• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai Lahan

61

62

untuk meminta tolong untuk diberikan pinjaman hutang untuk memenuhi kebutuhannya dengan jaminan tanah lahan pegunungan miliknya sendiri sebagai jaminan atas hutangnya.

2. Faktor Penyebab Terjadinya Gadai di Desa Taloko

Sebagaimana telah dipapar diatas alasan penyebab terjadinya gadai pada massyarakat Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima gadai dilakukan oleh para petani yang mengalami kebutuhan yang mendesak dan memerlukan uang dengan jumlah yang cukup besar, walaupun menunggu panen dari pertaniaannya hasilnya tidak akan bisa untuk memenuhih kebutuhan yang mendesak dan kebutuhan sehari-hari.

Alasan ini didukung oleh pernyataan dari bapak Malik “lahan pegunnungan/dana doro yang saya gadaikan bertujuan untuk biaya pengobatan anak saya yang sakit. Pada saat itu saya tidak memiliki uang untuk membayar pengobatan anak saya yang sedang dirawat dirumah sakit. Dikarenakan kurangnya biaya untuk perawatan akhirnya saya memilih untuk melakukan gadai tersebut.”

Masalah ekonomi biasanya menjadi faktor utama dan pendorong bagi penggadai untuk menggadai tanah lahan pegunungannya kepada penerima gadai. Biasanya masalah ekonomi yang sering terjadi adalah pemenuhan kebutuhan hidup di setiap harinya dan modal usaha, kurangnya persiapan untuk pemenuhan kebutuhan yang mendesak seperti kurangnya amodal pernikahan dan biaya untuk pengobatan, selanjutnya

63

pendidikanjuga menjadi alasan penggadai menggadaikan tanahnya, karena biaya pendidikan yang cukum mahal.

3. Pelaksanaan Gadai di Desa Taloko

Sebagaimana telah di papar sebulumnya diatas prosedur praktik gadai yang dilakukan di masyarakat desa taloko yaitu sebagai berikut:

Pemberi gadai mendatangi atau mencari pihak penerima gadai untuk meminta tolong diberikan pinjaman uang dan menyerahkan lahan pegunungan/dana doro milikknya sebagai jaminan atas pinjaman yang diberikan. Perjanjian yang dilakaukan oleh kedua pihak dengan cara ijab-qabul tidak menggunakan bukti tertulis atau surat perjanjian kesepakatan gadai. Pihak penerima gadai memberikan pinjaman uang dan menerima barang jaminan gadai dari pemeberi gadai dengan maksud menolong pihak pemberi gadai yang sedang membutuhkan pinjaman.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Saiful “nahu ke ku mai wa’a ku dana doro ku gade di ngomi kai piti tolu mpuru lima jutah na’e na dana ka sa heta pidu mpuru are. Di ruu’u cola kai sakola ana nahu. Nahu ma mai kalosa ka kade’e wara piti ku” yang terjemahan bahasa Indonesianya

“saya mendatangi ibu Nurma dengan niat menggadaikan tanah lahan pegunungan saya dengan uang sebesar Rp. 35.000.000.00 dengan luas tanah sebesar 1.70 Ha are untuk biaya pendidikan anak saya. Saya akan menebus tanah saya ketika saya sudah mempunyai uang untuk menebusnya.”

64

Masyarakat desa Taloko menggunakan lahan pegunungan/dana doro sebagai barang jaminan gadai, dan melakukan gadai dengan sesama masyarakat, keluarga atau kerabat terdekat. Pada saat pemberi gadai sudah mendapatkan uang pinjaman dari penerima gadai maka saat itu juga penerima gadai memanfaatkan lahan pegunungan/dana doro tersebut.

Peneliti menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan gadai di Desa Taloko Pemberi gadai mendatangi atau mencari pihak penerima gadai untuk meminta tolong diberikan pinjaman uang dan menyerahkan lahan pegunungan/dana doro milikknya sebagai jaminan atas pinjaman hutang yang diberikan. Lalu melakaukan serah terima unag dan barang jaminan gadai.

4. Praktik Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai di Desa Taloko

Gadai adalah praktik yang sering dilakukan oleh masyarakat ketika membutuhkan uang dengan cepat dan jumlah yang besar. Dalam penelitian lapangan di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima pemanfaatan barang jaminan dimanfaatkan oleh penerima gadai (murtahin).

Pemanfaatan barang jaminan yang terjadi di masyarakat desa taloko adalah pengelolaan lahan pegunungan/dana doro sebagai barang jamainan dimanfaatkan oleh penerima gadai. Hal ini terjadi karena menurut penerima gadai pemberi gadai tidak memiliki hak atas pemanfaatan barang jaminan gadai teersebut. Sehingga pemanfaatan dan hasil dari pemanfaatan

65

barang jaminan menjadi sepenuhnya milik penerima gadai sampai dengan pemberi gadai melakukan penebusan barang jaminan.

Hal ini di dukung oleh pendapat bapak Armansyah sebagai penerima gadai “apabila serah terima gadai telah terjadi maka secara otomatis jaminan gadai lahan pegunungan/dana doro penerima gadai bebas untuk mengelola dan memanfaatkan jaminan gadai, hal ini sudah terjadi dari dulu dan sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat yang melakukan gadai dan masih berlangsung sampai sekarang.” Di tegaskan oleh bapak malik yang mengatakan “biasanya yang mengelola tanah gadai adalah penerimaa gadai, pengelolaan tanah gadai dikelola satu kali dalam satu tahun pada saat musim hujan saja, tanah gadai biasanya ditanami dengan bibit jagung, hasil dari penanaman bibit jagung diambil oleh penerima gadai karena penerima gadailah yang menanam dan memanfaatakan tanah gadai tersebut.”

Peneliti menyimpukan bahwa dalam pemanfaatan barang jaminan gadai dilakukan oleh penerima gadai dikarenakan sudah menjdai kebiasan dan dilakukan sedari dulu dan sudah menjadi turun temurun. Yang mana penerima gadailah yang memanfaatkan barang jaminan gadai serta hasil dari pemanfaatan barang jaminan diambil sepenuhnya oleh penerima gadai.

66 5. Jangka Waktu Gadai di Desa Taloko

Gadai yang terjadi di masyarakat desa taloko dimana kedua belah pihak yang melakukan transaksi gadai tidak menentukan jangka waktu tertentu untuk pelunasan dalam barang jaminan gadai.

Hal ini di dukung oleh pendapat ibu Suryani sebagai pemberi gadai mengatakan ma ngara na gade wati wara jangka waktu nuntu mba’a na, bune ai ra wara piti ndai ampo kalosa dana gade.” terjemahan bahasa indonesia. “yang namanya gadai tidak ada batasan waktu pertahunnya, tanah gadai akan di tebus ketika pemberi gadai memiliki uang untuk menebusnya.”

yang artinya pihak penggadai dan pihak penerima gadai telah melakukan kesepakatan dimana pelunasannya akan dilakukan ketikaa pemberi gadai sudah memiliki uang untuk pelunasan barang jaminan tanpa adanya penetapan jangka waktu untuk pelunasan utang gadai. Jika penggadai mengembalikan uang pinjaman maka gadai tersebut telah berakhir.

6. Berakhirnya Gadai

Berakhirnya gadai biasanya pihak pemberi gadai dan penerima gadai telebih dahulu melakukan kesepakatan diawal perjanjian.

Pernyataan ini di dukung oleh bapak Armansyah sebagai penerima gadai berpendapat “seperti yang telah saya dan bapak Jurhasan sepakati di awal perjanjian bahwa setelah saya menerima kembali uang pinjaman dan

67

menyerahkan kembali barang jaminan gadai maka perjanjian antara kami telah berakhir.

Hasil dari wawancara dengan beberapa informan tentang berakhirnya gadai, gadai akan berakhir ketika penerima gadai telah memnerima kembali uang yang di pinjamkan dan penerima gadai menyerahkan kembali barang yang dijadikan sebagai jamnainan gadai baka berakhirlah kesepakatan gadai tersebut.

Gadai yang terjadi di masyarakat Desa Taloko adalah pinjaman utang dengana lahan pegunungan/dana doro sebagai barang jaminan gadai. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan para pihak gadai, adapun nama pelaku gadai lahan pegunungan/dana doro di Desa Taloko yang penulis ketahui adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Nama-nama pemberi gadai dan pennerima gadai di desa taloko kecamatan sanggar kabupaaten sanggar

No Pemberi gadai Penerima gadai

1 Malik Arsyad

2 Jurhasan Armansyah

3 Saiful Nurma

4 Abakir Masrah

5 Suryani Ibrahim

68

B. Analisis Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik

Dokumen terkait