BAB IV ANALISIS POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
B. Analisis Pola Hubungan Keluarga Dalam Lingkungan Prostitusi . 79
Ada 4 macam pola perkawinan yaitu owner property, head complement, senior junior partner, dan equal partner. Berdasarkan hasil penelitian yang Penulis lakukan, pola hubungan suami isteri yang terbentuk di Dusun Sarirejo termasuk pola senior junior partner, dan equal partner.
Senior junior partner yaitu isteri dianggap sebagai pelengkap suami.
Suami diharapkan untuk memenuhi kebutuhan istri akan cinta dan kasih sayang, kepuasan seksual, dukungan emosi, teman, pengertian dan komunikasi yang terbuka. Suami dan istri memutuskan untuk mengatur kehidupan bersamanya secara bersama-sama. Tugas suami masih tetap mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, dan tugas istri masih tetap mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anak. Tetapi suami dan istri kini bisa merencanakan kegiatan bersama untuk mengisi waktu luang. Suami juga mulai membantu istri di saat dibutuhkan, misalnya mencuci piring atau menidurkan anak, bila suami mempunyai waktu. Pola hubungan ini terdapat dalam keluarga Bapak Z, Bapak L, Bapak MI, Bapak S, dan Bapak AL.
Equal partner yaitu tidak ada posisi yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari suami.. Istri mendapat hak dan kewajibannya yang sama untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan melakukan tugas-tugas rumah tangga. Pekerjaan suami sama pentingnya dengan pekerjaan istri. Dengan demikian istri bisa pencari nafkah utama, artinya penghasilan istri bisa lebih tinggi dari
80
suaminya. Pola hubungan ini terdapat dalam keluarga Ibu JS, Bapak AM, Bapak P dan Bapak H.
Menurut penulis, kedua pola yang terbentuk di atas sama-sama mempunyai tujuan yang baik, yaitu demi terbentuknya sebuah keluarga yang bahagia sebagaimana tujuan dari perkawinan.
2. Hubungan Orang Tua-Anak
Berdasarkan hasil penelitian yang Penulis lakukan terhadap 9 narasumber di Dusun Sarirejo, terdapat berbagai macam cara orang tua dalam mendidik anak di lingkungan prostitusi. Adapun cara tersebut yaitu:
a. Menyuruh anak untuk mengaji di TPQ setiap sore; b. Menyekolahkan anak di sekolah Islam Terpadu;
c. Memondokkan anak di pesantren Islam yang berada di luar kota;
d. Memotivasi anak untuk mengikuti latihan bela diri pencak silat setiap hari Jum‟at dan Ahad di Dusun Sarirejo dengan mendatangkan pelatih dari luar desa;
e. Mengamanahkan anak kepada saudara yang ada di luar kota untuk merawat dan mendidik anak;
f. Mendatangkan guru les privat agar anak lebih semangat belajar;
g. Mendogma anak sejak dini tentang bahaya pergaulan bebas, minum minuman keras, dan sebagainya;
h. Orang tua mencontohkan tutur kata, sikap, perilaku dan perbuatan yang baik kepada anak di dalam rumah;
81
i. Memberikan kebebasan pada anak asalkan masih dalam koridor kewajaran.
Menurut Penulis, secara umum cara orang tua dalam mendidik anak di lingkungan prostitusi di atas sudah cukup baik, namun masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus segera diperbaiki orang tua, terutama bagi orang tua yang memberikan kebebasan pada anak dalam bergaul. Pepatah mengatakan, anak adalah tangan yang dengannya kita bisa memegang surga. Anak bisa menjadi jalan bagi kebahagiaan orang tua. Karena itu, berilah ruang yang baik untuk anak agar mereka leluasa belajar tentang moral dalam kehidupan. Belajar tentang kebaikan dan kebajikan.
Bagi anak, pekerjaan tersulit adalah belajar perilaku baik tanpa contoh dari lingkungan. Sebab, perilaku anak pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara anak dan lingkungan. Sikap serta pola perilaku anak dibentuk melalui pembiasaan dan pengukuhan lingkungan. Termasuk, perilaku puluhan anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan prostitusi Sarirejo. Pembentukan perilaku mereka didasarkan pada stimulus yang diterima melalui panca indranya. Selanjutnya, hal yang sudah mereka tangkap dari lingkungan itu mereka beri arti dan makna berdasar pengetahuan, pengalaman, serta keyakinan yang telah dimiliki. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan anak-anak itu setiap hari dari lingkungan Sarirejo secara tidak
82
sadar akan disimpan dalam bawah sadar mereka. Lambat laun, hal itu menjadi tabungan bagi pola kepribadian mereka kelak.
Moralitas merupakan kekuatan yang mendorong anak-anak untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma. Di sana ada kepekaan dalam pikiran, perasaan, serta tindakan untuk selalu mengikuti prinsip-prinsip dan aturan-aturan.Tumbuh dan berkembangnya potensi moral merupakan hak bagi anak-anak di sekitar lokalisasi Sarirejo. Perkembangan moralitas anak-anak tersebut menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, serta seluruh komponen masyarakat, termasuk pemerintah sebagai regulator negara.
Menurut Penulis, kompensasi psikologis harus diberikan kepada anak-anak yang selama ini hidup di lingkungan prostitusi tersebut. Sebab, bukan hal mudah bagi anak-anak itu untuk menumbuhkan kembali moralitas yang telah terbonsai oleh lingkungan prostitusi.
Keluarga, sekolah dan masyarakat harus memberikan pendampingan kepada anak-anak yang dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif. Tujuannya, anak-anak Sarirejo tumbuh menjadi pribadi yang peka terhadap aturan dan prinsip. Pendampingan tersebut butuh waktu lama dan berkelanjutan. Karena itu, penguatan di level keluarga menjadi hal yang paling penting. Terutama penguatan peran orang tua dalam penanaman nilai moral kepada anak-anak. Penguatan keluarga tersebut sangat penting karena lingkungan pertama dan utama bagi anak-anak adalah keluarga.
83
Selain itu, penguatan di level sekolah tidak kalah penting. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bisa turut mendampingi anak-anak Sarirejo melalui program bimbingan, pengajaran, dan latihan. Dengan demikian, aspek moralitas anak-anak Sarirejo bersemi kembali.
Terakhir, yang juga penting, masyarakat sekitar prostitusi Sarirejo diberi penyadaran bahwa menjaga moral anak-anak merupakan tanggung jawab bersama. Tidak lagi bersifat personal. Sebab, interaksi sosial anak-anak Sarirejo terhadap lingkungan sosial menjadi keniscayaan. Standar nilai yang dianut lingkungan akan mudah diinternalisasi anak-anak Sarirejo. Karena itu, agar moral anak-anak Sarirejo berkembang baik, harus ada perubahan secara serentak dan simultan. Dimulai dengan menerima dan mendukung penutupan wisata karaoke yang menjadi sumber prostitusi di Sarirejo.
3. Hubungan Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan 9 narasumber tentang bagaimana cara agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan prostitusi di Sarirejo, terdapat beberapa tips sebagai berikut:
a. Meningkatkan SDM masyarakat Sarirejo;
b. Hidup sederhana, dengan tidak ikut-ikutan pola hidup masyarakat Sarirejo yang hura-hura;
c. Tidak pernah mendekati zona merah (wisata karaoke); d. Harus mampu membedakan mana yang baik dan buruk;
84
e. Jaga jarak dengan pendatang baru yang mayoritas adalah pemandu karaoke;
f. Acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar; g. Jarang berkumpul dengan masyarakat sekitar;
h. Menganggap bahwa hidup di tempat lokalisasi wisata karaoke sudah biasa;
i. Menganggap bahwa hal-hal buruk yang ada di Sarirejo sudah menjadi kebiasaan.
Menurut Penulis, cara yang dilakukan oleh masayarakat Sarirejo agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan prostitusi belum baik. Hal ini karena terdapat beberapa narasumber yang menyampaikan bahwa hidup di tempat lokalisasi sudah biasa, dan hal-hal buruk yang terjadi di sana pun sudah dianggap sebagai kebiasaan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Sarirejo terkesan acuh tak acuh terhadap lingkungan. Ditambah lagi dengan adanya warga yang lebih memilih untuk tidak mau berbaur dengan masyarakat Sarirejo.
Meskipun demikian, juga terdapat nilai positif dari salah satu narasumber yang sangat aktif dalam meningkatkan SDM masyarakat Sarirejo. Akan tetapi, dukungan dari masyarakat yang sangat minim menjadi kendala tersendiri. Seharusnya, warga masyarakat Sarirejo bersama-sama aktif dalam meningkatkan SDM, saling membantu, saling menasehati, saling peduli, dan peka terhadap lingkungan.
85
C. Analisis Hak dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Hak adalah sesuatu atau hal yang didapat oleh seseorang dari orang lain, sedangkan kewajiban adalah sesuatu atau hal yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Hak dan kewajiban suami istri sudah diatur di dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dalam pasal 30 sampai pasal 34. Pasal 30
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Pasal 31
(2) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
(3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. (4) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga
Pada ayat pertama, sekiranya dapat dipahami bahwa walaupun suami sebagai kepala rumah tangga, bukan berarti kedudukan suami lebih tinggi dari seorang istri. Karena kedudukan istri adalah seimbang dengan kedudukan seorang suami. Semuanya sama-sama memiliki peran di dalam kehidupan berumah tangga, maupun di dalam kehidupan bermasyarakat.
86
Kemudian pada ayat kedua, pihak suami maupun istri semuanya berhak melakukan perbuatan hukum jika merasa dirugikan oleh pihak lain. Kedudukan suami istri itu seimbang, dalam melakukan perbuatan hukum. Sedangkan dalam hukum perdata apabila izin suami tidak diperoleh karena ketidak hadiran suami atau sebab lainya, pengadilan dapat memberikan izin kepada istri untuk menghadap hakim dalam melakukan perbuatan hukum.
Selanjutnya pada ayat ketiga. Jika ini tertukar, misalnya seorang istri yang menjadi pemimpin di dalam rumah tangganya menggantikan suami atau keduanya sama-sama ingin berkuasa, tidak ada yang mengatur atau diatur, sudah pasti keadaan rumah tangganya akan menemukan ketidaktenangan dan ketentraman. Suatu organisasi saja harus memiliki pemimpin, apalagi sebuah keluarga.
Pasal 32
(2) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap
(3) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami isteri bersama.
Tempat kediaman yang dimaksud di situ adalah tempat tinggal yang dapat dijadikan untuk beristirahat, berkumpul, berlindung dari teriknya matahari dan dinginnya hujan. Tempat kediaman diatur oleh suami isteri, bisa mengontrak, tinggal ditempat mertua/orangtua ataupun sebagainya.
87 Pasal 33
Suami isteri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Suami wajib mencintai isteri dan meghormati harga diri isterinya. Sebaliknya seorang isteri juga harus mencintai dan menghormati harga diri suaminya. Misalnya seorang suami jangan memarahi isterinya di depan banyak orang atau di tempat umum, dan sebaliknya.
Kemudian memberi bantuan lahir dan bathin, sekiranya dapat dipahami, seperti suami memberikan pendidikan, pakaian, makan, tempat tinggal kepada seorang istri dan sebaliknya. Suami/isteri dapat saling memberi teguran, nasihat dan solusi jika salah satunya ada yang memiliki masalah, suami atau isteri memberi siraman rohani kepada pasangannya, agar tujuan pernikahan warahmahnya dapat tercapai. Bisa juga dengan memberikan kebutuhan hubungan seksual.
Pasal 34
4) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. 5) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
6) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.
Sudah seharusnya pria menjadi pelindung bagi wanita, bukan malah menyakitinya, bahkan jika sampai menyaktiri fisiknya. Begitu pula jika sudah
88
berkeluarga, suami wajib melindungi istrinya dari apapun. Mulai dari perbuatan atau ucapan sang isteri yang sekiranya melampaui hukum positif maupun hukum syari‟at, ataupun suami melindungi isteri dan anaknya dari gangguan pihak lain.
Suami wajib memberikan segala sesuatu keperluan yang dibutuhkan di dalam rumah tangga dengan sesuai kemampuannya, secara singkat suami wajib memberikan nafkah kepada isteri maupun anak. Misalnya suami memberikan biaya untuk pendidikan sang anak, biaya kesehatan untuk dirinya, isterinya dan anaknya. Suami menjadi tanggung jawab kebutuhan makan isterinya dan anaknya juga. Dan semua kebutuhan bagi dirinya, isterinya dan anaknya harus dipenui sesuai dengan kemampuan dirinya. Seorang isteri sudah sepatutnya mengerti akan kondisi suaminya, mungkin tidak semua kebutuhannya dapat terpenuhi.
89 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Upaya menjaga keharmonisan keluarga di lingkungan prostitusi Sarirejo diantaranya adalah sebagai berikut: Memanagement keuangan dengan baik; Saling setia; Saling menjaga kepercayaan; Saling menghormati antara suami isteri; Family time; Menjaga penampilan agar selalu menarik di hadapan pasangan.
2. Pola hubungan keluarga dibagi menjadi empat, yaitu pola hubungan suami isteri, pola hubungan orang tua-anak, pola hubungan saudara dan pola hubungan masyarakat. Dari keempat pola hubungan tersebut, hanya pola hubungan saudara yang tidak terjadi, karena dari seluruh narasumber yang penulis wawancarai, semua saudaranya berada di luar kota.
3. Hak dan kewajiban suami isteri sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tidak seluruhnya diterapkan, karena masyarakat Dusun Sarirejo tidak tahu secara pasti tentang hak dan kewajiban suami isteri tersebut. Yang mereka tahu adalah suami wajib menafkahi isterinya baik lahir maupun bathin, isteri harus patuh pada suami dan isteri membereskan pekerjaan rumah.
4. Menurut pandangan ulama, menyediakan tempat untuk dijadikan lokasi aktifitas perzinaan termasuk perkara yang diharamkan dalam Islam, baik
90
lokasi tersebut dalam lingkup yang kecil semisal rumah, kos-kosan, warung/kafe ataupun dalam skala luas seperti area tertentu yang dijadikan sebagai lokalisasi. Begitupun bagi seseorang atau kelompok yang memfasilitasi dan atau menjadi perantara transaksi perzinaan, ini termasuk dosa besar yang diharamkan dalam Islam. Hal ini karena menjadikan wasilah dalam mendukung keharaman adalah haram, sebagaimana kaidah syara menyebutkan al wasiilatu ilal haraami haraamun yang artinya “Setiap wasilah (perantaraan) yang menuju kepada keharaman, maka wasilah tersebut hukumnya haram”.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai salah satu upaya dalam rangka mencegah maraknya praktik-praktik prostitusi di Dusun sarirejo.
b. Antara suami dan isteri harus saling percaya satu sama lain dan memahami tujuan dari perkawinan sebagaimana tercantum dalam undang-undang, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis meskipun hidup di lingkungan prostitusi.
c. Masyarakat hendaknya menanamkan ilmu agama sejak dini kepada anak-anak agar kelak menjadi pribadi yang berkarakter yang mampu menghapuskan praktik-praktik prostitusi di Sarirejo.
91 2. Bagi Pemerintah Kota
a. Pemerintah harus ikut hadir dalam mengentaskan tempat-tempat lokalisasi dan juga para pelakunya. Pemberdayaan usaha mikro dan juga penutupan tempat lokalisasi.
b. Jika pemerintah belum bisa melakukan penutupan lokalisasi, maka pemerintah harus berupaya pro-aktif dalam hal menjaga kesehatan para PSK dan juga lingkungan sekitar yang terdampak oleh adanya praktik-praktik prostitusi.
92
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC.
Ali, Zainuddin. 2010. Metodologi penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rajawali.
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Galia Indonesia.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ibnu Katsir, Abu al Fidaa Ismail ibnu Umar. 1999. Tafsiir al Quran al „Azhiim. Dar al Thayibah. Cetakan ke II.
Koentjoroningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. M. Amirin, Tatang. 2006. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Moloeng, Lexy, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda
Karya.
Nuruddin, Amir dan Azhari Akmal Taringan. 2004. Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI. Jakarta : Kencana.
Poerwadarminta. tt. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rifa‟i, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan (struktur dan interaksi sosial di dalam institusi pendidikan). Jogjakarta: Ar rruz Media.
Soekato, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soelaeman, Munandar. 1992. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco.
93
Syani, Abdul. 2002. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Wahyu. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.
Wahyu. 2010. Pokok-pokok Materi Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam. Banjarmasin.
http://www.spengetahuan.com/2017/08/pengertian-keluarga-ciri-fungsi-macam-tugas-peranan-keluarga.html
http://oktavialibra.blogspot.com/2016/10/makalah-perbandingan-mazhab-hak-dan.html