BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan
4.2.2 Analisis Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan
Kabupaten Simalungun.
Komoditi perkebunan yang menjadi basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun dianalisis menggunakan analisis shift share untuk menentukan pertumbuhannya dan komoditi perkebunan yang termasuk non basis tidak dianalisis pertumbuhannya. Analisis komponen pertumbuhan komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun
difokuskan pada komponen pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah.
Pertumbuhan proporsional yaitu perbedaan antara pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional. Daerah dapat tumbuh lebih cepat/lambat dari rata-rata nasional sektoral dan pertumbuhan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional total. Produksi komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) dari komoditi perkebunan basis yang beragam menunjukkan bahwa adanya perbedaan dalam kebijakan masing-masing komoditi perkebunan. Komoditi perkebunan basis yang mempunyai jumlah positif menunjukkan bahwa komoditi tersebut tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan komoditi lain di tingkat kabupaten atau kecamatan-kecamatan tersebut berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan yang secara regional/kabupaten tumbuh cepat.
Pertumbuhan yang dianalisis berikutnya adalah Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Komponen ini menunjukkan adanya pergeseran wilayah yang diakibatkan oleh adanya sektor perekonomian tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lambat di suatu wilayah yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern (Tarigan, 2005). Artinya bagi suatu wilayah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti adanya sumber daya (alam, manusia, modal, social capital) akan mempunyai komponen pertumbuhan pangsa wilayah yang positif, berarti bahwa komoditi perkebunan tersebut lebih tinggi daya saingnya dari pada komoditi lain pada tingkat yang lebih tinggi (wilayah acuan/wilayah himpunannya). Begitu juga sebaliknya, wilayah yang faktor lokasionalnya kurang atau tidak menguntungkan akan mempunyai komponen pertumbuhan pangsa
wilayah yang negatif. Hasil analisis pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun tahun 2005-2012 adalah sebagai berikut.
1. Kecamatan Silimahuta
Berdasarkan hasil analisis Pertumbuhan Proporsional (PP) komoditi perkebunan basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Silimahuta terdapat empat komoditi perkebunan yang memiliki pertumbuhan yang cepat, yang ditunjukkan dengan jumlah PP positif. Komoditi perkebunan yang mempunyai pertumbuhan cepat tersebut adalah kopi, pinang, vanili dan tembakau. Jumlah PP positif menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau dapat dikatakan Kecamatan Silimahuta berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat.
Kopi mempunyai jumlah PP terbesar yaitu sebesar 572,91 ton dengan persentase 70,574 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi kopi mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 572,91 ton. Pinang mempunyai jumlah PP sebesar 0,24 ton dengan persentase 7,467 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi pinang mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 0,24 ton. Vanili mempunyai jumlah PP sebesar 1,45 ton dengan persentase 259,414 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi vanili mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 1,45 ton.
Komoditi perkebunan basis yang lain di Kecamatan Silimahuta yaitu cengkeh, kulit manis dan kemiri mempunyai pertumbuhan lambat yang ditunjukkan dengan jumlah PP negatif. Komoditi-komoditi perkebunan tersebut juga mempunyai persentase PP yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditi-komoditi tersebut tumbuh relatif lambat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau Kecamatan Silimahuta tidak berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh lambat. Komoditi yang mempunyai jumlah PP terkecil adalah kulit manis yaitu - 0,35 ton artinya kulit manis dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 0,35 ton.
Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa Kecamatan Silimahuta mempunyai satu jenis komoditi perkebunan basis yang bernilai PPW positif. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Silimahuta yang memiliki nilai PPW positif adalah cengkeh yaitu 1,65 ton dengan persentase 160,544 persen. Jumlah PPW yang positif menunjukkan bahwa cengkeh mempunyai daya saing jika dibandingkan dengan komoditi wilayah kecamatan lainnya atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Silimahuta mempunyai keunggulan kompetitif untuk cengkeh apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. Jumlah PPW tersebut menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut mengalami kenaikan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya.
Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Silimahuta yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan yang sama wilayah kecamatan lainnya yaitu kopi, kulit manis, kemiri, pinang, vanili dan tembakau. Komoditi perkebunan basis tersebut mempunyai jumlah PPW negatif
artinya komoditi perkebunan tersebut mengalami penurunan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Silimahuta yang mempunyai jumlah PPW terkecil adalah vanili yaitu sebesar - 1,48 ton dengan persentase sebesar - 263,454 persen. Hal ini menunjukkan bahwa vanili mengalami penurunan jumlah produksi sebesar 1,48 ton.
Tabel 7. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012
Komoditi Basis
PP PPW
PPij
(Ton) %Ppij Kriteria
PPWij
(Ton) %PPWij Kriteria
Kopi 572.91 70.574 Cepat -678.74 -83.611 Tidak Berdaya Saing
Cengkeh -1.04 -100.506 Lambat 1.65 160.544 Berdaya Saing
Kulit
Manis -0.35 -7.729 Lambat -1.77 -39.231 Tidak Berdaya Saing
Kemiri -3.44 -17.786 Lambat -2.54 -13.126 Tidak Berdaya Saing
Pinang 0.24 7.467 Cepat -2.41 -76.380 Tidak Berdaya Saing
Vanili 1.45 259.414 Cepat -1.48 -263.454 Tidak Berdaya Saing
Tembakau 4.22 44.374 Cepat -4.5 -47.361 Tidak Berdaya Saing
Sumber : Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 4 2. Kecamatan Pematang Silimahuta
Berdasarkan hasil analisis Pertumbuhan Proporsional (PP) komoditi perkebunan basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Pematang Silimahuta terdapat tiga komoditi perkebunan yang memiliki pertumbuhan yang cepat, yang ditunjukkan dengan jumlah PP positif. Komoditi perkebunan yang mempunyai pertumbuhan cepat tersebut adalah kopi, cengkeh dan vanili. Jumlah PP positif menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau dapat dikatakan Kecamatan Pematang Silimahuta
berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat.
Cengkeh mempunyai jumlah PP terbesar yaitu sebesar 0,848 ton dengan persentase 130,511 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi cengkeh mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 0,848 ton. Kopi mempunyai jumlah PP sebesar 0,001 ton dengan persentase 0.00016 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi kopi mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 0,0016 ton. Vanili mempunyai jumlah PP sebesar 0,485 ton dengan persentase 82,206 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi vanili mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 0,485 ton.
Komoditi perkebunan basis yang lain di Kecamatan Pematang Silimahuta yaitu kulit manis, kemiri dan pinang mempunyai pertumbuhan lambat yang ditunjukkan dengan jumlah PP negatif. Komoditi-komoditi perkebunan tersebut juga mempunyai persentase PP yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditi-komoditi tersebut tumbuh relatif lambat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau Kecamatan Pematang Silimahuta tidak berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh lambat. Komoditi yang mempunyai jumlah PP terkecil adalah pinang yaitu - 0,010 ton artinya pinang dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 0,010 ton. Kemiri mempunyai jumlah PP sebesar - 0,040 ton artinya kemiri dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 0,040 ton. Kulit manis mempunyai jumlah
PP sebesar - 0,098 ton artinya kulit manis dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 0,098 ton.
Berdasarkan Tabel 8. dapat dilihat bahwa Kecamatan Pematang Silimahuta mempunyai tiga jenis komoditi perkebunan basis yang bernilai PPW positif. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Pematang Silimahuta yang memiliki jumlah PPW positif terbesar adalah cengkeh yaitu 1,41 ton dengan persentase 216,862 persen. Komoditi perkebunan basis lain yang mempunyai daya saing di Kecamatan Pematang Silimahuta adalah kemiri jumlah PPW 0,77 ton dan vanili jumlah PPW 0,24 ton. Jumlah PPW yang positif menunjukkan bahwa cengkeh, kemiri dan vanili mempunyai daya saing jika dibandingkan dengan komoditi wilayah kecamatan lainnya atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Pematang Silimahuta mempunyai keunggulan kompetitif untuk cengkeh, kemiri dan vanili apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. Jumlah PPW tersebut menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut mengalami kenaikan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya. Komoditi cengkeh di Kecamatan Pematang Silimahuta mempunyai daya saing yang baik karena cengkeh ini potensial dikembangkan.
Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Pematang Silimahuta yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan yang sama wilayah kecamatan lainnya yaitu kopi, kulit manis, dan pinang. Komoditi perkebunan basis tersebut mempunyai jumlah PPW negatif artinya komoditi perkebunan tersebut mengalami penurunan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Pematang Silimahuta yang mempunyai jumlah PPW terkecil adalah pinang yaitu sebesar - 0,01 ton dengan
persentase sebesar - 0,646 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pinang mengalami penurunan jumlah produksi sebesar 0,01 ton.
Tabel 8. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Pematang Silimahuta Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012
Komoditi Basis
PP PPW
PPij
(Ton) %Ppij Kriteria
PPWij
(Ton) %PPWij Kriteria
Kopi 0.001 0.00016 Cepat -222.77 -28.918
Tidak Berdaya Saing
Cengkeh 0.848 130.511 Cepat 1.41 216.862 Berdaya Saing Kulit
Manis -0.098 -4.714 Lambat -0.16 -7.515
Tidak Berdaya Saing
Kemiri -0.040 -0.746 Lambat 0.77 14.490 Berdaya Saing Pinang -0.010 -0.454 Lambat -0.01 -0.646
Tidak Berdaya Saing
Vanili 0.485 82.206 Cepat 0.24 41.197 Berdaya Saing Sumber : Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 4
3. Kecamatan Purba
Berdasarkan hasil analisis Pertumbuhan Proporsional (PP) komoditi perkebunan basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Purba terdapat tiga komoditi perkebunan yang memiliki pertumbuhan yang cepat, yang ditunjukkan dengan jumlah PP positif. Komoditi perkebunan yang mempunyai pertumbuhan cepat tersebut adalah kopi, pinang dan tembakau. Jumlah PP positif menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau dapat dikatakan Kecamatan Purba berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat.
Kopi mempunyai jumlah PP terbesar yaitu sebesar 776,318 ton dengan persentase 70,5741 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi kopi mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 776,318 ton. Pinang mempunyai jumlah PP sebesar 0,282 ton dengan persentase 7,467 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi pinang mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 0,282 ton. Tembakau mempunyai jumlah PP sebesar 4,460 ton dengan persentase 46,951 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi tembakau mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 4,460 ton.
Komoditi perkebunan basis yang lain di Kecamatan Purba yaitu cengkeh, kulit manis, kemiri dan aren mempunyai pertumbuhan lambat yang ditunjukkan dengan jumlah PP negatif. Komoditi-komoditi perkebunan tersebut juga mempunyai persentase PP yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditi-komoditi tersebut tumbuh relatif lambat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau Kecamatan Purba tidak berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh lambat. Komoditi yang mempunyai nilai PP terkecil adalah aren yaitu - 0,06 ton artinya aren dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 0,06 ton. Cengkeh mempunyai jumlah PP sebesar - 1,216 ton artinya cengkeh dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 2,216 ton. Kulit manis mempunyai jumlah PP sebesar - 0,418 ton artinya kulit manis dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 0,418 ton. Kemiri mempunyai jumlah PP sebesar - 7,047 ton artinya
kemiri dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 7,047 ton.
Berdasarkan Tabel 9. dapat dilihat bahwa Kecamatan Purba mempunyai empat jenis komoditi perkebunan basis yang bernilai PPW positif. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Purba yang memiliki nilai PPW positif terbesar adalah Tembakau yaitu 43,03 ton dengan persentase 452,955 persen. Komoditi perkebunan basis lain yang mempunyai daya saing di Kecamatan Purba adalah cengkeh jumlah PPW 2,29 ton, kulit manis jumlah PPW 1,48 ton dan pinang jumlah PPW 0,38. Jumlah PPW yang positif menunjukkan bahwa tembakau, cengkeh, kulit manis dan pinang mempunyai daya saing jika dibandingkan dengan komoditi wilayah kecamatan lainnya atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Purba mempunyai keunggulan kompetitif untuk tembakau, cengkeh, kulit manis dan pinang apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. Jumlah PPW tersebut menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut mengalami kenaikan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya. Komoditi tembakau di Kecamatan Purba mempunyai daya saing yang baik karena cengkeh ini potensial dikembangkan.
Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Purba yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan yang sama wilayah kecamatan lainnya yaitu kopi, kemiri dan aren. Komoditi perkebunan basis tersebut mempunyai jumlah PPW negatif artinya komoditi perkebunan tersebut mengalami penurunan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Purba yang mempunyai jumlah PPW terkecil adalah aren yaitu sebesar - 0,03 ton dengan persentase sebesar - 2,627 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa aren mengalami penurunan jumlah produksi sebesar 0,03 ton.
Tabel 9. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012
Komoditi Basis
PP PPW
PPij
(Ton) %Ppij Kriteria
PPWij
(Ton) %PPWij Kriteria
Kopi 776.318 70.574 Cepat -233.62 -21.238
Tidak Berdaya Saing
Cengkeh -1.216 -100.506 Lambat 2.29 189.028 Berdaya Saing
Kulit
Manis -0.418 -7.729 Lambat 1.48 27.350 Berdaya Saing
Kemiri -7.047 -17.786 Lambat -0.08 -0.211 Tidak Berdaya Saing Aren -0.066 -5.760 Lambat -0.03 -2.627 Tidak Berdaya Saing
Pinang 0.282 7.467 Cepat 0.38 9.979 Berdaya Saing
Tembakau 4.460 46.951 Cepat 43.03 452.955 Berdaya Saing
Sumber : Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 4 4. Kecamatan Haranggaol Harison
Berdasarkan hasil analisis Pertumbuhan Proporsional (PP) komoditi perkebunan basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Haranggaol Harison terdapat dua komoditi perkebunan yang memiliki pertumbuhan yang cepat, yang ditunjukkan dengan jumlah PP positif. Komoditi perkebunan yang mempunyai pertumbuhan cepat tersebut adalah kopi dan pinang. Jumlah PP positif menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau dapat dikatakan Kecamatan Haranggaol Harison berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat.
Kopi mempunyai jumlah PP terbesar yaitu sebesar 20,101 ton dengan persentase 70,574 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi kopi mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 20,101 ton. Pinang mempunyai jumlah PP sebesar 39,337 ton dengan persentase 7,467 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi pinang mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 39,337 ton.
Komoditi perkebunan basis yang lain di Kecamatan Haranggaol Harison yaitu cengkeh, kemiri dan aren mempunyai pertumbuhan lambat yang ditunjukkan dengan jumlah PP negatif. Komoditi-komoditi perkebunan tersebut juga mempunyai persentase PP yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditi-komoditi tersebut tumbuh relatif lambat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau Kecamatan Haranggaol Harison tidak berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh lambat. Komoditi yang mempunyai nilai PP terkecil adalah aren yaitu - 6,737 ton artinya aren dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 6,737 ton.
Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa Kecamatan Haranggaol Harison mempunyai satu jenis komoditi perkebunan basis yang bernilai PPW positif. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Haranggaol Harison yang memiliki jumlah PPW positif adalah cengkeh yaitu 1.478,38 ton dengan persentase 2.366,548 persen. Jumlah PPW yang positif menunjukkan bahwa cengkeh mempunyai daya saing jika dibandingkan dengan komoditi wilayah kecamatan lainnya atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Haranggaol Harison mempunyai keunggulan kompetitif untuk cengkeh apabila dibandingkan dengan
wilayah kecamatan lainnya. Jumlah PPW tersebut menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut mengalami kenaikan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya.
Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Haranggaol Harison yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan yang sama wilayah kecamatan lainnya yaitu kopi, kemiri, aren dan pinang. Komoditi perkebunan basis tersebut mempunyai jumlah PPW negatif artinya komoditi perkebunan tersebut mengalami penurunan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Haranggaol Harison yang mempunyai jumlah PPW terkecil adalah kopi yaitu sebesar - 21,25 ton dengan persentase sebesar - 74,613 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kopi mengalami penurunan jumlah produksi sebesar 21,25 ton.
Tabel 10. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Haranggaol Harison Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012
Komoditi Basis
PP PPW
PPij
(Ton) %Ppij Kriteria
PPWij
(Ton) %PPWij Kriteria
Kopi 20.101 70.574 Cepat -21.25 -74.613
Tidak Berdaya Saing
Cengkeh -62.786 -100.506 Lambat 1,478.38 2366.548 Berdaya Saing
Kemiri -72.357 -17.786 Lambat -236.61 -58.161 Tidak Berdaya Saing Aren -6.737 -5.760 Lambat -71.7 -61.311 Tidak Berdaya Saing Pinang 39.337 7.467 Cepat -405.51 -76.974 Tidak Berdaya Saing
5. Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean
Berdasarkan hasil analisis Pertumbuhan Proporsional (PP) komoditi perkebunan basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean terdapat dua komoditi perkebunan yang memiliki pertumbuhan yang cepat, yang ditunjukkan dengan jumlah PP positif. Komoditi perkebunan yang mempunyai pertumbuhan cepat tersebut adalah kopi dan lada. Jumlah PP positif menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau dapat dikatakan Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat.
Kopi mempunyai jumlah PP terbesar yaitu sebesar 52,154 ton dengan persentase 70,574 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi kopi mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 52,154 ton. Pinang mempunyai jumlah PP sebesar 1,725 ton dengan persentase 10,044 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi pinang mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 1,725 ton.
Komoditi perkebunan basis yang lain di Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean yaitu cengkeh, kulit manis, kemiri dan aren mempunyai pertumbuhan lambat yang ditunjukkan dengan jumlah PP negatif. Komoditi-komoditi perkebunan tersebut juga mempunyai persentase PP yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa komoditi-komoditi tersebut tumbuh relatif lambat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean tidak berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi
perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh lambat. Komoditi yang mempunyai nilai PP terkecil adalah aren yaitu - 0,669 ton artinya aren dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi lain sebesar 0,669 ton.
Berdasarkan Tabel 11. dapat dilihat bahwa Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean mempunyai satu jenis komoditi perkebunan basis yang bernilai PPW positif. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean yang memiliki jumlah PPW positif adalah cengkeh yaitu 70,46 ton dengan persentase 7.416,466 persen. Jumlah PPW yang positif menunjukkan bahwa cengkeh mempunyai daya saing jika dibandingkan dengan komoditi wilayah kecamatan lainnya atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean mempunyai keunggulan kompetitif untuk cengkeh apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. Jumlah PPW tersebut menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut mengalami kenaikan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya.
Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan yang sama wilayah kecamatan lainnya yaitu kopi, kulit manis, kemiri, lada, aren dan pinang. Komoditi perkebunan basis tersebut mempunyai jumlah PPW negatif artinya komoditi perkebunan tersebut mengalami penurunan jumlah produksi sebesar jumlah PPW-nya. Komoditi perkebunan basis di Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean yang mempunyai jumlah PPW terkecil adalah kemiri yaitu sebesar - 2,48 ton dengan persentase sebesar - 14,867 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kemiri mengalami penurunan jumlah produksi sebesar 2,48 ton.
Tabel 11. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Haranggaol Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012
Komoditi Basis
PP PPW
PPij
(Ton) %Ppij Kriteria
PPWij
(Ton) %PPWij Kriteria
Kopi 52.154 70.574 Cepat -85.72 -115.993
Tidak Berdaya Saing
Cengkeh -0.954 -100.506 Lambat 70.46 7416.466 Berdaya Saing Kulit Manis -3.995 -7.729 Lambat -23.38 -45.227 Tidak Berdaya Saing Kemiri -2.964 -17.786 Lambat -2.48 -14.867 Tidak Berdaya Saing Lada 397.239 174.649 Cepat -524.89 -230.770 Tidak Berdaya Saing Aren -0.6699 -5.760 Lambat -5.39 -46.345 Tidak Berdaya Saing Pinang 1.72556 10.044 Cepat -5.78 -33.625 Tidak Berdaya Saing
Sumber : Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 4 6. Kecamatan Sidamanik
Berdasarkan hasil analisis Pertumbuhan Proporsional (PP) komoditi perkebunan basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Sidamanik terdapat lima komoditi perkebunan yang memiliki pertumbuhan yang cepat, yang ditunjukkan dengan jumlah PP positif. Komoditi perkebunan yang mempunyai pertumbuhan cepat tersebut adalah kopi, kelapa, lada, pinang dan vanili. Jumlah PP positif menunjukkan bahwa komoditi perkebunan basis tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditi lain di Kabupaten Simalungun atau dapat dikatakan Kecamatan Sidamink berspesialisasi dalam menghasilkan komoditi perkebunan basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat.
Kopi mempunyai jumlah PP terbesar yaitu sebesar 204,833 ton dengan persentase 70,574 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi kopi mendapatkan
surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 204,833 ton. Kelapa mempunyai jumlah PP sebesar 1,992 ton dengan persentase 8,214 persen. Hal ini berarti bahwa komoditi kelapa mendapatkan surplus dengan adanya perubahan kebijakan pada komoditi yang lain sebesar 1,992 ton.
Komoditi perkebunan basis yang lain di Kecamatan Sidamanik yaitu cengkeh, kulit manis, kemiri dan aren mempunyai pertumbuhan lambat yang