• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kinerja Keuangan BII

4.2.2 Economic Value Added (EVA)

Pada dasarnya Economic Value Added mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah tersebut tercipta apabila perusahaan dapat menghasilkan keuntungan (profit) di atas biaya modal perusahaan (Cost of Capital). Bank Internasional Indonesia (BII), Tbk adalah salah satu bank swasta

di Indonesia yang telah lama go public. Selama perkembangan, BII telah dapat menghasilkan nilai tambah bagi perusahaanya. Hasil perhitungan nilai EVA yang berhasil dicapai oleh BII adalah sebagai berikut.

Gambar 5. Grafik Hasil Economic Value Added (EVA) BII, Tbk Sumber : Laporan Keuangan dan Data Saham Bank Internasional

Indonesia (data diolah)

Berdasarkan Gambar 5 tersebut diatas, nilai EVA yang dicapai BII terus bernilai positif. Hal ini menandakan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah. Kinerja perusahaan dinilai baik dan laba yang dihasilkan mencapai melebihi harapan investor. Perusahaan dapat mengembalikan pinjaman kreditur dan dapat menganggarkan pemberian bonus kepada karyawan. Pada tahun

2005 nilai EVA yang dicapai oleh BII turun menjadi Rp 3.354.654,53 juta dari nilai EVA Rp 4.202.513,3 juta di tahun

2004. Penurunan ini dikarenakan meningkatnya biaya modal dari BII sebesar 83,6 persen di tahun 2005. Pada tahun 2006 nilai EVA yang dicapai BII mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni menjadi Rp 5.444.826,52 juta. Kenaikan ini dikarenakan NOPAT yang dihasilkan BII tahun 2006 juga meningkat dari Rp 3.069.153 juta menjadi Rp 4.180.985 juta. Peningkatan NOPAT ini dikarenakan adanya kenaikan dari komponen biaya bunga yang menjadi penyusun NOPAT. Biaya modal yang tinggi terjadi di tahun 2005 dengan nilai biaya atas modal saham biasa (Ke) yang mencapai

2004 2005 2006 2007 2008 2009 EVA 4,202,513 3,354,654 5,444,826 9,458,098 12,216,39 10,130,15 0.00 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00 10,000,000.00 12,000,000.00 14,000,000.00 Ju ta R u p iah

negatif 0,29 persen. Nilai β yang dihasilkan tahun 2005 yakni

sebesar negatif 0,06 mendekati nol, hal tersebut menggambarkan bahwa di tahun tersebut BII memiliki resiko yang lebih kecil daripada resiko pasar karena β kurang dari satu. Sedangkan pada

tahun 2009 nilai β yang dihasilkan BII bernilai lebih besar daripada

satu, yang menandakan bahwa BII memiliki resiko yang lebih besar daripada resiko pasar. Keadaan ini menggambarkan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga tinggi, karena menanamkan modalnya di BII pada tahun 2009 memiliki resiko yang

lebih tinggi dari pasar pada umumnya. Nilai β yang dihasilkan BII

dapat dilihat pada lampiran 23.

Nilai Invested Capital (IC) yang dihasilkan BII mengalami kenaikan hampir di tiap tahunnya. IC sempat mengalami penurunan di tahun 2008 dan 2009. Pada tahun 2005 nilai IC yang dihasilkan BII meningkat menjadi Rp 9.419.384 juta yang sebelumnya di tahun 2004 nilai IC adalah Rp 5.997.106 juta. Meningkatnya nilai IC ini dikarenakan adanya kenaikan nilai aset BII. Walaupun nilai hutang beban juga meningkat, namun proporsi peningkatan nilai aset lebih besar. Dimana pada tahun 2005 nilai aset meningkat sebesar 39,34 persen sedangkan nilai hutang BII meningkat hanya sebesar 35,80 persen. Nilai IC di tahun 2006 dan 2007 juga mengalami peningkatan. Sama halnya di tahun 2005, peningkatan nilai IC di tahun 2006 juga dikarenakan proporsi peningkatan aset lebih besar dibandingkan peningkatan hutang beban. Dimana aset meningkat sebesar 5,5 persen dan hutang beban hanya meningkat sebesar 0,5 persen. Sedangkan untuk tahun 2007 nilai IC meningkat dipengaruhi oleh nilai aset yang juga meningkat dan nilai hutang beban menurun. Pada tahun 2008 dan 2009 nilai IC mengalami penurunan. Nilai IC pada tahun 2008 adalah Rp 11.739.145 juta yang sebelumnya pada tahun 2007 bernilai Rp 14.590.191 juta. Dan pada tahun 2009 nilai IC turun menjadi Rp 11.313.925 juta. Dimana pada tahun 2008 nilai aset meningkat hanya sebesar 3,36 persen dan hutang beban

meningkat dengan proporsi yang lebih besar yakni 11,63 persen. Sedangkan untuk tahun 2009 nilai aset meningkat sebesar 7,20 persen dan nilai hutang beban meningkat sebesar 10,02 persen. Peningkatan proporsi hutang beban yang lebih besar dibandingan dengan proporsi peningkatan aset ini menyebabkan nilai IC menjadi turun.

Pada tahun 2006 hingga tahun 2008 nilai EVA yang dihasilkan BII terus mengalami peningkatan. Nilai EVA yang meningkat di tahun 2006 dikarenakan nilai NOPAT juga mengalami peningkatan. Walaupun laba bersih di tahun 2006 menurun, namun biaya bunga mengalami peningkatan di tahun tersebut. Untuk EVA di tahun 2007 juga mengalami peningkatan yang disebabkan adanya penurunan nilai COC dan bernilai negatif di tahun tersebut, walaupun nilai NOPAT juga mengalami penurunan. Nilai COC yang menurun ini dikarenakan nilai WACC juga mengalami penurunan dan juga bernilai negatif di tahun 2007. Peningkatan nilai EVA di tahun 2008 dipengaruhi oleh nilai COC yang juga bernilai negatif dan mengalami penurunan dengan proporsi yang lebih besar dibandingkan penurunan NOPAT. Dimana pada tahun 2008 tersebut NOPAT mengalami penurunan sebesar 4,42 persen dan COC menurun dengan proporsi lebih besar yakni 47.79 persen.

Pada tahun 2009 nilai EVA yang dimiliki BII mengalami penurunan, dimana yang sebelumnya pada tahun 2008 bernilai sebesar Rp 12.216.393,50 juta menjadi Rp 10.130.156,00 juta. Penurunan ini dikarenakan nilai NOPAT pada tahun 2009 juga mengalami penurunan dan nilai COC juga meningkat. Nilai NOPAT pada tahun 2009 ini menurun dikarenakan nilai laba bersih BII bernilai negatif Rp 40.969 juta. Walaupun biaya bunga mengalami peningkatan sebesar 12 persen dari Rp 2.755.981 juta pada tahun 2008 menjadi Rp 3.096.117 juta di tahun 2009, sebagai akibat semakin meluasnya selisih bunga (spread) kredit dan simpanan. Dimana pendapatan bunga meningkat 5 persen, sedangkan beban

bunga mengalami penurunan sebesar 2 persen. Namun peningkatan biaya bunga ini masih belum bisa meningkatkan nilai NOPAT dikarenakan nilai laba bersih yang negatif di tahun 2009 tersebut. Selain itu, nilai COC juga mengalami peningkatan sebagai implikasi dari meningkatnya nilai WACC menjadi negatif 62,53 persen. Nilai WACC yang negatif ini dikarenakan nilai Ke yang negatif sebesar -0.11 persen. Sedangkan nilai laba bersih yang negatif dikarenakan pada tahun tersebut BII mengalami kerugian konsolidasi karena adanya penambahan komponen biaya yakni beban penyisihan kerugian aset produktif dan non produktif (termasuk estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi) sebesar Rp1.692.826 juta. Walaupun nilai IC sebagai komponen perhitungan COC pada tahun 2009 juga menurun menjadi Rp 11.313.925 juta, namun karena WACC meningkat maka nilai COC juga meningkat. Oleh karena itu EVA pada tahun 2009 mengalami penurunan. Adapun perhitungan EVA dapat dilihat pada Lampiran 27.

Dokumen terkait