• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA)

terhadap Market Value Added (MVA)

Untuk mengetahui perkembangan kinerja suatu bank, dapat dilakukan pengukuran terhadap laporan keuangan bank tersebut. Dengan mengetahui kinerja keuangan suatu bank dapat menjadi suatu pertimbangan bagi pihak terkait dalam menanamkan modalnya, terutama investor. Semakin baik kinerja perusahaan suatu bank, diharapkan dapat menghasilkan profit tidak hanya bagi perusahaan bank itu sendiri namun juga bagi investornya. Pertimbangan lain yang menjadi penting bagi investor adalah kemampuan bank tersebut dalam menciptakan nilai tambah kekayaan bagi investornya.

Pengukuran kinerja keuangan umumnya dilakukan dengan perhitungan akuntansi sederhana misalnya rasio keuangan. Rasio keuangan yang umumnya terdapat pada suatu bank yang sudah go public adalah CAR, ROE dan EPS sebagai earning measures. Rasio keuangan tersebut digunakan untuk menilai sehat tidaknya suatu bank. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menciptakan nilai tambah dan nilai pasar dapat digunakan metode pengukuran Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). EVA digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan nilai tambah kekayaan bagi para investor. Market Value Added dihitung dengan menyertakan jumlah lembar saham yang diperdagangkan dan harga saham yang berfluktuatif. Oleh karena itu, Market Value atau nilai pasar mencerminkan kemampuan bank dalam mensejahterahkan para pemegang saham. Dengan mengetahui nilai rasio keuangan, nilai EVA dan MVA kita dapat mengetahui kinerja keuangan bank. Rasio keuangan perusahaan memiliki hubungan dengan penciptaan nilai tambah yang dicapai oleh bank. MVA dihitung dengan menyertakan harga saham dan jumlah saham. Harga saham berfluktuatif dipengaruhi faktor eksternal dan internal perusahaan. Untuk faktor internal perusahaan tersebut adalah bagaimana kondisi keuangan itu sendiri sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan berupa rasio keuangan dan nilai EVA. Untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio keuangan dan EVA terhadap MVA.

Pengujian pengaruh rasio keuangan dan EVA terhadap MVA dilakukan dengan uji regresi. Sebelum melakukan uji regresi, perlu dilakukan uji normalitas data penelitian dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Adapun hasil uji normalitas data dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Normalitas data melalui Kolmogorov-Smirnov

CAR ROE EPS EVA MVA

N 6 6 6 6 6

Kolmogorov-Smirnov ,559 ,320 ,411 ,520 ,452

Asymp Sig (2-Tailed) ,914 ,1000 ,996 ,950 ,987 Sumber : Output Uji Kolmogorov-Smirnov (diolah)

Berdasarkan Tabel 6 uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil variabel CAR, ROE, EPS EVA dan MVA memiliki P-value lebih besar dari tingkat signifikansi ( ) yang ditetapkan sebesar 0,05. P value ditujukan pada kolom Asymp Sig (2-Tailed) tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi, yang berarti variabel-variabel yang digunakan terdistribusi secara normal dan dapat dilakukan pengujian selanjutnya yakni uji asumsi klasik.

Hasil uji asumsi klasik yang diperoleh dari persamaan model regresi ini dapat dilihat pada lampiran 30, yaitu :

1. Model persamaan ini menunjukkan bahwa tidak adanya autokorelasi. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No autocorelasi yakni lebih dari nilai 2 (melebihi nilai du). Nilai Durbin-Watson yang dihasilkan adalah 3,173 berada melewati angka 2 yakni berada di daerah no autocorelasi.

2. Pada persamaan model ini juga tidak ditemukan adanya multikolinearitas, hal ini dapat dilihat bahwa tingkat Variance Inflaction Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tollerance tidak kurang dari 0,1. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik dan dapat digunakan dalam penelitian. Uji multikolinearitas juga dilihat dari nilai R2 dan R Square yang lebih besar dari 0,60. Dimana nilai R adalah 0,998 dan nilai R Square 0,980 dan terdapat variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Sehingga dapat diketahui bahwa model persamaan ini terbebas dari multikolinearitas.

3. Heteroskedastistas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Berdasarkan hasil gambar Scatterplot, model persamaan ini juga bebas heteroskedastisitas karena pola gambar scatterplotnya tersebar, melebar dan tidak berpola (Lampiran 30).

Berdasarkan Hasil uji regresi dapat diketahui bahwa apakah EVA, CAR ROE dan EPS secara bersama-sama dan secara parsial memiliki pengaruh yang signifikansi terhadap MVA. Hal tersebut ditunjukkan dari

P-value (pada kolom sig) yang lebih kecil α (0,10) atau nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel. Sedangkan uji secara parsial dilihat dari nilai sig dan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel. Adapun persamaan dari regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Persamaan Regresi Rasio Keuangan dan EVA terhadap MVA

Sumber : Output regresi berganda Rasio Keuangan dan EVA terhadap MVA (diolah)

Berdasarkan persamaan regresi pada Tabel 7 tersebut di atas dapat diketahui bahwa EVA memiliki pengaruh positif, sedangkan CAR dan ROE memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap MVA. Untuk nilai Adjusted R Squareyakni koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,980 atau sekitar 98,0 persen. Hal tersebut berarti bahwa variabel dependen MVA dijelaskan oleh variabel independen EVA, CAR, ROE dan EPS sebesar 98,0 persen. Sedangkan sisanya sebesar 2,00 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam model persamaan regresi tersebut. Dari persamaan diatas dapat diketahui pula jika EVA naik sebanyak satu satuan (dalam jutaan rupiah), maka akan terjadi peningkatan MVA sebesar Rp 1,6132 (dalam jutaan). Sedangkan untuk ROE yang memiliki pengaruh signifikan negatif memiliki arti jika terjadi peningkatan ROE sebesar satu satuan (dalam persen) maka terjadi penurunan MVA sebesar Rp

846.031,84 (dalam jutaan) dan jika terdapat peningkatan CAR sebesar satu satuan (dalam persen) maka akan terjadi penurunan MVA sebesar Rp 1.327.158,68 (dalam jutaan).

Penerimaan hipotesis yang digunakan dalam model persamaan ini ditentukan dari p-value (pada tabel ANOVA Lampiran 30) secara simultan bernilai lebih kecil dari tingkat signifikansi (α = 0,10) atau F hitung lebih besar dari F

tabel . Dimana nilai P-value yang dihasilkan adalah 0,011 nilai tersebut lebih

kecil dari α = 0,10 . Untuk nilai F hitung yang dihasilkan adalah 63,502 lebih besar dari F tabel yakni 3,187. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti signifikan, bahwa variabel independen (CAR, ROE, EPS dan EVA)

Persamaan Regresi R Adjusted

R Square MVA = 18652178.59 + 1.6132 EVA – 1327158.68 CAR -

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (MVA). Sedangkan untuk mengetahui pengaruhnya secara parsial atau individu variebel independen masing-masing, maka digunakan uji parsial t hitung. Dimana apabila t hitung lebih besar daripada t tabel dan nilai sig lebih kecil

dari α = 0,10 maka secara parsial EVA, CAR, ROE dan EPS memiliki pengaruh terhadap MVA. Berikut adalah t hitung dari hasil uji regresi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil t Hitung Pada Uji Regresi

Model t P-value Nilai t tabel Sig α

(Constant) 3,244 0,029 0.10 CAR -3,425 0,019 ROE -6,392 0,032 1,708 EVA 7,330 0,010 EPS 0,012 0,115

Berdasarkan dari Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa nilai t hitung CAR, ROE dan EVA lebih besar dari nilai t tabel. Dimana nilai t hitung untuk CAR adalah negatif 3,425. Untuk ROE t hitungnya adalah negatif 6,392 dan untuk EVA nilai t hitungnya adalah 7,330 serta t hitung EPS adalah 0,012. Sehingga secara parsial CAR, ROE dan EVA memiliki pengaruh signifikansi terhadap MVA. Sedangkan EPS memiliki nilai t hitung yang lebih kecil dibandingkan nilai t tabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa EPS tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MVA.

Nilai koefisien regresi EVA adalah positif 1,6132 hal ini berarti bahwa EVA memiliki pengaruh signifikan positif terhadap MVA. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika suatu perusahaan dapat menghasilkan nilai EVA yang positif maka nilai MVA yang dihasilkan juga akan cenderung positif. Semakin baik nilai EVA maka nilai MVA juga semakin baik. Selain itu perhitungan EVA dan MVA menggunakan komponen ekuitas. Pada perhitungan EVA, modal digunakan dalam tahapan perhitungan Weighted Average Cost Of Capital (WACC) dan Invested Capital (IC) yang nantinya juga digunakan sebagai komponen untuk menghitung Cost Of Capital (COC) untuk pengurang NOPAT sebagai tahapan akhir perhitungan EVA. Sedangkan pada perhitungan MVA, ekuitas digunakan sebagai pengurang

setelah harga saham dikalikan dengan jumlah sahamnya. Sehingga diketahui EVA dan MVA bergerak searah dan hal ini yang menyebabkan EVA berpengaruh positif terhadap MVA. Selain itu EVA dan MVA merupakan metode yang digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah.

Berdasarkan nilai koefisien regresi, ROE memiliki pengaruh signifikansi negatif terhadap MVA. Pada proses perhitungan ROE dan MVA memiliki persamaan, yakni menggunakan komponen modal. Pada MVA, komponen modal digunakan sebagai pengurang setelah harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Dan ROE dihasilkan dengan membagi laba bersih terhadap total modal. Pada MVA, semakin kecil total modal yang dimiliki pada periode tertentu maka semakin besar nilai MVA begitu pula pada perhitungan ROE, semakin kecil nilai total modal maka semakin besar nilai ROE yang dihasilkan. Sehingga dapat ditujukkan bahwa dari proses perhitungan, ROE dan MVA bergerak searah. Selain modal, nilai ROE dipengaruhi juga oleh komponen laba bersih. Semakin besar laba bersih yang diciptakan oleh bank, maka nilai ROE juga akan semakin baik. Namun komponen laba bersih yang digunakan pada perhitungan ROE tidak memiliki keterkaitan terhadap perhitungan MVA, sehingga laba bersih tidak berpengaruh terhadap perhitungan MVA. Selain itu perhitungan MVA menggunakan komponen utama lainnya yakni jumlah saham beredar dan harga saham yang berfluktuatif dan cenderung lebih dipengaruhi oleh faktor luar perusahaan yakni kondisi pasar saham saat tertentu. Oleh karena itu ROE memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap MVA.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif terhadap MVA. Berdasarkan perhitungan MVA yang dicapai BII periode 2004 sampai dengan 2009 diperoleh bahwa nilai MVA cenderung meningkat, namun di tahun 2005 dan 2009 MVA mengalami penurunan. Dalam perhitungan MVA, harga saham merupakan komponen yang akan dikalikan dengan jumlah saham yang beredar dikurangi modal sehingga diperoleh nilai MVA. Nilai CAR yang diperoleh BII memiliki kecenderungan menurun. Naik turunya nilai CAR dipengaruhi oleh komponen modal dan

aktiva yang juga mempengaruhi besarnya nilai ATMR. CAR merupakan rasio yang menjadi pertimbangan bagi investor dalam menanamkan modalnya. Semakin kecil nilai CAR atau lebih kecil dari standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (8 persen), maka bank tersebut masuk ke dalam golongan bank yang tidak sehat. Sehingga dapat mempengaruhi penilaian kinerja keuangan bank dan memberikan pengaruh terhadap harga saham yang ditawarkan. Dengan nilai CAR yang cenderung menurun akan menjadi kelemahan dalam posisi tawar menawar saham perusahaan. Hubungan negatif dari CAR dan MVA ini menunjukkan bahwa CAR dan MVA tidak searah. Hal tersebut juga dapat dilihat pada proses perhitungan. Walaupun CAR dan MVA memiliki kesamaan yakni menggunakan komponen total modal, namun komponen total modal tersebut memiliki pengaruh yang berbeda. Pada perhitungan CAR, total modal digunakan sebagai pembagi ATMR, sehingga semakin besar total modal maka semakin besar nilai CAR. Sedangkan pada MVA, total modal digunakan sebagai pengurang dari harga saham setelah dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Sehingga pada MVA, total modal memiliki pengaruh yang berbeda dibandingkan pada perhitungan CAR. Pada MVA semakin besar total modal maka semakin kecil nilai MVA yang dihasilkan. Sama halnya dengan ROE, CAR dan MVA hanya memiliki keterkaitan dalam penggunaan komponen modal pada tahapan perhitungan. Hasil MVA lebih didominasi oleh harga saham dan jumlah saham yang beredar. Semakin tinggi harga saham atau semakin besar jumlah saham yang beredar maka semakin besar proporsi yang nantinya akan dikurangi nilai ekuitas, maka nilai MVA semakin besar. oleh karena itu CAR juga memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap MVA.

Pengujian regresi dilakukan untuk melihat variabel mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap MVA. Selain itu juga dilakukan uji korelasi untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar variabel dependen terhadap variabel independen. Adapun kekuatan korelasi CAR, EPS, ROE dan EVA terhadap MVA dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Hasil Uji Korelasi Rasio Keuangan, EVA dan MVA

Pengujian hubungan rasio keuangan, EVA, terhadap MVA diperoleh p-value yang ditujukan pada nilai sig (t-tailed) lebih kecil dari level of significant ( ). Sehingga dengan hasil pengujian tersebut, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya rasio keuangan (CAR, ROE, EPS), EVA dan MVA berkorelasi. Nilai korelasi yang terjadi antara MVA dan EVA adalah sebesar 0,957. Nilai korelasi tersebut berada pada rentang 0,91– 0,99 yang artinya tingkat hubungan MVA dan EVA adalah sangat kuat sekali.

Untuk nilai korelasi yang dimiliki CAR dan ROE masing-masing adalah negatif 0,684 dan negatif 0,632 berada pada rentang 0,400 – 0,699 . Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa keeratan hubungan CAR dan ROE terhadap MVA berada pada tingkat yang kuat. Sedangkan untuk EPS sendiri, berdasarkan uji korelasi diperoleh nilai sig (t-tailed) EPS adalah 0,111

lebih besar dari α = 0,10. Hal ini menggambarkan bahwa EPS tidak

berkorelasi dengan MVA. Untuk kekuatan hubungan yang ditunjukkan dari koefisien korelasi, EPS memiliki hubungan sebesar 0,585 yang berarti kekuatan keeratan yang dimiliki EPS adalah kuat.

Pada uji regresi dan korelasi menggambarkan bahwa CAR, ROE dan EVA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai MVA. Sedangkan variabel EPS tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MVA, namun hasil korelasi menunjukkan bahwa keeratan yang dimiliki EPS terhadap MVA adalah kuat. Pada proses perhitungan CAR, ROE, EPS, EVA serta MVA memiliki kesamaan yakni menggunakan beberapa komponen pos-pos keuangan yang sama. Dimana pos-pos keuangan yang digunakan adalah total modal (ekuitas), total aktiva, laba bersih, dan harga saham. Total modal digunakan dalam perhitungan CAR, ROE, EVA dan MVA. Untuk laba bersih digunakan dalam perhitungan untuk memperoleh nilai ROE, EPS dan EVA. Sedangkan untuk total aktiva digunakan dalam perhitungan CAR. Dan harga

CAR ROE EPS EVA MVA

Pearson Correlation

MVA -,684 -,632 -,585 ,957 1

Sig (t-tailed)

saham digunakan dalam perhitungan MVA. Untuk pos keuangan laba bersih akan mempengaruhi nilai ROE dan EPS, dimana semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan maka nilai ROE akan semakin baik. Selain itu, dari uji regresi diketahui bahwa ROE memiliki pengaruh signifikan negatif dan memiliki keterkaitan perhitungan terhadap MVA yakni kesamaan dalam penggunaan total modal. Hal ini berarti beberapa komponen pos keuangan tersebut akan dapat mempengaruhi nilai rasio keuangan (CAR, ROE, EPS), EVA dan MVA. Sehingga untuk meningkatkan nilai MVA, perlu dilakukan pengendalian terhadap pos-pos keuangan yang mempengaruhi nilai-nilai rasio keuangan dan EVA. Untuk meningkatkan nilai EVA perusahaan harus meningkatakan nilai NOPAT. Untuk meningkatkan nilai NOPAT dapat dilakukan dua cara, yakni meningkatkan pendapatan operasional yang dapat dicapai perusahaan atau meningkatkan biaya bunga. Peningkatan pendapatan operasional dan biaya bunga cenderung dapat meningkatkan laba bersih dan akan memberikan pengaruh terhadap nilai EPS dan ROE menjadi naik. Nilai EPS dan ROE yang semakin baik dapat memberi respon positf bagi pertimbangan investor dan memperbaiki kondisi keuangan bank.

Untuk nilai NOPAT pada perhitungan EVA sangat dipengaruhi oleh nilai laba bersih dan biaya bunga. Pada tahun 2006 EVA mengalami peningkatan dikarenakan nilai NOPAT pada tahun tersebut meningkat sebesar 36,22 persen. Peningkatan NOPAT ini dikarenakan adanya peningkatan biaya bunga sebesar 52,50 persen dari tahun lalu yang diterima oleh BII dikarenakan pertumbuhan kredit yang pesat. Dimana pada tahun 2006 BII melaksanakan beberapa kerja sama kemitraan diantaranya adalah BII menjalin kemitraan dengan Koperasi Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso Megapolitan Indonesia (PPMMI) untuk mendukung usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Selain itu BII juga melakukan ekspansi dana kredit kepada UKM. Kegiatan kerjasama tersebut merupakan bentuk pelaksanaan fungsi BII sebagai penyalur dana kredit bagi UKM. Melalui penyaluran dana kredit dan perluasan pemberian kredit kepada UKM tersebut dapat meningkatkan margin bunga bersih yang diterima BII dan akan mempengaruhi pendapatan bunga yang diterima BII. Selain itu BII juga dapat

meningkatkan biaya bunga melalui pelaksanaan peranan BII sebagai penghimpun dana pihak ketiga dalam bentuk tabungan dan giro. Untuk CAR yang berpengaruh negatif terhadap MVA, BII perlu menjaga nilai pos-pos keuangan yang mempengaruhi CAR yakni total aset dan Total modal. Sama halnya dengan CAR, total modal juga mempengaruhi nilai ROE. ROE merupakan rasio yang mengukur kemampuan BII dalam mengelola modal yang dimilikinya untuk menghasilkan laba bersih. Dalam hal ini BII perlu meningkatkan modal dengan meningkatkan komponen penyusun total modal, diantaranya cadangan umum dan laba ditahan. Dengan total modal yang meningkat diharapkan BII dapat melakukan pengeloaan yang efektif dan efesien melalui penyaluran dana kredit bagi pihak ketiga. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan laba bersih yang diterima BII. Laba bersih juga mempengaruhi nilai ROE. Semakin besar laba bersih maka semakin baik nilai ROE. Semakin baik nilai ROE maka penilain kinerja keuangan dari sisi kemampuan menghasilkan keuntungan terhadap pengelolaan total modal dipandang semakin baik oleh para investor, sehingga diharapkan dapat membantu menarik investor dalam pertimbangan menanamkan modalnya di BII.

Dokumen terkait