• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penilaian Kondisi Elemen dan Nilai Signifikansi Sejarah Elemen lanskap pada kawasan sekitar Kebun Raya Bogor memiliki nila

kondisi elemen dan nilai signifikansi sejarah yang berbeda-beda. Penilaian ini dilakukan pada setiap sub zona yang terdiri atas A1, A2, A3, dan A4 pada Zona A dan B1, B2, B3, dan B4 pada zona B.

Penilaian kondisi elemen menggunakan dua kriteria yaitu kriteria kondisi elemen/bangunan dan kriteria kondisi lanskap sekitar. Penilaian kondisi elemen dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Nilai kondisi elemen lanskap kawasan sekitar Kebun Raya Bogor

No Sub Zona

Kriteria

Total Skor Kategori

Kondisi

elemen/bangunan Kondisi lanskap

1 A1 43 50 93 Sedang 2 A2 50 49 99 Tinggi 3 A3 44 47 91 Sedang 4 A4 47 47 94 Sedang 5 B1 43 49 92 Sedang 6 B2 41 45 86 Rendah 7 B3 43 43 86 Rendah 8 B4 41 46 87 Rendah

Keterangan: Rendah (skor 86-90,33), Sedang (skor 90,34-94,67), Tinggi (skor 94,68-99)

Hasil kuisioner kondisi elemen lanskap sejarah kawasan sekitar Kebun Raya Bogor berdasarkan Tabel 18 menghasilkan tiga kategori nilai yaitu tinggi, sedang dan rendah. Sub zona yang memiliki nilai tinggi adalah sub zona A2. Sub zona lainnya yaitu A1, A3, A4 dan B1 memiliki nilai sedang, sedangkan sub zona B2, B3 dan B4 memiliki nilai rendah.

Penilaian nilai signifikansi sejarah terdiri dari penilaian keaslian dan keunikan. Kriteria penilaian keaslian terdiri dari kriteria pola penggunaan lahan, kriteria bangunan dan kriteria pola sirkulasi. Kriteria penilaian keunikan terdiri dari kriteria asosiasi kesejarahan, kriteria keragaman yang berbeda, kriteria kualitas estetik dan kriteria integritas. Penilaian keaslian dan keunikan dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20.

Tabel 19 Nilai keaslian lanskap kawasan sekitarKebun Raya Bogor

No Sub Zona

Kriteria

Total Skor Kategori

Pola Penggunaan Lahan Bangunan Pola Sirkulasi 1 A1 45 44 52 141 Sedang 2 A2 51 54 50 155 Tinggi 3 A3 47 46 51 144 Sedang 4 A4 41 45 55 141 Sedang 5 B1 44 45 52 142 Sedang 6 B2 44 45 52 141 Sedang 7 B3 44 51 38 133 Rendah 8 B4 42 50 41 133 Rendah

Tabel 20 Nilai keunikan lanskap kawasan sekitarKebun Raya Bogor No Sub Zona Kriteria Total Skor Kategori Asosiasi Kesejarahan Keragaman yang berbeda Kualitas Estetik Integritas 1 A1 54 48 49 52 203 Tinggi 2 A2 56 40 50 52 198 Tinggi 3 A3 50 49 47 47 193 Sedang 4 A4 52 48 51 55 206 Tinggi 5 B1 60 44 46 44 194 Sedang 6 B2 48 46 41 45 180 Rendah 7 B3 43 43 46 45 177 Rendah 8 B4 49 47 46 46 188 Sedang

Keterangan: Rendah (skor 177-186,67), Sedang (skor 186,68-196,35), Tinggi (skor 196,36-206)

Hasil kuisioner penilaian keaslian menghasilkan dua kategori yaitu nilai tinggi dan sedang. Sub zona yang memiliki kategori nilai tinggi adalah sub zona A2. Sub zona lainnya yaitu A1, A3, A4, B1 dan B2 memiliki nilai keaslian sedang, sedangkan sub zona B3 dan B4 memiliki skor rendah. Adapun hasil kuisioner dari penilaian keunikan, sub zona A1, A2 dan A4 memiliki nilai keunikan tinggi. Sub zona A3, B1 dan B4 memiliki nilai keaslian yang sedang, sedangkan sub zona B2 dan B3 memiliki nilai dengan kategori rendah. Dari hasil ketiga penilaian tersebut, dihasilkan nilai komposit yang merupakan nilai gabungan dari penilaian kondisi elemen, penilaian keaslian dan penilaian keunikan. Hasil nilai komposit dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Nilai komposit lanskap kawasan sekitar Kebun Raya Bogor

No Sub Zona Total Skor Kondisi Elemen Total Skor Keaslian Total Skor Keunikan

Total Skor Kategori

1 A1 93 141 203 437 Tinggi 2 A2 99 155 198 452 Tinggi 3 A3 91 144 193 428 Sedang 4 A4 94 141 206 441 Tinggi 5 B1 92 142 194 428 Sedang 6 B2 86 141 180 407 Rendah 7 B3 86 133 177 396 Rendah 8 B4 87 133 188 408 Rendah

Keterangan: Rendah (skor 396-414,67), Sedang (skor 414,68-433,35), Tinggi (skor 433,36-452)

Hasil nilai komposit menghasilkan tiga kategori yaitu nilai tinggi, sedang dan rendah. Sub zona A1, A2 dan A4 memiliki nilai dengan kategori tinggi. Sub zona A3 dan B1 memiliki nilai dengan kategori sedang, sedangkan sub zona B2, B3 dan B4 mendapatkan nilai dengan kategori rendah. Penilaian ini menghasilkan peta komposit yang dapat dilihat pada Gambar 44.

1. Sub Zona A1

Berdasarkan hasil kuisioner dan pengamatan, nilai komposit pada sub zona A1 menghasilkan nilai tinggi. Kondisi elemen pada sub zona ini sebagian besar dalam kondisi terawat dan kondisi lanskap nya mencerminkan kesatuan lanskap sejarah masa kolonial yang kuat. Walaupun sub zona A1 sebagian telah mengalami perubahan penggunaan lahan, akan tetapi pola sirkulasinya tidak mengalami perubahan dan karakternya masih asli (Gambar 45). Bangunan pada sub zona ini walaupun mengalami asimilasi struktur, tetapi tetap mewakili karakter kolonial. Selain itu, dari segi kesejarahannya, sub zona A1 memiliki hubungan yang kuat dengan kesejarahan masa kolonial. Hal ini karena sub zona A1 dahulunya merupakan jalan Postweg yang merupakan jalur utama transportasi dan juga jalan utama menuju Bogor. Dilihat dari karakter, struktur dan fungsi elemennya, sub zona A1 memiliki integritas yang tergolong kuat.

Gambar 45 Sirkulasi Jalan Sudirman Dulu dan Sekarang sumber: Disbudpar (2015)

2. Sub Zona A2

Nilai komposit pada sub zona A2 dihasilkan nilai dengan kriteria tinggi. Hal ini karena selain sub zona A2 berada di Jalan Sudirman yang dahulu nya merupakan Jalan Postweg, sub zona A2 juga merupakan kawasan militer yang sudah dibangun sejak masa kolonial dan masih sama fungsi nya hingga saat ini sehingga hubungan kesejarahannya serta integritas nya kuat. Selain itu, kondisi elemen pada sub zona ini dalam keadaan yang sangat baik serta kondisi lanskap nya mencerminkan kesatuan lanskap masa kolonial yang kuat. Bangunan pada sub zona A2 pun tidak mengalami perubahan secara fisik.

3. Sub Zona A3

Sesuai dengan hasil kuisioner dan pengamatan, nilai komposit pada sub zona A3 menghasilkan nilai sedang. Pada sub zona A3 yang merupakan kawasan permukiman, kondisi elemen bangunan dalam keadaan yang sangat baik dan bangunanya pun sebagian besar tidak mengalami perubahan. Pola penggunaan lahan terjadi sedikit perubahan karena awalnya sub zona A3 berfungsi sebagai kawasan permukiman namun saat ini sebagian menjadi kawasan komersil. Dari segi kesejarahannya, sub zona A3 memiliki hubungan yang lemah dengan kesejarahan Bogor masa kolonial. Hal ini membuat integritas pada kawasan ini kurang kuat.

4. Sub Zona A4

Berdasarkan hasil kuisioner dan pengamatan, nilai komposit pada sub zona A4 menghasilkan nilai tinggi. Sub zona ini sebagian besar mencerminkan satu kesatuan lanskap sejarah masa kolonial yang kuat. Hal ini karena pada masa kolonial, di sekitar kawasan ini banyak terdapat bangunan-bangunan penting penting pemerintahan yang masih ada hingga saat ini. Pola penggunaan lahanya pun tidak mengalami perubahan karena hingga saat ini, sub zona A4 merupakan kawasan pemerintahan. Selain itu, Jalan Juanda juga dahulunya merupakan jalan Postweg yang pola sirkulasinya tidak mengalami perubahan dan membuat sub zona ini memiliki hubungan kesejarahan dengan masa kolonial yang kuat. Kondisi elemen pada sub zona A4 juga dalam kondisi yang sangat baik dan bangunannya tidak mengalami perubahan sehingga sangat mewakili gaya arsitektur masa kolonial. Dilihat dari karakter, struktur dan fungsi elemennya, sub zona A4 memiliki integritas yang tergolong kuat.

5. Sub Zona B1

Berdasarkan hasil kuisioner, nilai komposit pada sub zona B1 menghasilkan nilai sedang. Sub zona B1 menurut pengamatan langsung, kondisi elemennya dalam keadaan yang sangat terawat serta elemen/bangunan tidak mengalami perubahan penggunaan lahan karena hingga saat ini, sebagian besar bangunan-bangunan yang ada masih memiliki fungsi yang sama walaupun terdapat beberapa yang sudah alih fungsi. Untuk pola sirkulasi pada sub zona B1 relatif tidak mengalami perubahan. Dilihat dari segi kesejarahannya sub zona B1 memiliki hubungan yang kuat dengan kesejarahan Kota Bogor masa kolonial akan tetapi integritas kawasannya kurang kuat.

6. Sub Zona B2

Dilihat dari nilai komposit, sub zona B2 memiliki kategori nilai rendah. Walaupun memiliki kategori nilai rendah, kondisi elemen pada sub zona B2 tergolong dalam keadaan yang baik. Kondisi lanskap pada sub zona B2 masih mempunyai bagian-bagian yang mencerminkan kesatuan lanskap sejarah, tetapi pada bagian lainnya kondisinya tidak mendukung salah satu contohnya yaitu adanya bangunan Bogor Trade Mall (BTM) yang tidak mencerminkan satu kesatuan lanskap kolonial. Hal ini membuat integritas sub zona B2 menjadi kurang kuat. Untuk pola penggunaan lahan tidak mengalami perubahan karena sejak jaman kolonial sub zona ini memang berfungsi sebagai pusat perdagangan walaupun terdapat beberapa bangunan pemerintahan.

7. Sub Zona B3

Dipandang dari hasil kuisioner dan pengamatan langsung, sub zona B3 memiliki nilai dengan kategori rendah. Dilihat dari segi kesejarahan, sub zona B3 memiliki hubungan yang lemah dengan kesejarahan Bogor di masa kolonial. Walaupun sub zona B3 memiliki fasad dan struktur bangunan yang mencirikan nuansa kolonial yang kuat, namun integritas kesejarahan antar elemen kurang kuat.

8. Sub Zona B4

Berdasarkan hasil kuisioner, nilai komposit pada sub zona B4 menghasilkan nilai rendah. Walaupun sebagian besar penggunaan lahan di sub zona B4 sudah mengalami perubahan sebanyak 25-50% , akan tetapi karakter dan struktur bangunannya tidak mengalami perubahan sehingga masih mewakili gaya arsitektur kolonial. Salah satu contoh karakter dan struktur bangunan yang mewakili gaya kolonial dapat dilihat pada Gambar 46. Dari aspek kesejarahannya, sub zona B4 memiliki hubungan yang kurang kuat dengan kesejarahan Kota Bogor di masa kolonial karena pengembangan pembangunan kawasan sub zona B4 ini dilakukan sekitar tahun 1920-1946 yang mendekati periode kemerdekaan.

Gambar 46 Bangunan IPB Pasca Sarjana Dulu dan Sekarang Sumber: Disbudpar (2015) dan Dokumentasi Pribadi (2015) 4.5. Persepsi Masyarakat terhadap Pelestarian Kawasan Sekitar Kebun

Raya Bogor

Dalam kegiatan pelestarian dan pengelolaan lanskap bersejarah, masyarakat merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu dilakukan wawancara kepada masyarakat guna mengetahuin persespsi dan keinginan mereka terhadap kawasan sekitar Kebun Raya Bogor. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner terhadap 60 responden yang terdiri dari 30 responden masyarakat yang bermukim di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dan 30 responden pengunjung kawasan. Hasil wawancara ini selanjutnya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merencanakan pelestarian kawasan ini.

a. Masyarakat kawasan sekitar Kebun Raya Bogor

Masyarakat yang menjadi responden terdiri dari 12 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Sebanyak 6 orang dengan kategori umur 18-22 tahun dan 23-30 tahun, 4 orang dengan kategori umur 31-40 tahun, 5 orang dengan kategori umur 41-50 tahun, 7 orang dengan kategori umur 51-60 tahun dan 1 orang dengan kategori umur >60 tahun. Pekerjaan masyarakat bermacam-macam, sebanyak 11 orang merupakan pedagang, 8 orang karyawan swasta, 5 orang pelajar, 4 orang PNS, dan 3 orang dengan jenis pekerjaan lain. Pendidikan terakhir masyarakat rata-rata adalah lulusan SMA sebanyak 15 orang, 8 orang lulusan sarjana, 4 orang lulusan D3 dan 3 orang lulusan SMP.

Sebagian besar masyarakat telah bermukim lama di kawasan ini. Sebanyak 33,3% sudah tinggal lebih dari 30 tahun , 20% tinggal 20-30 tahun, 16,7% tinggal

15-20 tahun, 13,3% tinggal 11-15 tahun, 10% tinggal 5-10 tahun dan 6,7% tinggal kurang dari 5 tahun.

Pengetahuan masyarakat tentang istilah kawasan penyangga terbilang sangat kurang. Hanya 20% responden yang mengetahui tentang istilah tersebut, 50% hanya mengetahui sedikit dan 30% tidak mengetahui sama sekali istilah tersebut. Hal ini terbilang wajar karena memang istilah kawasan penyangga dalam lingkup sejarah masih sangat awam didengar oleh masyarakat umum. Adapun pengetahuan mereka akan kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sebagai kawasan penyangga pun masih kurang. Hanya 26,7% responden yang tahu tentang hal tesebut. 50% mengetahui sedikit dan 23,3% tidak mengetahui. Akan tetapi untuk penetapan Bogor sebagai Kota Pusaka, sebanyak 50% responden sudah mengetahui hal tersebut walaupun sekitar 13,3% belum mengetahui nya namun sebanyak 36,7% mengetahui sedikit. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialiasi pemerintah terhadap Kota Pusaka baik secara aksi nyata maupun dari media.

Selain pengetahuan terhadap istilah dan penetapan Kota Bogor tersebut, pengetahuan masyarakat terhadap sejarah perkembangan kawasan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnnya menjadi aspek penting guna menunjang keterlibatan masyarakat dalam pelestarian lanskap sejarah. Hasil wawancara menyatakan sebanyak 40% responden mengetahui sejarah kawasan ini, sedangkan 50% hanya mengetahui sedikit dan 10% tidak tahu. Pengetahuan tentang sejarah kawasan tersebut menurut responden di diperoleh dari cerita turun temurun orang tua dan media internet. Pengetahuan yang berbeda-beda tersebut tidak mempengaruhi persepsi masyarakat, sebanyak 100% responden sepakat bahwa kawasan ini bernilai sejarah dan memiliki budaya yang khas jika dibandingkan dengan kawasan lain yang ada di Kota Bogor.

Masyarakat menyatakan bahwa kawasan ini telah mengalami perubahan sementara hanya 6,7% yang menyatakan bahwa kawasan ini tidak banyak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi antara lain terkait dengan perubahan lingkungan atau lanskap kawasan (53,3%) yang awalnya lahan terbuka menjadi area permukiman atau yang awalnya permukiman kini menjadi area perdagangan, perubahan alih fungsi bangunan tinggal menjadi toko (33,3%), perubahan jumlah masyarakat dengan adanya anggota masyarakat baru (6,7%) serta perubahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan masyarakat sekitar (6,7%).

Sejarah kawasan sekitar Kebun Raya Bogor yang dahulunya merupakan kawasan permukiman eropa masih dapat dirasakan hingga saat ini. Sebanyak 76,7% responden berpendapat bahwa kawasan ini masih memiliki karakteristik permukiman kolonial eropa. Namun sebanyak 16,7% responden berpendapat bahwa kawasan ini merupakan kawasan permukiman sunda dan 6,7% lainnya berpendapat bahwa kawasan ini merupakan permukiman yang heterogen. Sebagian masyarakat masih dapat merasakan nuansa permukiman kolonial (50%) pada kawasan ini dan sebagian lagi (50%) sudah tidak dapat lagi merasakannya.

Elemen-elemen sejarah yang berada di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dapat berperan sebagai sebuah penciri atau landmark dari kawasan ini. Sebanyak 73,3% responden mengatakan bahwa landmark dari kawasan ini adalah arsitektur bangunan yang khas, 13,3% mengatakan pertokoan, 6,7% mengatakan pola sirkulasi, 3,3% mengatakan taman dan 3,3% sisanya mengatakan perkantoran.

Keberadaan bangunan-bangunan kuno disekitar kawasan permukiman perlu diperhatikan. Masyarakat sekitar khususnya yang tinggal di dekat bangunan- bangunan bersejarah harus disadarkan akan pentingnya bangunan-bangunan tersebut agar dapat membantu memelihara lingkungan sekitarnya. Berikut adalah pendapat masyarakat kawasan sekitar Kebun Raya Bogor terjadap eksistensi bangunan disekitar permukimannya (Tabel 22).

Tabel 22 Pendapat masyarakat kawasan sekitar Kebun Raya Bogor terhadap eksistensi bangunan kuno di sekitarnya

No Pendapat Masyarakat Frekuensi

(orang) Presentase (%)

1. Citra bangunan kuno Indah 25 83,3

Tidak Indah 5 16,7

Unik 27 90

Tidak Unik 3 10

2. Jumlah bangunan kuno di

kawasan penyangga Kebun Raya Bogor

Masih cukup banyak 10 33,3

Sedikit 20 66,7

3. Nilai bangunan kuno bagi

masyarakat kawasan penyangga Kebun raya Bogor

Fungsional 24 80

Tidak Fungsional 6 20

Membanggakan 27 90

Tidak membanggakan 3 10

Budaya tinggi 28 93,3

Tidak bernilai budaya 2 6,7

Sejarah tinggi 28 93,3

Tidak bernilai sejarah 2 6,7

Persepsi masyarakat tentang kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sangat beragam. Namun untuk kegiatan pelestarian, 100% masyarakat menyatakan sangat setuju apabila kawasan ini beserta elemen yang berada didalamnya untuk dilestarikan. Akan tetapi, dalam kontribusinya masyarakat yang mendukung dengan menyumbangkan tenaga dan masyarakat yang mendukung secara pasif memiliki jumlah yang sama yaitu sebesar 30%. Sebanyak 23,3% masyarakat mendukung dengan pikiran, 3,3% dengan finansial dan 13,3% mendukung dengan menyumbang pikiran, tenaga, dan finansial. Terkait dengan program Kota Pusaka, masyarakat 100% setuju dengan penetapan Kota Bogor sebagai Kota Pusaka karena peninggalan sejarah yang terdapat di Kota Bogor ini sangat kental.

a. Pengunjung kawasan sekitar Kebun raya Bogor

Pengunjung yang menjadi responden pada kawasan sekitar Kebun Raya Bogor berasal dari beberapa kecamatan di kota Bogor. Diantaranya dari Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Selatan dan Bogor Utara. Responden terdiri dari 25 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Sebanyak 25 orang dengan kategori umur 18-22 tahun, 4 orang dengan kategori 23-30 tahun dan 1 orang dengan kategori umur 41-50 tahun. Pekerjaan pengunjung bermacam-macam, sebanyak 25 orang pengunjunng adalah mahasiswa, 1 orang karyawan swasta, 1 orang PNS, dan 4

orang dengan jenis pekerjaan lain. Pendidikan terakhir masyarakat rata-rata adalah lulusan SMA sebanyak 18 orang, 10 orang lulusan sarjana, 2 orang lulusan D3.

Sebanyak 90% responden melakukan kegiatan wisata, kuliner, dan hanya sekedar jalan-jalan pada kawasan ini. Sedangkan 6,7% responden datang ke kawasan ini untuk bekerja dan 3,3% repsonden datang ke kawasan ini untuk melakukan kegiatan olah raga. Adapun frekuensi kunjungan masing-masing responden berbeda-beda, sebanyak 67,7% responden mengunjungi kawasan ini lebih dari 10 kali, 13,3% sebanyak 5-10 kali, dan 10% kurang dari 5 kali. Waktu kunjungan repsonden ke kawasan sekitar Kebun Raya Bogor ini terkait dengan aktivitas yang dilakukannya. Sebanyak 43,4% menyatakan berkunjung ke kawasan ini pada hari kerja, 40% pada akhir pekan, dan 16,7% pada hari lainnya.

Pengetahuan pengunjung tentang istilah kawasan penyangga cukup baik. Sebanyak 60% pengunjung yang merupakan mahasiswa menyatakan mengetahui tentang istilah tersebut. Sedangkan 40% nya hanya mengetahui sedikit. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan mereka tentang kawasan sekitar Kebun Raya Bogor yang merupakan kawasan penyangga. Sebanyak 60% responden mengetahui bahwa kawasan ini merupakan kawasan penyangga dari Kebun Raya Bogor. Namun 30% responden hanya mengetahui sedikit dan 10% nya tidak mengetahui hal tersebut.

Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentang Kota Pusaka, hanya 50% dari responden yang mengetahui bahwa Kota Bogor telah ditetapkan sebagai Kota Pusaka. 33,3% nya hanya mengetahui sedikit dan 16,7% tidak mengetahuinya. Alasan mereka sama yakni masih kurangnya sosialisasi pemerintah Kota Bogor terkait Kota Pusaka.

Frekuensi kunjungan responden ke kawasan sekitar Kebun Raya Bogor ini tidak lantas membuat mereka mengetahui betul sejarah dari kawasan ini. Hanya 13,3% responden yang mengetahui tentang sejarah kawasan ini yang mereka dapatkan dari cerita turun temurun. Sebanyak 73,3% hanya mengetahui sedikit dari mata kuliah yang pernah diajarkan atau dari internet dan 13,3% tidak mengetahui sama sekali sejarahnya.

Perbedaan pengetahuan pengunjung terhadap sejarah kawasan sekitar Kebun Raya Bogor tidak mempengaruhi persepsi pengunjung, sebanyak 96,7% responden sepakat bahwa kawasan ini bernilai sejarah dan memiliki budaya yang khas jika dibandingan dengan kawasan lain di Kota Bogor. Adapun perubahan yang terjadi di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dapat dirasakan juga oleh pengunjung. Sebanyak 80% responden menyatakan bahwa kawasan ini telah banyak mengalami perubahan dan hanya 20% yang menyatakan bahwa kawasan ini tidak banyak mengalami perubahan.

Sebanyak 60% responden menyatakan perubahan yang paling menonjol terlihat dari lingkungan atau lanskap kawasan yang dahulu merupakan lahan terbuka kini menjadi area permukiman atau yang dahulu area permukiman sekarang menjadi area perdagangan. Sebanyak 23,3% responden lainnya menyatakan perubahan terlihat dari alih fungsi bangunan yang awalnya rumah tinggal menjadi toko atau café dan 16,7% menyatakan perubahan terlihat dari sarana dan prasana yang menunjang kehidupan masyarakat.

Pengunjung kawasan sekitar Kebun Raya Bogor 100% sepakat menyatakan bahwa kawasan ini memiliki karakteristik dominan, yaitu permukiman kolonial. Sebanyak 66,7% responden menyatakan masih dapat

merasakan nuansa permukiman kolonial dan 33,3% menyatakan sudah tidak dapat merasakan nuansa tersebut. Bagi pengunjung, elemen lanskap sejarah di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor ini berperan sebagai penciri atau landmark kawasan. Sebanyak 90% responden menyatakan bahwa landmark dari kawasan ini adalah arsitektur bangunan yang khas, sedangkan 6,7% menyatakan pertokoan sebagai landmark dan 3,3% menyatakan perkantoran sebagai landmark.

Pengunjung kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sudah selayaknya diberikan sosialisasi mengenai pentingnya bangunan kuno di suatu kawasan bersejarah agar bangunan tersebut dapat tejaga dengan baik dan dapat dijadikan sebagai objek pendidikan. Berikut adalah pendapat pengunjung terhadap eksistensi bangunan kuno yang terdapat di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor (Tabel 23).

Tabel 23 Pendapat pengunjung terhadap eksistensi bangunan kuno di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor

No Pendapat Pengunjung Frekuensi

(orang) Presentase (%)

1. Citra bangunan kuno Indah 25 83,3

Tidak Indah 5 16,7

Unik 29 96,7

Tidak Unik 1 3,3

2. Jumlah bangunan kuno di

kawasan penyangga Kebun Raya Bogor

Masih cukup banyak 8 26,7

Sedikit 22 73,3

3. Nilai bangunan kuno bagi

masyarakat kawasan penyangga Kebun raya Bogor

Fungsional 20 66,7

Tidak Fungsional 11 36,7

Membanggakan 29 96,7

Tidak membanggakan 1 3,3

Budaya tinggi 29 96,7

Tidak bernilai budaya 1 3,3

Sejarah tinggi 30 100

Tidak bernilai sejarah 0 0

Persepsi pengunjung tentang bangunan kuno di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor beragam, akan tetapi mereka 100% menyatakan bahwa kawasan ini beserta bangunan kuno didalamnya perlu dilestarikan. Pengunjung yang ikut berkontribusi dalam kegiatan pelestarian secara aktif dengan menyumbangkan pikiran sebanyak 16,7%, menyumbangkan tenaga sebanyak 3,3%, menyumbangkan finansial sebanyak 3,3% dan menyumbangkan baik pikiran, tenaga dan finansial sebanyak 6,7%. Namun, sebagian besar pengunjung hanya ikut berkontribusi secara pasif (70%). Hal ini perlu diarahkan kembali agar pengunjung dapat berperan aktif dalam kegiatan pelestarian.

Dari hasil wawancara secara keseluruhan, baik masyarakat sekitar maupun pengunjung kawasan sekitar Kebun Raya Bogor menyarankan agar program Kota Pusaka di Kota Bogor lebih disosialisasikan lagi. Hal ini bertujuan agar seluruh masyarakat Kota Bogor mengetahui bahwa kota ini masih memiliki peninggalan sejarah yang sangat kental dari masa kerajaan hingga masa kolonial dan sangat

perlu dilestarikan guna keberlanjutannya. Selain itu, diperlukan penataan yang lebih baik terhadap elemen-elemen sejarah agar terlihat ciri dari Kota Pusaka. Sudah sepatutnya sebagai masyarakat Kota Bogor, kita bangga dengan peninggalan-peninggalan sejarah yang masih terjaga hingga saat ini.

Selain saran untuk Kota Bogor secara umum, masyarakat sekitar dan pengunjung kawasan menginginkan pemerintah lebih memperketat lagi aturan tentang alih fungsi bangunan serta izin pembangunan agar fasad bangunan dan nilai historis dari elemen-elemen sejarah yang berada di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor dapat dipertahankan. Pola sirkulasi serta pola vegetasi pada kawasan ini juga dipertahankan agar unsur sejarahnya semakin kuat.

Dokumen terkait