• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian (Studi Kasus di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian (Studi Kasus di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG JAMINAN GADAI LAHAN PERTANIAN

(Studi Kasus di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima)

Oleh :

Ayuni NIM 180201026

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH) FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2022

(2)

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG JAMINAN GADAI LAHAN PERTANIAN

(Studi Kasus di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Serjana Hukum

Oleh :

Ayuni NIM 180201026

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH) FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2022

(3)

iii LOGO

(4)

iv

(5)

v

(6)

vii

(7)

viii MOTO

اًر ۡسُي ِر ۡسُع ۡلا َعَم َّنِاَف

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan”

Q.S AL-INSYIRAH : 5

(8)

ix

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, senantiasa memberikan nikmat, anugrah dan kekuatan kepada hambanya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu karya ini dipersembahkan kepada:

1. Penulis mempersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua yang telah membesarkan dan merawat saya sampai dengan di umur 21 tahun ini yang selalu memberikan yang terbaik untuk saya. Untuk Ayahanda Bapak Saiful dan Ibunnda Nurjanah Saiful semoga selalu dalam lindungan Allah SWT dimanapun berada.

2. Untuk abang Dedi Yansah S. H., kaka Sumiati S. Pd., dan Rostin terimakasih untuk segala bentuk dorongan, motivasi dan kebaikan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan untuk ponakan saya M. Al Furqan untuk segala keceriaannya yang membangu semangat peneliti selama menyusun skripsi ini.

3. Untuk Iqbal Dhikfhari Ramadhan terimakasih untuk suport sistem tersendirinya dengan cara memposting foto teerbarunya di akun sosmed setiap harinya.

4. dan untuk teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu semoga Allah SWT yang membealasnya

(9)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat dan ridha-Nya serta limpahan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penysunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya serta semua pengikutnya mudah-mudahan di hari akhir kelak kita mendapatkan syafaatnya.

Peneliti menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Musawar, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Bapak Fariz Al-Hasni, S.H.I., M.H., selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan koreksi mendetail secara terus menerus dan tanpa bosan hingga mencapai kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Mataram beserta jajarannya yang telah memberikan kemudahan pelayanan akademik.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Mataram Yang telah memberikan peneliti bekal pengetahuan selama peneliti menempuh studi.

4. Aparat Desa Taloko Kecamatan Sanggar, masyarakat serta narasumber yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

(10)

xi

5. Sehabat seperjuangan penulis Agustina Putri, Lila Ariani, Laelan Fitriani, Nida Aturrahmani, Putri Yuliana, Yuliana Dewi Saputri, Amrina Rodasa, yang telah banyak mengingatkan dan memberi semangat bagi penulis selama penyususnan skripsi.

6. Teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah (HES) kelas A angkatan 2018 yaitu: Nadirah khairunisa, Laelan Fitriani, Nida Aturrahmani, Siti Malikah, Supiana, Miya Arianti, Imas, Ika, Anisa, Mala, Artika, Sania, Ulan, Nanda, dll. Yang tidak disebutkan satu persatu terimakasih atas semua kebaikan, motivasi, kenangan dan pengalaman yang pernah kita lewati.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt., dan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat. Aamiin

Mataram, Agustus 2022 Penulis

Ayuni

(11)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 7

E. Telaah Pustaka ... 8

F. Kerangka Teori... 12

G. Metode Penelitian ... 26

H. Sistematika Penulisan ... 33

BAB II DATA DAN TEMUAN ... 35

(12)

xiii

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

1. Sejarah Desa Taloko ... 35

2. Keadaan Geografis ... 36

B. praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima ... 44

1. Pernyataan Kedua Bekah Pihak ... 45

2. Faktor Penyebab Terjadinya Gadai di Desa Taloko ... 48

3. Pelaksanaan Gadai di Desa Taloko ... 50

4. Praktik Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai di Desa Taloko ... 53

5. Jangka Waktu Gadai ... 55

6. Berakhirnya Gadai ... 56

BAB III PEMBAHASAN ... 60

A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai Lahan Pertanaian di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima .... 60

1. Pernyataan Kedua Bekah Pihak ... 61

2. Faktor Penyebab Terjadinya Gadai di Desa Taloko ... 62

3. Pelaksanaan Gadai di Desa Taloko ... 63

4. Praktik Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai di Desa Taloko ... 64

5. Jangka Waktu Gadai ... 66

6. Berakhirnya Gadai ... 67

B. Analisis Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Pemanfaatan Barang Jamianan Gadai Lahan Pertanian di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima ... 68

BAB IV PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran-saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Nama-nama kepala desa taloko dari tahun 1970-2022 Tabel 2.2Pembatasan wilayah Desa Taloko

Tabel 2.3 Jarak tempuh desa taloko kecamatan sanggar kabupaten bima Tabel 2.4 Sarana Pemerintahan Desa Taloko

Tabel 2.5 Saran Penndidikan Desa Taloko Tabel 2.6 Jumlah Rumah Ibadah Di Desa Taloko

Tabel 3.1 Nama-nama pihak gadai di desa taloko kecamatan sanggar kabupaaten sanggar

(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Dokumentasi Wawancara

Lampiran Surat izin Penelitian Desa Taloko Lampiran Surat Plagiasi

Lampiran Riwarayat Hidup

(15)

xvi

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG JAMINAN GADAI LAHAN PERTANIAN

(Studi Kasus di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima) Oleh:

AYUNI 180201026

Abstrak

Gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang akan dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perhatian peneliti bahwa, Praktek gadai sudah lama dipraktekkan di masyarakat Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Yakni pemberi gadai menggadaikan tanah lahan pegunungan kepada penerima gadai yang akan memberikan pinjaman uang. Kemudian stanah lahan pegunungan tersebut berpindah tangan kepada penerima gadai atau pemberi hutang. Selama barang jaminan gadai berada di tangan pemberi hutang, hak penggarapan, penanaman dan hasil panen tanah lahan pegunungan berada di tangan penerima gadai. Fokus yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima? 2) Bagaimana Pandangan Hukum Ekonomi Syariah Mengenai Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara serta memperoleh dokumentasidari penelitian ini. Kemudian sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.

Hasil penelitian yang didapatkan bahwa praktik pemanfaatan barang jaminan gadai sudah cukup lama dan turun temurun dilakukan oleh masyarakat setempat. Praktik gadai ini dilatarbelakangi karena pihak pemberi gadai untuk mendapatkan pinjaman utang untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak dengan menggadaikan tanah lahan pegunungan/dana doro kepada penerima gadai.

Penerima gadai mengelola dan memanfaatkan barang jaminan hasil dari pengelolaan barang jaminan tersebut diambil penerimaa gadai. Menurut Hukum Ekonomi Syariah terhadap praktik pemanfaatan barang jaminan gadai di Desa Taloko tidak sesuai dengan hukum ekonomi syariah dikarenakan dalam praktik

(16)

xvii

yang terjadi di Desa Taloko dimana penerima gadai memanfaatkan sepenuhnya barang jaminan gadai dan hasil dari pengelolaan barang jaminan tersebut milik sepenuhnya penerima gadai. Sedangkan dalam hukum ekonomi syariah barang jaminan gadai tidak boleh diambil manfaatnya oleh penerima gadai karena utang yang menarik manfaat, tindakan memanfaatkan barang jaminan gadai adalaah riba, karena setiap bentuk qiradh yang mengalir manfaat di dalamnya adalah riba.

Kata Kunci: Gadai, Pemanfaatan Barang Jaminan, Hukum Ekonomi Syariah.

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lainya dalam hukum Islam dikenal dengan muamalah. Muamalah secara etimologi yang berarti Al-Mufa’alah (saling berbuat) timbal balik. Secara sederhada yang berarti hubungan manusia dengan manusia. Atau dapat diartikan sebagai perturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan. Fikih muamalah didefinisikan sebagai hukum-hukum yang berkaitan dengan tindakan hukum manusia dalam persooalan keduniaan seperti jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, perserikatan dalam penggarapan tanah, gadai, dan sewa menyewa.1

Berbagai macam bentuk tolong-menolong yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk tolong-menolong ini dapat berupa pemberian ataupun hutang piutang. Dalam masalah hutang piutang, hukum Islam mengatur sedemikian rupa, seperti kepentingan kreditur (pihak pemberi pinjaman) dan debitur (pihak penerima pinjaman) agar jangan sampai di antara keduanya mendapatkan kerugian ataupun saling merugikan satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, dalam hutang piutang hukum Islam memperbolehkan kreditur meminta barang dari debitur untuk ditahan sebagai jaminan atas utangnya. Hal ini dilakukan agar menjaga ketenangan hati

1Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), cet. Ke-1, hlm. 4.

(18)

2

kreditur, sehingga jika debitur tidak mampu melunasi utangnya, maka barang jaminan tersebut boleh dijual oleh kreditur. Dalam kaidah hukum Islam, konsep tersebut dikenal dengan istilah gadai atau Rahn.2

Al-rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang di terimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

Secara sederhana dapat diartikan bahwa al-rahn adalah jaminan utang atau gadai.3

Oleh karena itu gadai pada dasarnya menjadikan suatu barang yang bernilai harta untuk dijadikan jaminan dalam peminjaman yang diterima.

Dengan demikian penerima gadai memberikan sejumlah modal yang dibutuhkan oleh pemberi gadai dengan jaminan suatu benda atau barang yang bernilai harta untuk dijadikan sebagai jaminan dalam suatu akad. Dasar di perbolehkannya gadai adalah surah Al-Baqarah ayat 283.

Ayat ini ditegaskan untuk memperkuat perjanjian hutang-piutang dalam gadai. dan memperbolehkannya untuk dilakukan dengan cara tertulis, dihadirkannya para saksi-saksi dalam suatu akad serta memberikan barang jaminan kepada orang yang memberi hutang dan hendaklah orang yang berhutang itu membayar hutangnya.

2 Muhammad Solikhul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), hlm.

1-3

3 Muhammad Harfin Zuhdi, Muqaranah Fiqih Mu’amalah (Mataram: Perum Puri Bunga Amanah, 2017), cet. Ke- 1, hlm. 230-231.

(19)

3

Pada KUH Perdata pasal 1150 sampai dengan pasal 1160 merupakan lembaga jaminan yang kebendaan yang mempunyai karakteristik yaitu, berkaitan dangan penguasaan benda jaminan. Pada jaminan gadai penguasaan benda jaminan berada pada kekuasaan penerima gadai atau pihak ketiga sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1152 KUH Perdata yang dimana, “hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bahwa diletakkan dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.”

Artinya gadai itu menjadi sah apabila benda gadai harus dilepaskan dari kekuasaan si pemilik benda, yaitu penyerahan yang bermaksud mengalihkan kepemilikan sebagai jaminan gadai.

Pada dasarnya benda gadai berada dalam kekuasaan si penerima gadai maka dalam pasal 1157 KUH Perdata memberikan kewajiban bagi si penerima gadai atau pihak ketiga untuk merawat benda gadai (kendaraan) yang ada dalam kekuasaannya. Ia bertanggung jawab atas kehilangan atau kemerosotan benda gadai, jika itu terjadi atas kesalahannya (kelalaianya). Dalam hal ini penerima gadai berkewajiban untuk menjaga dan merawat benda gadai (kendaaraan bermotor), agar benda gadai tersebut tetap berfungsi sebagaimana mestinya bukan berarti penerima gadai mempergunakan benda gadai tersebut layaknya sebagai pemilik benda gadai tersebut.

Barang jaminan gadai diambil manfaatnya oleh penerima gadai, dalam hal ini ulama berbeda pendapat tentang pemnfaatan barang jaminan gadai oleh penerima gadai. Beberapa ulama berpendapat bahwa penerima gadai tidak

(20)

4

boleh memanfaatkan barang jaminan gadai sekalipun atas ijin dari penerima gadai dikarenakan hal itu termaksud pada hutang yang menarik manfaat, sehingga jika dimanfaatkan termaksud riba.4

Beberapa ulama seperti ulama berpendapat penerima gadai boleh memanfaatkan barang jaminan gadai apabila barang jaminan tersebut berupa hewan ternak dan kendaraan yang memerlukan biaya perawatannya. Maka penerima gadai dibolehkan untuk memanfaatkannya sebagai biaya pengganti perawatannya.5 Tetapi jika barang yang dijadikan sebagai barang jaminan tidak memerlukan biaya perawatan maka penerima gadai tidak boleh memanafaatkan barang jaminan tersebut. Akan tetapi dalam praktik yang terjadi di masyarakat lebih khususnya desa Taloko berbeda dengan teori-teori pada umumnya.

Masyarakat di desa Taloko biasanya menggadaikan tanah lahan pegunungannya kepada kerabat atau tetangganya maupun orang lain, seperti yang dilakukan oleh bapak Abakir dengan ibu Masrah, bapak Armansyah dan bapak Jurhasan, bapak Saiful dan ibu Nurma, ibu Suryani dan bapak Ibrahim, bapak Malik dan bapak Arsyad. Salah satu contoh praktik gadai yang terjadi di masyarakat desa Taloko adalah transaksi gadai yang dilakukan oleh salah seorang warga masyarak yakni bapak Malik (pemberi gadai) dan bapak Arsad Yusuf (penerima gadai) yang melakukan akad gadai pada lahan pegunungan seluas 2 hektar yang dilakukan pada tahun 2013. Pada pelaksanaan akad ini pihak penggadai mendatangi pihak penerima gadai dan menawarkan

4Muhammad Harfin Zuhdi, Muqaranah Fiqih..., hlm. 234.

5 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke-1, hlm. 178.

(21)

5

kepadanya apakah penrima bersedia untuk melakukan akad gadai dengannya, jika penrima gadai menyetujui untuk melakukan transaksi gadai dengannya maka transaksi gadai itupun akan terjadi dan dilakukan dengan cara lisan.

Yang mana pihak cukup mengatakan “saya gadaikan tanah lahan pegunungan saya seluas 2 hektar padamu sebagai barang jaminan atas gadai yang kita lakukan” dan penerima gadai cukup menjawab “saya berikan uang sebesar Rp 50.000.000 padamu sebagai hutang dengan jaminan gadai lahan pegunungan seluas 2 hektar atas gadai yang kita lakukan.”6 dalam akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak tersebut adalah perjanjian yang dilakukan dengan cara lisan yang mana dalam akad tersebut dijelaskan tentang luas lahan barang jaminan dan sejumlah hutang tanpa menyebutkan batasan waktu yang jelas.

Gadai yang terjadi di masyarakat ialah gadai yang mengambil manfaat dari barang jamianan gadai tersebut, yang mana pihak penerima gadai mengelola dan memanfaatkan barang jaminan gadai tersebut dengan cara dikeloka dan digarap untuk ditanami dengan bibit-bibit pertanian seperti jagung, kacang dan kedalai. Hasil dari pengelolaan barang jaminan gadai tersebut diambil oleh pihak penerima gadai karena penerima gadailah yang mengelola dan memanfaatkan barang jaminan gadai tersebut. Serta pengambilan manfaat dari barang jaminan gadai tersebut dilakukan sejak penyerahan barang jaminan gadai sampai dengan penebusan barang jaminan gadai.7

6Arsad Yusuf, Wawancara, Rabu 9 Febuari 2022, waktu 10:35.

7Malik, Wawancara, Rabu 9 Febuari 2022, waktu 16:10.

(22)

6

Pada dasarnya tansaksi gadai diadakan dan dilakukan bertujuan untuk saling tolong menolong antara sesama, serta penyerahan barang jaminan ialah sebagai tanda bukti dan penguat kepercayaan antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi gadai. akan tetapi gadai yang dilakukan oleh masyarakat ialah gadai yang mengambil manfaat dari barang jaminan gadai tersebut.

Berasarkan uraian di atas dapat dilihat ketidak seimbangan antara teori gadai dengan praktik yang terjadi di masyarakat dalam larangan pemanfaatan barang jaminan gadai. Terkait dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai Lahan Pertanian Studi Kasus di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka asalah yang dapat dirumuskan adalah:

1. Bagaimana Praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?

2. Bagaimana pandangan hukum ekonomi syariah mengenai pemanfaatan barang jaminan gadai yang dilakukan di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menjawab persoalan dari rumusan masalah diatas:

(23)

7

1. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

2. Untuk memahami pandangan hukum ekonomi syariah terhadap pandangan praktik pemanfaatan barang jaminanan gadai yang terjadi di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaatat Teoretis

Penilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan terkait dengan praktik pemanfaatan barang jaminan yang sekaligus untuk mengetahui pandangan tokoh agama terkait dengan pemnfaatan barang jaminan gadai (Rahn). Serta diharapkan menjadi sarana pengembangan ilmu pengetahuan secara teoristis dan berguna bagi ilmu pengetahuan terlebih khusus di bidang hukum ekonomi ssyariah.

Dalam penelitian ini juga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait dengan hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang oleh hukum Isalam terlebih khususnya.

b. Manfaat Praksis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian seslanjutnya sehingga dapat dikembangkan lagi serta membuat perkembangan yang lebih akurat dalam ilmu pengetahuan.

(24)

8 E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Fokus penelitian ini adalah membahas tentang bagaimana pandangan tokoh agama terhadap pelaksanaan praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian prespektif hukum ekonomi syariah. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas dalam penulisan proposal skripsi ini, yakni hanya pada lingkup seputar tentang praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Agar lebih fokus penelitian ini dapat diperincikan sebagai berikut:

1. Penilitian ini hanya akan memfokuskan tentang bagaimana praktik pemanfaatan barang jaminan gadai, mekanisme yang mendorong terjadi praktik pemanfaatan barang jaminan gadai dan bagaimana tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik tersebut.

2. Lokasi penelitian di lakukan di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Penelitian yang akan diteliti oleh penyusun adalah Pandangan Tokoh Agama Terhadap Praktik Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai Lahan Pertanian Prespektif Hukum Ekoomi Syariah yang terjadi di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah memuat uraian secara sistematis tentang hasil penelitian terdahulu (prior reseach) yang relevan dengan penelitian yang akan dikaji. Untuk memberikan penguatan pada penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa perbandingan penelitian terdahulu yang dianggap oleh peneliti memiliki relevansi dengan topik yang diangkat yaitu:

(25)

9

1. Penilitian yang dilakukan oleh Azalia Faradiba Saokori yang berjudul Pemanfaatan Gadai Kebun Kelapa Dalam Prespektif Fiqih Muamalah (Studi Pada Masyarakat Desa Anaraja Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Provinsi NTT) 2020.8 Praktik pelaksanaan gadai pada masyarakat Desa Anaraja kecamatan Nangapanda yang di mana pihak penerima gadai dalam memanfaatkan gadai hanya secara sepihak tanpa tidak melihat adanya aturan, sehingga murtahin mengambil keuntungan tanpa persetujuan dari penggadai, dimana penggadai hanya menggadaikan saja tidak lebih dari itu seperti menjual objek hutang tersebut. Menurut fiqh muamalah mengenai praktik pemanfaatan barang gadai terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, dalam melaksankan hak dan bertindak, tindakan tersebut tidak boleh menimbulkan kerugian terhadap orang lain. Pada setiap transaksi yang dilakukan terdapat prinsip dasar yang telah ditetapkan syara. Adapun metodelogi yang digunakan adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif Penelitian lapangan dilakukan untuk menghimpun data lapangan, sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data melalui wawancara (interview), observasi dan dokumentasi. Dalam analisis datanya menggunakan metode kualitatif.

Persamaan dalam penulisan skripsi yang ditulis oleh Azalia Faradiba Saokori adalah sama- sama membahas tentang pemanfaatan barang jaminan gadai. Sedangkan perbedaanya yaitu pada skripsi terdahulu

8Azalia Faradiba Saokori, Pemanfaatan Gadai Kebun Kelapa Dalam Prespektif Fiqih Muamalah di Desa Anaraja Kec. Nangapanda Kab. Ende Prov. NTT, (Skripsi UIN Mataram:

2020), hlm. 6-7.

(26)

10

membahas tentang pemanfaatan barang jaminan gadai (kebun kelapa), dan prespektif fiqih muamalah, serta pembatasan atau tempo waktu gadai.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pemanfaatan barang jaminan gadai (lahan pegunungan) serta pandangan hukum ekonomi syariah terhadap praktik pemanfaatan barang jaminan gadai yang dilakukan di desa taloko kecamatan sanggar kabupaten bima.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuninggsih yang berjudul, Peran Tokoh Agama Dalam Memberikan Pemahaman Kepada Masyarakat tentang Praktek Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai Sawah Di Desa Ungga Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah 2020.9 Pada praktiknya, gadai yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ungga dimana penerima gadai (nanggep/murtahin) bisa menggarap sawah tersebut setelah adanya kesepakatan dan uang sudah diberikan kepada pemberi gadai (pesandak/rahin), karena setelah uang tersebut diberikan maka otomatis sawah tersebut sudah bisa diambil manfaatnya. Peran tokoh agama dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat ialah melalui pengajian/dakwah yang dilakukan baik di masjid maupun di mushollah yang ada di Desa Ungga. Serta memberikan pemahaman kepada masyarakat yang melakukan gadai (pemberi gadai dan penerima gadai) dengan cara memanggil/mengadakan pertemuan dengan para pihak yang melakukan gadai.

9Sri Wahyuningsih, Peran Tokoh Agama Dalam Memberikan Pemahaman Kepada Masyarakat Tentang Praktik Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai Sawah di Desa Ungga Kec.

Praya Barat Daya Kab. Lombok Tengah, (Skripsi FS UIN Mataram : 2020), hlm. 6.

(27)

11

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas tengang pemanfaatan barang jaminan gadai, sedangkan perbedaannya yaitu pada skripsi Sri Wahyuninggsih ini membahas mengenai peran dan antusias tokoh agama dalam memberikan pemahaman mengenai pemanfaatan barang jaminan, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah membahas tentang pandangan hukum ekonomi syariah terhadap praktik pemanfaatan barang jamina gadai yang terjadi di desa taloko kecamatan sanggar kabupaten bima.

3. Penelitian yang dilakukan oleh A. Hudaibi Wildan yang berjudul Respon Tokoh Agama Terhadap Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai Tanah Sawah di Desa Merembu Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.10 Pada praktiknya dimana masyarakat terpaksa meminjam uang kepada masyarakat lainnya dengan menjaminkan sawahnya sebagai jaminan supaya dapat mengatasi kebutuhan yang mendesak yang dialami oleh masyarakat yang penghasilannya kurang mencukupi kebutuhannya kesehariannya. Pada pelaksaan transaksi gadai yang dilakukan oleh masyarakat desa Merembu yang dimana barang jaminan gadai (sawah) dimanfaatkan oleh penerima gadai dan hasil dari pemanfaatan barang jaminan gadai tersebut diambil oleh penerima gadai, dasar hukum yang digunakan dalam penulisan skripsinya menggunakan dasar hukum islam.

Dalam skripsi yang ditulish oleh A. Hubaidi Wildan ini dimana dalam respon tokoh agamanya dalam praktik tersebut dibolehkan dengan syarat

10 A. Hudaibi Wildan, Respon Tokoh Agama Terhadap Pemanfaatan Barang Jaminan Gadai Tanah Sawah di Desa Merembu Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, (skripsi FS IAIN Mataram : 2015), hlm. 6.

(28)

12

harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemberi gadai. Dalam penulisannya menggunakan metode penelitian kualitatif, sumber data yang digunakan menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder, tehnik pengumpulan data menggunakan observasi dan waawancara.

Persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang dilakuakan oleh A.

Hubaidi Wildan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama mebahas tentang pemanfaatan barang jaminan gadai dan respon tokoh agama, sedangkan perbedaan dalam penulisan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu ialah dalam penelitian terdahulu membahas tentang respon tokoh agama terhadap pemanfaatan barang jaminan gadai sawah yang terjadi di desa Merembu dan dalam penulisannya hanya menggunakan dasar hukum islam saja. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pandangan tokoh agama terhadap pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian prespektif hukum ekonomi syariah di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

G. Kerangka Teori

1. Hukum Ekonomi Syariah

Terkait dengan pengertian ekonomi syariah, terdapat beberapa pandangan pakar ekonomi syariah, yakni sebagai berikut:

(29)

13

Menurut Muhammad Abdullah Al-Arabi, pengertian ekonomi syariah ialah beberapa perkumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kesimpulannya diambil dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.11

Menurut M.A. Manan, pengertian ekonomi syariah ilmu pengetahuan sosial yang mendalami masalah-masalah yang terjadi di masyarakat sesuai dengan dasar-dasar syariat islam.12

Hukum ekonomi syariah adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku ekonomi manusia yang perilaku tersebut diatur berdasarkan peraturan hukum agama islam dan didasari dari kepercayaan berdasarkan Al-Quran dan Hadist. Dalam hal ini hukum ekonomi syariah merupakan peraturang yang mengatur tentang ajaran syariat Islam. Hukum merupakan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan dibuat oleh badan-badan resmi yang berkewajiban, yang mengatur tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat.13

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah mengartikan ekonomi syariah sebagai suatu atau kegiatan yang dilakukan orang perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah.14

11 Neni Sri Ismayanti, Perbankan Syariah dalam Persfektik Ilmu Ekonomi (Bandung:

Mandar Maju, 2013), hlm. 18-19

12 M.A. Manan, Ekonomi Islam: Antara Teori dan Praktik, (Jakarta : Intermasa, 1992), hlm.19.

13Dudi Badruzaman, Implementasi Hukum Ekonomi Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 2 No. 2, Noveember 2019, hlm. 83

14 Muhamad Kholid, “Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Syariah Dalam Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah…”, hlm. 147.

(30)

14 2. Al-Rahn (Gadai)

Secara etimologi, kata ar-rahn berarti tetap Atsubutu Wa Dawamu artinya tetap dan kekal, atau al-Hasbu Wa Luzumu artinya pengekangan dan keharusan dan juga berarti jaminan.15 Akad ar-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan, agunan, adan rungguhan.

Dalam Islam ar-rah merupakan sarana tolong menolong bagi umat Islam, tanpa imbalan jasa. Secara sederhana dapat di jelaskan rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

Adapun secara terminologi gadai dalam Islam, rahn sebagaimana didefinisikan oleh para ulama adalah menjadikan barang yang berharga menurut pandangan syariat sebagai jaminan utang, sekiranya pembayaran utang atau sebagian bisa diambil dari benda yang di gadaikan tersebut.

Apabila seorang berutang kepada orang lain, kemudian ia memberikan kepada pemberi utang sebuah jaminan seperti bangunan atau binatang ternak, jaminan tersebut terus tertahan di tangan si pemberi utang hingga utangnya selesai di bayar. Rahn seperti ini adalah rahn yang di bolehkan oleh Islam.16

Ar-rahn menurut Syafi’i Antonio dalam bukunya Bank Syari’ah dari teori ke praktik adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang di terimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomi. Dengan demikian, pihak yang menahan

15 Wahbah al-Juhaili, al-fiqh al-Islam Wa adilatuhu (Damaskus: Dar al-Fiqr al-Mua’sshim, 2005), Jilid VI, cet. Ke-8, hlm. 4207.

16 Abdurrahman Al-Jaziry, Al-Fiqh Ala Madzhahib Al-Arba’ah (Beirut:Darul Qalam),vol.II,hlm.305.

(31)

15

memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah jaminan hutang atau gadai.17

Menurut Hadi, Rahn (Ar-Rahnu) adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta (nilai ekonomis) sebagai jaminan hutang, hingga pemilik barang yang bersangkutan boleh mengambil hutang. Ar-Rahn berarti juga gadai, yaitu kontrak atau akad penjamin dan mengikat saat hak penguassaan atas barang jaminan berpindah tangan. Dalam kontrak tersebut, tidak terjadi pemindahan kepemilikan atas barang jaminan. Atau dengan kata lain, merupakan akad penyerahan barang dari nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruhnya atas hutang yang dimiliki nasabah. Dengan demikian, pemindahan kepemilikan atas barang hanya terjadi dalam kondisi tertentu sebagai efek atau akibat dari kontrak atau perjanjian.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan rahn adalah suatu akad (perjanjian) hutang piutang dengan menjadikan suatu ssbarang yang memiliki nilai harta sebagai jaminan atas hutang yang diterimanya. Dalam pemberian utang piutang ini merupakan salah satu tindakan tolong menolong yang dilakukan oleh orang dalam keadaan yang terpaksa atau mendesak. Demi ketenangan hati pemberi utang, yang berutang memberikan suatu barang yang bernilai harta kepada pemberi utang untuk dijadikannya sebagai jaminan dalam berutang.

17 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 128

(32)

16 3. Dasar Hukum Rahn

Landasan hukum yang memperbolehkan transaksi gadai (ar-rahn) dalam Islam berdasar dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad SAW dan berdasarkan pada kesepakatan para Ulama.

a. Al-Qur’an

Dasar ayat Al-Qur’an yang melandasi bolehnya praktik gadai dapat ditemukan dalam surah Al-Baqarah ayat 283.



































































“ jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat tersebut menjelaskan tentang harta benda yang dijadikan sebagai barang jaminan adalah upaya untuk memberikan rasa

(33)

17

percaya kepada penerima gadai terhadap pemberi gadai. Dikhatirkan jika suatu waktu pemberi gadai tidak mampu melunasi hutangnya maka harta benda tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan.

b. Al-Sunnah HR. Bukhari

Dasar hukum dalam praktek gadai juga terdapat dalam Sunnah Nabi Muhammada SAW.

ُهَن َه َر َو ٍّل َج َ أ ى َ

لِإ ٍّ ي ِدوُهَي ْنِم اًماَعَط ىَرَت ْشا َمهل َسَو ِهْيَلَع ُ هاللَّ ىهلَص هي ِبهنلا هنا ٍّدي ِد َح ْنِم اًعْر ِد

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam membeli dari seorang yahudi bahan makanan dengan cara hutang dan menggadaikan baju besinya” (H.R Al-Bukhari dan Muslim)18 c. Ijma Ulama

Hukum transaksi gadai dari hukum boleh (mubah). Para ulama sebagian besar bersepakat boleh (mubah) berkaitan dengan dasar hukum transaksi gadai. Menurut kisah Rrasulullah SAW yang mana beliau membeli makanan kepada orang yahudi dan akan membayar pada hari yang lain dengan jaminan baju besi yang dia berikan kepada yahudi tersebut. Yang kedua terinsipari oleh teladan Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau mengubah kebiasaannya melakukan transaksi yang sebelumnya kepada para sehabat yang kaya kemudian juga pada

18H.R. Bukhari dan Muslim No. 2326

(34)

18

orang yahudi. Yang demikian itu tidak lain adalah sebuah sikap kepada mereka yang di contohkan oleh Raulullah SAW.19

d. Fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSN/MUI/III/2002 tentang tanggal 22 Juni 2002 dalam buku lembaga keuangan Islam menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan.

Ketentuan Umum sebagai berikut:

1) Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua hutang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

2) Marhun dan manfaatnya tetap milik rahin, pada prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatanya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan Perawatanya.

3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

4) Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun (barang) tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

5) Penjualan marhun

19 Muhammad Alfi Syahrin, Gadai Menurut Pandangan Islam, Jurnal Imtiyaz, Vol 5 No 01, Maret 2021. hlm. 45

(35)

19

a) Apabila jatuh tempo Murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya.

b) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi.20

4. Rukun dan Syarat Rahn a. Rukun

Menurut jumhur ulama rukun ar-rahn itu ada empat yaitu:

1) Orang yang berakad (ar-rahin dan al-murtahin) 2) Sighat (lafadz ijab dan qabul)

3) Utang (al-marhun bih)

4) Harta yang dijadikan jaminan (al-marhun)21 b. Syarat

Syarat-syarat gadai (ar-rahn) menurut ulama fiqih menyusun:

1) Syarat yang terikad dengan yang berakad (ar-rahin dan al- murtahin) adalah cakap dalam bertindak hukum. Kecakapan dalam bertindak hukum, menurut Jumhur Ulama adalah orang yang telah baligh dan berakal. Sedangkan menurut Ulama Hanafiyah kedua belah pihak yang berakad tidak disyaratkan baligh, tetapi cukup berakal saja. Oleh sebab itu, menurut mereka anak kecil yang Muamayyiz boleh melakukan akad ar-rahn asal mendapatkan persetujuan dari walinya.

20 Ibid, hlm.

21 Ibid, hlm. 266-267.

(36)

20

2) Syarat yang terkait Sighat, Ulama Hanafiyah berpendapat dalam akad itu ar-rahn tidak boleh dikaitkan oleh syarat tertentu. Karena akad ar-rahn sama dengan akad jual beli. Apabila akad itu dibarengi dengan syarat tertentu maka syaratnya batal sedangkan akadnya sah. Contohnya, orang yang berutang mensyaratkan apabila tenggang waktu utang telah habis dan utang belum dibayar, maka jaminan atau ar-rahn di perpanjang satu bulan. Sedangakan pendapat Jumhur Ulama mengatakan apabila syarat itu adalah syarat yang mendukung kelancaran akad itu, maka syarat itu dibolehkan, tetapi apabila syarat itu bertentangan dengan tabiad akad ar-rahn, maka syaratnya batal. Perpanjangan ar-rahn satu bulan dalam contoh syarat diatas teermaksud syarat Fiqih Mualamah`

3) Syarat yang terkait dengan utang (al-marhun bih) adalah:

a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada yang memberi utang.

b) Utang tersebut boleh dilunasi dengan jaminan.

c) Utang itu jelas da tertentu.

4) Syarat yang terkait dengan barang yang dijadikan jaminan (al- marhun), menurut Ulama Fiqh syarat-syaratnya sebagai berikut:

a) Barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan utang.

b) Berharga dan boleh dimanfaatkan.

(37)

21 c) Jelas dan tertentu.

d) Milik sah orang yang berutang.

e) Tidak terkait dengan hak orang lain.

f) Merupaka harta utuh

g) Boleh diserahkan baik berupa materi maupun manfaatnya.

5. Hak dan Kewajiban para pihak

Menurut Abdul Aziz Dahlan, yakni pihak rahin dan murtahin mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Hak dan kewajibannya adalah:

1. Hak dan Kewajiban Murtahin.22 a. Hak Murtahin:

1) Murtahin berhak menjual marhun, apabila rahin pada saat itu jatuh tempo tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai orang yang berutang. Sedangkan hasil dari penjualan marhun tersebut di ambil sebagian untuk melunasi marhunn bih dan sisanya di kembalikan kepada rahin.

2) Pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan marhun.

3) Selama marhun bih belum di lunasi, maka murtahin berhak untuk menahan marhun yang di serahkan oleh peberi gadai.

b. Kewajiban Murtahin

22 Pamonaran Manahar, Implementasi Gadai Syariah (Rahn) Untuk Menunjang Perekonomian Masyarakat di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis dan Investtasi, Vol. 10 No 2, April 2019, hlm. 102.

(38)

22

1) Murtahin berkewajiban bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya harga marhun, apabila hal itu atas kelalaiannya.

2) Murtahin tidak di bolehkan menggunakan marhun untuk kepentingan sendiri.

3) Murtahin berkewajiban untuk memberitahu kepada rahin sebelum di adakan pelelangan marhun

2. Hak dan Kewajiban Rahin a. Hak Rahin

1) Rahin berhak untuk mendapatkan kembali marhun, setelah rahin melunasi marhun bih.

2) Rahin berhak menuntut ganti rugi dari kerusakan dan hilangnya marhun, apabila hal itu di sebabkan oleh kelalaian murtahin.

3) Rahin berhak mendapatkan sisa dari pemjualan marhun setelah di kurangi biaya pelunasan marhun bih, dan biaya lainnya.

4) Rahin berhak meminta kembali marhun apabila murtahin telah jelas menyalahgunakan marhun.

b. Kewajiban Rahin

1. Rahin berhak untuk melunasi marhun bih yang telah di terimanya dari murtahin dalam tenggang waktu yang telah di tentukan, termaksud biaya lain yang telah di tentuan murtahin.

(39)

23

2. Rahin berkewajiban merelakan penjualan atas marhun miliknya, apabila dallam jangka waktu yang telah di tentukan rahin tidak dapat melunasi marhun bih kepada murtahin.23 6. Pemanfaatan Barang Jaminan Rahn

Jumhur ulama Fuqaha berpendapat, bahwa murtahin tidak boleh mengambil manfaat barang gadaian tesebut, meskipun rahin mengijinkannya karena hal ini termasuk kepada utang yang dapat mengambil manfaat sehingga bila dimanfaatkan termasuk riba.24

Menurut Imam Ahmad, Ishak, al-Laits dan al-Hasan, jika barang jaminan gadai berupa kendaraan yang dapat dipergunakan atau binatang ternak yang dapat diambil susunya, maka penerima gadai dapat mengambil manfaat dari kedua benda gadai tersebut disesuaikan dengan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan selama kendaraan atau binatang ternak itu ada padanya.25

Al-Sunnah HR. Bukhari nomor 2329 dalam hadis ini mengakatakn bahwa murtahin (penerima gadai) boleh mengambil manfaat dari barang jaminan (hewan ternak dan kendaraan) sekedar untuk mengganti biaya ongkos pemeliharaan yang telah dikeluarkan oleh murtahi selama barang jaminan gadai ada padanya.

Ulama Hanabilah berpendapat bahwa, jika barang gadai berupa hewan atau kendaraan al-murtahin (penerima gadai) boleh memanfaatkan

23 Ibid, hlm. 102-103.

24 Muhammad Harfin Zuhdi, Muqaranah Fiqih Mua’amalah, ( Mataram, Sanabil: 2017), cet. Ke-1, hlm.234

25 Ibid, hlm. 234-235

(40)

24

seperti mengendarai dan mengambil susunya sekedar mengganti biaya pemeliharaan meskipun tidak diizinkan ar-rahin (pemberi gadai). Apadun barang gadai yang selain kendaraan dan binatang ternak (hewan) tidak boleh dimanfaatkan kecuali atas izinar-rahin.26

Pendapat Ulama Hanafiyah, sebagian Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa murtahin boleh memanfaatkan barang jaminan jika diizinkan oleh ar-rahin, tetapi sebagian Ulama Hanafiyah tidak membolehkannya meskipun ada izin dari ar-rahin, sebab ia hanya berhak menguasainya dan tidak boleh memanfaatkannya bahkan menamakannya sebagai riba.27

Ulama malikiyah berpendapat al-murtahin boleh memanfaatkan barang jaminan gadai, jika al-rahin mengijinkannya atau disyaratka ketika ketika akad. Dan barang gadai tersebut merupakan barang yang duiperjual belikan serta ditentukan waktunya dengan jelas.28

Syafi’iyah berpendapat bahwa murtahin tidak memiliki hak untuk memanfaatkan barang jaminan gadai (marhun) hal ini didasarkan pada hadist Rasulullah SAW diriwayatkan oleh asy-Syafii, Daruquthni dan Ibnu Ma jah dari Abu Hurairah, “Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung resikonya.29

26 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Muamalat, (Jakarta, Prenamedia Group: 2010), cet. Ke- 1, hlm. 270

27 Ibid, hlm. 269-270

28 Ibid, hlm. 270

29 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar:

2015 ), cet. Ke-3, hlm. 267

(41)

25 7. Berakhirnya Akad Rahn

Menurut Syafi’i antonio berakhirnya akad gadai aadalah:

1. Barang telah diserahkan kemballi kepada pemiliknya.

2. Rahin membayar hutangnya.

3. Dijual paksa, yaitu dijual berdasarkan penetapan hakim atas permintaan rahin

4. Pembebasan hutang dengan cara apapun.

5. Pembatalan oleh murtahin.

6. Rusaknya barang gadai oleh tindakan murtahin.

7. Meninggalnya rahin atau murtahin.30 8. Lahan Pertanian

Lahan pertanian adalah sebuah lahan yang mencakup kondisi tanah, iklim, hidrologi dan udara yang digunakan untuk memproduksi tanah pertanian atau melakukan perternakan hewan. Lahan pertanian adalah salah satu sumber daya utama pada bidang pertanian. Lahan pertanian mempunyai unsur-unsur yang dapat diukur seperti struktur tanah, tekstur tanah, distribusi curah hujan dan teemperatur. Lahan pertanian mempunyai dua jenis lahan yaitu mempunyai lahan basah dan lahan kering. Lahan basah adalah wilayah tanah pertanian yang jenuh dengan air baik bersifat musiman maupun permanen seperti, sawah, rawa, hutan mangruve, terumbungkarang, padang lahan, danau dan sungai.

Lahan kering adalah wilayah tanah yang digunakan untuk pertanian

30 Mahbunn Junaidi, dan Luluk Nur Hidayati, Praktek Gadai Sawah dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Masyarakat Presspektif Ekonomi Islam, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 4 No.1 Januari 2021, hlm. 53.

(42)

26

dengan air yang terbatas dan mengandalkan curah hujan untuk memperetahannkan kesuburannya. Contohnya, ladang, tegalan, kebun, pekerangan, kolam dan tambak.31

H. Metodelogi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan yang bersifat deskriptif. Metode kualitatif sering disebut dengan metode naturalistik karena penelitaian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah.32 Penelitian ini mengungkapkan fakta yang terjadi di lapangan dengan apa adanya yang menghasilkan data yang deskriptif yang berupa data tertulis maupun lisan dari orang lain dan maupun tempat yang diteliti.

Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan pendeketan deskriptif karena peneliti ingin mengamati secara langsung bahkan peneliti ingin terjun langsung untuk menganalisis permasalahan tersebut terkait dengan Pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian dalam Perspektif hukum ekonomi syariah pada masyarakat Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

31 Lahan pertania, https://www.loggerindo.com/lahan-pertanian-97 , 27 Maret 2022, diakses pukul. 21.22

32Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, (Bandung:

Alfabeta,2020), cet. Ke-2 hlm. 17.

(43)

27 2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh informasi mengenai data yang valid, peneliti harus datang langsung di lokasi tempat penelitian dengan demikian bisa mengetahui lebih dekat dengan subyek. Dengan demikian subyek dengan peneliti bisa lebih terbuka dalam menyampaikan beberapa persoalan yang berkaitan dengan yang diteliti. Sebelum peneliti berada di lokasi penelitian, peneliti harus mendapatkan rekomendaasi dan izin langsug dari kepala desa yang bersangkutan, sehingga bisa hadir langsung ditempat penelitian. Dengan kehadiran peneliti di lokasi sangat berpengaruh dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan secara fakta dalam mendapatkan hasil penelitian yang ilmiah.

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian secara langsung sebagai pewawancara. Dalam penelitian kualitatif, tehnik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara, yang dilakukan secara bersama- sama. Artinya sambil melakukan wawancara peneliti juga bisa melakukan observasi atau pengamatan, peneliti bisa berhungan langsung dengan pihak yang bersangkutan seperti, pihak yang melakukan transaksi gadai, tokoh agama dan pihak desa yang yang ada di desa Taloko yang sebagai objek penelitian dalam mendapatkan data-data yang diinginkan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian tersebut akan dilakukan. Penelitian ini akan dilakukan di desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Adapun alasan peneliti

(44)

28

memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena didasarkan atas beberaapa pertimbangan. Yaitu, di desa tersebut banyak sekali dilakukan praktik gadai tanah lahan pertanian lebih khususnya dalam praktik pemanfaatan barang jaminan gadai yang dilakukan oleh penerima gadai (murtahin).

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian yakni subyek dimana data diperoleh. Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Sumber data yang diperoleh peneliti dari sumber asli.33 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah subjek penelitian (informan) dilapangan itu sendiri yang berkaitan dengan praktik pemanfaatan barang jaminan gadai lahan pertanian di desa Taloko. sehingga yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang akan peneliti wawancarai adalah berupa responden, antara lain bapak Malik sebagai pemberi gadai dana doro dan bapak Arsyad sebagai penerima gadai dana doro, serta peneliti akan mewawancarai beberapa para pihak lainnya yang terlibat sebagai pemberi gadai dana doro dan penerima gadai dana dor terkait praktik gadai dana doro di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

33Sugiyono, Metode Penelitian..., hlm. 296

(45)

29 b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah bahan-bahan atau data yang menjadi penjelaas dari sumber data primer.34 Dalam hal ini sumber data sekunder yang dapat dijadikan rujukan ataupun acuan yakni al- Quran, al-Hadist, jurnal internet dan buku-buku yang berkaitan dengan gadai atau rahn yang terdapat dalam fiqh muamalah.

5. Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan suatu proses pengamatan, untuk memehami dan mencari jawaban terhadap gejala sosial (pelaku, kejadian dan keadaan) dalam beberapa waktu tanpa mempengaruhi kejadian tersebut guna menemukan dan menganalisis data secara obyektif. Teknik observasi dibedakan atas observasi partisipan dan observasi non partisipan, dalam hal ini peneliti menggunakan observasi non partisipan.

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini addalah observasi non partisipan, yang dimana dalam observasi ini peneliti tidak langsung mengikuti kegiatan dalam keseharian yang dilakukan oleh informan yang di observasi dan kedudukan peneliti sebagai pengamat dan penulis fakta-fakta yang ditemukan di lapangan.

34 Ibid, hlm. 296-297

(46)

30 b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide- ide melalui tanya jawab tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Teknik ini digunakan peneliti untuk mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam terkait dengan tema penelitian yang akan dilakukan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin yaitu wawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kerangka pertanyaan yang sudah disiapkan. Peneliti akan melakukan wawancara dengan menanyakan kepada si pegadai, penerima gadai, tokoh masyarakat, serta pemerintahan desa yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Dokumentasi

Menurut Suharni Ariikunto dokumentasi berasal dari kata dokumen, berarti “barang-barang tertulis.” Didalam melaksanakan metode peneliti yang menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku- buku, maajalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, cacatan harian dan sebagainya.35

Dokumentasi dalam penelitian ini yang digunakan adalah dokumen-dokumen atau arsip-arsip, baik itu berupa sejarah atau

35 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006), hlm. 131

(47)

31

gambaran umum desa yang ingin diteliti, dan sebagainya di desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, menemukan pola, memilih-millihnya menjdi suatu yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan menemukan apa yyang dapat diceritakan kepada orang lain.36 Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah.

a. Reduksi data

Berupa data yang didapat dilapangan, langsung diketik atau ditulis dengan rapi, rinci, dan sistematis setiap selesai mengumpulkan data.37 Peneliti hendaknya berusaha sebanyak mungkin untuk menghasilkan catatan lapangan yang menyeluruh. Peneliti harus bisa menciptakan konsentrasi yang cukup dan berkesinambungan untuk dapat mengingat dan merekam apa yang ia lihat, dengar, cium, pikir dan sebagainya. Setelah ia meninggalkan lapangan, ia dapat mendeskripsikan atau menjelaskan apa yang ia ingat kedalam pita rekaman yang secara langsung atau kemudian diketik atau ditulis diatas kertas. menjelaskan apa yang ia ingat kedalam pita rekaman

36Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 248.

37 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Rineka Cipta,2007), hlm. 62.

(48)

32

yang secara langsung atau kemudian diketik atau ditulis diatas kertas.38

b. Display data (Penyajian data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah display data. Display dalam konteks ini adalah kumpulan informasi yang telah tersusun yang membolehkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.39 Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang terjadi dilapangan. Display data data dapat berupa matriks, network, chart, atau grafik, dan sebagainya.

c. Verifikasi/ kesimpulan

Kegiatan utama dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan/

verifikasi. Sejak awal pengumpulan data peneliti telah mencatat dan memberi sesuatu yang dilihat atau diwawancarainya. Kegiatan utama dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan/ verifikasi. Sejak awal pengumpulan data peneliti telah mencatat dan memberi sesuatu yang dilihat atau diwawancarainya.40

7. Pengecekan Keabsahan Data/ Validasi Data

Setelah data dianalisis kemudian penngecekan keabshaan data atau validitas data. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh

38Ibid., hlm. 62.

39 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan edisi pertama, hlm. 408.

40 Ibid., hlm. 409.

(49)

33

peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Keabsahan data disini bertujuan untuk membuktikan bahwa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang diberikan tentang kenyataan dan sesuai dengan yang terjadi. Untuk memperoleh data yang valid diperlukan teknik pemeriksaan, diantara teknik-teknik yang digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Triangulasi

Triangulasi di artikan sebagai pemeriksaan keaabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan data dari berbagai cara dan waktu. Pada validasi ini peneliti mengecek keabsahan data tertentu dengan cara membandingkan data hasil observasi dan hasil wawancara mengenai transaksi praktik gadai yang terjadi di Desa Taloko.

2. Kecakupan refrensi

Merupakan hal yang harus diperlukan dalam sebuah karya ilmiah, kecakupan refrensi sangatlah dibutuhkan untuk menjadi pendukung terhadap fokus penelitian. Refrensi yang dibutuhkan penelliti harus sesuai dengan fokus yang ingin diteliti.

3. Diskusi Teman sejawat

Dilaksanakannya diskusi teman sejawat disini bertujuan untuk mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara kepada teman mahasiswa, yang dimana melalui diskusi ini banyak masukan,

(50)

34

pertanyaan, bahkan saran yang dapat membantu peneliti di lapangan.

Dengan hal tersebut dapat membantu peneliti untuk kembali kelapangan dan data yang diperoleh semakin lengkap sehingga informasi yang akan ditemukan sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan oleh peneliti.

I. Ssitematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan penyusunan secara garis besar tugas proposal skripsi. Pada bagian ini terdapat deskripsi dari hubungan antar bab dan rasionalitas isi. Dalam bagian ini akan dipaparkan isi dari setiap bab yang meliputi:

1. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori dan metode penelitian.

2. Bab II paparan data dan temuan data membahas tentang geografis Desa Taloko, gambaran umum lokasi penelitian seperti sejarah desa, struktur pengurusan desa serta praktik gadai dan laporan jenis panen pertanian setiap tahun yang terjadi di Desa Taloko Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

3. Bab III merupakan pembahasan tentang hasil dari penelitian yang sudah diteliti yaitu bagaimana mekanisme transaksi gadai di Desa Taloko, bagaimana pandangan tokoh agama terhadap praktik gadai yang terjadi di Desa Taloko dan bagaimana pandangan Hukum

(51)

35

Ekonomi Syariah terhadap respon tokoh agama mengenai praktik pemanfaatan barang jaminan gadai tersebut.

4. Bab IV berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Sedangkan saran-saran yang dirumuskan berdasarkan hasil dari suatu penelitian.

(52)

36 BAB II

PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG JAMINAN GADAI LAHAN PERTANIAN DESA TALOKO

A. Gambara Umum Desa Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Taloko

Desa taloko merupakan satu desa dari 6 desa yanng ada di kecamatan sanggar kabupaten bima. Desa Taloko merupakan desa pemekaran dari Desa Kore sekitar tahun 1970, tepatnya pada tanggal 12 Oktober 1970. Dalam catatan sejarah terbentuk dan diambilnya nama desa taloko yaitu perpaduan antara sungai dan daratan yang curam.

struktur organisasi pemerintah pada saat itu disebut bumi, kemudian ada perubahan penyebutan menjadi kepala kampung, selanjutnya perubahan kemabali terjadi yaitu dengan sebutan gelarang dan perubahan penyebutan untuk yang terakhir kalinya yaitu dengan sebutan kepala desa sampai sekarang.41

Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala pemerintahan dari awal sampai dengan sekarang ini adalah sebagai berikut:

41Data Daftar Isian Dasar Dari Profil Desa Taloko, 2019, hlm. 3

(53)

37 Tabel 2.1

Nama-nama kepala desa taloko dari tahun 1970-sekarang

No Nama Jabatan Tahun

1. Sarbini Bumi 1970 – 1975

2. Abdul Latif Bumi 1975 – 1980

3. M. Said Zain Gelarang 1980 – 1990

4. Arsyad Zain Kepala desa 1990 – 2000 5. H. Saruji H. Aser Kepala desa 2001 – 2006 6. Ramlin Arsyad Kepala desa 2006 – 2013 7. Burhan M. Tayeb Kepala desa 2013 – 2019 8. Kasim ja’e Kepala desa 2019 – sekarang Sumber : data daftar isian dasar dari profil desa taloko

Desa taloko merupakan desa yang terletak di kecamatan sanggar kabupaten bima yang tidak terlepas dari sejarah berdirinya kecamatan sanggar sendiri.

2. Keadaan Geografis

a. Letak Geografis Desa Taloko

Desa Taloko merupakan salah satu dari enam desa yang terdapat di kecamatan sanggar kabupaten bima. Dengan luas wilayah : 739,187 Ha. Desa Taloko terrgolong topografi dengan ketinggian 5-

Referensi

Dokumen terkait

1) Nilai memberikan tujuan serta arah ( goals or purposes ) kemana kehidupan yang hendak dituju serta dikembangkan dan harus diarahkan.. 26 2) Nilai memberi aspirasi

(2) Jika pengecualian ditarik balik mengikut subperenggan (1), pengecualian yang diberikan di bawah subperenggan 3(1) berkenaan dengan apa-apa amaun pendapatan

Untuk mempermudah pengujian ECT, dibutuhkan sistem pemindaian atau scanning yang akan secara otomatis menginduksi medan magnet, membaca data tegangan di setiap titik

Misbilbul diatas tentunya yang perlu diingat adalah cara kita dalam menentukan alat peraga yang cocok dengan kriteria yag ada seperti ketersesuaian dengan tujuan

Berdasarkan hasil observasi di PT Mitra Beton Perkasa Kudus, permasalahan yang terjadi pada perusahaan tersebut adalah penurunan kinerja karyawan terhadap disiplin

Dari data tersebut terlihat, bahwa Perusahaan yang mendaftar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja lulusan TIK (teknik informasi dan komunikasi) yaitu sebanyak 134

7) Memperdalam rasa memiliki perusahaan artinya rasa memiliki karyawan kepada perusahaan dapat meningkat setelah mengikuti pelatihan. Hal ini sangat penting karena

Ikan sembilang yang tertangkap dengan belad pantai pada bulan April sampai Juli 2007 sebanyak 125 ekor, dengan distribusi panjang total dan bobot tubuh adalah ikan jantan