• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyelesaian Wali ‘dal di Pengadilan Agama Cibinong

Skripsi ini saya persembahkan kepada : Kedua Orang Tua (Alm) Ayahanda M Romli dan Ibunda Zaenab; untuk

DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG

D. Analisis Penyelesaian Wali ‘dal di Pengadilan Agama Cibinong

Dalam analisis penyelesaian kasus wali ‘adal, pada dasarnya apabila ada permasalah dimana wali menolak untuk menikahkan anak perempuannya, cara penyelesaian yang pertama adalah melakukan pendekatan kekeluargaan antara calon mempelai wanita dan mempelai laki-laki dengan pihak wali, dan apabila tidak dapat dilakukan secara kekeluargaan maka perkara tersebut akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku untuk menemukan jalan keluar yang terbaik melalui penetapan atau keputusan hakim yang dikeluarkan Pengadilan Agama.

Terhadap penetapan Pengadilan Agama Cibinong atas perkara No. 114/Pdt.P/2007/PA.Cibinong dengan pemohon Dwi Ria Wulandari Binti Tomi, dimana penetapannya mengabulkan segala permohonan Pemohon untuk, menetapkan adhalnya wali Kusmiadi Bin Usup (ayahnya) atas pernikahan Pemohon dengan laki-laki yang bernama Zaenal Muslim Bin H. Ma’mur, menunjuk Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor untuk bersedia sebagai wali hakim dan menetapkan biaya perkara menurut hukum. Adapun faktor yang menyebabkan adhalnya wali yaitu dimana orang tua pemohon (ayah) tidak bersedia menjadi wali bagi pernikahan Pemohon dengan calon suami karena faktor ekonomi calon suami dan juga orang tua Pemohon terlalu banyak menuntut dari diri calon suami diluar kemampuan calon suami. Sehingga alasan orang tua pemohon ‘adal tidak dapat dapat dibenarkan.

Terhadap penetapan Pengadilan Agama Cibinong atas perkara No : 02/Pdt.P/2006/PA.Cibinong Mira Kusmiranti Binti Kusmiadi dimana

penetapannya mengabulkan segala permohonan Pemohon untuk menetapkan ‘dal nya wali Kusmiadi Bin Usup (ayahnya) atas pernikahan Pemohon dengan laki-laki yang bernama Zaenal Muslim Bin H. Ma’mur, menunjuk Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor untuk bersedia sebagai wali hakim dan menetapkan biaya perkara menurut hukum. Adapun faktor yang menyebabkan adhalnya wali yaitu karena status pekerjaan calon suami tidak sesuai dengan keinginan orang tua Pemohon yang menghendaki calon suami Pemohon dari angkatan seperti orang tua Pemohon. Sehingga alasan orang tua pemohon ‘adal tidak dapat dapat dibenarkan.

Terhadap penetapan Pengadilan Agama Cibinong atas perkara No : 16/Pdt.P/2005/PA.Cibinong. dengan pemohon Susi Shorayasari Z Binti Zuhron dimana penetapannya mengabulkan segala permohonan Pemohon untuk menetapkan ‘adalnya wali Zuhron Amali Bin Asrori atas pernikahan Pemohon dengan laki-laki yang bernama Heri Irawan Bin Udin , menunjuk Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk bersedia sebagai wali hakim dan dan menetapkan biaya perkara menurut hukum. Adapun faktor yang menyebabkan adhalnya wali yaitu karena adanya dendam antara Ayah Pemohon dengan Ibu Pemohon –yang telah bercerai- mengingat juga pemohon selalu membela dan berpihak kepada Ibunya. Ayah Pemohon mau menjadi wali dengan syarat yaitu Ibu Pemohon harus meninta maaf secara langsung dengan disaksikan oleh orang-orang sekampung dan aparat Desa, dan syarat inilah yang

tidak mungkin untuk dipenuhi oleh Pemohon. Sehingga alasan orang tua pemohon ‘adal tidak dapat dapat dibenarkan.

Menurut pengamatan penulis dari ketiga Pemohon yang melayangkan permohonan penetapan wali ‘adal layak mendapatkan penetapan karena alasan-alasan yang dikemukakan oleh orang tua Pemohon yang adhal tidak dapat dibenarkan oleh hukum yang berlaku. ‘adalnya wali baru dapat dibenarkan Apabila wali yang enggan menikahkan tersebut mempunyai alasan-alasan yang kuat menurut hukum perkawinan dan sekiranya perkawinan tetap dilangsungkan justru akan merugikan Pemohon atau terjadinya pelanggaran terhadap larangan perkawinan, seperti alasan-alasan calon suami didapati beda agama, calon suami pemohon mempunyai penyakit yang membahayakan pemohon dan calon suami pemohon mempunyai akhlak yang rusak seperti penjudi, pengkonsumsi narkoba dan pemabuk maka permohonan Pemohon akan ditolak dengan catatan apa yang dijadikan alasan enggannya wali itu dapat dibuktikan di dalam persidangan.

Terkait faktor-faktor lain seperti didapatinya calon suami belum mempunyai pekerjaan (ekonomi), calon suami berasal dari kalangan bukan dari keluarga terpandang, berpendidikan rendah (sosial) dan juga kondisi pemusuhan yang terjadi antara wali terhadap pihak calon suami atau Pemohon (dendam) tidak dapat dibenarkan karena hal itu bukan alasan-alasan yang kuat menurut hukum perkawinan dan sekiranya perkawinan tetap dilangsungkan tidak akan terjadinya pelanggaran terhadap larangan perkawinan dan merugikan Pemohon

selama pemohon ikhlas menjalani pernikahan tersebut karena alasan-alasan tersebut masih bersifat relatif dan masih bisa dicari jalan keluar yang lebih baik.

Dengan demikian bila didapati wali nasab tidak mau menikahkan maka dapat diganti oleh wali hakim, pada umumnya adalah Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, hal itu baru dapat dilakukan setelah adanya penetapan dari Pengadilan Agama tentang ‘adalnya wali. Penetapan yang dikeluarkan oleh hakim tersebut dalam perkara ini dibuat dengan telah memenuhi ketentuan ketentuan yang berlaku dimana penetapan itu dibuat berdasarkan permohonan pemohon, keterangan saksi-saki, bukti-bukti dan ketentuan-ketentuan lain yang terdapat di dalam hukum acara Pengadilan Agama sehingga dikeluarkannya penetapan untuk menunjuk wali hakim yang akan menikahkan pemohon dengan calon suaminya. Sehingga pernikahan yang dilakukan oleh pihak pemohon dengan calon suaminya tersebut adalah sah dimata hukum dan agama meskipun yang menjadi wali adalah wali hakim.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian tersebut di atas dapatlah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Status pernikahan wanita yang walinya menolak menikahkan (wali ‘adal) adalah sah. Hal ini disebabkan karena adanya penetapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama tentang ‘adal nya seorang wali. Sehingga dengan adanya penetapan itu maka pihak calon pengantin wanita dapat melangsungkan pernikahan dengan menggunakan wali hakim.

2. Sebab-sebab orang tua atau wali ‘adal (enggan, menghalang-halangi) menikahkan anaknya adalah karena calon yang akan menjadi menantunya adalah beda agama, akhlaknya kurang baik, status sosialnya tidak sederajat baik pendidikan, keturunan, maupun ekonominya. Dan alasan yang tidak dibenarkan seorang wali menolak menikahkan anaknya dengan calon suaminya adalah masalah status sosial, pendidikan, keturunan, dan ekonomi. 3. Penyelesaian perkara wali adhal langkah pertama yang harus dilakukan adalah

permasalah tersebut belum dapat diselesaikan, maka sebaiknya permasalahan tersebut diselesaikan melalui Pengadilan Agama melalui proses persidangan .

B. SARAN

1. Sebelum melangsungkan perkawinan hendaknya dilakukan proses pengenalan keluarga yaitu keluarga dari pihak wanita dan dari pihak laki-laki. Hal ini dimaksudkan untuk mengenal lebih jauh pribadi dan asal usul masing-masing keluarga agar tidak terjadi kesalah pahaman .

2. Bagi para orang tua, untuk jangan khawatir menikahkan anaknya walaupun dia belum pekerjaan tetap. Para orang tua hendaknya jangan menjadi penghalang bagi anaknya untuk menikah kalau memang anaknya sudah sangat ingin menikah dan takut terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Terlebih lagi karena alasan-alasan yang tidak di benarkan oleh agama.

3. Bagi para pihak – pihak terkait seperti para pejabat Kantor Urusan Agama dan praktisi-praktisi Hukum Islam agar mensosialisasikan kepada masyarakat masalah wali adhal melalui kajian-kajian, ceramah-ceramah di majlis ta’lim, khutbah jum’at, dan lain-lain.

Dokumen terkait