

e. Apakah ada pengawasan terhadap setiap program kerja yang berjalan?

f. Siapakah pihak yang mengawasi tersebut? C. Pertanggungjawaban keuangan gereja

Proses pertanggungjawaban keuangan meliputi topik pertanyaan: a. Untuk apa mereka bertanggung jawab (for what)?

1) Apa yang Bapak/Ibu/Sdr pahami tentang pertanggungjawaban keuangan?

2) Apa saja alasan yang mendasari gereja untuk mempertanggungjawabkan keuangan gereja?

3) Diantara alasan-alasan tersebut, manakah alasan yang paling utama? Mengapa?

b. Siapa yang bertanggung jawab (who)?

Siapa yang bertangggung jawab atas penerimaan dan penggunaan dana gereja?

1) Kepada siapa biasanya gereja mempertanggungjawabkan segala penerimaan dan pengeluaran keuangan gereja?

2) Mengapa pihak tersebut perlu menerima pertanggungjawaban keuangan gereja?

3) Diantara pihak-pihak tersebut, pihak mana yang paling penting? Mengapa?

d. Standar/dasar apa yang digunakan untuk menilai perilaku yang bertanggung jawab (how)?

1) Bagaimana cara gereja mempertanggungjawabkan keuangan gereja? Apakah ada media tertentu yang digunakan?

2) Apakah ada standar/dasar yang digunakan dalam menjalankan cara tersebut?

3) Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr, cara yang digunakan saat ini dapat membantu untuk mencapai tujuan yang diinginkan?

4) (Jika caranya lebih dari satu) diantara cara-cara tersebut, yang manakah yang paling penting? Mengapa?

e. Dampak potensial apa yang akan terjadi jika standar tersebut tidak dipenuhi (what)?

1) Apa dampak dari standar/dasar yang sudah ada terhadap operasi Gereja Protestan HKBP Yogyakarta? 2) Apakah gereja selalu melakukan evaluasi atas kinerja

masing-masing di setiap periodenya?

3) Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Sdr terkait pertanggungjawaban keuangan di HKBP Yogyakarta ini? Apakah ada hal yang perlu diperbaiki untuk kedepannnya?

g. Kapan gereja akan mempertanggungjawabkan keuangan gereja?

h. Bagaimana alur pertanggungjawaban keuangan gereja? D. Penutup

a. Apakah ada hal lain yang ingin Bapak/Ibu/Sdr sampaikan terkait wawancara ini?

b. Apakah Bapak/Ibu/Sdr bersedia untuk peneliti hubungi kembali apabila terdapat beberapa hal yang ingin peneliti tanyakan atau konfirmasi?

c. Apakah Bapak/Ibu/Sdr berkenan untuk memberikan nama dan nomor telephone yang bisa dihubungi?

d. Apakah peneliti boleh meminta pendapat Bapak/Ibu/Sdr terkait transkrip wawancara dan kesimpulan peneliti, untuk memastikan interpretasi peneliti sesuai dengan maksud Bapak/Ibu/Sdr?

e. Apakah Bapak/Ibu/Sdr menghendaki salinan digital (softcopy) ringkasan penelitian?

f. Terima kasih.

Lampiran 1. 2.

Transkip Wawancara Pendeta Jemaat Informan 1

Tanggal wawancara: 22 April 2020 Durasi : 1 jam 35 menit

Via : telepon

Identitas Informan 1

Nama : Pdt. A. A. Zaitun Sihite, M.Th.

Usia : 54 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. I Dewa Nyoman Oka No.22, Kota Baru, Yogyakarta (komplek gereja)

Jabatan kepengerusan: Pendeta Resort Pimpinan Lama jabatan : 7 tahun

Pendidikan : S2 Teologi

Hasil Wawancara Keterangan:

A : Pewawancara B : Narasumber

A : “ Halo, selamat siang Amang”. B : “ Iya, selamat siang”.

A : “ Baik Amang, sebelumnya perkenalkan nama saya Cinta Manurung Amang”. B : “ udah pernah kita jumpa ya? Belum ya?”

A : “ belum, baru pernah jumpa sama Amang Marpaung sama Inang Bendahara”. B : “ kamu bergereja dimana?”

A : “di ini, kadang di HKBP kadang di GKI Amang, pindah-pindah”. B : “silahkan Ito, mengenai apa yang mau kau tanya? “

A :”ok Amang, jadikan disini saya melakukan penelitian tentang penerapan pertanggungjawaban keuangan gereja, terus, nahh..”

B : “ penerapan pertanggungjawaban? Akuntabilitas ya?” A : ” iya akuntabilitas”.

B : “ akuntabilitasi apa namanya itu? Pertanggungjawaban juga?” A : “ iya akuntabilitas”.

B : “ itu yang bisa dihitung ya, diukur ditimbang, itu maksudnya akuntabilitas kan?”

A : “iya Amang”. B : “ ok, terus?”

A : “ ok, sebelumnya saya mau bertanya tentang identitas Amang dulu ya Amang”.

B : “ mmm. Kamu udah pernah lihat saya?” A : “ sudah sih waktu khotbah”

B: “ berapa kali?” A : “ sekali kayaknya”

B : “ ok lanjut lah lanjut, apa lagi yang mau kau tanya?” A : “ umur Amang sendiri berapa ya Amang?”

B : “ umur saya? Kamu udah lihat namaku kan di website HKBP Jogja kan?” A : “ sudah, Pendeta Sihite”

B : “ nama lengkapku kan ada disitu toh?” A : “ Pendeta A.A. Zaitun Sihite?”

B : “ iya, saya berusia 54, sudah 7 tahun disini, Pendeta resort pimpinan jemaat, dan Pendeta mulai tahun 91, sudah lama, mungkin kamu belum lahir kali ya?”

A : “ direncanakan aja belum ha..ha..ha..” B : “ he em, ok..apa lagi?”

A : “ alamatnya dimana ya Amang?” B : “ ya di komplek gereja”

A : “ oh di HKBP itu ya?”

B : “ iya, disini tinggal, di komplek itu”

A : “ kamu udah pernah buka website HKBP Jogja?”

B : “nah, sesuai alamat itu aja, komplek itu. Terus apa lagi yang mau kau tanya? A :“ok, jadi disini ada 4 bagian yang mau saya tanyakan Amang. Yang pertama

ada mengetahui tugas dan program gereja, lalu bagaimana proses penyusunan anggaran keuangan gereja, kemudian ada pelaksanaan program kerja gereja, lalu ada pertanggungjawaban pelaporan keuangan gereja. Nah sebelumnya saya mau minta izin dulu sama Amang, ini wawancaranya boleh saya rekam tidak ya Amang?”

B : “ boleh, biar ilmiah kan, boleh toh” A : “iya, untuk jadi dokumentasi”

B : “biar kamu juga bisa mengulang, menyimak, mengambil main poin nya kan. Gapapa lebih dari sekali pun nanti nggak apa-apa. Hanya untuk kepentingan skripsi mu kan?”

A : “ iya betul”.

B :“ justru itu, jadi harus ada pertanggungjawabannya kan, ada aaa.. apa? Ada sumbernya kan?”.

A : “ iya”.

A : “ nah... yang pertama, tugas Amang sendiri sebagai Pendeta gereja apa saja ya Amang?”

B : “ohh nanti bisa ku foto aja itu kalo itu, ku foto uraian tugas Pendeta, uraian tugas pimpinan sebagai pimpinan jemaat nanti ku foto”.

A : “ ohh iya, ok boleh”.

B : “ biar ringkas. Itu ada di tata ringkas atau aturan peraturan gereja atau mungkin kalo istilah negara konstitusi gitu. Nanti ada juga uraian tugas Pendeta waktu pelantikan jadi Imam atau Pendeta ya. Terus ada juga tugas khusus kalo menjabat sebagai pejabat gereja. Kalo saya sekarang menjabat sebagai pimpinan jemaat sekaligus juga merangkap resort. Pendeta resort, semacam Pendeta paroki, Pendeta kelasi, gitu ya. Nanti bisa kufoto itu kalo kamu apa nanti..mmm apa itu? Kamu catat nanti”.

A : “ ohh iya. Selanjutnya untuk program kerja di gereja sendiri apa saja ya Amang? Itu, pembuatan program gereja misalnya itu setiap periodenya berapa lama ya Amang?”.

B : “ program gereja HKBP itu menurut Tata Gereja itu ada program jangka panjang, eee.. puluhan tahunan gitu ya, 20 tahun. Itu program gereja itu berdasarkan tugas panggilan gereja, Bersekutu, Bersaksi, Melayani. Itu sesuai visi. Jadi visi gereja itu kan melayani. Visi itu penglihatan atau goal yang ada di depan sana. Jadi visi HKBP visi gereja itu secara Alkitab itu supaya semua bertekuk lutut menyembah dalam nama Yesus Kristus yang adalah Tuhan kan, itulah visi gereja, penglihatan gereja yang jauh diujung sana, berdasarkan Filipi 2 ayat 9,10,11. Lalu karena ada visi makanya ada tugas gereja. Misi gereja itu ada misi Bersekutu, Bersaksi, sama visi melayani eee untuk mencapai visi bersama dibikinlah misi besar ya, puluhan tahunan. Lalu ini dirinci lagi supaya bisa dicapai visi itu, misi besar itu, dibikinlah juga misi 4 tahunan, rencana strategis 4 tahunan. Lalu, untuk mencapai 4 tahunan dirinci lagi Renstra tahunan, Rencana Strategis tahunan terkait persekutuan, pelayanan, termasuk manajemen, manajerial gereja eee..menata penggembalaan, menata arsip gereja yang kelihatan dan eee.. apa.. aset gereja pertama yaitu warga jemaat ya, orangnya aset gereja. Lalu yang berikutnya aset gereja itu adalah uang, apa itu..eee.. gedung, harta benda, yang bergerak dan yang tidak bergerak, itu juga aset gereja ya. Jadi ini semua dikerjakan, ditata, di manage sedemikian rupa supaya orang melihat visi, sampe ke visi melalui misi-misi ini, jadi goal nya itu jelas ya. Jadi cara menentukan visi atau..apa.. Rencana Strategis itu melalui sidang-sidang gereja di Pusat, di Distrik, di daerah, di Resort, di Jemaat setempat,

jemaat lokal. Diundang lah minimal sekali setahun warga jemaat, rayon, majelis untuk rapat bersama memikirkan, merumuskan, menetapkan apa yang mau dikerjakan 4 tahun kedepan, 1 tahun kedepan. Tapi dalam waktu program berjalan itu ada evaluasi bahkan revisi ya, revisi pelayanan atau anggaran, itu antara lain programnya. Merumuskan dan menetapkan itu juga ee... dari bawah ya, dan juga arahan dari atas, dari pimpinan tertinggi, lalu digodok di bawah sesuai kebutuhan lokal, kebutuhan jemaat, kebutuhan resort dan kebutuhan yang lain, begitu. Oke”.

A : “ jadi untuk program kerjanya itu sendiri Amang kalo di gereja sendiri kan ada yang saya ketahui kan ada 3 Dewan ya di gereja, ada Koinonia, Marturia, sama Diakonia. Nah, itu berarti untuk program kerjanya per masing-masing Dewan ya Amang?”.

B : “ ya ada. Itu semua satu paket lah, kayak hamburger lah istilahnya ya. Ada sayur-sayurnya, ada rotinya, ada dagingnya gitu ya, ada saladnya. Itu semua itu menjadi satu..satu..aa..arak-arakan lah itu untuk melakukan misi karena visi di depan sana, karena Kristus Yesus ya..sebagai Tuhan yang harus disembah. Ada lagi gerakan persektuan, ada lagi marturia, ada gerakan diakonia. Semuanya ada pemandunya ya, ada pimpinannya, lalu nanti diatas ada komandonya dia, mengerucut jemaat, lalu pimpinan resort, pimpinan distrik atau keuskupan, sama pimpinan pusat ya di HKBP. Di pusat juga begitu, ada program pusat yang diturunkan ke bawah, itu semua karena visi ya... dan itu visi gereja, kalo visi HKBP sekarang itu eee... lima kata, HKBP menjadi berkat bagi dunia. Jadi visi umum gereja seluruh dunia itu supaya dalam nama Yesus bertekuk semua lutut dan semua lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan segala bangsa, karena Yesus yang sudah jadi manusia mati, bangkit menaklukkan maut naik ke sorga ya. Jadi karena ada visi itu ya, jadi adalah pengakuan ada persekutuan, ada pelayanan, lahirlah gereja karena peristiwa Yesus yang bangkit itu kan, naik ke sorga itu. Ditinggalkan lah tugas bersekutu bersaksi, melayani, lahirlah gereja-gereja di dunia, lahirlah HKBP. HKBP sebagai salah satu gereja di dunia turut memberi kesaksiannya, persekutuannya, pelayanannya. Dalam gerakan persekutuan, kesaksian, pelayanan ini ada nanti juga aaaa.. apa namanya itu juga... terlibat dengan...karena kita kan gereja kan di dunia toh, gereja di dunia tapi bukan dari dunia. Gereja juga bersentuhan dengan hal-hal yang duniawi dalam arti luas ya, hal-hal-hal-hal perkara duniawi, perkara uang, perkara mobil, perkara manusia, itu kan dunia kan, perkara aset, perkara gedung, ini semua harus di tata juga dalam menjalankan gerakan persekutuan, kesaksian, pelayanan ini, dihitung semua nanti itu, gimana bersekutu...aaa..apa di dalam situ keadaannya begitu. Sebelum ada gereja

diadakan lah suatu tempat khusus beribadah kan, dibutuhkan lah tenaga, doa, dukungan dana, panitia pembangunan, hampir semua berdiri. Jadi itu juga bagian dari pertanggungjawaban gerakan persekutuan. Ada juga pertanggungjawaban penatalayanan stewardship ya. Semua harus dihitung dengan baik, karena apa? Itu bagian dari pertanggungjawaban kita juga. Apa yang termasuk di lingkungan gereja itu, itu berhubungan dengan Tuhan secara iman gereja, bahkan berhubungan dengan milik Tuhan. Karena orang dipanggil bersekutu, bersaksi, melayani karena Tuhan ya, karena perintah dari Tuhan, begitu. Jadi semuanya eee... sejak HKBP berdiri udah dilatih kita eee.. apa...apa namanya itu...eee... sorry, setelah 20 tahun, HKBP itu berdiri sejak 1861, tahukan sejarah Gereja Batak ya HKBP? Sejak 1861, setelah HKBP usia 20 tahun, tentu masih di tanah Batak ya sebelum berkembang kemana-mana keseluruh Indonesia bahkan beberapa di luar negeri, HKBP sudah punya konstitusi, menata, mengatur, eee...ibadah, mengatur eee...apa pelayanan, persekutuan, termasuk mengatur aset. Jadi HKBP itu punya tata gereja konstitusi, peraturan itu sejak dia berusia 20 tahun. Jadi HKBP berdiri 1861, jadi tata gereja, hukum gereja yang pertama di HKBP itu sudah ada sejak 1881 ya, mmm HKBP yang pertama, bagaimana cara bergereja, melaksanakan ibadah, bagaimana jemaat, bagaimana semua. Lalu, setiap 10 tahun rata-rata itu direvisi, bukan direvisi, di...apa namanya? di relevansikan, disesuaikan sesuai dengan kebutuhan tempat, kebutuhan zaman, kebutuhan perkembangan, sehingga sekarang HKBP itu sudah lebih dari 10 kali merivisi, merelevansikan tata gerejanya, katakanlah mengamandemennya begitu. Dan itu harus melalui rapat-rapat resmi untuk menjawab kebutuhan pelayanan dalam perkembangan zaman, begitu. Jadi sekarang HKBP ini punya Tata Gereja yang terakhir,aturan peraturan setelah amandemen ketiga. Kenapa diamandemen? Kenapa di upgrade? Demi kepentingan pelayanan setempat, supaya aturan ini turut membantu tantangan pelayanan, begitu ya. Jadi itu tidak boleh asal dibuat, karena Indonesia punya peraturan, tidak boleh asal dibuat, dan itu melalui proses kan, melalui apa itu...keputusan bersama, pemikiran bersama, penetapan bersama, begitu. Ok, ada lagi yang mau ditanya?”.

A : “ ok Amang, selanjutnya...”.

B : “ tambah lagi dulu ya. Sejak lama HKBP itu dilatih oleh misionaris, dulu sejak

Dokumen terkait