• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.4.1 Rendemen (AOAC 2005)

Metode yang digunakan untuk perhitungan rendeman berdasarkan persentase bobot bagian tubuh terhadap bobot ikan cobia awal. Perhitungan rendemen:

% Rendemen = Bobot contoh(g) x 100% Bobot total (g) 3.4.2 Analisis proksimat

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi daging ikan cobia secara kasar (crude) meliputi kadar air menggunakan metode oven, kadar abu menggunakan tanur, protein menggunakan metode kjeldahl, dan lemak menggunakan metode soxhlet serta karbohidrat dihitung secara by difference. a) Analisis kadar air (AOAC 2005)

Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan atau jumlah air yang terdapat pada daging ikan cobia. Tahap pertama yang dilakukan pada analisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 102-105 oC hingga diperoleh berat konstan selama 15 menit. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 30 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Sampel daging ikan cobia ditimbang seberat 5 g. Selanjutnya cawan yang telah diisi sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105 oC selama 6 jam. Cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang.

Perhitungan kadar air:

% Kadar air = B - C x 100%

B - A

Keterangan:

A = Berat cawan poselen kosong (g)

B = Berat cawan poselen dengan daging ikan cobia (g)

% Kadar abu = C - A x 100%

B - A

b) Analisis kadar abu (AOAC 2005)

Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui jumlah abu yang terdapat pada daging ikan cobia terkait dengan mineral. Cawan porselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu sekitar 105 oC selama 30 menit. Cawan porselen tersebut dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan kemudian ditimbang. Daging ikan cobia yang sudah dicacah ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 oC selama 6 jam. Cawan dimasukkan di dalam desikator dibiarkan sampai dingin dan kemudian ditimbang.

Perhitungan kadar abu: Keterangan:

A = Berat cawan porselen kosong (g)

B = Berat cawan porselen dengan daging ikan cobia (g)

C = Berat cawan porselen dengan daging ikan cobia setelah dikeringkan (g) c) Analisis kadar protein (AOAC 2005)

Analisis protein untuk mengetahui kandungan protein kasar (crude protein) pada daging ikan cobia. Tahapan yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.

(1) Tahap destruksi

Daging ikan cobia ditimbang seberat satu gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldahl. Setengah tablet kjeldahl atau selenium dimasukkan ke dalam labu kjeldahl yang berfungsi untuk mempercepat reaksi tersebut dan ditambahkan 10 ml H2SO4. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan suhu 410 oC. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi hijau bening.

(2) Tahap destilasi

Sampel yang telah didestruksi dilarutkan ke dalam labu takar 100 ml menggunakan akuades. Air bilasan juga dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 10 ml. Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dalam erlenmeyer 125 ml berisi larutan H3BO3 dan 3 tetes

indikator (cairan methyl red dan bromocresol green) yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi biru.

(3) Tahap titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan pada erlenmeyer berubah warna menjadi merah muda kembali.

Perhitungan kadar protein:

% Nitrogen = (ml HCl sampel – ml HCl blanko) x N HCl x 14 x FP x 100% mg daging ikan cobia

% Kadar Protein = % nitrogen x faktor konversi (6,25) d)Analisis kadar lemak (AOAC 2005)

Sampel daging ikan cobia seberat 5 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet dan kemudian labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) disambungkan dengan soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak heksana. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet lalu dipanaskan pada suhu 80 oC menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap.

Saat destilasi, pelarut akan tertampung disoxhlet dan dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 15 menit, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3). Perhitungan kadar lemak:

% Kadar lemak = W3– W2 x 100% W1

Keterangan: W1 = Berat daging ikan cobia (g) W2 = Berat labu kosong (g)

e) Analisis kadar karbohidrat (AOAC 2005)

Kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100% dengan kadar air, abu, protein, dan lemak sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan. Kadar karbohidrat dapat dihitung menggunakan rumus:

Karbohidrat (%) = 100 % - (% abu + % air + % lemak +% protein) 3.4.3 Analisis asam lemak (AOAC 2005)

Analisis yang digunakan memiliki prinsip mengubah lemak menjadi turunannya, yaitu dalam bentuk metil ester sehingga dapat terdeteksi oleh alat kromatografi. Gas chromatography (GC) memiliki prinsip kerja dalam pemisahan antara gas dan lapisan tipis cairan berdasarkan perbedaan jenis bahan dan suhu bahan. Hasil analisis akan terekam dalam suatu lembaran yang terhubung dengan rekorder dan ditunjukkan melalui beberapa puncak pada waktu retensi tertentu sesuai dengan karakter masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi metil ester, terlebih dahulu lemak diekstraksi dari bahan mentah, lalu dilakukan metilasi sehingga terbentuk metil ester dari masing-masing asam lemak yang didapat. Analisis asam lemak dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain ekstraksi lemak, metilasi, injeksi, dan identifikasi kromatogram hasil analisis. (a) Tahap ekstraksi lemak

Tahap ekstraksi lemak dilakukan menggunakan pelarut non polar (petroleum ether) dengan metode soxhlet. Bobot contoh yang ditimbang sebanyak 7-10 g bahan untuk memperoleh lemak dan hasilnya dalam bentuk minyak.

(b) Pembentukan metil ester (metilasi)

Tahap metilasi untuk membentuk senyawa turunan dari lemak menjadi metil esternya. Metilasi dilakukan dengan merefluks lemak di atas penangas air dengan pereaksi berturut-turut NaOH-metanol 0,5 N; boron trifluorida (BF3); dan isooktan. Sebanyak kurang lebih 0,02 g minyak dari sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml NaOH-metanol 0,5 N lalu dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit pada suhu 80 °C, kemudian didinginkan. Sebanyak 2 ml BF3 ditambahkan ke dalam tabung lalu tabung dipanaskan kembali pada

waterbath dengan suhu 80 °C selama 20 menit, kemudian didinginkan. Sebanyak 2 ml NaCl jenuh dan 1 ml isooktan ditambahkan kemudian dikocok. Larutan isooktan pada fase atas larutan dipindahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam vial gelas 2 ml yang didalammya sudah terdapat Na2SO4. Sebanyak 1 µl sampel diinjeksi ke dalam injektor gas chromatography. Asam lemak yang ada dalam metil ester akan diidentifikasi menggunakan flame ionization detector (FID) atau detektor ionisasi nyala dan respon yang ada akan tercatat oleh rekorder dalam bentuk kromatrogram (peak).

(c) Identifikasi asam lemak

Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menyetarakan waktu retensi sampel yang sama dengan waktu retensi standar menunjukkan komponen yang sama dengan standar tersebut. Analisis kuantitatif dihitung dengan rumus:

Area sampel x Konsentrasi standar x 1 ml

Kadar asam lemak (% b/b) = Area standar x 100% Bobot daging ikan cobia (g)

3.4.4 Analisis kolesterol dengan GLC (AOAC 2005)

Analisis kadar kolestrol dengan spektrofotometer dilakukan untuk menentukan kandungan kolesterol pada daging ikan cobia. Sampel daging ikan cobia ditimbang sebanyak 0,1 g dalam sentrifuse ditambah 8 ml campuran alkohol dan heksanol (3:1) kemudian diaduk sampai rata. Pengaduk dibilas dengan 2 ml campuran larutan alkohol dan heksana (3:1) kemudian disentrifuse selama 10 menit (3000 rpm). Supernatan dituang ke dalam beaker glass dan diuapkan di penangas air. Residu dilarutkan dengan kloroform sedikit demi sedikit dan dituangkan ke dalam tabung berskala (sampai volume 5 ml) ditambahkan 2 ml asetat anhidrat dan 0,2 ml H2SO4 pekat. Selanjutnya dicampur menggunakan vortex dan dibiarkan di tempat gelap selama 20 menit. Lalu dibaca absorbansinya pada panjang gelombang (λ) 420 nm dengan standar yang digunakan 0,4 mg/ml. Kadar kolestrol dalam sampel dapat dihitung dengan rumus Absorbansi contoh x Konsentrasi standar

Kadar kolesterol = Absorbansi standar

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ukuran dan Berat Ikan Cobia (Rachycentron canadum)

Ikan cobia yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Komoditas ini umumnya belum terlalu banyak dikenal oleh masyarakat. Ikan cobia yang diperoleh memiliki ciri-ciri tubuh yang panjang dengan kepala agak pipih, pita gelap pada sisi lateral memanjang dari mata sampai ekor, sirip dorsal ke-1 berupa duri berjumlah 7-9 yang tidak dihubungkan oleh membran. Ikan cobia menjadi ikan yang sangat penting dan popular di dunia, ikan tersebut sukses dibudidayakan dan menghasilkan larva yang banyak dengan pertumbuhan yang cepat (MFB 2008). Ukuran dan berat rata-rata ikan cobia dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Ukuran dan berat rata-rata ikan cobia (Rachycentron canadum)

No Parameter Nilai 1. Panjang (cm) 64,30 ± 3,77 2. Lebar (cm) 7,42 ± 1,20 3. Tinggi(cm) 14,40 ± 1,86 4. Berat total (g) 1827,20 ± 121,16 Keterangan: n=5

Tabel 1 menunjukkan bahwa ikan cobia yang digunakan pada penelitian ini memiliki rata-rata panjang 64,30 cm; lebar 7,42 cm; tinggi 14,40 cm; dan berat 1827,20 g. Berat ikan cobia memiliki keragaman, hal tersebut dapat ditunjukkan oleh nilai standar deviasi yang tinggi yaitu 121,16. Chou et al. (2001) menyatakan bahwa keragaman ukuran dan berat organisme dapat dipengaruhi oleh asupan makanan yang diperoleh dari perairan tersebut berbeda maupun pemberian pakan buatan dan kondisi fisiologinya, serta berhubungan dengan keadaan ekosistem perairannya.

Minjoyo et al. (2010) menyatakan bahwa laju pertumbuhan harian ikan cobia yang tinggi adalah 3,12% menunjukkan bahwa ikan cobia merupakan salah satu ikan yang mempunyai pertumbuhan yang mengagumkan sehingga menjadikan ikan cobia sebagai komoditas perairan unggul. Hal ini didukung dengan pemberian pakan berupa pelet dan ikan rucah (1:3) sebanyak 683 kg yang

diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), pelet dan ikan rucah dicampur terlebih dahulu dengan tambahan pemberian multivitamin sekali seminggu pada pakan tersebut. Kepadatan ikan sebanyak 30 ekor. Berat rata-rata ikan cobia pada umumnya berkisar 4-6 kg per tahun yang terus bertambah seiring dengan pertumbuhannya. Ikan cobia dapat mencapai ukuran berat 15 kg pada umur 20 bulan dan pertumbuhannya dapat mencapai panjang 2 meter dengan berat 61 kg (Saputra et al. 2010).

Dokumen terkait