• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai tindak lanjut dari pengolahan data, dilanjutkan dengan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis kualitatif, yakni suatu analisis yang berasal dari hasil penelitian yang merupakan rangkaian data yang tersusun secara sistematis dan dianalisis dengan cara pikir yang deskriptif, selanjutnya data tersebut diuraikan secara kalimat per kalimat sehingga merupakan gambaran secara umum jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian. Penganalisaan deskriptif ini bertitik tolak dari analisis yuridis normatif. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode induktif, yaitu penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat khusus ke suatu yang bersifat umum. Bentuk kesimpulan akan didapat dari pernyataan-pernyataan spesifik berupa contoh konkrit dan fakta yang ditemukan untuk selanjutnya digeneralisasikan menjadi suatu kesimpulan yang bersifat umum dengan penalaran yang logis.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan seperti yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Perlunya penerapan keadilan restoratif dalam proses penyidikan perkara pidana anak dimaknai sebagai suatu proses penyelesaian dimana semua pihak yang terlibat dalam pelanggaran hukum tertentu berkumpul bersama untuk memutuskan secara kolektif cara mengatasi konsekwensi pelanggaran dan implikasinya dimasa mendatang. Dalam konteks ini upaya penyelesaian lebih difokuskan pada pemulihan atas kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran tersebut, bukan pembalasan bagi pelaku. Selain itu, keadilan restoratif dapat memberikan kesempatan untuk rekonsiliasi hubungan antar individu dalam masyarakat yang dirugikan oleh tindak pidana.

2. Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandar Lampung menerapkan keadilan restoratif dalam penyelesaian perkara pidana yang dilakukan anak di Bandar Lampung salah satunya dengan diversi. Diversi dan Restorative Justice adalah suatu perkembangan terhadap penyelesaian perkara anak dengan jalan mengalihkan suatu proses peradilan formal menjadi proses yang tidak formal untuk menghindari trauma dan stigmatisasi bagi anak selam dalam sistem

84

peradilan. Tindakan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap semua pihak sehingga tercapai keadilan.

3. Hambatan penerapan keadilan restoratif dalam proses penyidikan perkara pidana anak di Polresta Bandar Lampung meliputi :

a. Tidak adanya payung hukum yang mengatur dan menjadi landasan legitimasi serta tidak adanya prosedur atau mekanisme yang formal- prosedural dalam mengambil keputusan pada proses penyidikan apakah berdasarkan konsep keadilan restoratif atau konsep/pendekatan lain yang bersesuaian dengan aliran sociological jurisprudence.

b. Kekhawatiran atau ketakutan penyidik akan dipersalahkan oleh pimpinan atau atasan penyidik dan dipermasalahkan pada pengawasan dan pemeriksaan oleh institusi pengawas dan pemeriksa internal Polri yang menggunakan parameter formal prosedural.

c. Tidak semua pihak yang bersengketa memiliki itikad baik untuk menyelesaikan masalah di luar pengadilan melalui proses mediasi. Hal ini disebabkan adanya motif/unsur tertentu seperti balas dendam, kebencian, dan keinginan melihat pihak lain menderita sehingga menyulitkan proses damai.

B. Saran

1. Hendaknya semua pihak yang bersengketa pada perkara pidana anak memiliki itikad baik yang sama untuk menyelesaikan masalah di luar pengadilan melalui penerapan keadilan restoratif demi menjamin masa depan anak sebagai generasi penerus bangsa.

85

2. Hendaknya dasar legitimasi mengenai adanya pengaturan tindakan lain yang dapat dilakukan oleh penyidik dapat digunakan oleh penyidik dalam setiap proses penanganan anak yang bermasalah dengan hukum sambil menunggu berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak agar proses penanganan anak yang bermasalah dengan hukum sesuai dengan prinsip peradilan anak tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

3. Hendaknya dalam konteks pembaruan hukum pidana, penggunaan kebijakan penal saat ini dalam penanganan proses anak yang bermasalah dengan hukum haruslah dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan stigmatisasi bagi anak, oleh karena itu dari perspektif ius constituendum diperlukan pula penggunaan kebijakan non-penal. Kebijakan non penal melalui diversi dalam dalam proses anak yang berhadapan dengan hukum memerlukan dukungan adanya pengaturan hukum positif secara jelas sehingga aparat penegak hukum dalam pelaksanaannya memiliki pegangan yuridis yang jelas. Kebijakan tersebut sangat perlu diupayakan untuk mencegah stigmatisasi yang kerap terjadi apabila anak diproses melalui sistem peradilan pidana anak.

D

DAAFFTTAARRPPUUSSTTAAKKAA

A. BUKU

Abdussalam, 2007. Hukum Perlindungan Anak, Restu Agung, Jakarta.

Badudu dan Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa. Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta:

Dewi dkk., 2011. Mediasi Penal: Penerapan Restorative Justice di Pengadilan

Anak di Indonesia, Indie Publishing, Depok.

Friedman, Lawrence M, (terjemahan Yusuf Effendi). 2009. Sistem Hukum :

Perspektif Ilmu Sosial, Penerbit Nusa Media, Jakarta.

Gautama, Chandra. 2000. Konvensi Hak Anak Panduan Bagi Jurnalis, Lembaga Studi Pers Dan Pembangunan (LSPP), Jakarta.

Gultom, Maidin. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem

Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung.

Hamzah, Andi. 2009. Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Kartono, Kartini. 1992. Pathologi Sosial (2), Kenakalan Remaja, Rajawali Pers,

Jakarta.

Kelana, Momo. 2002. Memahami Undang-undang Kepolisian (Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2002), Latar Belakang dan Komentar Pasal demi Pasal,

PTIK Press, Jakarta.

Lamintang, PAF. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta.

Marlina. 2009. Peradilan Pidana Anak di Indonesia (Pengembangan Konsep

Diversi dan Restorative Justice), PT. Refika Aditama, Bandung.

Mulyadi, Mahmud. 2009. Peranan Kepolisian dalam Penegakan Hukum Pidana, PT Pratama, Medan.

Nawawi Arief, Barda. 1992. Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan

Kejahatan dengan Hukum Pidana, Ananta, Semarang.

---, 2008. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Nugraheni, 2009. Sistem Pemidanaan Edukatif Terhadap Anak sebagai Pelaku

Tindak Pidana, Undip, Semarang.

Hadisuprapto, Paulus. 1997, Juvenile Deliquency Pemahaman Dan

Penanggulangannya, PT. Aditya Bakti, Bandung.

Poerwadarminta, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Prakoso, Djoko. 1986. Kedudukan Justisiabel di dalam KUHAP, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Prinst, Darwan. 1997. Hukum Anak Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Saifullah, 2007. Refleksi Sosiologi Hukum, Refika Aditama, Bandung.

Simanjuntak, Osman. 2003. Teknik Perumusan Perbuatan Pidana dan Azas-Azas

Umum, Sinar Grafika, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1987. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

Sudirman, 2007. Hati Nurani Hakim dan Putusannya, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Sukanegara, 2007. Tujuan dan Pedoman Pemidanaan dalam Pembaruan Sistem

Pemidanaan di Indonesia, Universitas Diponegoro, Semarang.

Supeno, 2010. Kriminalisasi Anak: Tawaran Gagasan Radikal Peradilan Anak

Tanpa Pemidanaan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wadong, Maulana Hasan. 2000. Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak,

Grasindo, Jakarta.

Wahid, Eriyantow. 2009. Keadilan Restoratif dan Peradilan Konvensional dalam

Hukum Pidana, University Press, Jakarta.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan

KUHAP

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Konvensi Hak-Hak Anak Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2009 tentang Penanganan Perkara Pidana

Dalam Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia

C. INTERNET

Eva Achjani Zulfa, Definisi Keadilan Restoratif, http://evacentre.blogspot.Com/ 2009/11/ definisi-keadilan-restoratif.html. http://ditjenpas.go.id/?index/main/statistik_kriminal. http://lampung.tribunnews.com/2013/01/01/kasus_anak http://www.tribunnews.com/read/20120723/70340/kasus-penganiayaan-pada-anak -di-bawah-umur.html. http://www.kemendagri.go.id/news/2012/07/04/uu-sistem-peradilan-anak- akhirnya-disahkan-dpr. http://www. Artikata.com

Dokumen terkait