• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran DPS dalam BMT RAMADAN

grafik outstanding lending BMT RAMADANA tahun 2014-2016

A. Analisis Peran DPS dalam BMT RAMADAN

Dalam menjaga kegiatan usaha lembaga keuangan mikro syariah agar

senantiasa berjalan sesuai dengan prinsip syariah yang khususnya pada BMT

Ramadana, yang berdiri sejak tahun 2012 dibutuhkan suatu badan independen

yang ahli pada bidang muamalah serta pengetahuan umum dibidang keuangan

mikro syariah. Badan independen tersebut adalah Dewan Pengawas Syariah

(DPS). Sebagai koperasi yang menjalankan operasional sesuai dengan prinsip

syariah, BMT Ramadana harus memiliki DPS dalam struktur organisasinya.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Antonio, 1992:2) Dewan

Pengawas Syariah (DPS) adalah suatu dewan yang sengaja dibentuk untuk

mengawasi jalannya perusahaan sehingga senantiasa berjalan sesuai dengan

syariah.

Dewan Pengawas Syariah di BMT Ramadana memiliki peran penting

sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Faqih Nabhan selaku Manajer di BMT

Ramadana tanggal 21 Juli 2017 beliau mengatakan:

Bahwa Dewan Pengawas Syariah (DPS) sudah berperan dalam mengawasi jalannya operasional BMT sehari-hari, dan sesuai dengan ketentuan syariah

Sebagaimana disebutkan di atas peran DPS di BMT Sebagai koperasi yang

menjalankan operasional sesuai dengan prinsip syariah, maka BMT Ramadana

harus memiliki DPS dalam struktur organisasinya.

Pengawas Syariah berperan untuk memastikan dan mengawasi operasional BMT

sebagai koperasi yang menjalankan operasional yang sesuai dengan prinsip

syariah. Akan tetapi dalam kenyataannya Dewan Pengawas Syariah di BMT

Ramadana belum berjalan sesuai perannya bagaimana mestinnya yang dijelaskan

oleh Bapak Faqih Nabhan, dilihat dari ketidak maksimalnya peran para Dewan

Pengawas Syariah, dimana dalam sruktur organisasi tertera para nama anggota

Dewan Pengawas Syariah, tetapi dalam pelaksanaan kegiatannya belum berjalan

secara aktif. Karena adanya peran DPS dalam suatu BMT inilah yang kemudian

dapat membangun kepercayaan masyarakat.

Sedangkan fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS) sesuai hasil

wawancara dari Bapak Faqih Nabhan di BMT Ramadana yaitu:

“untuk mengawasi kepatuhan syariah, memberikan persetujuan produk dan sistem baru sesuai dengan prinsip syariah”

Sebagaimana dapat dijelaskan dari pemaparan di atas bahwa fungsi

Dewan Pengawas Syariah (DPS) di BMT Ramadana adalah untuk mengawasi

kepatuhan syariah, baik dari segi akad, produk, operasionalnya dengan bertujuan

untuk menjaga/memastikan bahwa BMT dalam menjalankan operasionalnya

sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu fungsi DPS adalah memberikan

43

perkembangannya BMT Ramadana sebagai lembaga keuangan mikro syariah,

masih berusaha untuk memperbaiki peran DPS yang belum maksimal dan

berusaha menjalankan sebagaimana perannya. Pihak BMT pastinya selalu

mengembangkan system dan produk baru untuk menjaga eksistensinya di

masyarakat. Akan tetapi untuk menjaga agar produk dan system tersebut sesuai

dengan prinsip syariah diperlukan DPS sebagai pemberi persetujuan.

Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Anthony dan Gavindarajan (2005:269), Teori Keagenan mendiskripsikan

hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Suatu hubungan agency

muncul ketika satu atau lebih individu, yang disebut pelaku (principals),

mempekerjakan satu atau lebih individu lain, yang disebut (agent), untuk

melakukan layanan tertentu dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan

keputusan kepada agen. Disini peran Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak

yang melakukan monitoring dan pelayanan di BMT agar melakukan tugas dan

mengawasi jalannya operasiaonal seusai dengan prinsip syariah.

Peran Dewan Pengawas Syariah di BMT Ramadana diukur dengan

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015 pasal 14 ayat 5, tugas Dewan Pengawas

Syariah yaitu:

1. Memberikan nasehat dan saran kepada pengurus dan pengawas serta serta

2. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional

dan produk yang dikeluarkan oleh KSPPS.

3. Mengawasi pengembangan produk baru.

4. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru yang belum ada

fatwanya.

5. Melakukan review secara berkala terhadap produk-produk simpanan dan

pembiayaan syariah. Namun dalam melakukan review secara berkala terhadap

produk-produk simpanan dan pembiayaan syariah peran Dewan Pengawas

Syariah belum terlaksana secara maksimal.

Pada saat ini BMT Ramadana dalam operasionalnya diawasi oleh tiga

Dewan Pengawas Syariah, yang diketuai oleh K.H. Sonwasi Ridwan B.A.,

beranggotakan dua orang yaitu Dr. Nafis Irhami MA, M.Ag. dan Mukorrobin.

Namun, di BMT Ramadana hanya ada satu orang yang aktif dalam peran nya

yaitu Bapak K.H. Sonwasi Ridwan B.A. yang telah menjadi Dewan Pengawas

Syariah (DPS) BMT Ramadana selama dua tahun. Ketiga Dewan Pengawas

Syariah tersebut masih belum berjalan secara maksimal karena kurangnya

koordinasi dari kedua belah pihak antara BMT dengan Dewan Pengawas Syariah.

Karena itu perlu diperbaiki lagi hubungan atara BMT dengan Dewan Pengawas

Syariah karena peran Dewan Pengawas Syariah sangatlah penting untuk

berjalannya suatu BMT.

Dewan Pengawas Syariah melakukan fungsi pengawasnya di BMT

45

tetapi waktu dan tempatnya tidak menentu. Peran Dewan Pengawas Syariah di

BMT Ramadana belum maksimal, terbukti bahwa kunjungan DPS ke BMT

Ramadana jarang dilaksanakan. Jika ditinjau dari pernyataan Ahmad, D (2012)

yang mengungkapkan bahwa DPS dianjurkan untuk mendatangi kantor secara

reguler minimal 1 minggu sekali untuk mengkaji dan mendiskusikan berbagai

produk yang dijalankan dan dikembangkan dari aspek hukum syariah nampaknya

belum terlaksana oleh Dewan Pengawas Syariah di BMT Ramadana karena

dalam penelitian tersebut Dewan Pengawas Syariah (DPS) hanya melakukan

pengawasan setahun sekali.

Betuk peran DPS di BMT Ramadana melalui rapat yaitu:

1. Rapat rutin tahunan adalah rapat yang sudah ditentukan waktu yang memang

sudah terjadwal tiap tahunya. Biasanya dalam rapat ini diadakan di awal tahun

dan diikuti oleh Dewan Pengawas Syariah dan jajaran anggota pengurus BMT

Ramadana. Dalam rapat tahunan ini membahas tentang:

a. Pengeluaran produk baru yang harus sesuai dengan syariah

b. Memberikan saran dan nasihat untuk berkembangnya suatu BMT.

2. Rapat insidental adalah rapat yang diadakan tidak berdasarkan jadwal,

tergantung pada masalah yang dihadapi. Rapat ini di ikuti Dewan Pengawas

Syariah dan jajaran anggota pengelola BMT Ramadana. Dalam rapat

insidental membahas tentang:

a. Kinerja karyawan

c. Pembagian sisa hasil usaha (SHU)

A. Faktor-faktor yang Menjadi Kendala dalam Pelaksanaan Tugas Dewan

Dokumen terkait