i
POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
M. Arif Maulana
21114041
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
M. Arif Maulana
21114041
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iv Drs. Badwan, M.Ag
Dosen IAIN Salatiga
PENGESAHAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth.
Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : M. Arif Maulana NIM : 21114041
Judul : POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Dapat diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.
v
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)
Oleh: M. Arif Maulana
NIM 21114041
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 Agustus 20186dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).
Dewan Sidang Munaqosyah:
Ketua Penguji : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
Sekretaris Penguji : Drs. Badwan, M.Ag.
Penguji I : Muh. Hafidz, M.Ag.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYRI’AH
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Arif Maulana
NIM : 21114041
Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syariah
Judul : POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 9 Agustus 2018 Yang menyatakan,
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa
nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan”
( Imam Ghozali)
“Jadilah diri sendiri walaupun drajat yang engkau
inspirasikan sangatlah tinggi, karena itulah engkau dapat
mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhanmu"
viii
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Kepada almarhum ayahanda dan ibunda, (Alm) Bp Totok S dan Ibu Siti
Zubaidah yang telah menjadi insipirator, selalu mendukung dan mendoakan
saya disetiap waktu.
Bapak Drs. Badwan M,Ag selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membantu dengan penuh kesabaran membimbing saya menyelesaikan skripsi
dari awal hingga akhir.
Kakak yang saya sayangi, M Sahid Abdul Syukur yang telah percaya kepada
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kerabat- kerabat saya Bp Affifudin, Bp Sya‟roni yang selalu memberikan
semangat dalam kehidupan.
Sahabat-sahabat saya Rendy W, Luqman H, Anissa Sabila, Fatimah yang
selalu memberikan semangat tanpa henti dalam suka maupun duka.
Seluruh teman-teman saya Jurusan Hukum Keluarga Islam angkatan 2014ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillahi robbil‟aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah meridhoi dan melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)” ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih yang tiada taranya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Siti Zumrotun M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.
3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I. M.Si., selaku Kajur Hukum Keluarga Islam. 4. Bapak Drs. Badwan, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
5. Bapak Ibu Dosen Syariah IAIN Salatiga.
6. Orang tua tercinta dan semua saudara-saudaraku.
Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain hanya
x
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat, khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.
Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
Salatiga, 9 Agustus 2018
xi ABSTRAK
Maulana, M. Arif. 2018. “Pola Hubungan Keluarga di Lingkungan Prostitusi Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)”. Skripsi. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Fakultas Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Badwan, M.Ag.
Kata Kunci: Hubungan, Keluarga, Suami Istri, Lingkungan dan Prostitusi.
Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Ikatan pernikahan bukan saja ikatan perdata, tetapi ikatan lahir batin antara seorang suami dengan seorang istri. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pola hubungan suami istri dalam keluarga di lingkungan prostitusi yang ada di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Bagaimana upaya menjaga keharmonisan keluarga di lingkungan prostitusi?; Bagimana pola hubungan keluarga di lingkungan prostitusi?; Dan bagaimana penerapan gak dan kewajiban suami isteri dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Adapun pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku di masyarakat.
xii
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM A. Keluarga ... 17
a. Pengertian Keluarga ... 17
b. Fungsi Keluarga ... 18
c. Peranan Keluarga ... 23
xiii
e. Bentuk Keluarga... 24
B. Masyarakat ... 29
a. Pengertian Masyarakat ... 29
b. Unsur-Unsur Masyarakat ... 31
c. Ciri-Ciri Masyarakat ... 32
d. Tugas Manusia Sebagai Anggota Masyarakat ... 34
C. Hak dan Kewajiban Keluarga ... 36
a. Menurut Hukum Positif ... 36
b. Menurut Hukum Islam ... 47
BAB III KELUARGA DALAM LINGKUNGAN PROSTITUSI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50
a. Keadaan Geografis ... 50
b. Keadaan Demografis ... 51
c. Sejarah Wisata Karaoke Sarirejo ... 57
B. Upaya Menjaga Keharmonisan Keluarga di Lingkungan Prostitusi ... 58
C. Pola Hubungan Keluarga Dalam Lingkungan Prostitusi ... 63
D. Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974... 72
BAB IV ANALISIS POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Upaya Menjaga Keharmonisan Keluarga di Lingkungan Prostitusi ... 74
xiv BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 89 B. Saran ... 90
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia makhluk paling sempurna. Hal tersebut merupakan yang sangat nyata dikarenakan manusia diciptakan memiliki akal pikiran dibandingkan dengan ciptaan Allah yang lainnya. Karena itu manusia hidup
memiliki aturan yang mengikat dan pada sisi lain tidak dapat hidup sendiri. Dalam teori ilmu pengetahuan sosial manusia sering disebut sebagai mahluk
sosial.
Sebagai mahluk sosial, manusia sangat membutuhkan orang lain dan saling hidup berdampingan dengan ketergantungan antara individu yang satu
dengan yang lainnya. Maka dalam sebuah golongan atau kelompok sebuah aturan yang mengikat, baik aturan agama maupun hukum adat/kebiasaan, agar
menyelaraskan kepentingan mereka. Manusia diciptakan berpasangan agar saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Firman Allah dalam
berbangsa-2
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Semua yang diciptakan di dunia ini berpasang-pasang. Bahwa semua
yang diciptakan oleh Allah SWT memerlukan berkembang biak untuk melestarikan keturunan, baik dari tumbuhan, mahluk astral, hewan dan
manusia, semua diciptakan dengan berpasang-pasangan yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya yaitu aturan yang telah tertuang dalam sebuah Al-Qur‟an ataupun Hadits, termasuk aturan untuk melestarikan
keturunan, yaitu ketentuan tentang perkawinan atau pernikahan.
Pernikahan adalah suatu proses yang menggabungkan dua insan untuk
menjadi satu antara laki-laki dengan perempuan, dalam sebuah ikatan batin dengan tujuan membentuk keluarga baru yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Ikatan
pernikahan bukan saja ikatan perdata, tetapi ikatan lahir batin antara seorang suami dengan seorang istri. Pernikahan tidak lagi hanya sebagai hubungan
3
sebuah perkawinan yakni untuk membangun sebuah keluarga bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.1
Perkawinan merupakan salah satu ibadah. Bukan hanya proses untuk menjadikan manyalurkan hasrat biologis manusia tetapi juga untuk
menyambung keturunan dalam sebuah naungan rumah tangga yang sakinah. Setiap manusia yang sudah mencapai umur dan memiliki kesiapan lahir batin maka diharuskan untuk menentukan sebuah pilihan untuk mengakhiri masa
lajangnya. Menurut agama Islam, menikah adalah menyempurnakan agama, oleh karena itu barang siapa yang menuju kepada suatu pernikahan, maka ia
telah berusaha menyempurnakan agamanya, dan berarti dia pula telah berjuang untuk kesejahteraan masyarakat. Membentuk telaksananya suatu pernikahan, demikian pula merupakan ibadah yang tidak ternilai pahalanya.
Dalam kosa kata Al-Qur‟an, kebahagiaan disebut sakinah, yang secara harfiah dapat diartikan dengan tenang atau tentram. Keluarga sakinah berarti
dambaan setiap orang yang hidup berumah tangga. Yaitu rumah tangga yang damai dan bahagia.2 Tetapi berbeda halnya dengan keluarga yang ada di lingkup prostitusi Sarirejo dimana gangguan seorang suami sangat nyata
karena banyaknya wanita yang mengumbar auratnya dan menjajakan diri. Situasi seperti itu biasanya menjadikan sebuah keluarga tidak sakinah.
1Amir Nuruddin dan Azari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1 tahun 1974 sampai KHI. Kencana, Jakarta, 2004, hlm.46.
2
4
Dalam kasus seperti ini yang menjadikan beban batin adalah isteri dikarenakan banyaknya wanita yang selalu membuka aurat yang dapat
mengganggu keimanan bagi setiap suami. Maka penulis tertarik untuk meneliti dan membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul Pola
Hubungan Keluarga di Lingkungan Porstitusi Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya menjaga keharmonisan keluarga di lingkungan
prostitusi?
2. Bagaimana pola hubungan keluarga di lingkungan prostitusi?
3. Bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami isteri di lingkungan
prostitusi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya menjaga keluarga tetap harmonis.
2. Untuk mengetahui bagaimana pola hubungan keluarga di lingkungan
prostitusi.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami isteri
5 D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoriritik untuk memberikan penjelasan teori hukum Islam dan
Sosiologi tentang masalah keluarga yang diteliti, jika pada nantinya muncul masalah yang sama.
2. Manfaat praktis untuk memperkaya wacana keilmuan, khususnya dalam
bidang hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Manfaat untuk masyarakat umum yaitu memberikan pengetahuan bagi
masyarakat yang kurang mengetahui tentang pola hubungan keluarga di
lingkungan prostitusi, agar masyarakat dapat mencegah terjadinya kerusakan hubungan keluarga dari penelitian ini.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka perlu penulis kemukakan pengertian istilah-istilah yang ada dalam judul
skripsi ini, yakni sebagai berikut:
1. Pola yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah kerangka berpikir.
2. Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ikatan atau
pertalian.
3. Keluarga merupakan unit terkecil yang ada dalam masyarakat yang terdiri
6
4. Lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk di
dalamnya.
5. Prostitusi adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah
sebagai suatu transaksi perdagangan (pelacuran).
6. Hukum Islam adalah ketentuan perintah dari Allah baik yang wajib,
haram, maupun yang mubah yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadits.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pola hubungan suami isteri dalam lingkungan prostitusi ini berpotensi mempunyai kesamaan dengan penelitian-penelitian
yang pernah ada sebelumnya. Maka dari itu, penulis akan memaparkan gambaran umum tentang penelitian-penelitian pola hubungan suami isteri dalam lingkungan prostitusi yang sebelumnya. Adapun tujuan dari pemaparan
tersebut adalah untuk menghindari penelitian ulang yang sama persis, sehingga penelitian kali ini benar-benar beda dari penelitian yang pernah
dilakukan orang lain.
Adapun penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya tentang pola hubungan suami isteri dalam lingkungan prostitusi adalah sebagai
berikut:
1. Skripsi karya Irfanudin Arif dengan judul Problematiaka Rumah Tangga
7
1) Bagaimana gambaran problematika kehidupan rumah tangga Istri
Berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK) dalam memenuhi hak
dan kewajiban suamiistri (studi kasus di Kota Banjarmasin)?
2) Apa yang menjadi latar belakang dan akibat sehinggamau menjadi
pekerja seks komersial (PSK) (studi kasus di Kota Banjarmasin)? 3) Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai problematika kehidupan
rumah tangga pekerja seks komersial (PSK) dalam memenuhi hak dan
kewajiban suamiistri (studi kasus di Kota Banjarmasin)? Adapun hasil penelitianya yaitu:
1) Pada informan pertama, suami informan tidak memberikan nafkah.
Sedangkan pada informan kedua, suami informan tidak mengetahui bahwa informan menjalani pekerjaan sebagai pekerja seks komersial
(PSK) lagi setelah menikah dengan suami, tetapi informan tetap mengeluti pekerjaan tersebut untuk memenuhi gaya hidup mewah yang
sudah biasa dijalani.
2) Masalah ekonomi yang menjadi alasan utama yang melatarbelakangi
para informan menjadi pekerja seks komersial (PSK).
3) Alasan yang diungkapkan para informan seperti faktor ekonomi, sakit
hati dan lingkungan yang menyebabkan para informan menjadi pekerja
8
2. Skripsi karya Lufiarna dengan judul Kehidupan Sosial Dan Spiritual
Wanita Tunasusila (Studi kasus di PSKW “mulya jaya” Jakarta). Dalam
penelitian ini terdapat 2 rumusan masalah, yaitu:
1) Bagaimana kehidupan social wanita tuna susila di PSKW mulya jaya Jakarta?
2) Bagaimna kehidupan spiritual wanita tuna susila di PSKW mulya jaya Jakarta?
Adapun hasil penelitianya yaitu:
1) Dari kedau informan sama-sama memiliki toleransi yang baik dalam
keluarga maupun linkungan PSKW.
2) Kehidupan spiritual tempat tinggalnya taat menjalankan shalat dan
ibadah lainya. kedauanya lebih rajin beribadah karena saat jadi wanita
tuna susila di linkungan.
3. Skripsi karya Muhammad Arifudin dengan judul Dinamika Keluarga Tuna
Susila Perspektif Psikologi, Sosiologi, Dan Hukum (Studi kasus 3 keluarga di Dukuh Sarirejo Kelurahan Siderejo lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga). Dalam penelitian ini terdapat 4 rumusan masalah, yaitu: 1) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi Wanita
Tuna Susila (WTS)?
2) Bagaimana bentuk keluarga Wanita Tuna Susila (WTS)??
3) Bagaimana Wanita Tuna Susila (WTS) mengelola rumah tangganya?
9 (WTS) terhadap keluarganya? Adapun hasil penelitiannya yaitu:
1) Faktor ekonomi menjadi sebab utama seorang wanita memilih menjadi
seorang PSK, hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan keluarga yang
berantakan. Selain faktor ekonomi, faktor lainnya yaitu tidak adanya pengetahuan tentang Keagamaan dan juga lingkungan social yang mengakibatkan pergaulan bebas.
2) Bentuk keluarga para Wanita Tuna Susila (WTS) adalah Nuclear
Family (Keluarga Inti). Dimana suatu keluarga tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Cara Wanita Tuna Susila mengelola rumah tangganya: a) Ekonomi
Penghasilkan Wanita Tuna Susila tergolong sangat tinggi.
Honor yang didapat untuk satu jam menemani berkarauke bisa 50.000-100.000 per jamnya, Jika sampai ML (Making Love) sekali main bisa 200.000-500.000. Namun para PSK ini tentunya
memiliki kebutuhan pribadi. Setiap hari harus bersolek dan berhias untuk menggait pelanggan. Selain untuk diri sendiri,
10 b) Anak
Pendidikan bagi anak itu sangat penting, demikian pula
pendapat yang disampaikan oleh PSK yang bernama YN. Seburuk-buruknya orang tua pasti menginginkan anaknya tidak
mengikuti dirinya dan berharap jadi anak yang soleh sholehah. Dari keterangan yang didapat penulis dapat disimpulkan bahwa walaupun dirinya (PSK) hanya lulusan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) anak-anaknya sudah melebihinya. Ada yang sudah SMA, Kuliah dann juga ada yang di Pondok Pesantren. Hal ini
menunjukkan bahwa PSK sangat memperhatikan pendidikan anaknya.
c) Suami
Dari ketiga PSK, kedua PSK sudah berpisah dengan suaminya dan yang satunya masih bersama namun saat ini
suaminya bekerja di perantauan. Kebanyakan memang para PSK ini menyembunyikan bahwa suami ataupun keluarganya tidak mengetahui bahwa dia bekerja sebagai PSK. Hal tersebut
dirahasiakan
4) Dampak Pekerjaan Seks Komersial
a) Dampak psikologi
11
secara perasaan PSK selalu merasa was-was. Secar umu PSK cenderung menutup diri.
b) Dampak sosiologi
Sanksi sosial masyarakat tentunya adalah suatu yang wajar bagi
pelaku PSK, hal ini menjadi resiko dan juga dampak dari pekerjaan ini.
c) Dampak hukum
Berkenaan dengan PSK dampak hukum yang timbul akibat dari pekerjaan ini adalah dampak hukum secara agama dan juga
hukum negara. Secara agama pekerjaan ini tergolong dalam hal perzinaan, dimana hal ini jelas dilarang sesuai dalam al qur‟an
surat annur ayat 24. Secara hukum negara yang berlaku di
Indonesia diatur dalam KUHP pasal 284, 287 dan 288.
Dari beberapa skripsi yang telah Penulis paparkan di atas, terdapat
perbedaan dengan skripsi yang penulis kerjakan. Adapaun perbedaan tersebut terletak pada rumusan masalah, yaitu: Bagaimana cara menjaga keharmonisan keluarga dilingkungan prostitusi?; Bagaimana pola
hubungan keluarga di lingkungan prostitusi?; Bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami isteri di lingkungan prostitusi dalam
12 G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti
sesuatu secara mendalam.3
Adapun pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologis dan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku
di masyarakat. 4 Sedangkan pendekatan yuridis normatif, dimana penelitian ini sering disebut dengan penelitian doktriner, dimana data yang
digunakan adalah sumber data sekunder. Prosesnya bertolak dari premis-premis yang berupa norma-norma hukum positif yang diketahui dan berakhir pada penemuan asas-asas hukum yang menjadi pangkal tolak
pencarian asas adalah norma-norma hukum positif. Atau singkatnya
3
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Rosda Karya, Bandung, 2009, hlm. 6-7.
4
13
metode pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang meneliti data sekunder di bidang hukum yang ada sebagai data kepustakaan.5
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen
sekaligus menjadi pengumpul data. Instrumen lain yang penulis gunakan adalah alat perekam, alat tulis, serta alat dokumentasi. Akan tetapi instrumen ini hanya sebagai pendukung. Oleh karena itu, kehadiran
penulis di lapangan mutlak diperlukan. Kehadiran penulis di lokasi adalah untuk mencari informasi bagaimana cara menjaga keharmonisan keluarga
di lingkungan prostitusi, bagaimana pola hubungan keluarga di lingkungan prostitusi, dan bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami isteri di lingkungan prostitusi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan. 3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, Penulis memilih lokasi di Dusun Sarirejo, Desa Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
4. Sumber Data
Menurut Lofland (1984) yang dikutip dari Moleong (2009:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
5
14
tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data penelitian ini sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.6 b. Data Sekunder
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.8 Dalam
hal ini penulis melakukan wawancara kepada narasumber yang sangat berkaitan dalam penulisan skripsi ini. Narasumber tersebut yaitu keluarga pada masyarakat Dusun Sarirejo.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar,
6
Tatang Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, CV Rajawali, Jakarta, 1990, hlm.132.
7
Amirin, Ibid., hlm.132.
8
15
kebiasaan, dan sebagainya, pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian.9
c. Telaah Dokumen
Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk
catatan dalam kertas (Hard Copy) maupun elektronik (Soft Copy).
Dokumen dapat berupa buku, artikel, media masa, catatan harian, manifesto, undang-undang notulen, blok, halaman web, dan lainnya. 6. Teknik Analisa Data
Analisis data ini dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti
pelaksanaanya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian.10
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, data mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian11. Untuk melakukan triangulasi yaitu
16
keterangan informan dicek dengan informan lainnya, kemudian keterangan informan dicek dengan observasi dan dokumentasi.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui berbagai tahap. Tahap
pertama pra lapangan, penelitian menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang lingkungan prostitusi dan keluarga/masyarakat di lingkungan prostitusi. Tahap terakhir yaitu penyusunan laporan penelitian
dengan cara menganalisis data temuan kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif dengan pendekatan sosiologis.
H. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM
Bab ini berisi tentang gambaran keluarga, masyarakat dan hak dan kewajiban keluarga menurut hukum positif dan hukum Islam.
BAB III KELUARGA DALAM LINGKUNGAN PROSTITUSI
Bab ini berisikan profil lokasi penelitian, yaitu Dusun Sarirejo Desa
17
hubungan keluarga dalam lingkungan prostitusi dan bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami isteri.
BAB IV ANALISIS
Bab ini membahas hasil analisis penulis terhadap observasi. Pada sub
bab ini akan dijelaskan pendapat-pendapat para ulama‟ serta pendapat penyusun mengenai pola hubungan keluarga dalam lingkungan prostitusi. BAB V KESIMPULAN
18 BAB II
KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM
A. Gambaran Umum Tentang Keluarga 1. Pengertian Keluarga
Menurut Ir. M. Munandar Soelaeman keluarga diartikan sebagai suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk
social, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi. 12 Selanjutnya menurutnya lagi “ fungsi keluarga berkembang biak, mensosialisasi atau
mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat orang-orangtua (jompo)”.13
Sementara itu para ahli antropologi melihat keluarga sebagai suatu
kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial.14 Ini didasarkan atas kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah suatu
satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, dan mempunyai fungsi untuk berkembangbiak, mensosialisasikan atau mendidik anak dan menolong
serta melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka yang telah jompo.15
12
Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, PT. Eresco, Bandung, 1992, hlm. 55.
13
Ibid
14
Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hlm. 57.
15
19
Dari dua definisi di atas, terdapat persamaan yakni keluarga terdiri dari suatu kesatuan terkecil dari manusia sebagai makhluk sosial dan
bekerja sama di dalamnya, mendidik anak-anaknya atau merawat orang-orang tuanya.
Selanjutnya Wahyu mengatakan dalam bentuk yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu
rumah yang sama.16 Keluarga adalah terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah.17 Selanjutnya menurut Arifin , keluarga adalah suatu
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.18
Dari semua definisi di atas tampak persamaannya bahwa keluarga
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. 2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga terdapat dalam UU No. 10 Tahun 1992 jo. PP No. 21 Tahun 1994. Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut19: a. Fungsi keagamaan
Wahyu, Pokok-pokok Materi Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam, Banjarmasin, 2010 Bagian 9, hlm. 1.
18 Ibid
19
20
2) Menerjemahkan ajaran dan norma agama kedalam tingkah laku
hidup sehari-hari bagi seluruh anggota keluarga;
3) Memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam
pengalaman ajaran agama;
4) Melengkapi dan menambah proses belajar anak tentang
keagamaan yang tidak/kurang diperoleh disekolah atau masyarakat;
5) Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan beragama. b. Fungsi budaya
1) Membina tugas keluarga sebagai sarana untuk meneruskan norma
budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan;
2) Membina tugas keluarga untuk menyaring norma dan budaya
asing yang tidak sesuai;
3) Membina tugas keluarga sebagai saran anggota nya untuk mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia;
4) Membina tugas keluarga sebagai sarana bagi anggotanya untuk
mengadakan kompromi/adaptasi dan praktik (positif) serta globalisasi dunia;
5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang
21 c. Fungsi cinta kasih
1) Menumbuhkembangkan potensi simbol cinta kasih sayang yang
telah ada diantara anggota keluarga dalam simbol yang nyata, seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal dan terus menerus; 2) Membina tingkah laku ,saling menyayangi diantara anggota
keluarga maupun antara keluarga yang satu dengan yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif;
3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
uhkrawi dalam keluarga secara serasi, selaras , dan seimbang; 4) Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
d. Fungsi perlindungan
1) Memenuhi kebutuhan akan rasa aman diantara
anggota keluarga.Bebas dari rasa tidak aman yang tumbuh dari dalam maupun dari luar keluarga;
2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar maupun dalam;
3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga
22 e. Fungsi reproduksi
1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun keluarga sekitarnya;
2) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembetukan
keluarga dalam hal usia , kedewasaan fisik dan mental;
3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan
dengan jangka waktu melahirkan, jarak antara kelahiran dua anak , dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga;
4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. f. Fungsi sosialisasi
1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan
utama;
2) Menyadari, merencanakan, dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan masalah dari
berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik lingkungan masyarakat maupun sekolahnya. Membina proses
23
baik fisik maupun mental, yang tidak/kurang diberikan lingkungan sekolah maupun masyarakat;
3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga sehingga tidak saja bermamfaat positif bagi anak, tetapi
juga orang tua untuk perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
g. Fungsi ekonomi
1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam
kehidupan keluarga dalam rangka menopang perkembangan hidup
keluarga;
2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian ,
keselamatan dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga;
3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan
perhatiaanya terhadap anggota rumah tangga bejalan serasi , selaras ,dan seimbang;
4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal
untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. h. Fungsi pelestarian lingkungan
1) Membina kesadaran dan praktik kelestarian lingkungan internal
24
2) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkunga
hidup yang serasi, selaras, dan seimbang antara lingkungan
keluarga dan lingkungan hidup sekitarnya. 3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga dapat menggambarkan perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berkaitan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan yang ada dalam keluarga adalah sebagai berikut:20
b. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah anak-anaknya. Mempunyai
peran mencari nafkah, mendidik, melindungi dan memberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosial.
c. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu memiliki peran utuk
mengurus rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anakna, melindungi dan sebagai salah satu dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
d. Anak melakukan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
20
25 4. Tugas Keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai delapan tugas pokok yaitu:21
a. Memelihara fisik keluarga dan para anggota keluarga;
b. Memelihara sumber daya yang ada dalam keluarga;
c. Membagi tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya masing-masing;
d. Bersosialisasi dengan anggota keluarga;
e. Mengatur jumlah anggota keluarga;
f. Memelihara ketertiban anggota keluarga;
g. Menempatkan anggota keluarga didalam masyarakat yang lebih luas;
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga. 5. Bentuk Keluarga
Gambaran mengenai pembagian bentuk-bentuk keluarga sangat beraneka ragam. Keanekaragaman bentuk keluarga tersebut tergantung
pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkannya, namun secara umum bentuk-bentuk keluarga dilihat dari berbagai segi dapat dikelompokkan sebagai berikut22:
e. Bentuk keluarga berdasarkan garis keturunan
1) Patrilineal, keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur
garis keturunan ayah, terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
21
Ibid.
22
26
generasi. Bentuk keluarga ini banyak dipraktekkan di negara-negara Arab maupun Eropa dan di Indonesia seperti yang
dilakukan oleh suku Batak di Sumatra Utara.
2) Matrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis keturunan Ibu. Suku Padang merupakan salah satu contoh suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal. 3) Parental atau bilateral, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis keturunan ayah maupun ibu. Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga parental, seperti Jawa dan Madura.
f. Bentuk keluarga berdasarkan kekuasaan
1) Patriarhat, keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak suami.
2) Matriarhat, keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak istri.
3) Equalitarium, keluarga yang memegang kekuasaan adalah suami
dan istri, atau kekuasaan dalam pengambilan keputusan atas
27
g. Bentuk keluarga berdasarkan pemukiman
1) Patrilokal, keberadaan tempat tinggal suatu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal, keberadaan tempat tinggal suatu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
3) Neolokal, keberadaan tempat tinggal suatu keluarga yang tinggal
jauh dari keuarga keturunan suami maupun istri. h. Bentuk keluarga berdasarkan anggota keluarga23
1) Traditional nuclear, keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 2) Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak-anaknya, baik itu anak dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
3) Middle age atau aing couple, suami sebagai pencari uang, istri di
rumah, atau keduanya bekerja diluar rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan atau meniti
karier.
23
28
4) Dyadic nuclear, pasangan suami-istri yang sudah berumur dan
tidak mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja di luar
rumah.
5) Single parent, keluarga dengan satu orang tua sebagai akibat dari
perceraian atau kemaian pasangannya. Anak-anaknya dapat tinggal di dalam atau di luar rumah.
6) Dual caeerI, suami istri atau keduanya merupakanorang karier dan
tidak mempunyai anak.
7) Commuter married, pasangan suami istri atau keduanya sama-sama
bekerja dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling bertemu pada waktu-waktu tertentu.
8) Single adult, perempuan dewasa atau laki-laki dewasa yang tinggal
sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
9) Three generation, tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
10) Institusional, anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu
panti.
11) Communal, satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama berbagi
fasilitas.
12) Group marriage, satu rumah terdiri atas orang tua dan
29
13) Unmarried parent and child, ibu dan anak yang pernikahannya
tidak dikehendaki dan kemudian anaknya diadopsi.
14) Cohabitating couple, dua orang atau satu pasangan yang bersama
dan tinggal dalam satu rumah tanpa adanya tali ikatan perkawinan. 15) Common law family, keluarga yang terdiri dari seorang perempuan
dan seorang laki-laki yang tidak terikat dalam perkawinan yang sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
16) Extended family, keluarga yang terdiri dari suami istri dan
anak-anak kandungnya, juga sanak-anak saudaa lainnya, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, menaantu, cucu dan cicit) maupun menurut garis horizontal (kakak, adik dan ipar) yang berasal dari pihak suami maupun pihak istri yang tinggal dalam
satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga. i. Bentuk keluarga berdasarkan bentuk perkawinan
1) Eksogami, keluarga yang terbetuk dari perkawinan antara
seseorang dengan orang yang berbeda golongan baik etnis, suku, agama, wilayah, bangsa atau kekerabatan, misalnya perkawinan
antara anak suku batak dengan anak suku Ambon.
2) Endogami, keluarga yang dibentuk dari perkawinan antara etnis,
30
3) Heterogami, keluarga yang terbentuk dari perkawinan antar kelas
sosial yang berbeda, misalnya anak bangsawan menikah dengan
anak petani.
4) Homogami, keluarga yang terbentuk dari perkawinan antara kelas
golongan sosial yang sama, misalnya anak pedagang yang menikah dengan anak pedagang.
j. Bentuk keluarga berdasarkan jenis perkawinan
1) Monogami, keluarga dimana terdapat seorang suami dan seorang
istri. 2) Poligami
Poligami terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
a) Poligini adalah keluarga yang terdapat seorang suami dengan
lebih dari satu istri.
b) Poliandri adalah keluarga yang terdapat seorang istri dengan
lebih dari satu suami.
B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan istilah yang sangat lazim digunakan untuk
31
Masyarakat adalah suatu kesatuan manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan saling
terikat oleh suatu rasa dan identitas yang sama dalam dirinya.24
Masyarakat menurut Berger adalah suatu keseluruhan yang
kompleks antara hubungan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat luas. Terdiri dari bagian yang membentuk sesuatu.25
Sedangkan menurut Mac Iver dan Page mengatakan bahwa
masyarakat merupakan suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan,
dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang bersifat selalu berubah.26
Pengertian lain muncul dari Auguste Comte yang mendifinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok-kelompok makhluk hidup dengan
realitas-realitas baru yang baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan sendiri. Manusia terikat kelompok karena rasa sosial yang serta merta dan
kebutuhannya.27
24
Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 144-146.
25Muhammad Rifa‟I, Sosiologi Pendidikan (struktur dan interaksi sosial di dalam institusi pendidikan),
Ar rruz Media, Jogjakarta, 2011, hlm. 34.
26
Basrowi, Pengantar Sosiologi, Galia Indonesia, Bogor, 2005, hlm. 40.
27
32
Dari beberapa definisi diatas terdapat kesamaan arti bahwa masyarakat merupakan suatu hubungan kelompok baik dalam lingkup kecil
seperti hubungan orang tua dan anak, guru dan murid, atasan dan bawahan maupun lingkup besar seperti sekolah dan lingkungannya/interaksi yang
terjadi antara 2 orang atau lebih yang prosesnya berjalan cukup lama. Dimana didalamnya terlihat suatu tata cara, adat istiadat dan hukum disetiap kebiasaan dalam kehidupannya yang mengatur antara kepentingan
individu dan individu lainnya.
Interaksi sosial dalam individu juga mempunyai kebebasan dengan
batasan tertentu sesuai dengan aturan yang disepakati bersama-sama, dalam interaksi yang terjalin harus mampu memunculkan rasa kesatuan yang dapat saling mengikat satu sama lain. Hubungan yang terjalin dalam suatu
kelompok selalu mengalami perubahan dengan berjalannya waktu dan kondisi yang dihadapinya. Namun, karena adanya suatu kepentingan yang
sama mampu menumbuhkan rasa saling membutuhkan sehingga membuat mereka terus bertahan dalam berbagai perubahan yang terjadi.
2. Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini:
a. Berangotakan minimal dua orang;
33
c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan
hubungan antar anggota masyarakat;
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan/disebut sebagai
masyarakat:
a. Ada sistem tindakan utama;
b. Saling setia pada sistem tindakan utama;
c. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota;
d. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya
dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut
masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari
34 3. Ciri Masyarakat
Masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut:28 a. Adanya interaksi antara warga-warganya
Interaksi yang dimaksud dalam masyarakat adalah interaksi
yang dilakukan oleh warga dengan warga baik melalui prasarana yang ada seperti yang terjadi di negara modern yaitu berupa jaringan telekomunikasi, jaringan jalan raya, sistem radio dan televisi dan surat
kabar nasional yang memungkinkan warganya untuk berinteraksi secara intensif, maupun interaksi yang terjadi karena adanya faktor
geografis dari suatu negara. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua manusia yang berinteraksi merupakan masyarakat karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus.
Contohnya sekumpulan orang yang berinteraksi dengan melihat adanya suatu pertunjukkan topeng monyet mereka tidak bisa disebut
dengan masyarakat karena walaupun mereka berinteraksi secara terbatas tetapi mereka tidak mempunyai suatu ikatan kecuali ikatan berupa perhatian terhadap pertunjukkan tersebut.
b. Adanya aturan yang khas yang dapat mengatur seluruh pola tingkah
laku warganya
Setiap masyarakat pasti mempunyai aturan yang mengatur dalam kehidupannya baik dalam lingkup masyarakat besar seperti
28
35
negara maupun masyarakat kecil seperti desa, peraturan yang dimaksut adalah peraturan yang dapat dijadikan sebagai ciri khas dari daerah
tersebut maka dari itu antara masyarakat satu dengan yang lain mempunyai ciri khas yang berbeda melalui aturan yang diterapkan di
daerahnya masing-masing yang sudah ditetapkan bersama. Aturan tersebut berupa norma-norma, adat-istiadat dan hukum.
c. Merupakan suatu kontinuitas dalam waktu
Aturan yang diterapkan dalam suatu masyarakat bersifat mantap dan continue/berlaku dalam jangka waktu yang lama. Artinya
peraturan itu tidak bersifat sementara seperti yang ada didalam suatu asrama maupun sekolah, keduanya tidak bisa disebut dengan masyarakat meskipun kesatuan manusia dalam sekolah terikat dan
diatur tingkah lakunya dalam suatu norma dan atura sekolah yang lain, namun sistem normanya mempunyai lingkup terbatas dalam beberapa
poin saja tidak menyeluruh selain itu peraturan tersebut bersifat sementara yaitu selama warga tersebut bersekolah.
d. Adanya suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
Yaitu adanya suatu rasa identitas diantara para warga atau anggotanya bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus
yang berbeda dengan kesatuan-kesatuan manusia yang lain. 4. Tugas Manusia Sebagai Anggota Masyarakat
36
b. Ikut meringankan beban kesengsaraan orang lain;
c. Menjaga dan memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan dan masyarakat;
d. Menghindari perkataan dan tindakan yang menyakitkan orang lain sehingga tercipta ketergantungan yang saling menguntungkan.
C. Hak dan Kewajiban Keluarga 1. Menurut Hukum Positif
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Hak dan kewajiban suami istri sudah diatur di dalam
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dalam pasal 30 sampai pasal 34.
Pasal 30
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Pasal 31
1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
37
Pada ayat pertama, dapat dipahami bahwa walaupun suami sebagai kepala rumah tangga, bukan berarti kedudukan suami lebih
tinggi dari seorang istri. Karena kedudukan istri adalah seimbang dengan kedudukan seorang suami. Semuanya sama-sama memiliki
peran di dalam kehidupan berumah tangga, maupun di dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemudian pada ayat kedua, pihak suami maupun istri
semuanya berhak melakukan perbuatan hukum jika merasa dirugikan oleh pihak lain. Kedudukan suami istri itu seimbang, dalam
melakukan perbuatan hukum. Sedangkan dalam hukum perdata apabila izin suami tidak diperoleh karena ketidak hadiran suami atau sebab lainya, pengadilan dapat memberikan izin kepada istri untuk
menghadap hakim dalam melakukan perbuatan hukum.
Selanjutnya pada ayat ketiga. Jika ini tertukar, misalnya
seorang istri yang menjadi pemimpin di dalam rumah tangganya menggantikan suami atau keduanya sama-sama ingin berkuasa, tidak ada yang mengatur atau diatur, sudah pasti keadaan rumah tangganya
akan menemukan ketidaktenangan dan ketentraman. Suatu organisasi saja harus memiliki pemimpin, apalagi sebuah keluarga.
Pasal 32
38
2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
ditentukan oleh suami isteri bersama.
Tempat kediaman yang dimaksud di situ adalah tempat tinggal yang dapat dijadikan untuk beristirahat, berkumpul, berlindung dari
teriknya matahari dan dinginnya hujan. Tempat kediaman diatur oleh suami isteri, bisa mengontrak, tinggal ditempat mertua/orangtua ataupun sebagainya.
Pasal 33
Suami isteri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia
dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Suami wajib mencintai isteri dan meghormati harga diri isterinya. Sebaliknya seorang isteri juga harus mencintai dan
menghormati harga diri suaminya. Misalnya seorang suami jangan memarahi isterinya di depan banyak orang atau di tempat umum, dan
sebaliknya.
Kemudian memberi bantuan lahir dan bathin, dapat dipahami, seperti suami memberikan pendidikan, pakaian, makan, tempat tinggal
kepada seorang istri dan sebaliknya. Suami/isteri dapat saling memberi teguran, nasihat dan solusi jika salah satunya ada yang memiliki
39
Pasal 34
1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. 2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing
dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan. b. Kompilasi Hukum Islam
KHI merupakan kumpulan dari 13 buku kitab hadits yang membahas tentang perkawinan, kerawisan dan perwakafan hasil ijtihad
para ulama. Pasal perkawinan yang terdapat di dalam Kompilasi Hukum Islam merupakan sebagai penjelas dari apa apa yang telah dijelaskan di dalam Undang-Undang Perkawina Nomor 1 Tahun 1974.
Misalnya saja dalam BAB perkawinan, perihal hak dan kewajiban suami istri. Di dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun
1974 memang sudah dijelaskan. Akan tetapi, itu bersifat umum, tidak memandang agama. Sedangkan KHI, khusus untuk Islam.
Hak dan kewajiban suami istri telah diatur oleh kompilasi
hukum Islam (KHI) didalam BAB VII pasal 77 sampai pasal 84, dinyatakan sebagai berikut:29
29
40
Pasal 77
1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan
keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
2) Suami istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati,
setia dan memberi bantuan lahir batin antara yang satu dengan yang lain.
3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara
anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani
maupun kecerdasan dan pendidikan agamanya. 4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5) Jika suami atau istri melalaikan kewajibanya, masing-masing
dapat mengajukan gugatan ke pengadilan agama. Pasal 78
1) Suami istri harus mempunyai kediaman yang sah.
2) Rumah kediaman yang dimaksud oleh ayat (1) ditentukan oleh
suami istri bersama.
Pasal 79
1) Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga.
2) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan
41
3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Pasal 80
1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya,
akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah-tangga yang penting
diputuskan oleh suami istri bersama. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya.
2) Suami wajib memberikan pendidikan dan kesempatan belajar
pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan
bangsa.
3) Sesuai dengan penghasilan suami menanggung: a). Nafkah,
kiswah dan tempat kediaman bagi istri. b). Biaya rumah tangga,
biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.Biaya pendidikan anak. c). Kewajiban suami terhadap istrinya seperti
tersebut dalam ayat (4) huruf a dan b di atas berlaku sesudah ada tamkin dari istrinya.
4) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap
dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
5) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila
42
Pasal 81
(Tentang tempat kediaman)
1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan
anak-anaknya atau bekas istri yang masih dalam masa iddah.
2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri
selama dalam ikatan atau dalam iddah talak atau iddah wafat. 3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan
anak-anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat
menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.
4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan
kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga
maupun sarana penunjang lainnya. Pasal 82
(Kewajiban suami yang beristri lebih dari seorang)
1) Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban
memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing
43
2) Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan
istrinya dalam satu tempat kediaman.
Pasal 83
(Kewajiban istri terhadap suaminya)
1) Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir dan batin
di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2) Istri menyelanggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga
sehari-hari dengan sebaik-baiknya. Pasal 84
1) Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah.
2) Selama isteri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya
tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali
hal-hal untuk kepentingan anaknya.
3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali
sesuadah isteri nusyuz.
4) Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari isteri harus
didasarkan atas bukti yang sah. c. Kitab Undang-Undang Perdata
44
Pasal 103 KUHPerdata
Suami dan istri wajib saling setia dan tolong- menolong serta saling
bantu membantu. Perkataan saling setia tersebut berarti setia dalam perkawinan.
Pasal 104 KUHPerdata
Terikatnya suami dan istri dalam suatu perkawinan, maka suami dan istri terikat secara timbal balik untuk memelihara dan mendidik
anak-anak mereka.
Pasal 105 KUHPerdata
Setiap suami adalah menjadi kepala persatuan perkawinan, dan sebagai kepala pesatuan perkawinan suami untuk memberikan bantuan kepada istrinya atau menghadap di muka hakim untuk istrinya.
Pasal 107 KUHPerdata
Setiap suami harus menerima istrinya di rumah yang ditempatinya dan
wajib untuk melindungi dan memberikan segala keperluan hidup sesuai dengan kemampuannya.
2. Menurut Hukum Islam
45
hakikatnya punya kewajiban berkhidmat kepada suaminya diantaranya sebagai berikut:30
a. Mazhab al-Hanafi
Al imam al-Kasani dalm kitab al-badai menyebutkan,
seandainya suami pulang bawa bahan pangan yang masih harus di masak dan di olah lalu istrinya enggan untuk memasak dan mengelolanya maka istri itu tidak boleh di paksa. Suaminya di
erintahkan membawa makanan siap santap. Di dalam kitab Al-Fatawa Al-Hindiyah fi Fiqhil Hanafiyah disebutkan seandainya seorang istri
berkata, "Saya tidak mau masak dan membuat roti", maka istri itu tidak boleh dipaksa untuk melakukannya. Dan suami harus memberinya makanan siap santan, atau menyediakan pembant untuk
memasak makanan. b. Mazhab Maliki
Di dalam kitab Asy-syarhul Kabir oleh Ad-Dardir, ada disebutkan wajib atas suami berkhidmat (melayani) istrinya. Meski suami memiliki keluasan rejeki sementara istrinya punya kemampuan
untuk berkhidmat, namun tetap kewajiban istri bukan berkhidmat. Suami adalah pihak yang wajib berkhidmat. Maka wajib atas suami
untuk menyediakan pembantu buat istrinya.
30
46 c. Mazhab As-Syafi'i
Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Abu
Ishaq f. Asy-Syirazi rahimahullah, ada disebutkan bahwa idak wajib atas istri berkhidmat untuk membuat roti, memasak, mencuci dan
bentuk khidmat lainnya, karena yang ditetapkan (dalam pernikahan) adalah kewajiban untuk memberi pelayanan seksual (istimta'), sedangkan pelayanan lainnya tidak termasuk kewajiban.
d. Mazhab Hanabilah
Seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada
suaminya, baik berupa mengadoni bahan makanan, membuat roti, memasak, dan yang sejenisnya, termasuk menyapu rumah, menimba air di sumur. Ini merupakan nash Imam Ahmad rahimahullah. Karena
aqadnya hanya kewajiban pelayanan seksual. Maka pelayanan dalam bentuk lain tidak wajib dilakukan oleh istri, seperti memberi minum
kuda atau memanen tanamannya.
Dalam mazhab yang dipelopori oleh Daud Adz Dzahiri ini, kita juga menemukan pendapat para ulamanya yang tegas menyatakan bahwa
tidak ada kewajiban bagi istri untuk mengadoni, membuat roti, memasak dan khidmat lain yang sejenisnya, walau pun suaminya anak khalifah.
47
maupun makan malam. Serta wajib menyediakan pelayan (pembantu) yang bekerja menyapu dan menyiapkan tempat tidur.
Ada pendapat yang berbeda oleh Dr. Yusuf Al-Qaradawi, beliau agak kurang setuju dengan pendapat jumhur ulama ini. Beliau cenderung
tetap mengatakan bahwa wanita wajib berkihdmat di luar urusan seks kepada suaminya. Jadi para istri harus digaji dengan nilai yang pasti oleh suaminya. Karena Allah menetapkan kewajiban suami itu memberi nafkah
kepada istrinya. Dan memberi nafkah itu artinya bukan sekedar membiayai keperluan rumah tangga, akan tetapi lebih dari itu, para suami harus
menggaji para istri. Serta uang gaji itu harus di luar semua biaya kebutuhan rumah tangga. Pada setiap perkawinan, masing-masing pihak suami dan isteri dikenakan hak dan kewajiban. Pembagian hak dan kewajiban
disesuaikan dengan proporsinya masing-masing. Bagi pihak yang dikenakan kewajiban lebih besar berarti ia akan mendapatkan hak yang
lebih besar pula.
Berbicara tentang hak dan kewajiban suami isteri, al-Qur‟an telah secara rinci memberikan ketentuan-ketentuannya. Ketentuan-ketentuan
tersebut diklasifikasi menjadi Ketentuan mengenai hak dan kewajiban bersama antara suami isteri, Ketentuan mengenai kewajiban suami yang
-48
Qur‟an digunakan sebagai petunjuk hukum dalam suatu masalah kalau
terdapat ketentuan praktis di dalamnya. Namun apabila tidak ditemukan,
maka selanjutnya merujuk kepada sunnah Nabi. Sementara itu terkait dengan ketentuan praktis mengenai hak dan kewajiban antara suami dan
isteri, banyak ditemukan dalilnya dalam al Qur‟an. Dalil-dalil tersebut meliputi hak dan kewajiban bersama antara suami dan isteri, kewajiban suami terhadap isteri, kewajiban isteri terhadap suami. Sesuai dengan
ketentuan-ketentuan al-Qur‟an di atas dalam kaidah fiqh yaitu kaidah
Asasiyyah yang artinya “Kemudharatan itu harus ditinggalkan sedapat mungkin.”
Maksud dari kaidah ini ialah, kewajiban menghindarkan terjadinya suatu kemudharatan, atau dengan kata lain, kewajiban melakukan
usaha-usaha preventif agar terjadi suatu kemudharatan, dengan segala daya upaya mungkin dapat diusahakan. Tidak jarang dalam suatu perbuatan bergantung
pada perbuatan yang lain. Dan tak jarang pula perbuatan inti sangat bergantung pada perbuatan perantara. Seperti dalam perkawinan, bahwa tujuan perkawinan adalah mewujudkan rumah tangga yang harmonis yang
didasari rasa kasih sayang (mawaddah warahmah). Tujuan tersebut tidak akan terwujud manakala tidak ada pembagian tugas-tugas dalam kehidupan
49
50 BAB III
KELUARGA DALAM LINGKUNGAN PROSTITUSI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis
Perjalanan yang harus ditempuh dari pusat Kota Salatiga menuju tempat karaoke Sarirejo kurang lebih membutuhkan waktu 30 menit. Rute
terdekat menuju tempat karaoke Sarirejo adalah dengan melewati jalan raya Salatiga-Semarang ke arah Utara. Setelah menempuh jarak kira-kira 2 km di
kanan jalan ada sebuah pertigaan. Arah utara menuju Kota Semarang, arah selatan menuju Kota Solo, sedangkan arah timur menuju Dukuh Sarirejo. Pertigaan tersebut sangat mudah dihafal karena berada tepat di samping
Rumah Sakit Umum Sidorejo Lor.
Jika kita memakai kendaraan pribadi membutuhkan waktu tidak
kurang dari 10 menit untuk mencapai tempat karaoke Sarirejo. Di tengah perjalanan kita akan disambut sebuah pemakaman yang cukup luas untuk orang cina atau warga setempat menyebutnya dengan kuburan cino.
Pemakaman ini berada di samping kanan dan kiri jalan menuju Sarirejo. Keadaan geografis di tempat karaoke Sarirejo adalah berbentuk perbukitan.
51
berbentuk pertigaan. Di setiap cabang tersebut terdapat tempat-tempat karaoke yang berjejer dari atas ke bawah sejauh kurang lebih 200 meter.
Tempat karaoke di Dukuh Sarirejo memiliki 56 buah tempat karaoke yang terbagi menjadi 3 RT, yaitu RT 1 sebanyak 25 tempat karaoke, RT 2
sebanyak 24 tempat karaoke, sedangkan RT 3 sebanyak 7 tempat karaoke. Penelitian ini difokuskan di Kelurahan Sidorejo Lor. Kelurahan Sidorejo Lor adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan
Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan ini memiliki luas wilayah kurang lebih 2716 km2.
Kelurahan Sidorejo Lor di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Mangun Sari, di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Blotongan, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bugel. Jarak Kelurahan
Sidorejo Lor dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 0,2 km. Jarak Kelurahan Sidorejo Lor dari pemerintahan kota adalah 2,5 km. Sementara
jarak dari Ibu kota propinsi di Semarang adalah 52 km.
2. Keadaan Demografis a. Kependudukan
Jumlah penduduk kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo