• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I GAMBARAN UMUM RSUD Dr MOEWARD

H. Analisis Pertumbuhan Penerimaan RSUD Dr.

Menurut Djarwanto (1995: 53) analisis yang dilakukan oleh suatu perusahaan baik itu yang bersifat profit maupun non profit dilakukan dengan mengukur hubungan dan perubahan yang terjadi antara unsur–unsur laporan keuangan dari tahun–ketahun dengan tujuan untuk mengetahui arah perkembangan perusahaan tersebut.

Untuk mempermudah dalam proses analisis tersedia berbagai tekhnik dan metode analisis laporan keuangan, yang digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antar pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut jika dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode yang dikehendaki. Tujuan dari setiap metode dan tekhnik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga data tersebut lebih bisa dimengerti.

Untuk menganalisis potensi dan kemajuan penerimaan pelayanan RSDM penulis akan menggunakan metode analisis horisontal (analisis perbandingan) yaitu mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga dapat diketahui perkembangannya. Metode perbandingan digunakan untuk menentukan seberapa besar kenaikan/penurunan penerimaan antara tahun- tahun yang diperbandingkan baik dalam jumlah maupun dalam persentase. Untuk lebih memperbandingkan penerimaan RSDM maka penulis juga akan menghitung ratio pertumbuhannya, dengan rumus sebagai berikut:

dasar tahun rupiah Jumlah pembanding tahun rupiah Jumlah Rumus

Ratio yang lebih besar dari 1 berarti bahwa jumlah dalam tahun yang dibandingkan lebih besar dari jumlah dalam tahun dasar atau menunjukkkan adanya kenaikan. Sebaliknya kalau ratio lebih rendah dari 1 berarti ada penurunan (Munawir 1995: 41).

Berikut ini penulis akan menganalisis bagaimana pertumbuhn penerimaan pelayanan RSDM dari tahun anggaran 1999/2000-2002 dengan menggunakan rumus di atas.

ANALISIS PERBANDINGAN UNTUK MENGETAHUI REVENUE GROWTH PENERIMAAN PELAYANAN RSDM T.A. 1999/2000-2002

Tahun Anggaran Pertumbuhan

2000 atas 1999/2000 2001 atas 2000 2002 atas 2001

No PenerimaanJenis

1999/2000 2000 2001 2002

Rp % Ratio Rp % Ratio Rp % Ratio

1 Obat-obatan 3.600.304.475 3.208.021.394 6.133.808.942 7.855.689.147 (392.283.081) (10,90) 0,89 2.925.787.548 91,20 1,91 1.721.880.205 28,07 1,28 2 Laboratorium 880.291.115 899.796.149 1.534.947.333 1.953.144.144 19.505.034 2,22 1,02 635.151.184 70,59 1,71 418.196.811 27,25 1,27 3 Akomodasi 1.200.252.775 1.489.908.780 2.184.901.775 2.440.366.950 289.656.005 24,13 1,24 694.992.995 46,65 1,47 255.465.175 11,69 1,12 4 Tindakan Medis 2.545.560.825 3.725.330.106 6.448.309.390 6.564.927.090 1.179.769.281 46,35 1,46 2.722.979.284 73,09 1,73 116.617.700 1,81 1,02 5 Rehab Medik 28.981.920 27.187.375 84.143.725 55.016.175 (1.794.545) (6,19) 0,94 56.956.350 209,50 3,09 (29.127.550) (34,62) 0,65 6 Radiologi 481.545.095 475.641.900 716.411.785 795.993.500 (5.903.195) (1,23) 0,99 240.769.885 50,62 1,51 79.581.715 11,11 1,11 7 Jasa Karcis 169.276.050 159.250.500 151.514.000 180.462.565 (10.025.550) (5,92) 0,94 (7.736.500) (4,86) 0,95 28.948.565 19,11 1,19 8 Visite 865.606.925 567.222.375 994.703.375 1.160.716.991 (298.384.550) (34,47) 0,66 427.481.000 75,36 1,75 166.013.616 16,69 1,17 9 Askes 180.269.595 126.003.338 1.304.849.346 1.783.216.135 (53.466.257) (29,66) 0,70 1.178.846.008 935,56 10,29 478.366.789 36,66 1,37 10 Lain-lain 38.603.160 35.963.350 78.850.650 78.397.791 (2.639.810) (6,84) 0,93 42.887.300 119,25 2,19 (452.859) (0,57) 0,99 11 Kartu Sehat 848.988.875 - - - (848.988.875) (100,00) - - - - - - - 12 Saldo Th. Yll - - - 759.885.127 - - - - - - 759.885.127 - - Jumlah 10.839.680.810 10.714.325.267 19.632.440.321 23.627.815.615 (125.355.543) (1,16) 0,98 8.918.115.054 83,22 1,83 3.995.375.294 20,35 1,20

Analisis:

Berdasarkan Tabel 2.12 dapat dilakukan analisis sebagai berikut:  Perbandingan tahun anggaran 1999/2000 dan 2000

Pada perbandingan tahun anggaran 1999/2000-2000, penerimaan akumulatif RSDM tahun anggaran 2000 mengalami penurunan jika dibanding tahun anggaran 1999/2000 yaitu sebesar Rp 125.355.543 atau menurun sekitar 1,16 % dengan ratio pertumbuhan sebesar 0,98. Hal ini terjadi karena adanya peralihan dari tahun anggaran yang biasanya berakhir pada bulan Maret menjadi tahun takwim yang berakhir bulan Desember. Sehingga pada tahun 2000 penerimaan yang diterima hanya berasal dari penerimaan selama sembilan bulan. Hal tersebut di atas juga mengakibatkan banyak komponen penerimaan yang juga mengalami pertumbuhan negatif, walaupun masih ada juga komponen penerimaan yang mengalami pertumbuhan positif yaitu komponen tindakan medik dengan ratio pertumbuhan 1,46 dilanjutkan dengan akomodasi dengan ratio pertumbuhan 1,24 serta komponen laboratorium yang ratio pertumbuhannya 1,02.

 Perbandingan Tahun anggaran 2000 dan 2001

Pada perbandingan tahun anggaran 2000 dan 2001, penerimaan akumulatif RSDM pada tahun anggaran 2001 mengalami pertumbuhan yang positif jika dibanding tahun anggaran 2000 yaitu meningkat sebesar Rp 8.918.115.054 atau sekitar 83,24% dengan ratio pertumbuhan sebesar 1,83. Peningkatan ini nampak cukup tinggi karena tahun anggaran 2001 yang

berjalan selama 12 bulan dibandingkan dengan tahun anggaran 2000 yang hanya 9 bulan. Jika dilihat perkomponen sebagian besar komponen penerimaan mengalami pertumbuhan yang positif, hanya ada satu yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu komponen jasa karcis yang menurun 4,86% dari tahun anggaran yang lalu dengan ratio pertumbuhan 0,95. Hal ini terjadi karena pada tahun anggaran 2001 terjadi penurunan jumlah pasien rawat jalan yang jumlahnya cukup besar .

 Perbandingan tahun anggaran 2001 dan 2002

Pada perbandingan tahun anggaran 2001 dan 2002 , penerimaan RSDM secara akumulatif pada tahun anggaran 2002 jika dibandingkan dengan

tahun anggaran 2001 mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar Rp 3.995.375.294 atau sekitar 20,35% dengan ratio pertumbuhan 1,20. Hal

itu disebabkan oleh penerimaan dari tiap-tiap komponen pelayanan sebagian besar juga mengalami peningkatan walaupun masih ada juga komponen-komponen yang mengalami penurunan yaitu komponen rehab medik yang menurun 34,63% dari tahun anggaran 2001 dan komponen lain-lain yang mengalami penurunan 0,57% dari tahun anggaran 2001.

BAB III TEMUAN

Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan terhadap anggaran penerimaan RSDM, penulis menemukan adanya kelebihan dan kelemahan dari anggaran penerimaan tersebut, yaitu:

A . Kelebihan

a. Sebelum melakukan kegiatan usahanya, khususnya dalam bidang keuangan, RSDM terlebih dahulu telah menyusun suatu perencanaan dalam bentuk anggaran, sehingga mereka memiliki pedoman dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

b. Mekanisme penganggaran pada RSDM sudah tetap dan mapan (Kep Mendagri N0 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggung jawaban & Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan perhitungan APBD).

c. Setiap bulan RSDM selalu mengadakan evaluasi terhdap pencapaian target peneriman yang telah dibuat dan setiap akhir periode anggaran RSDM selalu melakukan analisis terhadap pertumbuhan penerimaan RSDM sehingga dapat diketahui bagaimana perkembangan dan kemajuan usahanya.

d. Bilamana diperlukan dalam keadaan – keadaan tertentu RSDM selalu mengadakan revisi terhadap anggaran yang telah dibuat.

e. Penerimaan akumulatif RSDM dari tahun ketahun cenderung bisa mencapai target bahkan berlebih. Untuk tahun anggaran 1999/2000 target penerimaan tidak bisa tercapai bukan karena kesalahan pihak RSDM tapi karena klaim yang telah dijanjikan oleh Pemda tidak dapat terealisasi sepenuhnya. Dan jika dilihat dari pertumbuhannya penerimaan RSDM dari tahun-ketahun baik secara akumulatif maupun perkomponen cenderung semakin meningkat, kecuali untuk tahun anggaran 2000 sempat terjadi penurunan karena tahun anggaran 2000 hanya ada 9 bulan akibat adanya peralihan dari tahun anggaran menjadi tahun takwim.

B. Kelemahan

1. Birokrasi yang harus dilalui dalam penyusunan anggaran terlalu panjang sehingga sulit untuk mengantisipasi perubahan – perubahan yang biasanya sangat cepat.

2. Penggolongan komponen – komponen anggaran yang sering berubah sehingga dapat menyebabkan kebingungan dan kerancuan bagi pembaca laporan.

3. Jika dilihat perkomponen masih banyak komponen - komponen penerimaan yang targetnya tidak tercapai terutama untuk tahun anggaran 2000 dan 2001 lebih banyak komponen yang tidak tercapai dari pada yang tercapai.

4. Dalam menyusun anggarannya RSDM hanya mempergunakan metode incremental yang sebenarnya sangat lemah karena hanya mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun yang lalu saja.

5. Untuk komponen lain - lain yang terdiri dari jasa ambulance, laundry, diklat dan jasa parkir belum dibuat anggaran terperinci satu persatu baik itu dalam hal volume pelayanan maupun dalam hal harga sehingga sulit untuk dievaluasi.

BAB IV REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis terhadap realisasi penerimaan RSDM dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi keuangan RSDM ditinjau dari penerimaannya tahun anggaran 1999/2000 - 2002 cukup baik dan mengalami peningkatan karena secara akumulatif penerimaan yang dianggarkan dapat tercapai bahkan berlebih dan jika dilihat pertumbuhannya dari tiap tahun anggaran, penerimaan RSDM selalu mengalami peningkatan. Walaupun untuk T. A 1999/2000 target penerimaannya tidak tercapai yaitu berada 1,46% di bawah target, bukan merupakan indikasi bahwa kondisi keuangan RSDM pada tahun anggaran tersebut menurun karena jika dilihat perkomponen, justru lebih banyak komponen yang targetnya tercapai dari pada yang tidak. Penyebab utama penyimpangan pada tahun anggaran tersebut adalah bukan karena kesalahan dari pihak RSDM tapi karena klaim dana program kartu sehat yang telah dijanjikan oleh pemerintah tidak dapat terealisasi seluruhnya. Dan untuk tahun anggaran 2000 penerimaan RSDM juga mengalami penurunan, hal itu karena pada tahun anggaran 2000 hanya berlangsung selama 9 bulan akibat adanya peralihan dari tahun anggaran menjadi tahun takwim.

Jika dilihat perkomponen dari tahun - ketahun ada komponen - komponen penerimaan yang targetnya tercapai tetapi ada juga yang

targetnya tidak tercapai.

1. T. A 1999/2000

• Komponen - komponen yang target penerimaannya tercapai :

Komponen askes (20,18% di atas target), jasa karcis (13,60% di atas target), akomodasi (7,94% di atas target), obat - obatan (4,33% di atas target), laboratorium (3,08% di atas target), tindakan medik (1,97% di atas target), dan komponen radiologi (1,8% di atas target).

• Komponen - komponen yang target penerimaannya tidak tercapai : Komponen kartu sehat (33,23% di bawah target), komponen rehab medik (19,49% di bawah target), komponen visite(10,48% di bawah target) dan komponen lain - lain (3,49% di bawah target).

2. T. A 2000

• Komponen - komponen yang target penerimaannya tercapai :

Komponen tindakan medik (69,55% di atas target), rehab medik(65,97% di atas target), laboratorium (15,47% di atas target) dan komponen radiologi (0,55% di atas target).

• Komponen - komponen yang target penerimaannya tidak tercapai:

Komponen jasa karcis (55,09% di bawah target), komponen obat - obatan (25,20% di bawah target), komponen askes (22,2% di bwah target), komponen visite (13,69% di bawah target), komponen akomodasi (8,16% di bawah target) dan komponen lain - lain(0,26% di bawah target).

3. T. A 2001

Komponen rehab medik (45,07% di atas target), askes (44,98% di atas target), akomodasi (13,26% di atas target) dan komponen obat - obatan (4,85% di atas target).

 Komponen - komponen yang target penerimaannya tidak tercapai:

Komponen lain - lain (28,31% di bawah target), radiologi (17,36% di bawah target), komponen jasa karcis (10,87% di bawah target), komponen visite (6,86% di bawah target), komponen tindakan medik (6,78% di bawah target), dan komponen laboratorium (5,89% di bawah target).

4. T. A 2002

• Komponen - komponen yang target penerimaannya tercapai:

Komponen lain - lain (21,14% di atas target), komponen akomodasi ( 5,68% di atas target), komponen laboratorium (3,94% di atas target),

komponen obat - obatan (2,76% di atas target) dan komponen radiologi (2,31% di ats target)

• Komponen - komponen yang target penerimaannya tidak tercapai:

Komponen lain - lain (23,88% di bawah target), komponen rehab medik (16,64% di bawah target), komponen visite ( 4,78% di bawah target), komponen tindakan medik (4,07% di bawah target) dan komponen jasa karcis (2,97% di bawah target).

Dari data - data di atas tampak bahwa pada tahun anggaran 2000 dan 2001 lebih banyak komponen penerimaan yang tercapai dari pada yang tidak.

Namun hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap penerimaan akumulatif RSDM yang tetap bisa mencapai target karena komponen - komponen penerimaan yang berada di atas target dapat menutupi kekurangan yang akibat target penerimaan yang tidak tercapai tersebut.

B. Saran

Berdasarkan temuan yang telah di bahas dalam bab sebelumnya, penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut:

a. Dalam penggolongan komponen - komponen penerimaan hendaknya harus tetap dan pasti agar tidak menimbulkan kerancuan dan kebingungan dari pihak - pihak yang berkepentingan membaca laporan tersebut.

b. Tetap dilanjutkan untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran tiap bulannya dan analisis terhadap pertumbuhan penerimaan tiap akhir periode anggaran.

c. Untuk komponen lain - lain hendaknya anggaran di buat lebih terperinci dari tiap - tiap jasa pelayanan baik itu dalam hal harga maupun volume pelayanan sehingga lebih mudah untuk dievaluasi.

d. Untuk dapat mengejar target penerimannya, hendaknya RSDM dapat lebih

memperhatikan kualitas pelayanannya agar tidak kalah dengan rumah sakit - rumah sakit yang lain.

e. Hendaknya RSDM dapat lebih meningkatkan kinerjanya untuk tahun - tahun yang akan datang baik itu dalam hal mutu pelayanan dan manejemennya.

f. RSDM hendaknya dapat mempertimbngkan penggunaan metode lain selain incremental yang juga memperhatikan pengalaman beberapa tahun sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus.1994. Anggaran Perusahaan Pendekatan Kuantitatif. Yogyakarta: BPFE.

Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 1996. Anggaran Perusahaan. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Djarwanto, PS. 1984. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE Glenn A. Welsch, Cs. 2000. Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba. Buku

Dua. Terjemahan oleh Purwatiningsih, Maudy Warauw. Jakarta: Salemba empat.

Helfert, Erich A. 1996. Teknik Analisis Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Mulyadi. 2000. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. STIE YKPN. Munandar,M. 1986. Budgeting. Yogyakarta: BPFE.

Munawir,S.1995. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE Nafarin. 2000. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Dokumen terkait